Beranda / Pernikahan / Madu Yang Beracun / Bab 11 | Our Time

Share

Bab 11 | Our Time

Penulis: Dara Kirana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-17 19:58:11
Embun sudah rapi bersiap pergi ke toko kue, ia meraih tas dan beranjak meninggalkan kamar. Saat tangannya hampir menyentuh gagang pintu, pintu terbuka karena didorong dari luar.

"Mas Lintang." Embun terkejut karena tiba-tiba Lintang muncul, lelaki yang sudah seminggu tidak ada kabar itu kini berada di depan mata. Embun melirik ke belakang sang suami mencari keberadaan Jasmine. Namun, perempuan itu tidak terlihat.

"Aku merindukanmu." Lintang langsung memeluk Embun sambil menghirup aroma tubuh sang istri.

Embun bergeming, matanya memanas mendengar kalimat tersebut, kalau memang sang suami merindukannya mengapa tidak menghubunginya. Mengapa setiap ungkapan yang keluar dari mulut lelaki itu terasa menyakitkan. Embun tidak membalas pelukan itu, tangannya hanya menggantung di samping badan.

Lintang melepaskan pelukan, kedua tangan lelaki itu berpindah menangkup wajah Embun, mata mereka bertemu menyiratkan rindu yang menggebu.

"Kau tidak merindukan aku?" kata itu meluncur dari mulu
Dara Kirana

Follow sosmed aku juga ya Instagram : dara_kirana21 Facebook : Dara Kirana đź’‹

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Madu Yang Beracun    Bab12 | Ingin sendiri

    Embun menatap pantulan dirinya di cermin, dadanya terasa sesak mengingat apa yang dilihat di meja makan tadi. Jasmine seperti tidak memberi kesempatan untuk ia dan sang suami berdua seolah-olah Lintang hanya miliknya seorang. Embun merapikan penampilan dan merias kembali wajahnya, setelah itu Embun beranjak keluar dari kamar. Rencana hari ini gagal total. Saat melewati kamar sang madu tidak sengaja Embun mendengar desahan Jasmine yang menggetarkan jiwa, tubuhnya serasa melayang karena lagi-lagi harus mendengar suara itu. Embun mempercepat langkahnya melewati kamar tersebut. "Ya, Tuhan. Apa mereka tidak memikirkan perasaanku?" Mata Embun berkaca-kaca, dengan tangan yang masih bergetar Embun menarik tuas mobil dan melajukannya ke toko kue. Pukul delapan malam, toko sudah tutup barulah Embun beranjak meninggalkan tempat itu bersamaan dengan para karyawan. Mungkin mereka bertanya-tanya karena tidak biasanya bos mereka pulang di jam yang sama dengan mereka. Embun menghela napas melepas

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-18
  • Madu Yang Beracun    Bab 13 | Hamil

    Di dalam kamar mandi Jasmine memuntahkan isi perutnya yang hanya berupa air. Wanita itu mual ketika mencium bau makanan yang di bawa oleh bi Mar. Ia tidak tahu apa yang terjadi, tubuhnya lemas. Jasmine membasuh wajah lalu menatap pantulan dirinya yang berantakan di cermin. Tidak lama kemudian perutnya kembali seperti diaduk-aduk dan kembali muntah, mulutnya terasa pahit. "Kau kenapa Jasmine?" Lintang menerobos masuk ke dalam kamar mandi, lelaki itu kemudian membantu memijat tengkuk Jasmine. Embun menyusul Lintang ke kamar Jasmine, penasaran apa yang terjadi pada madunya itu. Ia berdiri tidak jauh dari kamar mandi, melihat apa yang terjadi. "Aku tidak tahu, badanku lemas, Mas," ucap Jasmine lirih. Wajahnya pucat. "Kau sakit, ayo ke rumah sakit sekarang!" Lintang langsung mengangkat tubuh Jasmine, melewati Embun dan membawanya ke mobil. Wanita itu terkulai lemas dalam gendongan sang suami. Mata Embun mengikuti langkah suaminya sambil memegangi dada yang berdegup, perasaannya

