Share

Bab 6B Tawaran Emma

Penulis: Herlina Teddy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-10 14:06:05

Kata orang, kasih ibu sepanjang masa. Cinta seorang ibu kepada anak melebihi segala sesuatu yang ada di dunia. Kasih sayang ibu sangat sempurna dan sejahat apa pun anak menyakitinya, beliau tak akan pernah bisa membencinya. Seorang ibu rela melakukan apa aja meskipun nyawa taruhannya. Semua petuah itu berlaku untuk ibu.

Diam-diam, ibu menggadaikan sertifikat rumah dan uangnya dipakai untuk menebus denda agar putranya bisa bebas dari hukuman penjara. Setidaknya itulah yang dikatakan Hardi pada perempuan renta tersebut . Namun, karena keluguan yang dimiliki ibu, lagi-lagi Hardi membohonginya. Pria jahat itu kabur dari penjara setelah mengambil semua uang. Entah bagaimana caranya, seusai ibu mengunjungi dan menyerah uang puluhan juta, Hardi menarik langkah seribu dari penjara. Kini, Hardi menjadi buronan polisi.

Ah, miris sekali kehidupan wanita yang melahirkan anak seperti Hardi. Sebulan kemudian dua pria yang berprofesi sebagai kreditur mendatangi rumah dan menemui ibu. Mereka menagih cicilan di bulan keenam yang harus dibayar.

"Maaf, Pak. Bukannya saya tidak mau bayar, tetapi saat ini saya belum punya uang. Apa bisa diberi keringanan lagi?"

"Maaf, Bu. Sejak cicilan pertama kami sudah memberi keringanan untuk dibayar di bulan kedua. Tapi nyatanya belum ada itikad baik dari ibu untuk membayar sepersen pun kepada pihak kami. Ini sudah bulan keenam, Bu. Apa yang harus kami katakan kepada pimpinan jika kami memberi keringanan lagi kepada Ibu?"

"Tapi, Pak. Bulan ini saya janji akan membayarnya. Karena Minggu ini saya lagi ada banyak orderan kue. Jadi saya rasa sanggup membayar cicilan itu."

"Maaf, Bu. Kami hanya menjalankan tugas saja. Jika siang ini kami tidak mendapatkan uang, kami terpaksa segel rumah ini dan silakan Ibu meninggalkan rumah hari ini juga."

"Saya mohon jangan usir kami, Pak. Mau tinggal di mana kita jika kami pergi dari sini? Saya mohon belas kasihan kalian."

"Ibu?"

Giandra yang baru pulang dari pasar, sedikit terkejut melihat ibu yang sedang berlutut di hadapan kedua pria yang berseragam rapi.

"Maaf, ada apa, ya?" tanyanya dengan sopan setelah meletakkan barang belanjaan di meja teras, lalu mendekati dan membantu ibu untuk berdiri.

"Rumah ini akan kami sita karena sejak pinjaman itu kami belum mendapatkan uang cicilan dari kalian."

"Sita? Pinjaman?" tanya Giandra lirih dengan rona bingung dan tak mendapat sahutan apa pun dari mereka.

Dia sama sekali tak tahu akar permasalahan. Kepalanya menoleh menatap ibu dan meminta jawaban tetapi wanita berambut putih tersebut menuduk, menyembunyikan air matanya.

"Baiklah, kami kasih keringanan satu hari lagi. Besok kami akan datang kembali menagihnya. Jika belum ada pembayaran dari kalian, dengan sangat maaf, kami terpaksa menyita rumah dan mohon kalian kosongkan tempat ini. Permisi."

Kedua pria tersebut menjauh meninggalkan seribu tanya di dada Giandra. Setelah punggung kedua orang itu menghilang dari pandangan, Giandra memapah ibu ke dalam rumah. Dia harus tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Apa? Ibu gadai sertifikat untuk membebaskan Bang Hardi?"

Lemas sudah seluruh otot beserta sendi dalam tubuh, Giandra tak sanggup berdiri dan terduduk di lantai dengan jantung yang seolah berhenti berdetak.

