Beranda / Rumah Tangga / Maafkan Aku Telah Mendua / Bab 164 Curi Kesempatan

Share

Bab 164 Curi Kesempatan

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 13:00:56

“Apa Anda sudah siap?” tanya Dokter tersebut.

Damar terdiam sejenak, menatap dirinya kemudian mengangguk dengan mantap. Dokter tampan yang tak lain Rendy, teman sekaligus dokter yang pernah diminta tolong Fakhri itu tersenyum membalas gestur tubuh Damar.

“Namun, harus Anda ketahui. Kalau kita akan melakukan operasi beberapa kali. Mungkin dua sampai tiga kali.”

Damar mengangguk dengan mantap dan tidak terlihat sama sekali keraguan di wajahnya. Rendy hanya tersenyum sambil mengangguk. Damar tidak akan mundur lagi. Ia harus meneruskan operasi ini.

Apalagi setahun ke depan, dia akan menikah dengan Aina. Damar tidak mau membuat Aina curiga dengan keadaannya. Aina pasti sangat shock jika tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Damar tidak mau kehilangan Aina lagi. Banyak yang telah ia korbankan untuk mendapatkan hati Aina dan kali ini dia tidak mau gagal.

“Kalau begitu, silakan Anda bersiap. Kita akan operasi besok pa

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 165 Siapa yang Berbohong

    “Apa Damar melarang aku bertemu dengan Zafran juga?” tanya Fakhri.Sontak Aina mengangkat kepala dan tak ayal mata mereka bertemu lagi. Hembusan napas kasar keluar dari bibir Aina dibarengi gelengan kepalanya.“Enggak. Aku rasa kamu tahu jika Damar malah yang mengantar Zafran menemuimu tempo hari,” jawab Aina.Fakhri tersenyum menautkan kedua tangannya sambil menatap Aina dengan teduh.“Jadi boleh aku mengantarmu pulang, eh maksudku bertemu dengan Zafran?”Kembali Aina diam sesaat. Ia sedikit ragu, tapi dia sudah bertekad untuk mengubah sikapnya pada Fakhri. Bukankah berteman lebih baik dari pada terus menyulut kebencian.“Iya, baiklah.” Aina berkata sambil menganggukkan kepala. Seketika senyum manis terkembang di bibir Fakhri.Tak lama mereka sudah berada di dalam mobil. Aina duduk di sebelah Fakhri dan tampak sedang melamun memperhatikan kemacetan lalu lintas petang ini. Sesekali Fakhr

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 166 Ocehan Zafran

    “Tante Tika??” seru Aina tertahan.Wanita cantik itu terkejut setengah mati dengan kehadiran Bu Tika apalagi ditambah dengan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan. Fakhri melihat kepanikan Aina. Perlahan ia menurunkan Zafran dan memintanya masuk ke dalam rumah lebih dulu. Kemudian Fakhri berjalan menghampiri Bu Tika.“Selamat malam, Tante,” sapa Fakhri dengan sopannya.Bu Tika tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala sambil menatap sinis ke arah Fakhri. Fakhri menyadari kenapa Bu Tika bersikap seperti itu padanya. Pasti wanita paruh baya itu sudah sibuk berpikir banyak hal di benaknya.“Kalian tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Tante?”Kembali Bu Tika bersuara dan tentu saja sorot matanya semakin tajam menginterogasi Aina serta Fakhri.“Pertanyaan apa, Tante? Tentang sebutan ‘ayah’ untukku tadi?”Fakhri yang menjawab dan dengan nada ringan, sama sekali dia tidak menunj

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 167 Bukan Aku Ayahnya

    “Kok Zafran ngomong gitu? Bukannya Om Damar juga baik,” ujar Fakhri.Ia tidak mau memprovokasi Zafran. Bagaimanapun Zafran harus tahu siapa sebenarnya Damar. Mereka juga harusnya bersatu sebagai satu keluarga, meskipun awalnya kehadiran Zafran karena sebuah kesalahan. Namun, Fakhri sudah mengikhlaskan semuanya.Tidak ada suara yang keluar dari bibir bocah laki-laki itu. Ia hanya menunduk dengan bahu yang naik turun. Fakhri terdiam memperhatikan. Bisa jadi bocah ini sedang menangis.Perlahan Fakhri mengulurkan tangan menarik dagu Zafran dan tepat dugaannya jika bocah laki-laki itu sedang menangis.“Kenapa nangis? Apa Ayah menyakiti Zafran?”Zafran menggeleng, menyeka air matanya kemudian berhambur memeluk Fakhri. Fakhri hanya diam menangkap rangkulan Zafran dan membalasnya dengan erat.“Zafran hanya mau sama Ayah, bukan Om Damar.”Lagi-lagi kalimat itu terlontar dari bibir Zafran. Fakhri tidak bisa m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 168 Rahasia Damar

