"Mas, Sudah basah nih. lanjut enggak?" tanya Agni saat sudah melewati tangga yang secara ajaib membuat mood Dani kembali naik. Dasar lelaki buas, dipancing sedikit saja sudah tegang."Adikku juga sudah keras, Sayang. Tidak sabar untuk masuk," bisik Dani yang membuat Agni mendaratkan cubitannya ke pinggang. Namun, Dia tersentak saat Dani merapatkan tubuhnya hingga ke dinding tepat di depan kamar."Mas, jangan di sini di kamar saja.""Habis aku sudah tidak tahan, Sayang," bisik Dani tepat di belakang telinga Agni. Hangat nafasnya membuat tengkuknya merinding.Namun, Agni berusaha untuk menahan diri. Ini masih di area di mana bisa saja pelayan lewat. Dia berusaha meronta, Namun yang ada serangan bertubi-tubi yang membuatnya gelagapan."Hentikan Nakal," ucap Agni setengah memekik. Dani sontak melepaskannya. Dia mengusap bibirnya yang sudah basah oleh ludahnya sendiri. Terlihat Agni menggeliat sembari merayap di dinding, mendekat ke pintu. Dani hanya melihat wajah istrinya yang sensual sa
Dani berangkat ke kantor. Sekarang dialah yang aktif dalam menggerakan perusahaan. Sedangkan Agni sebagai pemilik perusahaan bisa datang kapan saja.Pekerjaan begitu banyak hari itu. Dani juga harus mempelajari banyak hal supaya cepat beradaptasi. Sekarang perusahaan yang ada di bawah kendalinya sangat besar. Sebuah tantangan yang harus Dani hadapi dan memang Dani sangat menyukai tantangan.Dia melirik ke arah penunjuk waktu. Sebentar lagi waktunya makan siang. Kebetulan Agni hari itu sedang berada di perusahaan lain. SMungkin alangkah lebih baik kalau dia menjemput Agni dan mengajaknya untuk makan siang.Dani langsung mematikan laptopnya. Tidak ada gunanya dia berkutat lama di depan benda itu tetapi pikirannya kemana-mana. Pekerjaannya itu masih bisa dikerjakan nanti, sekarang ada sesuatu yang lebih mendesak.Setelah menutup pintu, dia hampir melonjak tatkala berbalik arah. Terlihat Maya yang sedang menunduk sambil mengapit berkas-berkas."Maya! Kamu ngagetin aja!" nada suara yang s
Agni baru saja turun di lobby tatkala sebuah mobil mewah miliknya datang dan berhenti di depan. Dia langsung menghampiri. Terlihat seseorang keluar dari mobil itu dan bergerak membukakan pintu. Agni masuk dan mengambil posisi di jok belakang."Langsung pulang saja, Pak," ucapnya saat orang itu sudah duduk di kursi kemudi. Agni yang sudah letih pun langsung memejamkan mata sembari menghempaskan diri di kursi yang empuk sambil Setidaknya bisa sedikit mengusir rasa penat.Mobil melaju di tengah jalanan yang padat merayap.Jam pulang kerja selalu seperti ini. Agni yang sudah terlalu capek tidak bisa beristirahat maksimal.Keheranan menyergap tatkala melihat jalanan yang dilalui bukan jalan menuju Mansion. Agni menoleh ke arah supirnya."Pak, Apa kita tidak salah jalan?""Tidak, Sayang." sahut suara barinton yang sangat familiar. Agni bangkit dari posisinya bersandar. Terlihat pria di kursi kemudi itu melepaskan topinya."Kok Mas?""Surprise!" seru Pria yang ternyata Dani. Agni melongo. Ma
