Share

Kisah Abah

Author: Anis Hidayah
last update Last Updated: 2022-04-12 22:43:14

“Bagaimana menjalani peran sebagai suami dengan dua istri?” tanya Kyai Zuhair dengan suara berat pada sang menantu.

Tak ada siapapun di ruang keluarga kediaman abah. Para santri tengah disibukkan dengan persiapan acara haflatul imtihan. Wajah Ustaz Subhan tertunduk dalam, tak memiliki keberanian untuk mengucapkan sepatah kata pun di hadapan sang guru sekaligus ayah mertuanya.

Abah Zuhair menarik napas panjang. “Waktu usia Shofia menginjak tujuh tahun, saya sempat berniat menikah lagi dengan salah satu putri Kyai tersohor di Jawa Timur. Kyai itu sendiri yang meminta saya untuk menikahi putrinya, meski tahu saya telah memiliki keluarga di sini.”

Ustaz Subhan sempat tersentak mendengar pengakuan Abah. Namun, ia tetap terdiam dalam posisi duduknya, menunggu lanjutan dari kisah Abah.

“Perempuan itu baru satu tahun ditiggal oleh suaminya. Dua anak yang masih balita sangat membutuhkan sosok ayah yang mampu menafkahi dan melindungi.&

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Madu Untuk Suamiku   Rasa yang Mulai Goyah

    Keluar dari ruang keluarga Abah, Ustaz Subhan tertunduk lesu. Entah mengapa kini ia seolah menjelma menjadi laki-laki egois. Tidak mungkin ia menceraikan Shofia, tetapi sudut hatinya juga tak rela melepaskan Kiyada begitu saja.Laki-laki dengan rahang tegas itu beranjak ke kamar Shofia. Malam ini sang istri sengaja ingin tidur di rumah masa kecilnya. Sekaligus menemani abah yang masih belum cukup stabil kondisnya.Dibukanya perlahan pintu jati bercat coklat tersebut. Tampak di dalam Shofia telah tertidur pulas menyelami alam mimpi. Ustaz Subhan berusaha tak menimbulkan banyak gerakan saat naik ke ranjang. Wajah ayu sang istri menunjukkan kelelahan, ia tak ingin Shofia terusik karenanya.Kelopak mata Ustaz Subhan masih enggan tepejam. Meski arah jarum jam telah menunjuk di angka 12, tetapi ia belum merasakan kantuk sama sekali. Entah mengapa kini ia justru terbayang wajah Kiyada.“Maaf, Ustaz, jika masakan saya kurang lezat.” Kiyada tertunduk l

    Last Updated : 2022-04-13
  • Madu Untuk Suamiku   Sebuah Mimpi

    Berada di tengah taman yang begitu indah, Ustaz Subhan tengah duduk seorang diri di bangku panjang. Di ujung jalan terdapat bangunan megah yang menjulang. Seorang wanita dengan gamis serba putih berjalan bersama anak kecil yang begitu menggemaskan.“Ustaz.” Suara renyah Kiyada menghentikan langkah Ustaz Subhan yang hendak menemui bocah kecil di depan bangunan tersebut.Ketika Ustaz Subhan membalikkan badan, di belakangnya tampak Kiyada dengan wajah sedikit sembab.“Kiyada?” Pertanyaan itu hanya tertahan di kerongkongan. Sebab pada kenyataannya saat Ustaz Subhan membuka mata, yang berada di depannya adalah Shofia.Setelah mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya dengan retina, barulah Ustaz Subhan sadar jika yang dialaminya tadi hanyalah mimpi belaka.Beruntung bibirnya belum sempat menyebutkan nama Kiyada. Jika sampai kelepasan, pastilah akan membuat Shofia kian terluka.Suara tarhim menandakan azan Sub

    Last Updated : 2022-04-15
  • Madu Untuk Suamiku   Kenyataan yang Menyakitkan

    Farhan sama sekali tak berniat menanggapi ucapan Ustaz Subhan. Sebab ada hal lain yang sejak kemarin mengusik pikirannya. Hanya saja Farhan belum menemukan waktu yang tepat untuk bertanya langsung pada Ustaz Subhan.Hari ini jadwal Farhan cukup padat. Pada jam sembilan nanti ia ada janji dengan salah satu dosen pembimbing tesisnya. Sementara ia juga tak enak hati untuk menolak permintaan Jihan.Minggu lalu ia juga telah berdiskusi dengan abah tentang gagasan putri bungsu beliau yang ingin menerbitkan majalah pesantren. Di balik sikap manjanya, Jihan memiliki ide-ide cemerlang untuk kemajuan pesantren.Jika Ning Shofia lebih fokus dengan proses belajar mengajar di pesantren, maka Jihan lebih tertarik dengan pengembangan diri para santri. Meski sampai kini Farhan tahu jika skripsi gadis itu masih terbengkalai. Namun, sesungguhnya jihan memang memiliki kecintaan terhadap dunia tulis menulis.Langkah Farhan memelan ketika sayup-sayup ia mendengar abah d