"Maafkan, Ibu, Gi. Hardi juga anak Ibu. Ibu tak tega melihat dia mendekap di penjara seumur hidupnya. Dia harus mendapat kebebasan selayaknya orang pada umumnya. Lagipula kata Hardi, dia khilaf." Suara ibu bergetar bercampur rasa ketakutan dan kesedihan.

Meski dunia Giandra serasa runtuh, dia masih bisa menjelaskan kepada wanita yang sudah dianggap sebagai ibunya sendiri.

"Semua orang yang sudah dijatuhkan hukuman pasti akan berdalih menyatakan dirinya khilaf. Perbuatannya itu bisa dihindarkan jika tadi dia tidak berzina. Bermain dengan wanita yang sudah bersuami, lalu membunuh sengaja atau tidak sengaja, tentu harus mendapatkan hukuman yang setimpal."

Wanita renta itu tahu kesalahan yang tak bisa dimaafkan begitu saja. Hanya saja, slogan kasih ibu sepanjang masa masih melekat kuat di dada. Dia tak sanggup menolak permohonan saat putranya mengiba meminta uang. Terpaksa, harta satu-satunya peninggalan nenek pun dikorbankan.

***

Malam semakin larut, jarum jam dinding sudah menunjukkan angka sebelas kurang. Mata Giandra belum bisa terpejam, hati dilanda kegundahan yang amat terdalam. Ke mana uang lima puluh juta akan dia dapatkan dalam semalam? Tabungan yang sudah terkumpul di bank tidak cukup untuk membayar cicilan enam bulan beserta bunganya.

"Besok kami akan datang kembali menagihnya. Jika belum ada pembayaran dari kalian, dengan sangat maaf, kami terpaksa menyita rumah dan mohon kalian kosongkan tempat ini."

Deretan aksara itu kembali terngiang, mengusik dan mendebarkan jantungnya. Apa yang harus dilakukan jika benar besok orang itu datang kembali? Di mana akan dibawa ibu dan Jihan, adik perempuannya? Mereka sama sekali tidak punya saudara atau teman yang bisa dimintai bantuan. Rumah itu harus dipertahankan, entah bagaimana caranya. Kendatipun jauh dari kata mewah, setidaknya rumah yang sekarang ditempati dapat melindungi dari terik matahari dan hujan.

Belum lagi biaya daftar tes masuk kuliah Jihan bulan depan? Impian gadis delapan belas tahun itu adalah ingin menjadi arsitek terkenal. Kemampuan otak dan keterampilan menggambarnya bisa diacungkan jempol. Sayang rasanya jika Giandra menepis harapan gadis tersebut. Sang kakak sudah berjanji akan berusaha mencari dana untuk mewujudkan mimpinya.

"Urusan biaya biarkan Kakak yang pikirkan. Tetapi urusan ujian masuknya, Jihan harus rajin belajar agar lulus di jurusan itu."

Senyuman Jihan seolah mengisi semangat, Giandra sudah menyiapkan baterai tenaga yang penuh, berusaha bekerja dan menabung. Beruntung, dia bergabung dengan Event Organizer milik Jacky yang selalu menggunakan jasanya menjadi pembawa acara di event apa pun. Pernikahan, ulang tahun, dan reunian.

Terkadang jika tidak ada kerjaan dari pria itu, Gian pun rela mengambil posisi sebagai SPG produk di salah satu mall terbesar di Jakarta. Lumayan, seharian berdiri bisa mendapat ratusan ribu. Kemolekan wajah dan tubuh yang ramping menjadi modal utamanya bisa mendapatkan pekerjaan sampingan itu. Apa pun akan dilakukan, asalkan pekerjaan itu halal.

Saat menatap benda langit berwarna jingga di balik jendela, hatinya terasa sejuk seketika. Seolah benda itu mentransfer hawa dingin yang menentramkan pikiran. Sel saraf dalam otaknya pun mengingat kartu nama Emma yang dia simpan dalam laci meja belajar Jihan.

"Aku hanya pinjam rahimmu sampai anak itu lahir. Setelah itu, kamu bebas."

"Maaf, aku tidak bisa menerima tawaranmu."

"Bawa kartu ini dan hubungi aku kembali jika kamu berubah pikiran."