Senyum Daniel melebar tatkala melihat Papa dan Mamanya yang baru saja pulang. Dia turun dari sofa dan menghampiri mereka."Papa sama Mama pulang malam terus. Daniel kan kangen." Dia merajuk. Agni dan Dani saling melempar senyum. Lalu, Agni melayangkan cubitan di hidung Daniel yang mancung."Papa dan Mama kan kerja demi kamu, Sayang. Supaya bisa beliin kamu mainan yang banyak." Agni merogoh sesuatu dari kantong plastik hitam yang dia bawa. Senyum anak itu melebar tatkala mendapati sebuah miniatur robot dari jepang yang menjadi favoritnya. Mainan limited edition dengan harga selangit, sengaja Dani pesan melalui sebuah online shop terpercaya, sebagai hadiah untuk anak semata wayangnya itu.Seketika dia merebut mainan itu. Memegangnya dengan mata berbinar."Gundam! Makasih, Ma, Pa!" Daniel berhamburan memeluk Dani. Agni juga bergabung memeluk kedua belahan jiwanya.Mereka pun bersua sejenak baru setelah itu melanjutkan untuk makan malam. Mereka sudah seperti keluarga kecil yang sangat ba
Siapakah Anabelle?Agni meraih ponsel dan membaca chat dari wanita misterius itu. Tadi sebelum berangkat kerja, dia meminta email dan password suaminya supaya dia bisa membuka Instragram Dani melalui ponselnya.Sudah tidak terhitung dia membuka ponsel hanya untuk melihat chat itu. Pesan yang di sampaikan serasa lain daripada yang lain. Bisa dibilang Anabelle adalah secret admirer dari suaminya. Hal ini tentu saja membuatnya resah.Agni mengingat siapa saja wanita yang pernah dekat dengan Dani. Begitu banyak sebenarnya, hanya saja Dani selalu menunjukan bahwa dia adalah pria yang setia. Atau mungkin saja, dia berada di lingkup kantor. Karyawan yang diam-diam mengaguminya tapi siapa?Memang sudah menjadi resiko menjadi rupawan. Selain Dani juga dirinya. Tidak jarang dia melihat tatapan iri dari para wanita saat dia bersanding dengan Dani. Pasangan yang sangat serasi, mungkin itu yang ada di pikiran mereka.Agni juga wanita idaman yang digilai oleh setiap pria. Namun, statusnya yang menj
"Wanita lain siapa? Maya? Ya Ampun Sayang, dia itu cuma bawahan ku. Aku akrab dengannya supaya jalinan komunikasi berjalan dengan lancar. Kamu tahu sendiri kan pentingnya peran GM. Jangan gampang panas seperti itulah," cecar Dani.“Gampang panas? Mas, aku ini istri kamu. Apakah aku tidak berhak untuk cemburu?”“Enggak gitu Sayang. Tapi, tolong dilihat kondisinya.”Agni bangkit dari tempatnya duduk dan beringsut meninggalkan tempat itu. Tetapi Dani terlebih dahulu mencekal tangannya, “Kamu mau kemana?”Di saat yang bersamaan, Maya baru saja kembali dari toilet,”Ada apa ini, Pak?”Agni menghempaskan tangan Dani dengan kasar. Lantas, menajamkan penglihatannya kepada Maya, “Bukan urusan kamu.”Agni pergi dengan langkah lebar. Dani semula berdiri dan memanggilnya. Lalu kemudian duduk lagi.“Nyonya tidak di kejar, Pak?”“Sudahlah tidak usah dibahas, Dia hanya butuh perhatian saja. Aku tahu bagaimana caranya untuk merebut hatinya kembali,” ujarnya santai. Terkesan jumawa. Maya kembali ke t
Agni baru saja masuk ke dalam kamarnya tatkala mendengar suara derap langkah yang mendekat. Agni terhenyak saat melihat Dani dalam kondisi kacau sedang membuka pintu. Nafasnya tersengal-sengal.“Agni, kumohon jangan menghindar lagi. Sikapmu yang menghindar membuatku tersiksa,” tuturnya yang masih memegang handle pintu. Sepertinya dia dia baru saja datang beberapa menit yang lalu setelah dirinya, lalu mengejarnya sampai ke kamar.Agni hanya menunjukan wajah datarnya. Meski dalam hati dia iba melihat kondisi suaminya yang tidak karuan. Namun, dia harus tegas bahwa tidak mudah merebut hatinya kembali setelah bersikap seenaknya.“Maafkan aku, Agni. Tidak seharusnya aku bersikap seperti tadi. Seharusnya, aku lebih bisa menjaga perasaan kamu,” tuturnya dengan penuh rasa sesal. Semenjak kembali ke kantornya, yang ada di pikirannnya hanya Agni. Dia salah menduga kalau Agni akan dengan mudah untuk direbut hatinya, Namun, justru dia yang tersiksa karena sikap keras Agni.Agni meletakkan tasnya