    Last Updated : 2022-04-16
  • Madu Untuk Suamiku   Secercah Harapan

    “Kamu yakin mau berangkat hari ini, Sayang?” Ustaz Subhan memperhatikan Shofia yang tengah sibuk mengecek kembali isi kopernya.Shofia mengangguk seraya tersenyum kecil ke arah sang suami. “Aku udah ada janji sama Erlana, Mas”“Janji?”“Em ... iya. Erlana mau ngajakin aku mengunjungi komunitas para penderita kanker yang ia dirikan.”Sejujurnya Shofia merasa sedikit bersalah pada suaminya. Sebab tahu jika laki-laki yang begitu ia cintai itu tak benar-benar rida atas keberangkatannya. Namun, ia harus tetap berobat. Paling tidak agar ia bisa bertahan sedikit lebih lama di sisi sang suami.Suasana kamar mereka mendadak sunyi sepi. Hanya terdengar desahan panjang dari Ustaz Subhan. Ia tak tahu lagi bagaimana mencegah kepergian Shofia ke Singapura.“Nanti begitu selesai dengan urusan pembangunan gedung baru di pesantren aku akan menyusul kamu ke sana.”Ucapan spontan Ustaz Su

    Last Updated : 2022-04-16
  • Madu Untuk Suamiku   Fakta Tak Terduga

    Jalanan kota cukup lengang siang ini. Setelah mengalami perdebatan kecil, akhirnya Ustaz Subhan bersedia mengantar Shofia sampai ke bandara. Bukannya tak mau menemani sang istri, hanya saja Ustaz Subhan cukup keberatan dengan kepergian Shofia.“Kamu mau berapa hari di sana?” tanya Ustaz Subhan dengan nada datar.“Sampai ibunya Kiyada bisa pulang, Mas. Kasihan beliau kalau sendirian, apalagi tidak terlalu mahir menggunakan HP.”Ustaz Subhan melerik Shofia sekilas tanpa memberikan tanggapan apapun. Fokusnya kembali ke jalanan, ia takut akan mengucapkan kata-kata yang salah hingga kembali menimbulkan perselisihan.“Shofia mungkin butuh waktu untuk menerima semua ini. Tapi saya mau kamu berjanji untuk tidak menyakiti hati putri saya.”Pesan abah malam itu kembali terngiang. Apakah kepergian Shofia ke Singapura memang disengaja mencari waktu untuk sendiri? Sebab belum benar-benar siap dengan statusnya yang kini bukan

    Last Updated : 2022-04-17
  • Madu Untuk Suamiku   Perseteruan dalan Diam

    Langkah Kiyada terhenti ketika laki-laki yang berusaha ia hindari kini berada di hadapannya. Farhan menatapnya tajam, mata teduh itu itu entah mengapa kini seolah berubah menghujam.“Ada apa, Kak?” Dengan memberanikan diri Kiyada menantang tatapan Farhan. Ia berusaha agar tak terintimidasi.Mendung menggelayut di angkasa. Semilir angin berembus menerbangkan dedaunan yang mulai mengering. Farhan terdiam beberapa saat, ia tak mau lepas kendali hingga mengeluarkan nada amarah pada Kiyada.“Kak, Farhan ada perlu sama aku?” Kiyada bertanya sekali lagi saat mendapati laki-laki didepannya masih terdiam.“Kenapa tidak pernah bilang kalau kamu menjadi istri ke dua?” tanya Farhan lansung pada inti.Jantung Kiyada berdetak tak karuan. Ia tak menyangka jika secepat itu Farhan akan mengetahui status yang selama ini ia tutup rapat. Bukan tak mau mengakui, tetapi ia takut dengan berbagai stigma negatif tentang istri ke dua. Kiy