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Intan Resa
seru sekali
goodnovel comment avatar
D Lista
semangat gian
goodnovel comment avatar
Ardhya Rahma
Gian jd korban Hardi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 7 Tak Kunjung Datang

    "Kak!"Suara itu menarik paksa sepotong peristiwa beberapa bulan lalu. Ternyata Jihan masih saja menunggu respons di balik telepon. Entah, akhir-akhir ini Giandra terlihat sering melamun, seolah masalah tidak pernah berhenti mengejarnya."Kak, apa Bang Jacky ...."Kesadaran Gian dipaksa menuju ke alam kenyataan karena suara lembut Jihan. Wajah Hardi pun terurai seketika. Wanita itu menggosok matanya berusaha membuang sisa bayangan wajah Hardi yang ada di pelupuk mata."Kenapa dengan Jacky?""Apa kalian sering bersama saat di Jakarta?" Terdengar sedikit ragu nada bicaranya, Gian tersenyum seolah mengerti maksud adik perempuan tersebut. "Hm, tidak terlalu, Han. Kakak di sini, kan, kerja di perusahaan dari Senin sampai Jumat. Kalau nge-MC bareng Jacky ambil hari Sabtu atau Minggu. Itu pun nggak tidak minggu ada jadwalnya. Ya, tapi kebetulan untuk minggu ini Kakak memang full ngisi acara."Hening beberapa det

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 8A Mengenang Masa Lalu

    Di tempat lain"Kenapa kamu menghianatiku, Jasmine? Apa salahku? Apa kekuranganku? Ke mana kamu sekarang? Apa kamu sudah menikah dengan pria itu? Aku ...."Rasanya tak sanggup Darren melanjutkan deretan kalimat yang selalu menyulutkan amarah sekaligus kesedihan yang amat terdalam. Sudah berkali-kali, dia mencoba membuang nama dan wajah wanita masa lalu dalam hidupnya, tetapi selalu gagal. Bayangan Jasmine seolah seperti hantu yang terus menari di tempurung kepala dan mengakar di hati."Bro, kamu sudah menemukan Jasmine? Itu dia, kan? Karyawan baru di bagian divisi desain?"Entah sejak kapan, Fito datang dan langsung duduk di depannya. Mereka memang ada janji di kafe untuk membahas perencanaan mendistribusikan produk ke negara kangguru."Entahlah, yang kulihat wajah memang mirip, tapi nama dan gelagatnya beda. Aku belum yakin itu dia."Perhatiannya tiba-tiba tertuju pada layar 14 inch yang menampilkan foto gadis dua puluh tahun

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 8B Sosok Serba Hitam

    Sudah berkali-kali Fito mengingatkannya. Darren belum move on meski sudah ada Emma yang mengisi hidupnya. Cinta? Iya, Darren mencintai istrinya itu. Sebesar apa? Tentu tidak sebanding untuk Jasmine karena kata orang cinta pertama itu memang cinta yang sulit dilupakan. Lantaran bayangan wanita itu telah meninggalkan jejak pada area sensorik otak Darren.Helaan napas Darren terdengar kasar, tangannya menutup layar yang ada di depan. Suasana hati tiba-tiba kacau detik itu. Pernikahan siri dengan Giandra kemarin pagi membuatnya harus berada di dekatnya kembali. Apalagi keinginan Emma yang di luar nalar, segera menghamili istri muda tersebut. Bagaimana mungkin?"Tapi peristiwa itu masih cukup misteri, menurutku." Setelah menyeruput teh hijau panas, Fito melanjutkan opininya. Seketika rasa hangat menjalar tenggorokan sampai ke lambung. Aroma khas teh tersebut memanjakan hidung sehingga otaknya mudah berpikir jernih. Lalu, dia menatap lawan bicara tanpa berkedip