[Kak, Dani-nya mana? Munculin dong]Begitu rata-rata komen dari setiap netizen yang menjadi pengikut Dani. Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu, mereka menunggu Dani muncul di layar. Ada yang tidak sabar dengan menyepam komen ada juga yang keluar. Tetapi kemudian yang masuk bejibun.Agni harus hati-hati menjawab. Awalnya dia ingin menjawab Dani sedang pergi. Pasti mereka akan tanya hal yang lebih detail lagi. Kemana perginya? Kok sendirian? Bla, bla. Kalau sampai dia berbohong, maka para netizen itu akan menghujatnya habis-habisan. Tentu itu akan merusak citra dirinya dan sang suami.“Mas Dani sedang olahraga?” jawabnya asal. Namun terlihat jelas kalau raut wajahnya yang tersenyum paksa.[Coba tunjukin dong kak. Pengen Liat][Iya, Penasaran banget. Pasti seksi banget.]Agni semakin gelagapan. Terlebih netizen yang sudah sangat bernafsu. Ingin rasanya dia menghardik mereka. Namun, dia menahannya karena komentar yang mayoritas sama. Konsentrasinya pecah. Dia yang semua ingin menarik
Malam itu, Dani mengajak Agni dan Daniel untuk makan di luar. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka makan bertiga layaknya keluarga yang utuh. Agni tentu sangat antuasias sekali dan berdandam semaksimal mungkin untuk makan malam mereka ini.Sebuah restoran mewah yang terletak di rooftop tertinggi di kota itu. Tentu nuansa outdoor yang dipilih sehingga suasana menjadi sangat mendukung dengan pemandangan kota yang tampak ekstetik dari atas sana. Ditambah lagi music yang romantis yang lebih cocok untuk pasangan muda-mudi menghabiskan waktu. Dan memang kebanyakan dari pengunjung adalah pasangan kekasih. Hanya mereka yang membawa anak. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena keharmonisan pasangan juga berarti keharmonisan keluarga juga kan?“Mau pesan apa?” tanya Dani. Pria itu terlihat tampan dengan hem putih lengan panjang yang di tekuk di bagian lenganya. Sangat kontras dengan celana jeans biru dongker yang dia kenakan. Serta aksesoris berkelas berupa kalung titanium dan jam tangan ya
Agni menggelengkan kepalanya. Menghapus bayangan yang tidak-tidak. Dia pun duduk di meja rias. Mengalihkan perhatiannya dengan memoles lipstick di bibir sensualnya. Tetapi tetap saja libidonya sulit untuk terhapus.Tiba-tiba, Agni tersentak saat mendapati sekelabat bayangan di belakangnya. Dia langsung menoleh dan mendapati sang suami yang sedang berjalan menuju pintu dan menguncinya rapat. Begitu Pria bertubuh binaraga itu membalikan badannya, seketika pandangan Agni langsung tertuju kebagian itu. Terlihat besar menggelantung siap tempur. Agni hanya meneguk ludah. Entah kenapa pandangannya selalu tertuju di bawah sana.Agni berusaha menaikan pandangannya. Menyusuri tubuh perkasa yang ditumbuhi bulu yang halus maskulin di sana sini, sampai pandangannya terhenti tepat di wajah Dani yang tampak tersenyum nakal. Agni yang terhenyak langsung mengalihkan pandangannya ke cermin rias berpura-pura untuk memoles lipsticknya kembali.Jujur libido Agni meningkat drastis pada saat itu. Dengan han