    Last Updated : 2022-04-19
  • Madu Untuk Suamiku   Berusaha Memperbaiki Keadaan

    “Siapa?” Ustaz Subhan melirik ke arah Kiyada sekilas.“A-isyah,” jawab Kiyada sedikit terbata.Selanjutnya Ustaz Subhan tak bertanya lebih jauh lagi. Eksprinya kembali datar dan fokus pada kemudi.“Kamu dimana, Ki?” Kini benar-benar suara Aisyah di seberang sana.Dari nada suaranya, terdengar Aisyah merasa bersalah. Sepertinya Farhan sengaja memakai nomor sahabatnya itu. Sebab jika Farhan langsung yang menghubungi, pastilah Kiyada tak berani mengangkat panggilannya.“Maaf, ya, Aisyah. Aku harus pulang dulu. Ada acara mendadak di rumah,” dusta Kiyada seraya melirik Ustaz Subhan.Entah Aisyah tahu masalah yang sebenarnya atau tidak. Yang jelas, untuk sementara biarlah semua mengalir seperti ini. Pada waktunya nanti Kiyada akan bercerita status yang sesungguhnya pada Aisyah.Kiyada yakin Aisyah bukan wanita yang mudah menghujat hanya dari satu sisi. Apalagi menghakimi dengan kata-

    Last Updated : 2022-04-19
  • Madu Untuk Suamiku   Memperbaiki Keadaan

    Mata Ustaz Subhan sedikit memicing menatap Kiyada. Diperhatikannya sang istri dari atas sampai ke bawah. “Kamu sudah salat?”Kiyada termangu, ternyata ekspektasinya terlalu tinggi. Kejutan tak terduga yang ia hadapi hari ini hampir saja membuatnya lalai akan kewajiban. “Belum, Ustaz.”Entahlah, mungkin wajah Kiyada saat ini tak ubahnya kepiting rebus. Meski ini bukan pertama kali ia melihat sang suami bertelanjang dada, tetapi dampaknya selalu tak baik bagi kesehatan jantungnya. Padahal mereka beberapa kali melakukan hal yang lebih daripada saat ini.Saat Ustaz Subhan berlalu begitu saja dari hadapannya, barulah Kiyada mengembuskan napas lega. Setidaknya sang suami masih memperhatikannya, mengingatkan ia akan kewajiban sebagai seorang muslim.Segera Kiyada meletakkan belanjaan di meja dapur, lalu membersihkan diri di kamar mandi. Waktu salat Asar hanya tersisa kurang dari satu jam, ia harus cepat-cepat melakukan semuanya.Sa

    Last Updated : 2022-04-20

Latest chapter

  • Madu Untuk Suamiku   Bidadari Surga

    Memasuki halaman rumah sakit, ingatan Kiyada kembali pada sang ibu. Saat pertama kali menginjakkan kaki di sini, hingga Allah memanggil ibu untuk pulang. Namun, Kiyada tahu, ia tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan. Demi bayi yang ada dalam rahimnya, ia harus bisa mengendalikan suasana hati. Meski untuk saat ini itu bukanlah hal yang mudah.“Apakah saya nanti boleh masuk ke dalam menemui Ustazah Shofia?” tanya Kiyada saat ia dan Ustaz Subhan baru saja memasuki lift.“Nanti kita konsultasikan dulu sama dokter.”Kiyada hanya bisa menarik napas panjang seraya mengangguk pasrah. Ia tak bisa memaksa kali ini. Meski dirinya sangat ingin melihat secara langsung kondisi Ustazah Shofia.“Keadaan Shofia dua hari terakhir benar-benar menurun. Tidak sembarang orang bisa masuk ke ruangannya,” ucap Ustaz Subhan memberi penjelasan.Kiyada tahu pasti bagaimana prosedur orang-orang dengan penyakit kronis seperti Ustazah Shofia. Barangkali Ustaz Subhan lupa bahwa Kiyada telah merawat ibu seora

  • Madu Untuk Suamiku   Terjebak Rasa

    Kiyada sangat menikmati makan malamnya. Meski hanya di warung sederhana dan menu seadanya. Namun, kebersamaan dengan sang suami yang membuat suasana terasa istimewa. Semenjak menikah, sepertinya bisa dihitung dengan jari berapa kali Kiyada dan Ustaz Subhan makan berdua saja.Keduanya makan dalam hening. Kiyada diam-diam memperhatikan laki-laki di seberang tempat duduknya yang makan dengan tampak lahap. Entah karena terburu ingin segera kembali ke rumah sakit tempat Ustazah Shofia dirawat, atau memang perutnya merasa sangat lapar.Meski cahaya di tempat itu tidak terlalu terang, tapi Kiyada masih bisa melihat dengan jelas gurat kelelahan di wajah Ustaz Subhan. Ia tahu berada di posisi sang suami saat ini pasti tidak mudah. Memiliki dua istri yang sama-sama membutuhkan kehadirannya.“Kalau boleh saya bisa kok menggantikan menjaga Ustazah Shofia,” ucap Kiyada setelah ia menyantap setengah porsi soto pesanannya. Rasa lapar yang tadi sempat melanda mendadak lenyap melihat keadaan Ustaz Sub