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Madu Yang Beracun    Bab 1 4 | Phiu dan Mhiu

    "Tidak ada panggilan yang lebih special untukku? Seperti Mas panggil Mba Embun dengan sebutan sayang." tanya Jasmine lagi setelah memasang seat belt "kau juga ingin dipanggil sayang?" Lintang menoleh ke arah Jasmine sambil satu tangannya memegang tuas mobil. "Tidak mau! Aku tidak mau sama seperti Mba Embun." Jasmine menyilangkan tangan di dada dan memalingkan wajahnya ke luar jendela, ia akan memanfaatkan kehamilannya agar Lintang menuruti keinginannya. "Ya sudah kalau seperti itu." Lintang menyalakan mesin mobil dan menatap lurus ke depan. "Apa aku ini tidak spesial untukmu, Mas?" Jasmine menoleh ke arah Lintang dengan tatapan jengkel. Namun, sang suami tidak melihatnya. "Apalagi, Jasmine? Jangan bertanya yang ane-aneh." Lintang mulai menjalankan mobil. "Aku hanya ingin tahu, aku ini ada artinya atau tidak untukmu, Mas." Jasmine meluruskan pandangannya. "Kau mau apa sebenarnya?" Lintang menoleh sekilas lalu kembali fokus ke jalan. "Aku seperti tidak ada artinya untukmu,

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Madu Yang Beracun    Bab 15 | Kumpul keluarga

    Embun beranjak dari duduknya dan bersiap meninggalkan meja, dia tidak kuat lagi jika harus menyaksikan drama romantis itu. Lebih baik ia pergi. "Mau kemana? Kita baru saja datang dan belum pesan apapun." Lintang melirik Embun yang sudah berdiri. "Pulang," sahut Embun singkat sambil meraih tasnya kemudian meninggalkan pasangan itu. "Bagus! Wanita mandul itu sadar diri dan membiarkan kami berdua. Kenapa juga harus bertemu dia di sini, membuat moodku rusak!" batin Jasmine. Embun berjalan gontai menuju mobilnya sambil mata menerawang jauh. Tidak bisakah Lintang mengerti perasaannya sedikit saja, setidaknya jangan selalu muncul di depan mata dan menyuguhkan pemandangan yang membuatnya semakin rapuh. Bagaimanapun ia belum bisa menerima Jasmine sepenuhnya, meski ikhlas sudah terucap. Embun larut dalam lamunan sehingga tidak memperhatikan jalan, tanpa sengaja seseorang menabraknya dan membuatnya jatuh ke tanah. Embun meringis karena tubuhnya terhempas. "Maaf, Mba. Saya tidak sengaj

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-29
  • Madu Yang Beracun    Bab 16 | Berubah

    "Kau bertanya untuk apa? Harusnya aku yang bertanya, apa maksudnya kau bersikap seperti itu?" "Aku hanya melindungi diri dari hal-hal yang menyakitiku," jawab Embun ringan. "Tidak ada yang menyakitimu, kau saja yang merasa tersakiti!" Untuk pertama kali Lintang meninggikan suara terhadap Embun. Wanita itu bergeming, sakitnya hingga ke ubun-ubun. "Coba tanyakan pada hatimu sendiri apa yang salah sehingga kau merasa seperti itu," lanjut Lintang sambil menunjuk dada sang istri. Embun menatap nyalang lelaki di depan matanya dengan dada yang bergemuruh. "Apa aku dibutuhkan untuk menyaksikan kebahagiaan kalian? Aku hanya penonton dari cerita kalian, bahkan aku tidak akan terlihat di sana!" Embun mulai melupakan perasaan, matanya berkaca-kaca. "Aku bergabung dengan kalian, tapi aku merasa sendiri dan sepi, diam menyaksikan dengan hati yang tercabik-cabik. Tidak ada yang peduli termasuk kau, Mas! Kau larut dalam kebahagiaanmu hingga kau lupa akan keberadaanku," sambung Embun berapi-ap