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 9A Dipandang Sebelah Mata

    "Kamu tidak perlu melakukan hal itu, Emma. Aku tidak suka dengan caramu."Selesai menikmati makan malam, sepasang suami istri sedang berbincang di meja. Pembahasan yang sama kerap menjadi perseteruan ringan di antara mereka."Aku harus melakukannya. Aku tidak mau dipandang sebelah mata oleh mamamu.""Beliau tidak pernah mempermasalahkannya."Tentu Darren tak pernah tahu apa yang menjadi keinginan terbesar ibu mertua Emma selama ini. Jika wanita senja itu yang kini bermukim di London tiba ke Indonesia, hal pertama yang ditanyakan selalu masalah cucu. Kalimat yang diucapkan terdengar biasa, tetapi nadanya penuh penekanan. "Siapa bilang, Mas? Dia selalu bertanya tentang kapan kehamilanku. Mana mungkin aku memberitahukannya kalau aku mandul. Rahimku kecil yang sudah divonis dokter kalau seumur hidupku tak akan ada janin yang bisa hidup di organ itu. Aku tidak mau ....""Sstt, tenang, Emma. Aku tidak pernah menyalahkanmu. A

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 9B Firasat Buruk

    "Tapi aku lihat ada potensi darinya, Mas. Dia berbeda dengan calon yang datang melamar di perusahaan kita. Mereka fresh graduation yang harus kita papah. Berbeda dengan Gian, talenta dan kemampuannya sudah melebihi jam terbang orang-orang baru itu." Emma terus berusaha meyakinkan dengan nada dan mimik serius."Aku belum melihat potensi itu, Emma. Aku semakin bingung dengan sikap kamu akhir-akhir ini. Kamu tidak seperti Emma yang aku kenal."Wajah itu tampak pasrah. Pria bertubuh 175 cm itu terus menghindari perdebatan dengan mengalah hingga terpaksa menuruti keinginan istrinya."Nanti kamu pasti akan suka dengan hasil jerih payahku mencarikan karyawan seperti Gian. Kita lihat saja nanti, Mas-ku sayang."Bukan berniat untuk menjodohkan lalu menyuruh Darren jatuh cinta pada istri sirinya, Emma hanya ingin si suami rela menanamkan benih ke rahim wanita pilihannya secepatnya. Hanya itu. Terlihat gampang tetapi rumit dilakukan oleh pria sedingin Darren

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 10A Apa Dia Sudah Mati?

    "Malam ini ada diskon besar di supermarket Sederhana. Apa kamu mau aku temani untuk memborong bahan makanan itu?"Satu pesan dari aplikasi hijau membulatkan mata Gian. Membaca diskon besar membuat hatinya berdebar. Sebagai pemburu diskon sejati, Giandra tak pernah sekalipun mau melewati momen langka tersebut."Boleh, malam ini harus ke sana." Dibubuhi emot tokoh smile yang menunjukkan semua giginya."Aku jemput, jam berapa selesai dari kantor? Langsung jemput dari kantor saja, biar tidak terlalu malam sampai ke sana.""Jam lima kalau tidak ada halangan dan rintangan yang disengaja." Cepat sekali jari itu menari memberi jawaban."Siap, Cantik. Aku tunggu di lobi. See you." Kali ini, lawan chat memberi emot ada hati di mata tokoh smile tersebut.Sempat membuat dahi Gian terlipat dengan emot dan kata cantik di balasan Jacky. Namun, wanita itu segera menepiskan prasangka yang ada di benak. Dia dan Jacky murni hanya teman berbagi dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 10B Ngapain Rebutan?

    "Yes, dapat!"Tangan terampil Giandra menyentuh ikan bakar yang tinggal satu-satunya di rak supermarket, lalu dibawanya ke dalam dekapan. Jika tidak, bisa saja ikan tersebut bisa pindah tangan ke wanita yang berbibir tebal yang juga berjuang memburu diskon di tempat itu."Mbak, pake sopan santun dong kalau belanja. Itu ikan, aku duluan yang memergoki, kenapa situ yang main rebut aja?""Maaf, ya, Mbak. Tapi aku duluan yang ambil berarti ini jadi milikku. Di sini bukannya siapa cepat dia yang dapat?" Gian masih ngotot dan mempertahankan haknya. Dia tak peduli dengan mata melotot yang ditampilkan wanita gendut yang ada di hadapannya."Tapi aku duluan yang melihat ikan ini dari kejauhan. Baru mau aku ambil, eh, situ mau nyambar aja. Memangnya situ tidak pernah diajarkan cara berbelanja yang baik dan benar. Tidak pernah belajar antri atau ....""Eh, Mbak. Kalau bicara itu difilter dulu. Mana ada aturan baku cara belanja yang baik dan benar. Di

