Beranda / Romansa / Madu untuk (Mantan) Tunanganku / Ditinggal di Malam Pertama

Share

Ditinggal di Malam Pertama

Penulis: Herlina Teddy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-07 21:21:52

Bab 2

"Gimana?"

"Apa yang gimana, Bu?"

Keesokan pagi jam tujuh, Giandra disuruh Emma check out dari hotel. Istri pertama itu menyetir sendiri dan menjemputnya.

"Tadi malam? Berhasil? Kamu jadi pake baju dinas yang aku kasih?"

Giandra tersenyum masam kala ingatannya tentang peristiwa kemarin mencuat dalam benak. Wajah sinis dan dingin Darren terlintas, membuat bulu kuduknya berdiri semua.

"Kenapa?"

Emma bertanya tatkala melihat Giandra tak memberi respons sambil terus mencengkram setir. Jalanan di hari Minggu tidak seramai hari biasa, makanya Emma berani membawa mobil sendiri yang mana hari biasa selalu ditemani suami atau supir.

"Suami Ibu kabur di malam pertamanya."

"Maksudnya?" Sedikit terkekeh, Emma bertanya.

"Iya, aku ditinggal sendiri di hotel mewah itu. Pak Darren pergi setelah marah-marah tak jelas dan memaki. Tak lama setelah Bu Emma pulang meninggalkan kami berdua di kamar itu."

Emma tergelak. Senang karena merasa suaminya benar-benar tidak mencintai istri barunya. Meski dia tahu, kalau paras Giandra akan mengingatkan pria itu dengan seseorang yang sangat berkesan dalam hidupnya.

"Kalau begini terus, aku khawatir tidak bisa meneruskan rencana Ibu." Giandra menunjukkan wajah pasrah. Dia bingung bagaimana harus menghadapi suami sekaligus atasan tersebut. Pria itu kentara tidak menginginkan kehadirannya.

"Kamu tidak bisa bilang begitu, Gi. Kamu sudah menerima uangku. Kamu harus menuntaskan tugasmu segera."

Berdecak kesal, Emma tak mau Gian menyerah begitu saja. Enak saja. Sudah menerima haknya, tetapi tidak mau menjalankan kewajiban yang sudah dibebani.

"Kayaknya Pak Darren benci sekali dengan aku, Bu. Bagaimana mungkin dia mau melakukan hal itu kepadaku? Tatapannya kayak mau menerkamku hidup-hidup."

Keluhan Giandra membuat Emma mengangkat satu sudut bibir, merasa lega atas sikap suaminya. Berarti apa yang dikatakan Darren padanya dianggap serius.

"Aku tak bisa melakukan hubungan suami istri dengan wanita manapun selain kamu, Emma. Jadi aku mohon jangan menyuruhku melakukan sesuatu yang aku sendiri tidak mau melakukannya."

Pengemudi itu menarik napas sebelum kembali mengatakan sesuatu kepada adik madunya.

"Mas Darren memang seperti itu dengan wanita yang ingin aku pinjam rahimnya. Itu artinya cinta Mas Darren hanya untukku. Dia tidak akan bisa jatuh hati kepada wanita manapun, termasuk kamu. Meski wajahmu cantik dan tubuhmu seksi. Dia tipe pria yang setia."

Emma tersenyum memamerkan lesung pipi yang sedikit dalam. Cantik dan elegan, itu yang dirasakan Giandra ketika pertama kali mereka bertemu.

"Dia terlihat galak di depan wanita lain, tapi di depanku dia selalu lembut, baik dan perhatian. Karena aku tahu cara mengambil hatinya." Emma melanjutkan beberapa menit kemudian ketika Giandra hanya diam, tak memberi komentar apa pun.

"Bagaimana caranya, Bu?"

Tersirat sedikit penasaran dengan suami berwajah dingin itu, apa ada cara tertentu untuk meluluh hatinya?

Emma tak langsung menjawab. Dia pun harus tetap fokus pada jalan di mana saat mobilnya mulai berbelok memasuki kawasan perumahan elit tempat tinggalnya. Sekaligus membiarkan Giandra menunggu dan memeluk rasa penasarannya beberapa detik.