    “Sudah saatnya dia tahu, Aina,” lirih Fakhri.Pria tampan itu berkata sambil menundukkan kepala. Entah apa yang sedang disembunyikan Fakhri. Perasaannya atau raut wajah yang tiba-tiba berubah muram dengan buliran bening di sudut matanya.Tidak ada jawaban dari bibir Aina. Ia masih bergeming di posisinya sambil menatap Fakhri dengan trenyuh. Untung saja posisi rumah Aina berada di bagian paling ujung gang dengan area depannya merupakan tanah kosong sehingga tidak akan ada tetangga yang memperhatikan interaksi mereka sepagi ini.“Aku juga ingin melihat kalian bahagia menjadi satu keluarga. Kamu, Damar dan Zafran.”Fakhri kembali menambahkan kalimatnya dan entah mengapa banyak penekanan intonasi di setiap katanya. Suara Fakhri bahkan seperti tercekat menahan isak.“Bahkan aku bersedia pergi dari hidup Zafran agar anak itu hanya mau melihat Damar sebagai ayahnya.”Sontak Aina tercengang kaget mendengar kalimat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 1 Maafkan Aku

    “KATAKAN PADAKU SIAPA AYAHNYA? Siapa ayah Zafran, Aina!!” seru Fakhri penuh amarah.Aina hanya diam, menundukkan kepala dan tak bersuara sedikit pun. Dia benar-benar shock saat suaminya bertanya seperti itu. Semua berawal saat Zafran, putra pertama mereka masuk rumah sakit akibat penyakit demam berdarah.Trombosit Zafran turun drastis dan membutuhkan transfusi darah secepatnya. Tadi siang, pihak rumah sakit menghubungi mereka mengatakan jika stock darah golongan B habis dan meminta Fakhri serta Aina segera mendapatkannya di luar sana. Fakhri terkejut mendengar hal itu dan setibanya di rumah, Fakhri malah mencercah pertanyaan seperti ini.“Kenapa diam saja, Aina?? Kamu tidak mau menjawab pertanyaanku?”Aina masih membisu, ia bingung harus menjawab apa. Fakhri pasti terkejut saat tahu golongan darah putra mereka adalah B, sementara kedua orang tuanya bergolongan darah A. Harusnya Zafran memiliki golongan darah A juga atau O. Ini malah berbeda. Tentu saja menimbulkan tanya seperti itu pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 2 Kejutan untuk Fakhri

    “ENGGAK, MAS!!! Aku gak mau!!” seru Aina.Fakhri tidak menggubris seruan Aina. Ia malah langsung mengibaskan kaki agar Aina melepas pelukannya. Tanpa berkata apa pun, Fakhri berjalan keluar kamar. Aina gegas bangkit mengejar Fakhri. Ia tidak mau pernikahannya berakhir seperti ini. Ini kesalahannya dan Aina akan menjelaskan semuanya malam ini.“MAS!! TUNGGU!!” Aina menarik lengan Fakhri.Namun, Fakhri malah menepis tangan Aina bahkan mengibaskannya hingga Aina terpental.“Cukup, Aina!!! Aku tidak mau dengar lagi. Kamu sudah dengar ucapanku, kan?”Aina menggeleng, wajahnya semakin berantakan. Riasannya pudar dengan rambut hitam kelamnya yang acak-acakan. Aina tidak menyerah, dia mengekor langkah Fakhri.“Aku gak mau, Mas. Aku gak mau cerai. Kamu dengar dulu penjelasanku. Aku ---”Fakhri mengangkat tangannya ke udara dan menatap Aina dengan tajam. Sontak kalimat Aina terjeda, bibirnya bergetar hebat. Air matanya semakin luber. Namun, pria tampan di depan Aina ini hanya membisu. Wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 3 Apa Kamu sedang Menghukumku?