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 10C Kamu Sedang Selingkuh

    "Hei, kadar kecantikan yang kamu miliki sekarang berkurang jika pasang wajah seperti itu terus."Pria berdarah Jerman Sunda itu terus menggoda sembari menarik hidung bangir yang melekat di wajahnya. Kedekatan fisik seperti itu sudah sering dipraktikkan lantaran Gian sudah menganggap Jacky sebagai sahabat sekaligus penyelamat hidupnya."Senyum dong." Kedua jari Jacky menarik sudut bibir hingga membentuk lengkungan. Terpaksa, Gian menyunggingkan senyuman sebab ia tak mau menjadi tontonan gratis penghuni unit yang tak sengaja melintas ke daerah lobi."Besok sore ada acara ulang tahun anaknya Tante Mirna jam tiga. Aku jemput jam satu, oke?"Secercah senyuman kini terbit dengan tulus di bibir ranum wanita tersebut. Mendapat jemputan agar dapat memangkas pengeluaran dan pekerjaan yang dapat menghasilkan cuan."Iya, besok jadwalnya hanya membawakan acara itu, kan?"Pria itu mengangguk dan mengusap kembali puncak kepalanya. Jac

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13

Bab terbaru

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42D I Promise You

    Gian menghentakkan tangan Darren yang menggenggam tangannya saat mereka sudah menginjak lantai kantor."Kenapa?" Tanpa melepasnya, dia menoleh ke arah Gian sambil terus berjalan menuju lift."Nggak enak dilihat anak-anak. Aku jadi grogi."Tersenyum lebar, Darren malah mengganti posisi tangan, merangkul bahu wanita yang jalan bersisian dengannya."Mas!" Mata Gian semakin melotot."Kamu istri sah sekarang. Kenapa malu? Ini kamu lihat apa yang aku bawa?"Gian menggeserkan bola mata menuju ke arah tangan yang memegang setumpuk kartu undangan. Dia mengerutkan kening lalu mendongak kepala mencari jawaban."Karyawan di sini harus kenal dengan nyonya Lesmana yang baru dan aku akan mengundang mereka semua.""What?"Tanpa memberi kesempatan Gian melayangkan protes, Darren membawanya masuk ke dalam lift bersama karyawan lain yang menyembunyikan rasa ingin tahu. Darren tampak tak peduli sedangkan Gian ber

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42C Keputusan Emma

    Pria itu Agung Wirawan yang kebetulan bertemu dengan Lidya di London dan berkenalan. Sudah lama dia tak pulang ke Indonesia sampai akhirnya dia menemukan flash disk rekaman CCTV. Entah siapa yang memindahkan rekaman itu ke dalam flash disk yang tak sengaja dia temukan di meja kerja sang papa.Di sana terlihat jelas Puspa memasukkan sesuatu ke dalam minuman si suami di dapur. Lalu, tak lama pria itu mendatangi meja makan dan meminumnya setelah disuguhkan Puspa. Hanya butuh sepuluh detik, papa Agung kejang dan mengeluarkan buih dari mulutnya. Sementara Puspa melipat tangan ke depan dada dan tak terlihat panik sama sekali. Sampai akhirnya, tubuh suaminya lemas dan melosot ke lantai."Mama membunuh papa?"Setelah menyaksikan sepotong cuplikan di layar laptop, mulut Emma membeo dengan pelan."Jangan panggil dia Mama. Dia bukan mama kita. Mama kita sudah tenang di surga. Wanita keji itu tak lain adalah seekor binatang yang kejam. Demi menguasai semua ha