"Rahasia. Tak mungkin aku beritahu kamu. Aku khawatir setelah kamu tahu rahasia itu, nanti dia jatuh cinta padamu."

Deretan gigi rapi dipamerkan dan kerlingan mata pun diberikan Emma kepada Giandra setelah kalimatnya usai diucapkan. Bersamaan itu pula, jari Emma menekan klakson ketika berada di depan pagar besi hitam yang tingginya diperkirakan dua meter.

Pria paruh baya berseragam segera membuka besi kokoh dan membungkuk ketika mobil putih Emma melewatinya. Dalam hitungan dua menit, mobil mewah tersebut terparkir sempurna di halaman, samping mobil hitam berinisial M, milik suaminya.

"Yuk, kita turun."

"Buat apa kita ke sini?" tanya Giandra sedikit aneh. Dia bukan tak tahu ini adalah rumah Darren dan Emma.

"Sekarang kamu juga tinggal di sini bersama kami. Selain itu, aku lebih leluasa memantau agar kamu tidak lari dari tanggung jawabmu. Ingat, kamu hanya perlu membuat dirimu hamil bukan membuat dirimu mencintai suamiku. Paham?"

Nada itu penuh penekanan. Dia pun langsung turun dari mobil tanpa menunggu tanggapan Giandra yang langsung membuang muka ke arah rumah megah bak kastil cinderlela.

***

Dengan ragu ditemani seorang pelayan berseragam putih, kaki Giandra menjejaki lantai marmer nan mahal dengan lambat. Emma sudah masuk rumah terlebih dahulu, membiarkan madunya terbiasa dengan suasana baru.

"Sebelah sini, Bu."

"Panggil aku Gian saja, Mbak. Tidak usah sungkan."

"Maaf, saya tidak bisa, Bu."

Jawaban pelayan tersebut memaksa Giandra diam, tak bisa berbuat banyak hal. Lagipula menurutnya, itu bukan masalah besar dan tidak berpengaruh banyak meski telinganya tidak nyaman dengan sebutan tadi.

"Untuk apa kamu menyuruhnya datang ke sini, Emma?"

Suara itu terdengar ketika baru saja Giandra tiba di ruang makan. Bola matanya mengedar ke sekeliling ruang makan. Meja dan kursi dengan warna senada berbahan kayu mahal, sedang ditempati Darren dan Emma. Wanita itu masih mengunci diri, belum berani melangkah lagi setelah mendengar kalimat Darren yang menatapnya tak suka. Entah benar tak suka kehadirannya karena diri itu atau karena pakaian yang dikenakan.

Giandra terlihat cantik dan seksi dengan tanktop merah dilapisi kardigan hitam. Tertutup bagian lengan tetapi terlihat jelas mulusnya kulit leher dan sedikit belahan dada yang indah. Celana yang dipakai berwarna hitam, lima belas centimeter di atas lutut.

"Dia itu istrimu juga, Mas. Dia berhak tinggal bersama kita."

Emma meletakkan kembali sendok dan garpu kemudian berdiri, berjalan mendekati Giandra yang masih bingung harus berbuat apa. Dia tak nyaman iris mata Darren yang terus memindai dirinya.

"Yuk, ke sana. Sapa dia dengan hormat." Emma berbisik ketika sudah berdiri di depannya.

Masih bimbang, tetapi Giandra patuh dan mulai melangkah setelah menarik napas panjang. Ini bagian risiko yang harus dihadapi, berhadapan dengan atasan sekaligus suami dingin yang telah membentengi diri dari sosok wanita, selain istrinya.

Dia menghentikan langkah, memberanikan diri menarik dan duduk di samping suami yang baru menikahinya kemarin siang. Siapa sangka, baru saja melekatkan bokong di kursi, kembali dia harus berupaya menulikan telinganya terhadap ocehan pria berkaos hitam itu.

