Share

28. Petaka

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-14 08:51:36
Falen beranjak dariku, kemudian memakai pakaiannya satu per satu begitupun denganku. Mata Ferdila memerah, melihat ini aku diam-diam bahagia karena masih ada cinta di hatinya.

"Siapa lelaki yang sudah menidurimu?"

Vidia terlihat mengelus lengan Ferdila. Aku sampai lupa kalau sekarang tanggal merah. Seharusnya was-was jangan sampai ketahuan. Semua sudah terlanjur.

"Jawab!" bentak Ferdila.

"Kenalin gue Falen. Semalam gue ngeliat rumah ini gak tertutup jadi main masuk aja. Maaf, ini semua salah gue, tapi Ardina juga salah. Dia yang maksa gue nuntasin hasratnya."

"Gak percaya! Lo pasti selingkuhan Ardina, 'kan? Apa jangan-jangan ...."

"Jangan-jangan apa, Fer?" tanyaku gugup.

"Diam, Jal*ng!" hardiknya. "Jangan-jangan kamu hamil anaknya dia."

Mata ini seketika membulat sempurna. Lelaki di hadapanku tidak merasa bersalah tentang perempuan yang ada di sisinya. Ia hanya mementingkan ego dan nafsu sendiri. Siapa yang tidak akan mencari lelaki lain jika suami saja hanya bisa mengukir luk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Maduku Sayang   29. Siapa Jalang Sesungguhnya?

    Selesai mandi, kini aku duduk di depan Vidia dalam kamarnya. Ferdila sudah tidak ada, entah ke mana. Ia lebih sering izin ke istri kedua dibanding aku.Perempuan di depanku tersenyum simpul, kemudian bertanya, "Sesakit apa hatimu sampai harus menyewa lelaki lain, Ardina?""Dia menyetub*himu secara gratis bahkan kalian mengaku tidak saling mengenal. Lantas jika seperti itu bukankah lebih rendah dari kupu-kupu malam?""Lelaki itu bahkan menjamahmu bebas di rumah sendiri. Siapa yang akan percaya kalian tidak kenal dan tanpa janjian dulu sebelumnya?"Aku mengembuskan napas kasar tidak tahu harus berkata apa pada Vidia. Di satu sisi ingin menceritakan kejadian sebenarnya, tetapi di sisi lain ia akan tertawa tidak percaya."Lalu, kenapa kamu mengenakan lingerie jika mengaku tidak kenal?"Pertanyaan itu Vidia tekankan. Aku berdiri. "Ini bukan urusan kamu. Satu yang pasti adalah kami tidak saling kenal.""Lalu maksudnya Falen memperkosamu yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-16
  • Maduku Sayang   30. Cincin Berlian

    Aku mengambil ponsel mencoba menghubungi nomor Yuni, tetapi tidak aktif. WhatsApp-nya pun last seen kemarin. Apakah sibuk atau ada agenda khusus sampai tidak menyempatkan memegang ponsel?Tunggu! Sepertinya nomor tadi bukan milik Yuni karena terlihat beda. Aku hafal sekali ujung nomor sahabatku itu dan ini ... apa ada yang mengendalikan ponsel ini?Debar-debar dalam dada seakan saling berkejaran. Aku menarik napas panjang karena merasa tidak enak. Meskipun ia ada rencana jahat dengan cara mendekati Vidia, tetap saja bisa ketahuan ketika ia lengah.Kelicikan Vidia tergambar jelas dari wajahnya dan Ferdila begitu bodoh harus memilih perempuan sepertinya. Alasan apa? Aku merasa sudah melakukan yang terbaik sebelum perempuan kedua itu datang ke sini dan merusak segalanya."Kamu di mana, Yun?" gumamku.Ingin menelepon Genta juga tidak berani, takut mengganggu waktu kerjanya. Entah bagaimana pula kabar lelaki itu karena sudah lama kami tidak saling berte

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Maduku Sayang   31. Yuni, Kamu Di Mana?