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42B Kakak Emma

    "Jangan bunuh anakku! Pergi kalian! Pergi!"Suara keras memenuhi ruangan 3x3 meter. Dengan tangan yang terikat, terselip di baju khusus rumah sakit jiwa, Puspa meronta. Terkadang dia tertawa tak jelas ketika melihat sesuatu yang lucu baginya."Apa lihat-lihat? Belum pernah lihat wanita kaya dan cantik seperti aku?" Tawa di akhir kalimat itu membuat bulu kuduk Gian dan Emma merinding. Mereka tak diperbolehkan masuk karena khawatir Puspa akan melukai dan bertindak kasar. Mereka berdiri di depan pintu dengan jendela kaca di tengahnya. Hanya dengan cara ini, mereka bisa melihat wanita yang sudah divonis menderita gangguan jiwa oleh dokter.Seminggu lalu, saat melihat darah mengalir keluar dari perut Irvan, Puspa merasa sangat menyesal. Tidak sengaja telah menghilangkan nyawa darah dagingnya sendiri. Tak lama kejadian itu, beberapa polisi serta Darren masuk ke dalam ruang yang beraroma amis dan tak menemukan Gian.Emma. Wanita itu duduk sambi

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42A Ajukan Banding

    Mendengar kabar duka itu, Gian sangat terpukul. Dia tak menyangka bayi dalam perutnya tidak bisa bertahan sampai dia dilahirkan. Namun, dia tahu rasa nyeri di perut semalaman itu sudah memberi isyarat bahwa kondisi si janin sedang tidak baik-baik saja. Tidak ada yang bisa disesali, bukan kesalahan Darren karena terlambat datang menolongnya. Keesokkan harinya, Gian terpaksa menjalankan tindakan kuret yang ditemani Darren. Dokter mengizinkan lantaran wanita itu butuh pendamping yang menguatkannya. Dia bisa tiba-tiba menangis jika mengingat sesuatu hal sedih yang baru terjadi. Suasana hatinya tak menentu dan belum stabil.***"Bagaimana akhirnya Mas bisa menemukan aku di kota itu?"Setelah seminggu keadaannya sudah stabil, Gian memberanikan diri untuk bertanya hal yang ingin diketahui. Dia sudah bisa menerima apapun yang telah menimpa pada calon bayinya. Ikhlas dan pasrah."Selama ini diam-diam aku menautkan GPS di ponselmu dan aku bisa lel

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 41C Sadarkan Diri

    Namun jika dipikir kembali, Gian bisa mengambil semua hikmah yang terjadi. Dengan semua rangkaian permasalahan yang rumit itu, dia bisa kembali ke kehidupan masa lalunya. Bertemu Darren dan menjadi istrinya yang memang tak disengaja. Benar kata orang, skenario Tuhan tidak ada yang tahu bagaimana ending-nya. Akan tetapi dia percaya, semua akan indah pada waktunya.Entah apa yang dijawab Hardi, Gian tak bisa mendengarkannya. Nyeri menjalar di seluruh kepala ketika dia berhasil mengingat kejadian demi kejadian. Menutup mata, dia larut dalam mimpi. Lelah hati dan fisik membuatnya hanya bisa pasrah apa yang akan terjadi selanjutnya. Haus, lapar, sakit di sekujur tubuhnya bergabung menjadi satu paket. Deru napasnya terlihat berirama dan kesadaran itu menghilang.***"Sayang, kamu bisa mendengarkan aku? Bagaimana kabarmu? Apakah kamu membaik?"Perlahan, orang yang dipanggil membuka mata dengan mengerjapkan berkali-kali. Aroma obat khas rumah sakit menero

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 41B Makasih, Bang

    Kebetulan tadi di jam saat Puspa, Irvan dan Emma mau mengunjungi Gian, Hardi dan Jaka yang bertugas. Di dalam sana, dia melihat Gian terikat tali dan berniat melepaskannya jika ada kesempatan yang tepat. Tak lama, dia merasa alam telah merestui hajatnya. Aksi rebutan senjata tadi benar-benar memuluskan niatnya."Gian, ayo turun!"Pandangan Gian mengedar sekeliling dan tak tahu ada di mana. Tadi sepanjang perjalanan, dia menumpang tidur di punggung pria yang sudah lama dia cari. Akhirnya ketemu di tempat dan waktu yang sangat menegangkan. Hardi kembali menuntunnya masuk ke sebuah rumah kosong. Entah rumah siapa, dia tak tahu. Sedikit kotor dan gelap."Aku haus, Bang. Aku mau minum."Hardi meneliti wajah Gian yang semakin pucat, lalu mengedar sekililing ruangan."Abang nggak punya makanan dan minuman, Gi. Kamu sabar, ya. Setidaknya kamu di sini sudah aman. Kita tunggu sampe subuh. Kalau memungkinkan, Abang akan cari warung terdek