"Jangan pernah berpikir akan menjadi nyonya besar di rumah ini! Kamu hanya dinikahi secara siri dan itu pun hanya sementara."

"Tidak, Tuan yang terhormat. Aku tidak pernah berpikir sejauh itu. Aku hanya ...."

Gian mencoba memberi penjelasan jika dirinya tak berkeinginan menguasai rumah dan hartanya. Dia akan bekerja profesional sesuai perjanjian yang ada.

"Kamu wanita yang terlalu berani mengambil risiko. Ingat, kamu juga tidak akan mendapatkan fasilitas seperti yang aku berikan kepada istriku. Tidak ada kartu kredit dan supir pribadi."

Gian senyum remeh, juga tidak menyangka akan dinilai seperti wanita matre. Ingin dia menegaskan alasannya menerima tawaran itu bukan karena ingin hidup enak menumpang agar bisa mendapatkan hak yang sama dengan istri sahnya.

"Iya, Tuan. Aku tidak tertarik akan ..."

"Jangan memotong pembicaraanku. Aku belum selesai. Selain tak tahu malu, ternyata kamu wanita yang tak tahu sopan santun ya? Apa kamu pernah diajari untuk menghormati suamimu yang sedang berbicara? Harusnya kamu dengarkan sampai aku selesai dan menunggu sampai aku mempersilakan kamu untuk berbicara."

Nada itu penuh penegasan, tatapan yang diberikan sulit diterjemahkan. Namun, wanita itu masih tak gentar untuk mempertahankan egonya

"Apa katamu, Tuan? Suami? Apa Tuan sudah menganggap aku istrimu?"

Lagi, tanpa takut, Gian pun menyahuti dengan nada mengejek. Salah satu alisnya pun terangkat. Dia tak menyangka akan menghadapi pria super arogan, menjilat ludah yang sudah dibuang ke lantai. Bukankah dia telah meremehkan dan tidak menganggapnya sebagai istri? Kini, dia menganggap dirinya adalah suami yang harus dihormati. Ah, terlalu naif.

Mendengar kalimat istri barunya, Darren berdecak keras, berdiri lalu berjalan meninggalkan ruang makan yang mendadak menjadi mencekam

"Ajarin dia sopan santun pada orang yang seharusnya dihormati. Aku tidak mau kamu memungut orang yang tak mempunyai akhlak dan tak berpendidikan seperti dia."

Ucapan Darren tertuju pada Emma sebelum dia benar-benar menghilang dari pandangan Giandra. Wanita itu masih betah duduk menatap nasi goreng seafood dan jus jeruk yang belum tersentuh sama sekali di meja Darren. Makanan yang sukses memilin usus dan meningkatkan rasa lapar karena tadi malam Gian belum makan apa-apa.

"Kamu semestinya tidak menyahuti Mas Darren yang ujung-ujungnya akan membuatnya semakin kesal. Kamu harus bersikap hormat dan sopan. Tahan mulutmu untuk melawan. Kalau kamu terus menerus melakukan cara ini, kamu akan dalam masalah. Kamu paham?"

Emma memberi petuah sebelum melangkah keluar, menemui suaminya.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
D'naya
Makin seru, bikin penisirin
goodnovel comment avatar
Intan Resa
semangat ya
goodnovel comment avatar
D Lista
penasaran dengan lanjutannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Kamu Cemburu, Mas?

    Bab 3"Untuk apa kamu ke sini?"Bulan lalu sebelum pernikahan digelar, Darren dikejutkan dengan kehadiran Gian di perusahaan. Pasalnya, Emma belum memberitahukan kalau Gian akan bekerja selama dia berstatus istri sirinya."Aku, aku dapat panggilan dari Bu Emma untuk bekerja di sini. Apa aku salah alamat?" Giandra dengan kemeja ketat yang menampilkan lekuk tubuh dan rok selutut, menjadi ciri khas gaya pakaiannya."Untuk apa?"Tak sengaja, langkah Darren terhenti tatkala bertemu wanita itu di koridor saat ia baru saja sampai ke lantai empat menuju ke ruangannya. Mata elang itu memandang Giandra dan membenarkan paras yang sangat mirip dengan wanita masa lalunya. Tanpa sadar, ingatan penghianatan Jasmine, mantan tunangannya, mencuat kembali. Wajah itu hampir menghentikan jalur napas dan rasa sakit merayap ke dalam diri."Eh, maksud Bapak apa?"Waktu itu, wanita 165 centimeter itu tahu pria yang berdiri dengan jarak dua meter adalah pimpinan perusahaan sekaligus calon suaminya. Ia sudah di