    “Hamil? Istri saya hamil?” ucap Fakhri mengulang keterangan dokter tadi.“Iya, benar, Tuan. Sepertinya sudah jalan tiga minggu,” kata sang Dokter menambahkan.Fakhri hanya diam dan tercenung untuk beberapa saat. Ia melirik ke arah Aina yang sedang terbaring di atas brankar. Wanita cantik itu tampak masih memejamkan mata dengan infus yang tertancap di tangannya.Pukul delapan pagi saat Aina membuka mata. Ia melihat Fakhri sedang duduk di samping brankar. Kepalanya menunduk dengan tumpuan tangan yang bersandar di tepi brankar tempat Aina terbaring. Aina tersenyum saat tahu suaminya mau menjaga sepanjang malam ini. Ia pikir Fakhri akan meninggalkannya, tapi ternyata tidak.Hati-hati, Aina mengulurkan tangan dan membelai lembut rambut suaminya. Banyak kerinduan yang sedang Aina tumpahkan. Gara-gara kebodohannya, ada jurang lebar yang terbentang di antara dia dan suaminya. Rambut Fakhri yang sedikit gondrong terasa lembut di tangan Aina.Dulu Fakhri paling suka jika dibelai seperti itu, sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 4 Hukuman Untukku

    “APA??!!” tanya Aina.Alih-alih menuruti keinginan Fakhri, Aina malah mengajukan pertanyaan. Aina tahu ini hari pernikahan kedua Fakhri dengan Wulan. Kenapa malah Fakhri datang kepadanya? Lebih parah lagi malah meminta jatah padanya.“Kamu tuli atau gimana, sih? Buruan buka bajumu!!” ulang Fakhri.Aina masih bergeming di tempatnya. Ia ingat jika suaminya masih marah padanya. Jangankan untuk melakukan hubungan suami istri, memandangnya saja tidak mau. Mengapa kini malah ingin meminta jatah?“Duh, lelet banget, sih.”“Tapi, Mas ---"Fakhri tidak menggubris ucapan Aina malah langsung mencium bibir Aina dengan kasar. Aina berulang menolak, menepis wajahnya, tapi Fakhri terus memaksanya membuat Aina tak berdaya. Sejujurnya Aina memang merindukan sentuhan Fakhri, tapi tidak seperti ini juga.Setelah beberapa saat, Fakhri menjeda kecupannya. Matanya menatap aneh ke arah Aina. Aina bahkan bingung mengartikan tatapan suaminya. Kemudian Fakhri bangkit dan melucuti semua bajunya. Ia tersenyum me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 168 Rahasia Damar

    “Sudah saatnya dia tahu, Aina,” lirih Fakhri.Pria tampan itu berkata sambil menundukkan kepala. Entah apa yang sedang disembunyikan Fakhri. Perasaannya atau raut wajah yang tiba-tiba berubah muram dengan buliran bening di sudut matanya.Tidak ada jawaban dari bibir Aina. Ia masih bergeming di posisinya sambil menatap Fakhri dengan trenyuh. Untung saja posisi rumah Aina berada di bagian paling ujung gang dengan area depannya merupakan tanah kosong sehingga tidak akan ada tetangga yang memperhatikan interaksi mereka sepagi ini.“Aku juga ingin melihat kalian bahagia menjadi satu keluarga. Kamu, Damar dan Zafran.”Fakhri kembali menambahkan kalimatnya dan entah mengapa banyak penekanan intonasi di setiap katanya. Suara Fakhri bahkan seperti tercekat menahan isak.“Bahkan aku bersedia pergi dari hidup Zafran agar anak itu hanya mau melihat Damar sebagai ayahnya.”Sontak Aina tercengang kaget mendengar kalimat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 167 Bukan Aku Ayahnya

    “Kok Zafran ngomong gitu? Bukannya Om Damar juga baik,” ujar Fakhri.Ia tidak mau memprovokasi Zafran. Bagaimanapun Zafran harus tahu siapa sebenarnya Damar. Mereka juga harusnya bersatu sebagai satu keluarga, meskipun awalnya kehadiran Zafran karena sebuah kesalahan. Namun, Fakhri sudah mengikhlaskan semuanya.Tidak ada suara yang keluar dari bibir bocah laki-laki itu. Ia hanya menunduk dengan bahu yang naik turun. Fakhri terdiam memperhatikan. Bisa jadi bocah ini sedang menangis.Perlahan Fakhri mengulurkan tangan menarik dagu Zafran dan tepat dugaannya jika bocah laki-laki itu sedang menangis.“Kenapa nangis? Apa Ayah menyakiti Zafran?”Zafran menggeleng, menyeka air matanya kemudian berhambur memeluk Fakhri. Fakhri hanya diam menangkap rangkulan Zafran dan membalasnya dengan erat.“Zafran hanya mau sama Ayah, bukan Om Damar.”Lagi-lagi kalimat itu terlontar dari bibir Zafran. Fakhri tidak bisa m