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-02
  • Madu Yang Beracun    Bab 17 | Pertengkaran Jasmine dan Embun

    "Phiu!" Panggil Jasmine ketika melihat suaminya baru keluar dari kamar mandi. "Ada apa, Jasmine?" Lintang berjalan ke arah dimana bajunya sudah disiapkan oleh wanita itu. "Jasmine lagi?" keluhnya jengkel. "Ada apa, Mhiu?" Lintang meralat ucapannya, tidak ingin merusak mood ibu hamil tersebut. Jasmine tersenyum senang mendengarnya. "Ayo kita ke rumah sakit!" "Kau sakit? Apa kandunganmu …." Lintang menjeda kegiatannya mengenakan baju, lelaki itu menatap sang istri yang duduk di ujung tempat tidur. "Tidak, aku tidak sakit. Kak Jenar sudah melahirkan." "Bagaimana kalau kau dan Mba-mu saja yang pergi, nanti …." "Tidak mau!" tolak Jasmine dengan jengkel, "Kenapa sih, wanita mandul itu harus ikut?" batin Jasmine. Lintang mengernyitkan dahi dengan reaksi istrinya tersebut. "Maksudku Phiu juga ikut, masa Mhiu dan Mba Embun berdua saja, seperti tidak punya suami saja!" Alibi Jasmine setelah sadar apa yang ia lakukan. "Apa pekerjaanmu lebih penting dari pada aku dan anakmu? Apa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Madu Yang Beracun    Bab 18 | Amarah Lintang

    Setelah selesai membeli hadiah, Embun kembali ke tempat dimana Lintang menunggu. Wanita itu merangkai kata-kata untuk menjelaskan masalah Jasmine. Sesampainya di tempat tujuan, Embun tidak menemukan Lintang, ia celingukan mencari keberadaan sang suami. Namun, lelaki tersebut tidak terlihat. Embun langsung saja keluar dari pusat perbelanjaan dan menuju parkiran, karena berpikir Lintang dan Jasmine sudah duluan. Tidak lama kemudian Lintang muncul dengan Jasmine yang bergelayut manja di lengannya. Tidak bisa dipungkiri Embun sakit melihat pemandangan itu, tetapi tidak bisa melakukan apapun. Setelah Jasmine masuk ke dalam mobil, Lintang berpamitan pada Jasmine untuk bicara sebentar dengan Embun. Jasmine jengkel, tetapi tidak bisa melakukan apapun untuk mencegah. "Apa sih, Phiu, eh Mas Lintang! Mau berduaan dengan wanita mandul itu!" gerutu Jasmine sambil melirik Embun dan suaminya yang melangkah menjauh. "Ada apa, Mas?" Embun bingung karena Lintang menariknya kasar, bahkan tidak peduli

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-08
  • Madu Yang Beracun    Bab 19 | Menjenguk Jenar

    Embun Melangkah gontai menuju kamar yang sudah diberitahukan oleh suaminya. Lantai rumah sakit itu terasa seperti berduri, langkahnya terasa sakit dan berat tatkala ruangan Jenar semakin dekat. Jantungnya berdebar-debar dan perasaan campur aduk. Embun tidak langsung masuk, ia mengatur napas terlebih dahulu sebelum bertemu dengan orang-orang yang mungkin akan membuatnya semakin terluka. Ingin rasanya ia menghindar, tetapi realita memaksanya masuk ke dalam lingkaran Berduri itu. "Ya ampun … lucu sekali!" Terdengar suara bu Inggrid memuji bayi Jenar. "Gembul, Mama gemas!" lanjut wanita paruh baya itu."Dia tampan sekali seperti Papanya," tambah pak Yolan. "Tapi, diperhatikan wajahnya lebih mirip sama mamanya," imbuh bu Inggrid. "Dia tampan seperti Opanya." Pak Wijaya tidak ingin ketinggalan, disambut gelak tawa oleh orang-orang sekitarnya. "Ya, ya, dia memang cucumu," tukas bu Inggrid. "Duh, Mama tidak sabar menunggu cucu kita segera lahir, Pa. Pasti lucu juga!" tambah wanita paruh