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bersiaplah Malam Ini

    Bab 4"Apa benar, orang yang membenci kita, lama kelamaan bisa jatuh cinta kepada kita?"Tadi di kantin, Giandra terpaksa harus menutup mulutnya dan tak meminta tanggapan Karina. Ia tak nyaman keberadaan Irvan di sana. Meski tak suka tetapi bukan berarti ia bisa mengusirnya. Itu tempat umum dan siapa saja boleh mengunjunginya. Apalagi suasana di sana cukup ramai, ia tak mau memantik kerusuhan dengan mengomel saat Irvan sengaja merayu dan menggombal. Ia menahan padahal kupingnya panas dan gatal. Ia berusaha secepat mungkin menyelesaikan aktifitas makan dan segera pergi meninggalkan kantin."Maksud kamu, Pak Darren, ya?""Ih, sembarangan aja kalau ngomong." Cepat sekali Giandra menebas kalimatnya. "Lalu?" Tatapan itu penuh membidiknya. Karina bisa menebak jalan pikirannya karena Gian pernah bercerita sekilas tentang sikap sinis dan dingin si atasan. Hanya sepintas saja, tidak begitu detail."Bukan siapa-siapa. Aku hanya sekadar tanya doang. Apa ada kemungkinan seperti itu?"Karina men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Si Pengecut Hardi

    Bab 5"Mana uangnya, Bu!"Baru menginjakkan kaki di teras, Giandra mendengar suara keras Hardi di dalam rumah. Buru-buru dia masuk untuk melindungi ibu dari sikap sang abang yang selalu memerasnya."Ibu tak punya uang lagi, Nak. Semuanya sudah kamu ambil kemarin.""Ibu, kan, jualan kue tadi pagi, masa nggak terjual satu pun. Pasti ada, kan? Mana uang hasil jualan itu?"Hardi yang berdiri tak jauh dari ibu, sedang duduk mulai memasang mata melotot. Dia seakan-akan tak peduli dengan wajah sendu dari orang yang telah melahirkannya."Uang itu buat modal bahan kue besok, Nak." Ibu masih mencoba memberi alasan yang masuk akal. Dia berharap anak sulungnya mengerti dan tidak mengambil tabungan terakhir yang bisa digunakan untuk menyambung empat nyawa dalam keluarga itu."Halah, modal terus yang Ibu bilang. Memangnya tak ada untungnya dari penjualan hari ini?""Ada, Nak. Tapi itu untuk beli beras jatah seminggu." Suaranya terdengar bergetar, menyimpan rasa ketakutan yang berlebih."Untuk apa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 6A B*jingan Kau, Bang!

    Bab 6APonsel yang diletakkan di meja balkon berdering saat ia belum puas menyaksikan keindahan malam yang dilihat dari balkon lantai lima belas. Wanita yang sudah siap dengan pakaian dinas malam nan hitam itu meraih benda yang minta disahuti. Nama Jihan tertera di sana.Ponsel yang diletakkan di meja balkon berdering saat ia belum puas mengenang kisah lalu tentang pria brengsek tersebut. Gara-gara hal itu pula, mood untuk menyaksikan keindahan malam yang dilihat dari balkon lantai lima belas, pun lenyap. Wanita yang sudah siap dengan pakaian dinas malam nan hitam itu meraih benda yang minta disahuti. Nama Jihan tertera di sana.Sebisa mungkin Gian tampak biasa, meski dadanya sempat berdebar karena dikira Emma yang menelepon atau Darren yang sudah berdiri di depan pintu unitnya."Kamu, kok, belum tidur, Han?""Ini baru selesai belajar, Kak. Tadi pagi sampai siang bantu Ibu bikin kue pesanan Emak Ijah. Lumayan, buat hajatan besok kata