    Setelah kepergian Vidia, aku kembali mengecek ponsel. Tidak lupa membutakan mata, menulikan telinga agar ketika ia kembali memberontak aku tidak usah hadir menyaksikan atau mendengarnya.Kupandangi nomor telepon Yuni. Sial, benar bukan. Aku ingat betul digit terakhirnya.Notifikasi pesan membuyarkan lamunan, segera aku cek dan ada balasan dari orang yang dicari.Wahyuni : Di suatu tempat. Kamu tidak perlu tahu saat ini, Din. Kenapa?Aku : Aku khawatir banget sama kamu, seenaknya bilang gitu.Tidak ada balasan. Titik hijau sudah hilang, tertulis di bawah namanya 'aktif satu menit yang lalu.'"Kenapa dia?" gumamku lagi.Aku berusaha mengingat kejadian kemarin jangan sampai melakukan kesalahan. Akan tetapi, sampai sepuluh menit berlalu tidak ada yang aku dapatkan.Mungkinkah ia seperti ini karena rencana menghancurkan Vidia atau dia sendiri yang sudah dihancurkan jadi memilih kabur dan tidak ingin ada yang tahu keberadaannya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Maduku Sayang   32. Izin dari Suami

    "Fer, aku izin ke luar sebentar," ucapku pada Ferdila pagi ini setelah tiga hari berpikir mencari solusi."Ke mana?""Cari kerja." Ucapanku berhasil membuatnya berhenti mengunyah. Ia menatap heran bukan amarah. Memang sejak tiga hari pula kami tidak saling bertegur sapa dan kupikir jika mendapat kerja bebannya akan terasa ringan.Jika terus berada di rumah ia bisa dengan mudah merendahkanku yang tidak punya penghasilan. Apalagi Vidia juga tidak bekerja dan selain itu sibuk dengan banyak hal bisa sejenak melupakan beban pikiran terutama jika ada teman yang menghibur."Kerja di mana?"Aku memang belum tahu ke mana harus mencari pekerjaan dan akan bekerja sebagai apa. Surat lamaran saja belum ada. Namun, melihat postingan Elsa di Facebook tadi malam yang membuka lowongan kerja membuatku tertarik dan semakin membulatkan tekad.Kerja di salon. Jika belum berpengalaman, boleh di-training selama seminggu sampai sebulan tergantung skill. Lagian kala

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Maduku Sayang   33. Kejutan Untuk Ardina

    "Aku pun tidak akan pernah lupa untuk membalas kejutanmu, Ardina. Sebuah kejutan yang tidak akan pernah kamu lupakan!" balasku mendengar ucapan Ardina. Ia mengira aku tidak kembali ke luar dari kamar dan mengintip pergerakannya.Entah perempuan itu bodoh atau tidak, dia sungguh lupa siapa aku. Tidak mungkin seorang Vidia Maida akan melepaskannya begitu saja. Rencana bekerja itu sudah aku ketahui karena mengintipnya tadi malam yang menelepon di dapur.Rengekan tadi itu adalah palsu. Hanya sebuah kamuflase agar tidak ada curiga dalam hatinya kalau aku akan memberi kejutan di rumah ini. Nantikan saja, hanya sebentar lagi."Ardina!" panggilku.Perempuan yang baru saja selesai mencuci piring menoleh dengan senyum manisnya seakan kami adalah sahabat yang tidak saling memiliki dendam. "Ada apa, Vid?""Kamu mau keluar nyari kerja, 'kan?"Dia mengangguk."Kalau begitu sekalian belikan seblak. Aku ngidam itu, pengen banget makan seblak kamu yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Maduku Sayang   34. Kejutan Lagi

    Perempuan itu terlihat menganga. Dia pasti tidak menyangka aku yang melakukan ini semua dalam waktu singkat. Tangannya gemetar, tubuhnya terperosok ke bawah. Aku ikut mensejajarkan diri."Kamu tidak suka, Din?""Kamu yang melakukan ini?" tanya Ardina tidak percaya."Iya, aku yang melakukannya! Aku yang menyuruh orang-orang untuk membunuh Yuni dengan menyiksanya selama dua hari ini!" ucapku lantang.Air matanya berlinang dan jatuh begitu cepat. Dia mendekati Yuni yang mulai pucat. Aku bangga bahkan sangat puas melihat kedua sahabat berpisah. Ardina memegang pipi itu lembut berulang kali berucap maaf."Vidia Maida, kamu tidak hanya berusaha memisahkan aku dari Ferdila, tetapi juga sahabatku tercinta. Lantas, siapa lagi targetmu?!" tanya Ardina lantang.Mendengar itu aku hanya tertawa riang seperti orang gila karena terlampau bahagia. Target selanjutnya tidak usah bertanya, cukup nantikan kelanjutan surprise ini. Kematian Yuni hanyalah permulaa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Maduku Sayang   35. Dendam