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-09

Bab terbaru

  • Madu Yang Beracun    Bab 55 | Jasmine Pendarahan

    “Lepaskan brengsek!” Pekik Jenar.“Bila perlu kupatahakan saja tanganmu ini,” kata Embun sambil memelintir tangan Jenar semakin kuat. Wanita itu semakin menjerit, tangannya terasa seperti mau lepas.“Wanita jahat sepertimu pantasnya dibuat cacat saja biar tidak bisa lagi melakukan kejahatan. Kau telah menghancurkan hidup seseorang dan berlagak seperti tidak memiliki dosa. Dan sekarang kau juga berlagak ingin menjadi pahlawan?” Tubuh Jenar menegang mendengar perkataan Embun.“Apa maksudmu berkata seperti itu? Siapa yang kau maksud?” suara Jenar sedikit bergetar, Embun tahu wanita itu sedang ketakutan.“Menurutmu siapa?”“Mengapa bertanya padaku, mana aku tahu. Lepaskan!” Jenar memberontak, tetapi tak kunjung terlepas.Obrolan Jenar dan teman lelakinya di parkiran waktu itu kembali terngiang-ngiang di ingatan dan membuat darah Embun mendidih. Dia jadi gelap mata dan memelintir tangan Jenar semakin keras membuat wanita itu menjerit histeris.Melihat Jenar tersiksa Jasmine berdiri dan sek

  • Madu Yang Beracun    Bab 54 | Mimpi Buruk

    “Jasmine! Jasmine! Jasmine, bangun, sayang,” Lintang menepuk-nepuk pipi sang istri untuk membangunkannya dari mimpi buruk. Ibu hamil itu terbangun dan duduk. Napasnya terengah-engah.“Kamu mengalami mimpi buruk,” kata Lintang lalu meraih gelas air putih di atas nakas dan memberikannya pada sang istri. Jasmine hanya meminum setengahnya.“Mas …,” Jasmine seperti ingin menangis.“Tenanglah itu hanya mimpi.” Lintang meraih tubuh Jasmine dan memeluk untuk menenangkannya.“Aku masih merasa sedih, meskipun hanya mimpi, tapi semua terasa seperti nyata,” kata Jasmine.“Kau bermimpi tentang apa?”“A-aku bermimpi tentang Mba Embun, dia kecelakaan dan meninggal.” Suara Jasmine bergetar. “Aku menyaksikan bagaimana kondisinya yang mengenaskan, ada bagian tubuhnya yang terpisah dan itu sangat mengerikan. Darah yang berceceran itu masih jelas teringat dan semua terasa nyata,” lanjut Jasmine bercerita.“Tenanglah, Mba-mu pasti baik-baik saja. Mimpi hanyalah bunga tidur.”“Aku takut, Mas. Aku takut ter

  • Madu Yang Beracun    Bab 53 | Rencana Jahat Jasmine

    Jasmine mengemudikan mobil dengan perasaan kesal. Sesekali tangannya memukul setir. Bayang wajah sumringah Embun dan suaminya tidak mau pergi dari ingatan dan dia membencinya.Setelah kepergian Lintang tadi pagi, Jasmine pun pamit kepada Bu Inggrid dengan alasan mau ke rumah Jenar karena merindukan sang kakak.“Mas Lintang mulai berani membohongiku,” kata Jenar, tangannya mencengkram erat setir, “berbohong demi membuat wanita mandul itu bahagia, aku tidak terima! Harusnya aku yang diberi surprise!” Rahang Jasmine mengeras, matanya dipenuhi kilatan amarah.“Sebaiknya aku ke rumah kak Jenar saja, siapa tahu dia bisa membantu menyelesaikan masalahku.” Jasmine membelokkan mobil ke jalan arah rumah kakaknya.“Tega sekali Mas Lintang melakukan ini.” Jasmine menyeka bulir bening yang lolos dari sudut mata. “Padahal aku sedang mengandung anaknya, harusnya dia lebih memperhatikanku, memperhatikan kebahagiaanku.” Hatinya sakit, dia merasa dikhianati.“Kenapa wanita itu selalu dipentingkan padah