Dani baru saja pulang dari bekerja. Ada banyak beban di pundaknya, tetapi dia tidak ingin memperlihatkannya kepada siapapun terutama Agni dan Daniel. Sebagai pria dewasa, sudah biasa baginya menanggung beban yang berat.Dani berjalan dengan cepat menuju ruang tamu. Mengitarkan pandangan sejenak. Biasanya ada Daniel yang akan berlarian mendekatinya. Menyambutnya dengan pelukan. Tetapi, ini dia terheran sendiri kemana perginya buah hatinya tersebut.Sembari melonggarkan dasinya, dia menaiki tangga. Pertama dia membuka kamarnya, tetapi tidak menemukan istrinya di dalam. Dia mengernyit dahi. Berpikir kemana kedua belahan jiwanya tersebut.Akhirnya dia bergeser menuju kamar anaknya. Karena dia membuka pintu dengan tiba-tiba, terlihat orang yang berada di dalamnya langsung menoleh ke pintu. Terlihat Daniel yang sedang bersama dengan Agni di meja belajar. Begitu melihat siapa yang membuka pintu, Daniel sumringah dan berlarian memeluk kaki ayahnya.“Yeah! Papa sudah pulang,” seru Daniel. Dani
Kehidupan kembali normal. Pagi itu, Agni dan Dani melakukan aktifitas pagi seperti biasanya. Agni menyiapkan segala keperluan suaminya. Dia sangat enjoy melayani Dani meskipun dia adalah pemilik perusahaan namun tetap saja dia harus berbakti kepada sang suami.Dani melarang Agni untuk pergi bekerja. Memintanya untuk di rumah. Menjadi ibu rumah tangga dan juga mengurus PraDani. Sedangkan dirinya bertindak sebagai Ceo dan juga owner untuk memantau semua direktur yang ada di bawah perusahaan Hartono group.“Sayang, Mas berangkat dulu ya,” ucap Dani di teras rumah. Setelah selesai sarapan, Agni mengantarkan sang suami sampai ke teras untuk melepasnya bekerja.“Tunggu dulu, Mas.” Agni mengamit tangaan suaminya yang akan beranjak ke mobil. Pria itu membalikan badan dan melihat ke arah Agni. Senyumnya mengembang saat Agni ternyata mengamit tangannya dan mencium punggung tangannya dengan takzim.“Hati-hati ya, Mas,” ucap Agni yang sudah menegakkan badannya. Dani membalas dengan mengusap punda
Berselang dua hari,Sampailah di penghujung bulan madu mereka. Sebenernya Agni masih belum rela jika momen kebersamaan mereka cepat berakhir. Namun, realita menariknya kepada kehidupan yang sebenernnya. Asistennya sudah memberi tahunya mengenai beberapa pekerjaan yang harus ditangani. Dan juga dia pasti sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya, Daniel.Dani tampak berdiri di depan cermin rias sambil mengenakan jaket kulitnya yang terlihat sesak. Tubuh Dani yang besar dan berotot bagai beruang kadang membuat Agni tersenyum sendiri. Membuatnya selalu ingin memeluknya dengan manja setiap waktu.Dani mengernyitkan dahi saat melihat dari pantulan cermin. Agni yang tiba-tiba menubruk tubuh bagian belakangnya dan memeluknya dengan erat.”Ada apa, Sayang?” tanya Dani dengan lembut sambil memegang tangan lembut Agni yang melintang di dadanya.“Enggak, apa-apa, Mas. Pengen peluk saja,” balas Agni yang membenamkan kepalanya dengan nyamannya. Dani hanya tersenyum tipis.“Pasti enggak rela
”Jangan berhenti, Mas,” pinta Agni. Dani yang mendengarnya pun bersemangat. Lalu yang tidak di sangka, Dani bergerak secepat kilat yang membuat Agni seperti terhentak-hentak. Ibarat naik roller coaster dengan intensitas getaran yang sangat tinggi. Sungguh Agni sangat terkejut sekaligus bahagia akan hal itu.Dani melakukannya sambil berjalan ke keluar dari kamar mandi dan berhenti di tepi ranjang. Karena sudah cukup lama melakukannya, maka Dani merebahkan tubuh Agni di atas ranjang. Di luar dugaan, Agni tampak mengulurkan tangannya pertanda dia meminta lagi.“Apa? Masih kurang?” tanya Dani menggoda. Agni dengan wajah erotis hanya mengangguk saja. Dani tampak tersenyum tipis. Dia tidak menyangka kalau gairah Agni begitu membeludak. Mungkin ini bawaan benih yang ada di dalam perutnya.Dani dengan tenang berjalan ke ruang tamu. Mengambil kotak rokok dan menyalakannya. Lalu, kembali berjalan ke kamar. Dia menikmati kepulan asap sambil melihat Agni yang terus menggeliat di atas ranjang. Dia