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 6B Tawaran Emma

    Kata orang, kasih ibu sepanjang masa. Cinta seorang ibu kepada anak melebihi segala sesuatu yang ada di dunia. Kasih sayang ibu sangat sempurna dan sejahat apa pun anak menyakitinya, beliau tak akan pernah bisa membencinya. Seorang ibu rela melakukan apa aja meskipun nyawa taruhannya. Semua petuah itu berlaku untuk ibu.Diam-diam, ibu menggadaikan sertifikat rumah dan uangnya dipakai untuk menebus denda agar putranya bisa bebas dari hukuman penjara. Setidaknya itulah yang dikatakan Hardi pada perempuan renta tersebut . Namun, karena keluguan yang dimiliki ibu, lagi-lagi Hardi membohonginya. Pria jahat itu kabur dari penjara setelah mengambil semua uang. Entah bagaimana caranya, seusai ibu mengunjungi dan menyerah uang puluhan juta, Hardi menarik langkah seribu dari penjara. Kini, Hardi menjadi buronan polisi.Ah, miris sekali kehidupan wanita yang melahirkan anak seperti Hardi. Sebulan kemudian dua pria yang berprofesi sebagai kreditur mendatangi rumah dan menemui

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 7 Tak Kunjung Datang

    "Kak!"Suara itu menarik paksa sepotong peristiwa beberapa bulan lalu. Ternyata Jihan masih saja menunggu respons di balik telepon. Entah, akhir-akhir ini Giandra terlihat sering melamun, seolah masalah tidak pernah berhenti mengejarnya."Kak, apa Bang Jacky ...."Kesadaran Gian dipaksa menuju ke alam kenyataan karena suara lembut Jihan. Wajah Hardi pun terurai seketika. Wanita itu menggosok matanya berusaha membuang sisa bayangan wajah Hardi yang ada di pelupuk mata."Kenapa dengan Jacky?""Apa kalian sering bersama saat di Jakarta?" Terdengar sedikit ragu nada bicaranya, Gian tersenyum seolah mengerti maksud adik perempuan tersebut. "Hm, tidak terlalu, Han. Kakak di sini, kan, kerja di perusahaan dari Senin sampai Jumat. Kalau nge-MC bareng Jacky ambil hari Sabtu atau Minggu. Itu pun nggak tidak minggu ada jadwalnya. Ya, tapi kebetulan untuk minggu ini Kakak memang full ngisi acara."Hening beberapa det

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 8A Mengenang Masa Lalu

    Di tempat lain"Kenapa kamu menghianatiku, Jasmine? Apa salahku? Apa kekuranganku? Ke mana kamu sekarang? Apa kamu sudah menikah dengan pria itu? Aku ...."Rasanya tak sanggup Darren melanjutkan deretan kalimat yang selalu menyulutkan amarah sekaligus kesedihan yang amat terdalam. Sudah berkali-kali, dia mencoba membuang nama dan wajah wanita masa lalu dalam hidupnya, tetapi selalu gagal. Bayangan Jasmine seolah seperti hantu yang terus menari di tempurung kepala dan mengakar di hati."Bro, kamu sudah menemukan Jasmine? Itu dia, kan? Karyawan baru di bagian divisi desain?"Entah sejak kapan, Fito datang dan langsung duduk di depannya. Mereka memang ada janji di kafe untuk membahas perencanaan mendistribusikan produk ke negara kangguru."Entahlah, yang kulihat wajah memang mirip, tapi nama dan gelagatnya beda. Aku belum yakin itu dia."Perhatiannya tiba-tiba tertuju pada layar 14 inch yang menampilkan foto gadis dua puluh tahun