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 166 Ocehan Zafran

    “Tante Tika??” seru Aina tertahan.Wanita cantik itu terkejut setengah mati dengan kehadiran Bu Tika apalagi ditambah dengan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan. Fakhri melihat kepanikan Aina. Perlahan ia menurunkan Zafran dan memintanya masuk ke dalam rumah lebih dulu. Kemudian Fakhri berjalan menghampiri Bu Tika.“Selamat malam, Tante,” sapa Fakhri dengan sopannya.Bu Tika tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala sambil menatap sinis ke arah Fakhri. Fakhri menyadari kenapa Bu Tika bersikap seperti itu padanya. Pasti wanita paruh baya itu sudah sibuk berpikir banyak hal di benaknya.“Kalian tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Tante?”Kembali Bu Tika bersuara dan tentu saja sorot matanya semakin tajam menginterogasi Aina serta Fakhri.“Pertanyaan apa, Tante? Tentang sebutan ‘ayah’ untukku tadi?”Fakhri yang menjawab dan dengan nada ringan, sama sekali dia tidak menunj

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 165 Siapa yang Berbohong

    “Apa Damar melarang aku bertemu dengan Zafran juga?” tanya Fakhri.Sontak Aina mengangkat kepala dan tak ayal mata mereka bertemu lagi. Hembusan napas kasar keluar dari bibir Aina dibarengi gelengan kepalanya.“Enggak. Aku rasa kamu tahu jika Damar malah yang mengantar Zafran menemuimu tempo hari,” jawab Aina.Fakhri tersenyum menautkan kedua tangannya sambil menatap Aina dengan teduh.“Jadi boleh aku mengantarmu pulang, eh maksudku bertemu dengan Zafran?”Kembali Aina diam sesaat. Ia sedikit ragu, tapi dia sudah bertekad untuk mengubah sikapnya pada Fakhri. Bukankah berteman lebih baik dari pada terus menyulut kebencian.“Iya, baiklah.” Aina berkata sambil menganggukkan kepala. Seketika senyum manis terkembang di bibir Fakhri.Tak lama mereka sudah berada di dalam mobil. Aina duduk di sebelah Fakhri dan tampak sedang melamun memperhatikan kemacetan lalu lintas petang ini. Sesekali Fakhr

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 164 Curi Kesempatan

    “Apa Anda sudah siap?” tanya Dokter tersebut.Damar terdiam sejenak, menatap dirinya kemudian mengangguk dengan mantap. Dokter tampan yang tak lain Rendy, teman sekaligus dokter yang pernah diminta tolong Fakhri itu tersenyum membalas gestur tubuh Damar.“Namun, harus Anda ketahui. Kalau kita akan melakukan operasi beberapa kali. Mungkin dua sampai tiga kali.”Damar mengangguk dengan mantap dan tidak terlihat sama sekali keraguan di wajahnya. Rendy hanya tersenyum sambil mengangguk. Damar tidak akan mundur lagi. Ia harus meneruskan operasi ini.Apalagi setahun ke depan, dia akan menikah dengan Aina. Damar tidak mau membuat Aina curiga dengan keadaannya. Aina pasti sangat shock jika tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Damar tidak mau kehilangan Aina lagi. Banyak yang telah ia korbankan untuk mendapatkan hati Aina dan kali ini dia tidak mau gagal.“Kalau begitu, silakan Anda bersiap. Kita akan operasi besok pa