  • Madu Yang Beracun    Bab 52 | Kompensasi

    Lintang tergesa-gesa memasuki rumah dengan perasaan panik. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan calon anak dan istrinya.Langkah kaki Lelaki itu terhenti saat melihat semua anggota keluarganya sedang berkumpul dan menyantap makan malam. Dia menghela napas lega.Lintang segera menghampiri Jasmine. “Kau tidak apa-apa? Perutmu bagaimana?” Lelaki itu memasang wajah khawatir sembari sebelah tangannya memegang perut buncit sang istri.Jasmine yang tidak mengerti apa-apa langsung melirik ke arah ibu mertuanya. Bu Inggrid memberikan kode lewat lirikan mata yang hanya dimengerti oleh mereka berdua.Namun, Jasmine masih bingung apa yang telah dilakukan sang mertua sehingga suaminya sangat mengkhawatirkan keadaannya.“A-aku ….” Jasmine tidak tau harus berkata apa. Melihat itu akhirnya Bu Inggrid bersuara. “Jasmine baik-baik saja. Mama sengaja biar kamu pulang, tapi itu bisa saja terjadi jika kau terus meninggalkannya.”Lintang benar-benar lega mendengarnya, tetapi dia jengkel kepada sang ibu karen

  • Madu Yang Beracun    Bab 51 | Tak Sama Lagi

    Makan malam tiba, Bu Inggrid mendorong kursi roda suaminya mendekati meja makan. Mereka melihat Jasmine menunggu sendirian di sana.“Lho, Jasmine, Lintang mana? tanya Bu Inggrid sambil mengatur duduk suaminya.“Mas Lintang di rumah Mba Embun,” sahut Jasmine santai.“Ck! Anak itu, dasar keras kepala!” gerutu Bu Inggrid yang dapat terdengar jelas oleh Jasmine. Wanita hamil itu tersenyum tipis tanpa sepengetahuan mertuanya.“Telepon saja, Ma, suruh pulang anak itu biar dia tau tanggung jawabnya,” usul Pak Yolan. Beliau geram dengan tingkah Lintang yang meninggalkan istri yang sedang hamil.“Sebentar, Pa.” Bu Inggrid segera pergi dari ruang makan. Jasmine semakin senang, sedapat mungkin dia menahan bibir agar senyum jahatnya tidak lolos. Dia hanya memasang wajah polos.“Apa Lintang sering seperti ini?” tanya Pak Yolan pada menantu kesayangannya.“Ehm ….” Jasmine terlihat ragu-ragu untuk menjawab, padahal itu hanyalah sandiwara.“Katakan saja, tidak perlu merasa sungkan. Kamu sudah Papa an

  • Madu Yang Beracun    Bab 50 | Meminta Bantuan Helena

    “Tidak! Tidak sama sekali!” tukas Jenar berpura-pura. “Kaulah yang melakukan itu!” lanjutnya.“Kau yang memintanya!”“Aku memberimu uang!” sahut Jenar dengan ketus. “Kau saja yang bodoh, andai waktu itu ….” lanjutnya dan terhenti tatkala Jafar menyelanya.“Jika aku tidak pernah melakukan itu, tentu sampai saat ini kau tidak akan pernah memiliki Eros! Kau harusnya berterima kasih, permainamu yang bagus itu takluput dari peranku! Sekarang aku minta sedikit bagian dari apa yang kau capai dalam hidupmu itu dan kau menolak! Dasar tidak tahu diri!” sarkas Jafar.Air mata Embun meluncur begitu saja seiring luka lama yang kembali terbuka saat mengetahui fakta itu. Bibirnya bergetar menahan tangis, sedapat mungkin agar tidak menimbulkan suara.Embun beristighfar berkali-kali di dalam hati menahan sakit yang semakin menghunjam. rasanya pertahannya hampir runtuh. Segera dia menyudahi rekaman dan segera pergi dari cafe itu.Embun menepikan mobil di pinggir jalan karena pandangannya dipenuhi oleh a