  • Madu Untuk Suamiku   Tak Mampu Menolak Rasa

    Kiyada dan Ustaz Subhan duduk di serambi masjid. Keduanya sama-sama terdiam seraya mengamati lalu lalang para jamaah. Kiyada tak memiliki keberanian untuk memulai pembicaraan. Ia takut salah bicara. Apalagi melihat tampang Ustaz Subhan yang begitu kelelahan. Lingkaran di sekitar matanya amat kentara.“Belum ada perkembangan sama sekali dengan kondisi Shofia.” Ustaz Subhan mulai angkat bicara. Ia menoleh sekilas ke arah Kiyada. “Sepertinya dokter juga sudah pasrah. Tidak banyak hal yang bisa dilakukan.”Selama mengenal sosok Ustaz Subhan, rasanya baru kali ini Kiyada menyaksikan laki-laki itu begitu rapuh. Bahkan Ustaz Subhan tampak berusaha keras untuk menahan air matanya.“Mas, sudah makan?” Tak ingin sang suami terlalu larut dalam kesedihan, Kiyada memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan.Ustaz Subhan menggeleng. “Terakhir makan tadi pagi.”“Bagaimana kalau kita cari makan dulu? Kebetulan saya juga belum makan.”“Ya sudah kita cari tempat makan di dekat sini.”Mendapat sambutan

  • Madu Untuk Suamiku   Harapan dan Doa

    24 jam sudah berlalu, tapi tak ada perkembangan sama sekali terhadap kondisi Shofia. Ustaz Subhan juga hampir tak beranjak dari sisi sang istri, kecuali hanya keluar untuk makan dan salat. Entah mengapa Ustaz Subhan merasa Shofia kian jauh.“Bagaimana perkembangan istri saya, Dokter?” tanya Ustaz Subhan pada dokter yang baru saja memeriksa keadaan Shofia.Dokter laki-laki paruh baya itu terdiam beberapa saat. Tak ada harapan sama sekali dari raut wajah yang mulai keriput tersebut.“Doakan saja yang terbaik, Pak.”Ucapan dokter itu memang terdengar ringan, tetapi Ustaz Paham apa maksud yang tersirat dari kalimatnya. Sepertinya ia sudah harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Dan ia tetap berharap keajaiban itu masih bisa terjadi.“Baik, Dok. Terima kasih.”Sudah hampir 2 hari Shofia tidak membuka mata sama sekali. Tubuhnya dipenuhi berbagai macam peralatan medis. Bahkan jika alat-alat penunjang itu dilepas, Ustaz Subhan tidak terlalu yakin jika sang istri masih bisa h

  • Madu Untuk Suamiku   Angan yang Sirna

    Ustaz Subhan sempat tertegun beberapa saat mendapati Kiyada memutus sambungan telepon secara sepihak. Bahkan tanpa ucapan salam sama sekali. Tak biasanya wanita itu bersikap seperti ini. Apakah sikapnya melarang Kiyada datang ke sini sudah keterlaluan?Meski telah bertahun-tahun hidup dengan Shofia, dan beberapa bulan menjadi suami Kiyada, Ustaz Subhan masih belum bisa memahami keduanya dengan baik. Ia tak memiliki ide apapun untuk membujuk Kiyada, atau sekadar menanyakan sikapnya tadi.Namun, untuk sekarang, tentu kondisi Shofia lebih penting dari apapun. Laki-laki itu melangkah tergesa menuju ruang perawatan Shofia. Berharap setelah ini akan ada kabar baik terkait perkembangan sang istri.Di depan ruangan yang dijaga cukup ketat itu, Jihan duduk termenung. Wajahnya muram, hingga tak menyadari kedatangan Ustaz Subhan.“Kamu sudah makan, Jihan?” Ustaz Subhan mencoba berbasi-basi. Berharap bisa sedikit mengurai aura kebencian dari wanita itu yang timbul semenjak ia menikah lagi.Jihan

  • Madu Untuk Suamiku   Tak Lagi Sama

    Keadaan Kiyada yang masih terasa lemah setelah kehilangan sang ibu, kini harus kembali menerima kabar kurang baik dari sang suami. Meski kerap merasa cemburu dengan kasih sayang Ustaz Subhan pada Shofia, tetapi Kiyada sungguh tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada wanita itu.Walau bagaimanapun, tanpa perantara Shofia, pernikahan ini tak akan pernah terjadi. Dan Kiyada harus berjuang sendiri memikirkan biaya pengobatan sang ibu yang cukup menguras dompet. Apalagi mengingat di kampung ini ia hanya memiliki ibu.“Mas, saya ingin melihat kondisi Ustazah Shofia,” pinta Kiyada pada Ustaz Subhan.“Besok kalau keadaannya sudah membaik, kamu saya ajak ke sini, ya.”Kiyada tertunduk lesu. Meski tidak melarang secara langsung, ia paham jika kalimat itu adalah sebuah larangan secara halus. Padahal berada di rumah seorang diri juga membosankan baginya. Kiyada jadi lebih sering teringat ibu dan itu membuatnya terus-terusan bersedih.“Tapi saya bosan di rumah sendirian. Siapa tahu di sana bisa m