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 163 Sebuah Rahasia

    “Jadi kamu berpikir Damar selingkuh dengan Wulan, begitu?” tanya Robby.Usai mandi dan mengakhiri pembicaraannya dengan Wulan. Fakhri keluar dari rumah dan mendatangi apartemen Robby. Robby tampak terkejut, tapi sudah memintanya masuk hingga akhirnya mereka duduk berdua di ruang tamu sibuk dengan percakapan ini.Fakhri tidak menjawab hanya menganggukkan kepala.“Aku melihat di rekaman CCTV kamar Wulan yang baru aku pasang, Rob. Sepertinya aku harus lebih sabar kali ini.”Robby menghela napas panjang sambil mengangguk.“Iya. Jangan sampai Wulan tahu kalau kamu sudah memasang CCTV dan mempersiapkan jebakan untuknya. Lagipula bukan Damar, pria yang sering diajak Wulan ke rumah.”Fakhri tidak menjawab hanya menunduk sambil sibuk mengaduk kopinya.“Lalu soal dugaan penggelapan yang dilakukan Wulan, kamu sudah mendapat buktinya?”Fakhri mendongak dan menatap Robby. Ia seakan baru ingat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 162 Mantan yang Berubah

    “Apa yang dilakukan Damar di kamar Wulan? Apa dia pria yang selama ini datang ke rumah?” gumam Fakhri.Fakhri tampak masih shock usai melihat rekaman CCTV kamar Wulan di ponselnya. Ia ingin memastikan apa lagi yang dikerjakan Damar di sana. Namun, tiba-tiba rekaman itu terhenti dan tak lama ponsel Fakhri mati.Fakhri tercengang kaget dan baru sadar jika dia lupa untuk mengisi daya ponselnya.“Sial!! Kenapa juga di saat penting seperti ini?” gerutu Fakhri.Ia bangkit dari kasur dan tampak sibuk mencari charger ponselnya. Fakhri tergesa berjalan keluar kabin apartemen menuju parkiran mobilnya. Siapa tahu charger-nya tertinggal di sana.“Akh … sial. Kok gak ada. Jangan-jangan ketinggalan di rumah.”Fakhri terdiam sesaat dan mencoba mengingat. Sepertinya charger-nya memang tertinggal di kamar tempat dia tidur semalam. Gara-gara ulah Wulan tadi siang kemudian kedatangan dua petugas pemasang CCTV, membuat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 161 Perlahan Terkuak

    “Eng … bukan siapa-siapa, hanya salah orang,” jawab Fakhri.Dia sangat terkejut saat Wulan tiba-tiba berjalan mendekat menghampirinya. Sementara dua orang di depan Fakhri ini tampak bingung. Wulan berhenti dan urung mendekat ke Fakhri. Malah ia sudah membalikkan badan dan menganggukkan kepala berjalan masuk ke dalam rumah.Fakhri memastikan Wulan sudah menjauh kemudian menatap dua pria di depannya.“Kalian terlambat datang. Lebih baik besok saja ke sini lagi atau tunggu aku menghubungi.”Fakhri bersuara dengan lirih seakan takut pembicaraannya terdengar. Dua pria itu mengangguk sambil tersenyum.“Iya, baik, Pak. Kami akan menunggu telepon Bapak saja,” putus salah satu pria itu.Fakhri tersenyum menganggukkan kepala, kemudian tak lama dua pria itu sudah berlalu pergi. Fakhri menghela napas lega sambil mengurut dadanya. Untung saja dua pria itu datang setelah Aina dan Damar pulang. Kalau tidak, Fakhri

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 160 Mencoba Mencari Celah

    “Tante Tika sudah menghubungiku tempo hari dan ternyata kalian langsung ke sini,” ucap Wulan.Terdengar tawa renyah wanita cantik itu bergema di ruang tamu. Damar tersenyum menanggapinya sementara Aina hanya diam. Sepertinya hanya Aina yang tidak suka suasana di ruangan ini.Hari ini Damar memang sengaja mengajak Aina bertemu untuk melihat beberapa keperluan menikah mereka. Memang pada akhirnya Damar menyetujui keinginan Aina menunda pernikahannya hingga setahun ke depan. Namun, sebagai balasannya Aina terpaksa menuruti keinginan keluarga Damar, termasuk harus bertemu Wulan hari ini.“Iya, Mama sudah melihat gaun pernikahanmu dengan Fakhri dan sepertinya beliau juga ingin Aina memakainya,” kata Damar.Wulan tersenyum sambil melirik sinis ke arah Aina. Aina terdiam dan pura-pura tidak memperhatikannya. Kalau tahu harus bertemu Wulan hari ini, tentunya Aina tidak akan memenuhi permintaan Damar.“Ya tentu saja. Gaunku dibuat oleh desainer ternama di n

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status