    Vidia menoleh dengan wajah angkuhnya. Aku menarik sudut bibir, kemudian berucap lembut, "Kamu harus baik-baik di sini, Maduku Sayang."Perempuan berambut pirang itu tersulut emosi. Namun, aku harus segera pergi karena Yuni harus di makamkan lepas asar nanti. Genta yang sudah aku hubungi tadi merasa terkejut karena tidak menyangka maduku akan senekat ini.Hanya singgah mengucapkan itu untuk menambah perih dalam hatinya. Sepasang kaki ini menuntunku menjauh, kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah Yuni yang jaraknya lumayan jauh.Pukul 17.00 aku bersama Genta. Air mata jatuh membasahi pipi. Keluarganya sudah datang semua. Ada yang meraung padahal menurut agama itu tidak boleh. Jika ditegur pasti akan berkata, "Yuni bukan keluarga kamu jadi tidak merasa terluka dengan kepergiannya!""Kok, kamu bisa tahu kalau Vidia bunuh Yuni sampai datangin polisi hari itu juga, Din?" tanya Genta sambil mengangkat satu alisnya."Aku liat dari rekaman CCTV dan langau

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Maduku Sayang   36. Ferdila Sayang

    "Kenapa harus menangis, Fer? Bukannya senang karena Yuni meninggal dan tidak ada yang membantuku menyingkirkan istrimu itu?"Ferdila semakin mengeratkan pelukannya. Untuk sesaat aku tidak tega memenjarakan Vidia, tetapi jika membiarkannya hidup tanpa hukuman apakah akan sepadan?Yuni telah melakukan banyak hal untukku selama dia hidup dan saatnya aku membalas budi. Rasa sakit merebak ke seluruh tubuh, sunyi pun merajai hati dan aku hanya bisa mengembuskan napas kasar berusaha menerima takdir."Maafkan aku, Sayang. Aku menyesal," lirih Ferdila. Aku membalikkan badan dan menatap matanya dalam. Tidak ada kebohongan di sana."Maafkan aku yang selama ini tidak bisa mengawal perasaan bahkan tidak pernah berlaku adil. Sementara Vidia ada dalam penjara, mari kita buka lembaran baru," lanjutnya lagi.Aku terenyuh dengan kalimat Ferdila. Detik selanjutnya dia mendaratkan kecupan di kelopak mata yang perlahan tertutup. Sesuatu yang sudah lama tidak aku rasaka

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19

Bab terbaru

  • Maduku Sayang   144. Kasih Untuk Kekasih

    POV AUTHOR 💚 "Jangan pergi atau akan semakin menyakitimu." "Tapi, Ferdila–" "Dia khawatir bukan karena cinta, melainkan rasa bersalah karena telah merobek mulut Vidia. Kamu di sini, tunggu kabar di telepon saja," potong Arnila. Dia tidak ingin adik kembarnya khawatir. Masalah Ferdila salah peluk kemarin biar menjadi rahasiaku sendiri selama Naren tidak tahu juga Vidia maka akan baik-baik saja. Adikku harus bahagia, batin Arnila sedih. Ponsel berdering, ada pesan masuk ke aplikasi hijau. Perempuan tempramental itu mengurangi cahaya layar agar tidak ketahuan kalau ada pesan masuk apalagi jika kabar buruk. Benar saja, Naren mengabari bahwa Vidia meninggal. "Mereka kok lama ya? Gak ada kabar lagi," keluh Ardina. Dia memikirkan suaminya. "Gini, Din ...." Arnila menggigit bibirnya, dia menunduk dalam. Sementara di rumah sakit sedang gaduh. Naren mengurus banyak hal termasuk meminta mereka semua tutup mulut. Pasalnya

  • Maduku Sayang   143. Terungkap Semua

    POV ARDINA💚Selesai makan malam, terdengar deru mobil dari luar. Aku dan Arnila saling berpandangan. Jantung berdegup cepat tak ubahnya pacuan kuda. Beberapa kali aku menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan."Tenang, Ardina. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku yang akan menjelaskan semua ini. Kamu diam dan hanya menyahut ketika kutanya. Oke?"Enak sekali menjadi Arnila karena dia terlihat seperti tidak memiliki beban hidup. Lagi pula jika ada yang mengusik tentu kalah dengan satu pukulan telak. Aku memaksa senyum.Pintu rumah terbuka lebar. Naren dan Ferdila melangkah beriringan. Begitu sampai di hadapan kami, keduanya bungkam. Aku bisa menangkap raut wajah suamiku menyiratkan kebingungan."Ardina yang mana?" tanyanya setelah hening beberapa saat."Fer, biar aku jelaskan semuanya. Aku Arnila saudari kembar istrimu. Kita berpisah sudah lama bahkan ketika kamu menikah, tidak sempat hadir." Arnila menjeda kalimatnya.D