  • Madu Untuk Suamiku   Gelisah Menanti Kabar

    Malam itu perasaan Kiyada sungguh bahagia. Sebab tak dapat dipungkiri bahwa dirinya juga teramat merindukan belaian sang suami. Meski tak banyak kalimat manis yang dilontarkan Ustaz Subhan, setidaknya senyuman dan satu kali panggilan-sayang- sudah lebih dari cukup bagi Kiyada.Namun, sepertinya harapan Kiyada terlampau tinggi. Nyatanya, saat terbangun menjelang waktu Subuh, Ustaz Subhan sudah tidak ada disisinya. Padahal tadi malam ia sempat berpesan untuk dibangunkan salat tahajud. “Mas?” Perlahan Kiyada bangkit dari tempat tidur. Mencari sosok Ustaz Subhan yang ternyata tidak ada di dalam kamar.Perut Kiyada yang semakin membesar membuat ia tak bisa bergerak selincah biasanya. Ia berjalan menuju kamar mandi, barangkali Ustaz Subhan tengah mandi atau mengambil wudhu. Lagi-lagi tak ada siapapun di sana. Suasana rumah terasa sepi dan sunyi. Hanya terdengar suara detak jarum jam juga sesekali suara kokok ayam jantan.Tidak biasanya Ustaz Subhan berangkat ke masjid sebelum Subuh seperti

  • Madu Untuk Suamiku   Kembali Merajut Kedekatan

    Sepertinya Aldi masih belum cukup puas dengan jawaban yang diberikan Ustaz Subhan. Sementara suara qiraat penanda akan masuknya waktu Isya sudah berkumandang dari arah masjid. Obrolan keduanya pun mau tak mau harus berakhir.“Kalau kapan-kapan saya silaturahim ke rumah Ustaz, boleh?” tanya Aldi sebelum Ustaz Subhan beranjak.Meski sempat ragu, Ustaz Subhan akhirnya mengangguk seraya tersenyum simpul. Tidak mungkin ia menolak seseorang yang ingin datang untuk bertanya perihal agama. Namun, Ustaz Subhan masih belum tahu apakah Aldi sudah tahu statusnya sebagai suami yang memiliki dua istri.Hingga selesai jamaah Isya dan menempuh perjalanan menuju rumah Kiyada, percakapan singkat dengan Aldi masih terus saja menghantui hati dan pikiran Ustaz Subhan. Bagaimana jika Aldi belum tahu akan statusnya? Pikiran yang berkelana di sepanjang perjalanan, membuat Ustaz Subhan tak sadar jika ia telah sampai di halaman rumah Kiyada. Suasana rumah itu tak lagi sepi seperti sebelum ia berangkat ke masj

  • Madu Untuk Suamiku   Tertampar Pertanyaan

    Sejujurnya beberapa menit yang lalu Ustaz Subhan telah berbohong pada Kiyada, dengan mengatakan bahwa ia ada urusan dengan remaja masjid setempat. Ia hanya ingin memberi waktu jeda pada hubungan mereka. Sebab sejak perbincangan tadi semua terasa semakin canggung. Entah lah apa penyebab pastinya.Lalu tanpa diduga pertemuannya dengan seorang remaja laki-laki yang mempertanyakan persoalan poligami membuat Ustaz Subhan merasa terusik. Sebenarnya apa yang ingin dipertanyakan, dan mengapa harus dirinya yang mendapat pertanyaan?Benar saja, setelah turun dari salat jamaah, remaja tersebut menunggu di dekat gapura masjid. Ini baru kali pertama Ustaz Subhan bertemu dengan laki-laki itu. Dilihat dari tampilannya, bisa ditebak jika ia bukan seperti penduduk setempat.“Assalamualaikum, Ustaz.” Dengan takzim ia mencium punggung tangan Ustaz Subhan.“Waalaikumsalam.” Ustaz Subhan memasang mimik setenang mungkin.“Sebelumnya maaf, apa saya mengganggu waktunya Ustaz?”Waktu menuju Isya’ masih cukup

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status