Tiba-tiba, Agni tersedak saat merasakan sesuatu yang hangat dan keras masuk ke celana dalamnya. Sedangkan Dani di belakangnya tampak tersenyum liar.“Mas, jangan dulu. Aku kan lagi telfonan dengan Bik Marningsih,” bisik Agni sambil menjauhkan ponselnya. Bik Marningsih adalah orang yang dia percaya untuk menjaga Daniel selama mereka bulan madu.“Udahlah, Nikmatin saja. Aku hanya sedang bersiap-siap memberikan nutrisi kepada calon Dani junior,” sahutnya yang membuat Agni melenguh untuk beberapa menit karena Dani yang sibuk menggesek-gesekkannya.“Angkat saja telfon dari Bik Marningish,” titah Dani sambil tersenyum liar. Terlebih saat melihat ekspresi Agni yang sensual, membuatnya semakin liar memainkannya.“B-bik!” desis Agni dengan suara bergetar. Bik Marningsih di seberang sana tampak keheranan dengan Agni.“Kamu enggak apa-apa, Nduk?” tanyanya cemas.“Enggak apa-apa kok, Bik. Cuma suasananya dingin sekali. Banyak salju di sini Bik,” sahutnya sekenanya. Bik Marningsih tampak berpikir
“Sial! Kalian lawan satu orang saja tidak becus!” hardik Alex kepada seluruh anggota gangster Alaska yang terkapar tadi. Sekarang mereka berkumpul di dalam pondok yang masih menjdi bagian dari arena ski itu.“Tapi, dia terlalu kuat, Bos. Bos kan bisa lihat sendiri tadi,” kilah salah satu di antara mereka yang wajahnya paling sangar yang tidak lain adalah pemimpin dari gangster tersebut.“Terus, apa gunanya saya bayar kalian mahal-mahal? Pokoknya saya enggak mau tahu pokoknya kalian harus mencari cara untuk melenyapkan Dani. saya tidak mau melihat dia selalu dekat-dekat dengan Wanita pujaan hati saya,” titah Alex. Mereka terlihat saling berpandangan lalu kemudian mengiyakan permintaan Sang Bos. Terlihat sorot mata birunya yang tampak memicingkan.Di tempat Lain, Dani sedang memarkirkan mobil saljunya sambil membawa makanan asia. Dia tahu kalau dalam kondisi yang kurang enak badan, lebih baik makan makanan yang sesuai dengan lidah asia. Maka sepulang dari arena ski tadi, dia langsun
Dani menghentikan pergulatan bibirnya setelah Agni seperti hampir kehabisan nafas. Dia tersenyum sambil dengan telaten mengusap bibir Agni yang bercampur dengan lidahnya. Kemudian, dia membisikan sesuatu kepada Agni.“Sayang, Mas keluar sebentar ya. Ada sesuatu yang ingin Mas Beli selain makan siang. Kamu istirahat dulu ya. kalau terjadi apa-apa telfon, Mas.” Dani beranjak meninggalkan Agni, bahkan sebelum Agni memberikan jawabannya. Dia melangkah dengan berat. Sejujurnya dia tidak mau meninggalkan Agni dalam kondisi lemah seperti ini. Alasan yang dia kemukakan itu hanya alibi supaya dia bisa kembali ke Arena untuk bertanding.Untung saat ini, dia harus mengikuti alur yang diciptakan oleh Alex, sampai dia bisa menemukan celah untuk bisa menemukan titik lemahnya sehingga akan sangat mudah baginya untuk melumpuhkannya nanti.Dani mengendarai mobil salju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tidak menunggu waktu lama, dia sudah sampai di arena. Terlihat Alex sudah menantinya sedari tadi d