  • Maduku Sayang   142. Wajah Baru

    POV AUTHOR💚Satu minggu pasca operasi, Vidia sudah merasa sehat sekalipun disibukkan dengan mengganti perban. Perawat menyarankan untuk tidak memakai cermin hingga masa penyembuhan selesai, tetapi dia bersikeras."Baiklah," jawab seorang perawat. Dia keluar mengambil cermin.Sementara Vidia dia begitu penasaran dengan bentuk wajahnya setelah digunting Ferdila. Rasa untuk balas dendam semakin membuncah. Dia merasa tidak bisa hidup tenang sampai Ardina merasakan luka yang sama atau bahkan lebih perih.Rambut indahnya pun sudah hilang. Dia memakai rambut palsu sejak kemarin. Tidak ada yang diizinkan masuk menjenguk walau orang itu mengaku sebagai sahabat dekatnya.Orangtua Vidia tidak tahu kabar ini karena Naren menutup mulut semua orang bahkan memalsukan data agar tidak ada yang bisa mengecek keberadaannya.Beberapa menit menunggu, seorang perawat datang dan menyerahkan sebuah cermin. Namun, sebelum itu dia berpesan agar V

  • Maduku Sayang   141. Rumah Sakit

    "Gimana keadaan Vidia, Ren? Ada yang tahu perkara ini?" tanyaku khawatir.Kami sudah berada di rumah sakit sejak sepuluh menit lalu. Ferdila terus diam menangisi kebodohannya. Aku terus menghibur dengan dalih Vidia yang salah."Dia ditangani dokter. Tenang saja, aku bisa membungkam mulut mereka semua. Sekarang kamu fokus pada diri sendiri. Beruntung di outlet tadi lagi sepi," jelas Naren."Terimakasih, Ren. Kami berhutang budi padamu," ucapku tulus, lalu kembali duduk di samping Ferdila.Suamiku benar-benar menyesali perbuatannya. Sekali lagi aku menghibur dengan mengalihkan pikiran. Alhamdulillah, dia bisa tersenyum ketika kukatakan akan pergi dari sini jika terus murung.Tangan kekar itu sekarang mengelus perutku yang rata. Dia menasihati calon anak kami agar tidak pernah selingkuh jika sudah lahir. Ferdila sadar, yang mendua kelak akan diduakan dan rasanya seratus kali lipat lebih sakit."Anak kita harus jadi salihah, tidak boleh se

  • Maduku Sayang   140. Mulut yang Robek

    Dua hari sejak kejadian itu Vidia belum juga pulang. Mungkin dia tahu kalau Falen meninggal di hari yang sama jadi ada rasa galau. Entah, ini hanya praduga.Naren pun tidak pernah datang, hanya ada aku dan Ferdila di sini. Outlet warna merah muda sudah terpasang rapi di halaman rumah. Senin lalu mulai buka. Beruntung banyak pelanggan sampai Ferdila sedikit kewalahan."Jualan bakso?" tanya Vidia tiba-tiba ketika Naren sedang sibuk meladeni satu pelanggan terakhir. "Makanya aku malu balik ke sini karena gak mau punya suami tukang bakso. Mana jualnya di depan rumah, ogah banget!""Kalau begitu silakan pergi dari sini!" geram Ferdila."Iya, walau tidak kamu minta aku akan pergi! Dasar lelaki miskin!" makinya sambil melangkah masuk rumah.Dia memang tidak punya malu. Sudah mengatai suami sendiri, tapi dengan santainya melangkah masuk rumah. Aku sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan Vidia.Sebenarnya Ferdila ingin membahas masalah abo