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 8B Sosok Serba Hitam

    Sudah berkali-kali Fito mengingatkannya. Darren belum move on meski sudah ada Emma yang mengisi hidupnya. Cinta? Iya, Darren mencintai istrinya itu. Sebesar apa? Tentu tidak sebanding untuk Jasmine karena kata orang cinta pertama itu memang cinta yang sulit dilupakan. Lantaran bayangan wanita itu telah meninggalkan jejak pada area sensorik otak Darren.Helaan napas Darren terdengar kasar, tangannya menutup layar yang ada di depan. Suasana hati tiba-tiba kacau detik itu. Pernikahan siri dengan Giandra kemarin pagi membuatnya harus berada di dekatnya kembali. Apalagi keinginan Emma yang di luar nalar, segera menghamili istri muda tersebut. Bagaimana mungkin?"Tapi peristiwa itu masih cukup misteri, menurutku." Setelah menyeruput teh hijau panas, Fito melanjutkan opininya. Seketika rasa hangat menjalar tenggorokan sampai ke lambung. Aroma khas teh tersebut memanjakan hidung sehingga otaknya mudah berpikir jernih. Lalu, dia menatap lawan bicara tanpa berkedip

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11

Bab terbaru

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42D I Promise You

    Gian menghentakkan tangan Darren yang menggenggam tangannya saat mereka sudah menginjak lantai kantor."Kenapa?" Tanpa melepasnya, dia menoleh ke arah Gian sambil terus berjalan menuju lift."Nggak enak dilihat anak-anak. Aku jadi grogi."Tersenyum lebar, Darren malah mengganti posisi tangan, merangkul bahu wanita yang jalan bersisian dengannya."Mas!" Mata Gian semakin melotot."Kamu istri sah sekarang. Kenapa malu? Ini kamu lihat apa yang aku bawa?"Gian menggeserkan bola mata menuju ke arah tangan yang memegang setumpuk kartu undangan. Dia mengerutkan kening lalu mendongak kepala mencari jawaban."Karyawan di sini harus kenal dengan nyonya Lesmana yang baru dan aku akan mengundang mereka semua.""What?"Tanpa memberi kesempatan Gian melayangkan protes, Darren membawanya masuk ke dalam lift bersama karyawan lain yang menyembunyikan rasa ingin tahu. Darren tampak tak peduli sedangkan Gian ber

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42C Keputusan Emma

    Pria itu Agung Wirawan yang kebetulan bertemu dengan Lidya di London dan berkenalan. Sudah lama dia tak pulang ke Indonesia sampai akhirnya dia menemukan flash disk rekaman CCTV. Entah siapa yang memindahkan rekaman itu ke dalam flash disk yang tak sengaja dia temukan di meja kerja sang papa.Di sana terlihat jelas Puspa memasukkan sesuatu ke dalam minuman si suami di dapur. Lalu, tak lama pria itu mendatangi meja makan dan meminumnya setelah disuguhkan Puspa. Hanya butuh sepuluh detik, papa Agung kejang dan mengeluarkan buih dari mulutnya. Sementara Puspa melipat tangan ke depan dada dan tak terlihat panik sama sekali. Sampai akhirnya, tubuh suaminya lemas dan melosot ke lantai."Mama membunuh papa?"Setelah menyaksikan sepotong cuplikan di layar laptop, mulut Emma membeo dengan pelan."Jangan panggil dia Mama. Dia bukan mama kita. Mama kita sudah tenang di surga. Wanita keji itu tak lain adalah seekor binatang yang kejam. Demi menguasai semua ha

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42B Kakak Emma

    "Jangan bunuh anakku! Pergi kalian! Pergi!"Suara keras memenuhi ruangan 3x3 meter. Dengan tangan yang terikat, terselip di baju khusus rumah sakit jiwa, Puspa meronta. Terkadang dia tertawa tak jelas ketika melihat sesuatu yang lucu baginya."Apa lihat-lihat? Belum pernah lihat wanita kaya dan cantik seperti aku?" Tawa di akhir kalimat itu membuat bulu kuduk Gian dan Emma merinding. Mereka tak diperbolehkan masuk karena khawatir Puspa akan melukai dan bertindak kasar. Mereka berdiri di depan pintu dengan jendela kaca di tengahnya. Hanya dengan cara ini, mereka bisa melihat wanita yang sudah divonis menderita gangguan jiwa oleh dokter.Seminggu lalu, saat melihat darah mengalir keluar dari perut Irvan, Puspa merasa sangat menyesal. Tidak sengaja telah menghilangkan nyawa darah dagingnya sendiri. Tak lama kejadian itu, beberapa polisi serta Darren masuk ke dalam ruang yang beraroma amis dan tak menemukan Gian.Emma. Wanita itu duduk sambi