  • Madu Yang Beracun    Bab 49 | Mengetahui Sebuah Rahasia

    Embun tetap bergeming sambil menahan rasa yang ditimbulkan akibat sentuhan lembut itu. Tidak bisa dipungkiri tubuhnya sangat mendamba sentuhan itu, tetapi hatinya tidak siap."Sampai kapan kau akan terus berpura-pura tidur, padahal tubuhmu sangat menginginkan aku," ujar Lintang lalu perlahan menyingkirkan selimut yang membalut tubuh sang istri"Aku lelah, Mas. Mau tidur," sahut Embun menarik dan merapatkan selimutnya."Ayolah sayang …." Ucapan Lintang terhenti tatkala ponsel Embun di atas nakas memekik keras. Sang pemilik pun bangkit dan meraih benda pipih tersebut."Ganggu saja!" Gerutu Lintang dengan kesal. Lelaki itu mengusap wajah dengan frustasi karena dirinya sudah benar-benar diselimuti kabut napsu."Ada apa mama menelpon malam-malam seperti ini," batin Embun sambil menatap layar yang belum berhenti berdering itu."Siapa?" tanya Lintang dengan curiga, lantas Embun menunjukkan ponselnya pada sang suami dan berkata, "Mamamu!" Setelah itu Embun menjawab panggilan yang sudah tiga

  • Madu Yang Beracun    Bab 48 | Egois

    Embun melayangkan tamparan keras pada pipi Lintang. "Aku tidak serendah itu, Mas!" sarkasnya dengan dada naik turun karena emosi.Lintang bergeming sambil menahan panas yang menjalar di pipi. Dia tidak menyangka sang istri berani melakukan itu padanya. Matanya menatap tajam."Lalu, untuk apa kau menemui laki-laki lain di luar sana selain suamimu kalau bukan untuk selingkuh!" Lintang masih terbawa emosi, terbayang Embun berbincang dengan seorang pria di tepi jalan.Embun terdiam sejenak, rupanya lelaki itu melihatnya dan Eros tadi. "Tidak seperti itu, Mas! Kamu salah paham!" ujar Embun, "lelaki yang kau lihat itu adalah adik iparmu, Mas! Dia membantuku mengganti ban mobil yang kempes," lanjutnya.Amarah Lintang perlahan mereda setelah mendengar penjelasan sang istri. Ia bernapas lega, meski masih tersisa sedikit kecemburuan di hatinya mengingat Eros adalah mantan suami Embun."Memangnya kau dari mana malam-malam sendiri?" Pertanyaan konyo

  • Madu Yang Beracun    Bab 47 | Cemburu buta

    "Eros?""Ada yang bisa dibantu?" ujar mantan suami Embun tersebut. Embun terdiam sesaat dan nampak berpikir.""Embun." Suara Eros kembali mengejutkan wanita tersebut."Ban mobilku kempes dan aku tidak bisa menggantinya," ucap embun pada akhirnya. Setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya jika dia meminta bantuan lelaki itu, toh di antara mereka sudah tidak ada perasaan apa-apa lagi. Lagi pula status mereka saat ini mereka adalah keluarga."Baiklah aku akan membantumu.""Terima kasih.""Tidak usah sungkan seperti itu, sudah seperti sama siapa saja," ujar Eros sambil mengikuti langkah Embun ke belakang mobil guna mengambil ban cadangan. Wanita itu hanya tersenyum canggung.Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan antara mereka, mata Embun menatap ke jalan melihat kendaraan yang berlalu lalang, sementara Eros sibuk mengganti ban."Habis dari luar?" tanya Eros memecah kebisuan."Iya," jawab Embun singkat tanpa menoleh ke arah lawan bicara."Sendiri saja? Lintang mana?"Embun berdecak dalam

DMCA.com Protection Status