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 41A Maafkan Mama

    "Irvan! Anakku!"Jeritan itu terdengar keras lalu tak lama suara tangisan menggelegar. Haru dan sungguh kasihan melihat kedua insan tersebut. Ibu dan anak yang saling merebut senjata yang berakhir dengan tembakan di salah satu dari mereka.Membiarkan aksi itu, Hardi, si sosok serba hitam itu terus melangkahkan kaki sambil terus membantu Gian untuk bisa keluar dari ruangan yang mencekam. Dia tak peduli kalau dirinya akan diancam Puspa atau bertemu dengan polisi yang selama ini paling ditakutkan. Ingat, dia masuk dalam daftar pencarian orang."Kumohon, Jaka. Lepaskan wanita ini. Dia ... Dia adalah adik angkatku yang tengah hamil muda. Bukankah kau memiliki istri yang sedang hamil juga? Jadi, aku mohon belas kasihanmu. Pikirkan jika istrimu berada di posisi wanita ini. Tolong, Jaka. Aku mohon!"Dengan sedikit susah payah, Hardi terus berusaha keras agar bisa meluluhkan hati rekan kerjanya. Jaka yang masuk ke dalam ruangan, hendak mencegat Hardi ketik

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 40C Suasana Mencekam

    Suara Puspa keras tetapi bergetar. Kebencian yang mengakar kuat di hati menguar kala wajah mertua kejam itu terbesit dalam pelupuk matanya. Dendam harus segera dia tuntaskan detik itu juga. Saat lengah, dia tak tahu ternyata diam-diam kaki Irvan terus mendekat dengan pelan. Dengan cepat, tangan Irvan menangkap tangan si mama setelah jarak hanya terbentang satu langkah.Lantaran panik dan refleks aksi itu, Puspa tak sengaja menekan pelatuk pistol sehingga menghasilkan suara tembakan yang keras. Peluru itu melesat entah ke mana. Aksi rebut merebut pun terjadi lagi antara Puspa dan Irvan detik berikutnya.Emma yang berdiri di sana, menyaksikan dengan ketakutan yang dia ciptakan sendiri. Hatinya ngilu selepas mendapatkan pengakuan barusan dari Puspa yang belum pernah dia tahu sebelumnya. Dia? Siapa dirinya? Dari mana asalnya? Siapa orangtuanya? Dia belum tahu siapa dirinya sehingga dia bisa tinggal dan dirawat olehnya.Tiba-tiba suara tembakan kedua terdengar lagi yang membuat kaki Emma ki

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 40B Dia Harus Mati

    Kepingan ingatan saat si mertua mengusir lalu membuangnya ke hutan bersama Irvan kecil dan janin di perut. Sayangnya, calon bayi itu harus meninggal di perut karena guncangan demi guncangan saat dia terjatuh. Diri itu diperlakukan kasar oleh kedua bodyguard berjas hitam tersebut.Siapa yang menolongnya saat itu? Siapa yang merasa iba kepadanya? Tidak ada. Dia harus berjuang sendiri menjadi pengemis dan pemulung. Sampai akhirnya, dia terpaksa menjadi pelayan di salah satu bar. Di situlah dia bertemu seorang duda, tengah mencari kehangatan di malam yang dingin. Duda kaya yang mempunyai banyak anak. Jumlahnya berapa, si wanita tak pernah tahu. Memang, Puspa bisa seberuntung itu.Menikah dengan berganti nama dari Merlin menjadi Puspa, si duda menyanggupinya. Setelah menikah, Puspa merengek ingin merombak hidung dan bibirnya di negara ginseng dengan alasan untuk mempercantik diri.Bukan, bukan itu alasan sebenarnya. Dia sudah merencanakan jauh hari untuk membalaskan dendam. Dan, hari itu te

DMCA.com Protection Status