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42A Ajukan Banding

    Mendengar kabar duka itu, Gian sangat terpukul. Dia tak menyangka bayi dalam perutnya tidak bisa bertahan sampai dia dilahirkan. Namun, dia tahu rasa nyeri di perut semalaman itu sudah memberi isyarat bahwa kondisi si janin sedang tidak baik-baik saja. Tidak ada yang bisa disesali, bukan kesalahan Darren karena terlambat datang menolongnya. Keesokkan harinya, Gian terpaksa menjalankan tindakan kuret yang ditemani Darren. Dokter mengizinkan lantaran wanita itu butuh pendamping yang menguatkannya. Dia bisa tiba-tiba menangis jika mengingat sesuatu hal sedih yang baru terjadi. Suasana hatinya tak menentu dan belum stabil.***"Bagaimana akhirnya Mas bisa menemukan aku di kota itu?"Setelah seminggu keadaannya sudah stabil, Gian memberanikan diri untuk bertanya hal yang ingin diketahui. Dia sudah bisa menerima apapun yang telah menimpa pada calon bayinya. Ikhlas dan pasrah."Selama ini diam-diam aku menautkan GPS di ponselmu dan aku bisa lel

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 41C Sadarkan Diri

    Namun jika dipikir kembali, Gian bisa mengambil semua hikmah yang terjadi. Dengan semua rangkaian permasalahan yang rumit itu, dia bisa kembali ke kehidupan masa lalunya. Bertemu Darren dan menjadi istrinya yang memang tak disengaja. Benar kata orang, skenario Tuhan tidak ada yang tahu bagaimana ending-nya. Akan tetapi dia percaya, semua akan indah pada waktunya.Entah apa yang dijawab Hardi, Gian tak bisa mendengarkannya. Nyeri menjalar di seluruh kepala ketika dia berhasil mengingat kejadian demi kejadian. Menutup mata, dia larut dalam mimpi. Lelah hati dan fisik membuatnya hanya bisa pasrah apa yang akan terjadi selanjutnya. Haus, lapar, sakit di sekujur tubuhnya bergabung menjadi satu paket. Deru napasnya terlihat berirama dan kesadaran itu menghilang.***"Sayang, kamu bisa mendengarkan aku? Bagaimana kabarmu? Apakah kamu membaik?"Perlahan, orang yang dipanggil membuka mata dengan mengerjapkan berkali-kali. Aroma obat khas rumah sakit menero

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 41B Makasih, Bang

    Kebetulan tadi di jam saat Puspa, Irvan dan Emma mau mengunjungi Gian, Hardi dan Jaka yang bertugas. Di dalam sana, dia melihat Gian terikat tali dan berniat melepaskannya jika ada kesempatan yang tepat. Tak lama, dia merasa alam telah merestui hajatnya. Aksi rebutan senjata tadi benar-benar memuluskan niatnya."Gian, ayo turun!"Pandangan Gian mengedar sekeliling dan tak tahu ada di mana. Tadi sepanjang perjalanan, dia menumpang tidur di punggung pria yang sudah lama dia cari. Akhirnya ketemu di tempat dan waktu yang sangat menegangkan. Hardi kembali menuntunnya masuk ke sebuah rumah kosong. Entah rumah siapa, dia tak tahu. Sedikit kotor dan gelap."Aku haus, Bang. Aku mau minum."Hardi meneliti wajah Gian yang semakin pucat, lalu mengedar sekililing ruangan."Abang nggak punya makanan dan minuman, Gi. Kamu sabar, ya. Setidaknya kamu di sini sudah aman. Kita tunggu sampe subuh. Kalau memungkinkan, Abang akan cari warung terdek