  • Maduku Sayang   139. Klinik Aborsi

    "Kamu menang kali ini, Din!" gumam Vidia, tetapi aku masih mampu mendengarnya.Dia berdiri, memungut ponsel itu dan melangkah masuk kamar. Pintu dibanting kasar. Aku sampai mengelus dada berulang kali sambil membaca istigfar. Semoga saja janin dalam kandungan ini kuat dan dilindungi sama Allah.Naren meminta kami istirahat saja dulu kbawatir pikiran semakin kacau. Ferdila setuju, lalu menuntunku masuk kamar. Sabtu besok dia harus ke tukang kayu untuk mengambil outlet karena memang tidak melakukan pengiriman khusus weekend."Besok, kamu jangan keluar kamar. Nanti bisa dikerjain Vidia. Kalau bisa pas lagi makan aja. Oke?" Ferdila mengingatkan."Iya, Sayang."Aku menatap langit-langit kamar. Entah kenapa ada firasat hal buruk akan terjadi. Namun, suamiku selalu mengingatkan bahwa kita harus berprasangka baik agar jika ada petaka, dia akan pergi.***Pagi menyapa, dua jam lalu Ferdila pergi bersama Naren. Jarak rumah tukang kayu itu lumay

  • Maduku Sayang   138. Naik Pitam

    Malam menyapa ketika kami bertiga sedang kumpul di depan televisi. Vidia datang dengan senyum merekah dan duduk di dekat kami. Tangannya mengeluarkan ponsel dari saku.Aku cuek saja, lalu meraih gelas dan meneguk isinya. Malam ini tidak boleh stres karena bisa berakibat parah pada janin yang baru saja hadir dalam rahimku."Fer, tidakkah kamu berpikir Ardina mempermainkanmu?" Vidia membuka percakapan. Aku menoleh padanya begitupun Naren, tidak dengan Ferdila."Maksud kamu mempermainkan apa, Vid?" Aku bertanya.Ferdila menatapku dalam. Dia memberi isyarat untuk tidak merespon Vidia. Memang magrib tadi aku juga diperingatkan untuk mendiami perempuan berambut pirang itu agar tidak semakin menjadi atau berbuat sesuka hati.Aku memang setuju, tetapi mendengar kalimat itu membuat darah seketika nendidih dalam hitungan detik. Ingin sekali tangan ini menjambak rambut dan merobek mulutnya. Huh, hidup bersama Vidia memang tidak pernah membawa ketena

  • Maduku Sayang   137. Fitnah Venny

    POV ARDINA💚Aku baru selesai mandi ketika mendengar suara tawa perempuan di luar rumah. Namun, samar terdengar karena gemericik air mengganggu pendengaran. Setelah mengenakan pakaian rumah serta mengeringkan rambut, aku melangkah ke luar kamar dan menoleh ke kiri. Rupanya ada tamu Vidia."Sini, Din!" panggil Vidia. Aku mendekat karena menghormati tamu dan duduk di samping adik madu.Perempuan ini cantik sekali. Wajah dan postur tubuhnya terpahat sempurna. Kulit putih bersih bahkan mengalahkan Vidia. Aku kagum, entah darimana asalnya. Akan tetapi, semoga hati perempuan itu tidak seburuk Vidia.Aku tersenyum ketika dia memperkenalkan nama. Dia Venny dan aku–"Dia ini kakak maduku, Ven. Namanya Ardina." Vidia mendahuluiku memperkenalkan diri. Sudahlah, tidak mengapa selagi masih wajar.Perempuan itu tersenyum ramah. Hingga detik ini aku merasa masih aman-aman saja. Vidia menjelaskan kalau temannya itu baru tiba dari Jepang. Aku m

  • Maduku Sayang   136. Rencana Busuk Vidia

    POV VIDIA MAIDA💚Mereka terlalu bahagia di dalam sana sehingga membuat muak untuk melihat terlalu lama. Aneh sekali kenapa Ardina bisa hamil. Apakah ini yang dinamakan keajaiban?Huh, aku mengembus napas kasar begitu ingat tentang Ferdila yang tidak lagi bekerja di kantor. Untuk apa bertahan? Pertanyaan itu sesuatu yang konyol, tentu saja ingin mengais harta lelaki itu. Aku sangat yakin dia memiliki tabungan di bank."Sial!" umpatku ketia Ferdila menoleh dan langsung melangkah ke dekat televisi.Ada ide lain, aku harus melakukan sesuatu yang tidak disukai perempuan itu bahkan kalau bisa menyebar fitnah agar dicerai dalam keadaan hamil. Pasti ada cara yang paling jitu.Mudah! Aku akan melakukan satu rencana yang sangat besar. Bahkan sudah ada dalam pikiran. Naren pasti akan sering ke sini karena Ferdila tidak lagi sibuk di kantor. Kelihatannya bakal ada usaha baru yang akan dikerjakan."Vidia?" Suara Ferdila mengagetkanku yang

DMCA.com Protection Status