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 41A Maafkan Mama

    "Irvan! Anakku!"Jeritan itu terdengar keras lalu tak lama suara tangisan menggelegar. Haru dan sungguh kasihan melihat kedua insan tersebut. Ibu dan anak yang saling merebut senjata yang berakhir dengan tembakan di salah satu dari mereka.Membiarkan aksi itu, Hardi, si sosok serba hitam itu terus melangkahkan kaki sambil terus membantu Gian untuk bisa keluar dari ruangan yang mencekam. Dia tak peduli kalau dirinya akan diancam Puspa atau bertemu dengan polisi yang selama ini paling ditakutkan. Ingat, dia masuk dalam daftar pencarian orang."Kumohon, Jaka. Lepaskan wanita ini. Dia ... Dia adalah adik angkatku yang tengah hamil muda. Bukankah kau memiliki istri yang sedang hamil juga? Jadi, aku mohon belas kasihanmu. Pikirkan jika istrimu berada di posisi wanita ini. Tolong, Jaka. Aku mohon!"Dengan sedikit susah payah, Hardi terus berusaha keras agar bisa meluluhkan hati rekan kerjanya. Jaka yang masuk ke dalam ruangan, hendak mencegat Hardi ketik

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 40C Suasana Mencekam

    Suara Puspa keras tetapi bergetar. Kebencian yang mengakar kuat di hati menguar kala wajah mertua kejam itu terbesit dalam pelupuk matanya. Dendam harus segera dia tuntaskan detik itu juga. Saat lengah, dia tak tahu ternyata diam-diam kaki Irvan terus mendekat dengan pelan. Dengan cepat, tangan Irvan menangkap tangan si mama setelah jarak hanya terbentang satu langkah.Lantaran panik dan refleks aksi itu, Puspa tak sengaja menekan pelatuk pistol sehingga menghasilkan suara tembakan yang keras. Peluru itu melesat entah ke mana. Aksi rebut merebut pun terjadi lagi antara Puspa dan Irvan detik berikutnya.Emma yang berdiri di sana, menyaksikan dengan ketakutan yang dia ciptakan sendiri. Hatinya ngilu selepas mendapatkan pengakuan barusan dari Puspa yang belum pernah dia tahu sebelumnya. Dia? Siapa dirinya? Dari mana asalnya? Siapa orangtuanya? Dia belum tahu siapa dirinya sehingga dia bisa tinggal dan dirawat olehnya.Tiba-tiba suara tembakan kedua terdengar lagi yang membuat kaki Emma ki

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 40B Dia Harus Mati

    Kepingan ingatan saat si mertua mengusir lalu membuangnya ke hutan bersama Irvan kecil dan janin di perut. Sayangnya, calon bayi itu harus meninggal di perut karena guncangan demi guncangan saat dia terjatuh. Diri itu diperlakukan kasar oleh kedua bodyguard berjas hitam tersebut.Siapa yang menolongnya saat itu? Siapa yang merasa iba kepadanya? Tidak ada. Dia harus berjuang sendiri menjadi pengemis dan pemulung. Sampai akhirnya, dia terpaksa menjadi pelayan di salah satu bar. Di situlah dia bertemu seorang duda, tengah mencari kehangatan di malam yang dingin. Duda kaya yang mempunyai banyak anak. Jumlahnya berapa, si wanita tak pernah tahu. Memang, Puspa bisa seberuntung itu.Menikah dengan berganti nama dari Merlin menjadi Puspa, si duda menyanggupinya. Setelah menikah, Puspa merengek ingin merombak hidung dan bibirnya di negara ginseng dengan alasan untuk mempercantik diri.Bukan, bukan itu alasan sebenarnya. Dia sudah merencanakan jauh hari untuk membalaskan dendam. Dan, hari itu te

DMCA.com Protection Status