Waktu menunjukan tengah malam dan setelah beberapa jam kemudian mereka memutuskan naik ke atas ranjang, mata Rendra belum juga terpejam.Sementara Aura begitu lelap, tertidur pulas seperti anak bayi di sampingnya.Perjalanan jauh menuju ke tempat ini memang melelahkan walau mereka sempat berhenti untuk tidur sebentar.Deburan ombak terdengar kencang di heningnya malam menemani Rendra dengan segala macam pikiran yang menari di dalam benaknya.Dia baru menyadari kalau langkah yang diambilnya salah dan baru kali ini pria itu salah mengambil keputusan karena saat ini dia tidak tau harus bagaimana ke depannya.Cinta ternyata bisa mengalihkan logika Rendra yang selalu berpikir logis.Seharusnya dia biarkan para orang tua melakukan apa yang mereka inginkan walaupun itu berarti dirinya harus menceraikan Aura.Setelah itu, dia memulai kembali hubungan dengan Aura dengan berpacaran selama satu bulan kemudiam meminta kepada orang tua untuk menikahkan mereka kembali.Mungkin dengan begitu
“Bang, Aura mau beli bahan makanan...,” cetus Aura sambil berjalan mendekati Rendra yang sedang duduk di sofa depan televisi.Rendra memindai Aura dari atas sampai bawah, mini dress dengan kerutan di dada dan pundaknya serta rok yang melebar dari pinggang hingga lutut mmengingatkan Rendra pada sang mama.Slingbag yang melintang di tubuh Aura juga flatshoes yang membalut kakinya membuat Aura terlihat anggun, cantik dan segar.Selama ini Rendra tidak pernah menyadari hal-hal detail yang ada pada diri Aura.Pantas saja Rendy menyukai Aura karena memang istrinya sangat modis dibanding Alisha yang selalu mengenakan kemeja dan celana jeans panjang.Padahal mereka adalah sahabat dari kecil tapi cuma Rendra yang mencintai Alisha, mungkin pada awalnya Rendra hanya kagum dengan kepribadian Alisha yang merupakan anak yatim piatu.Cinta itu memang buta, tidak melulu tentang penampilan tapi bisa menjangkau apa yang ada di dalam hati.Rendra membuang nafasnya pelan, dia beranjak dari sofa ny
Kalau Abang minta kamu berhenti minum pil penunda kehamilan, kamu mau nurut?” kata Rendra pelan agar sang istri mendengar setiap kata yang diucapkannya.Aura bergerak mendudukan tubuhnya, bersimpuh di hadapan sang suami sambil menatap dalam netra pekat itu.Mencari jawaban akan apa yang ada di dalam benak Rendra hingga memutuskan untuk memiliki anak lebih awal padahal pria itu sendiri yang memintanya untuk menunda kehamilan.Apa yang diucapkan Rendra mengenai kesiapan sungguh masuk akal dan memang di usianya yang baru akan menginjak dua puluh satu tahun belum tentu siap menanggung tanggung jawab satu makhluk hidup yang akan bergantung kepadanya apalagi di saat seperti ini ketika kedua belah pihak orang tua menginginkan mereka berpisah.“Abang pengen Aura hamil?” Aura bertanya, memperjelas apa yang baru saja di dengarnya.Rendra mengangguk sambil memberikan senyum tipis, kedua tangannya terangkat merapihkan rambut Aura yang menghalangi wajah cantik itu kemudian menyelipkannya ke b
“Bang, apa kita enggak bisa kabur lebih jauh? Keluar Negri misalnya... kita mulai semua dari awal, Aura rela kalaupun harus berhenti kuliah,” cetus Aura memberi ide gila.Itu sudah ada dalam pikiran Rendra ketika akan membawa kabur Aura.Tapi setelah itu dia sadar kalau dirinya adalah anak pertama sehingga memiliki tanggung jawab yang besar kepada seluruh keluarga.Melarikan diri seperti ini bukan lah keputusan yang bijak, apalagi harus menghancurkan masa depan Aura dengan memutus pendidikannya.Rendra memang berharap Aura menjadi ibu rumah tangga saja tapi mama Rena pun pernah berkarir dan kini memiliki toko kue yang dijalankannya dari kota berbeda tanpa mengganggu perannya sebagai seorang istri dan ibu.Kalau Aura harus melanjutkan perusahaan sang oma pun, Rendra tidak akan melarang.“Enggak mungkin, sayang! Kita bukan anak yang seperti itu... Abang harap pelarian kita ini bisa meluluhkan hati mereka dan membuat mereka yakin kalau kita saling mencintai....” Kedua telapak tan
Rendra tidak mengucapkan sepatah kata pun semenjak memerintahkan Aura untuk bersiap pulang.Pria itu mengemudikan sendiri mobilnya dari Seminyak sampai ke bandara yang hanya menghabiskan waktu tiga puluh menit.Masih dini hari menjelang subuh ketika mereka sampai di sana dan orang kepercayaan sang papa yang telah Rendra kenal dari kecil, menyambut mereka di pintu pesawat.Tampangnya yang tidak pernah ramah membuat Rendra tidak heran kalau pria itu hanya menatapnya dengan ekspresi dingin.“Apa kabar Nona Aura?” tanya Josh datar tanpa menyapa Rendra yang menurutnya biang dari semua masalah ini.Josh sangat mengenal Rendra, bahkan beberapa kali dia mengajarkannya mengenai bisnis dan sempat kagum dengan kecerdasan Rendra dalam pendidikan juga kesuksesannya setelah dipercaya memegang salah satu perusahaan tuan Salim Gunadhya yang hampir kolaps di London.Tapi kenapa dalam urusan percintaan Rendra tidak bisa berpikir jernih dan menggunakan logikanya?Mungkin karena manusia itu tidak
Halaman rumah sang kakek sudah di pasang tenda dengan banyak kursi.Orang-orang datang dan pergi silih berganti dari rumah bapak Rony.Mobil-mobil berjejer di sebelah kanan dan kiri jalan menuju rumah duka.Karangan bunga dari klien papa Andra, uncle Ricko dan juga grandpa Salim membludak membuat penuh halaman rumah itu hingga tidak tertampung dan beberapa disimpan di lapangan yang tidak jauh dari sana bersama mobil para tamu yang melayat.Josh menurunkan Rendra tepat di depan pintu gerbang depan.Mata Rendra sudah memanas seiring langkahnya menuju pintu ruang tamu.Kematian bapak Rony merupakan kehilangan terbesar bagi keluarga Gunadhya.Semua keluarga dan kerabat sudah berkumpul, bahkan anak-anak panti sedang mengelilingi Jenazah bapak Rony sambil melantunkan ayat suci mengantar kepergian almarhum.Semua mata tertuju pada Rendra yang begitu erat menggenggam tangan Aura melewati pintu depan.Sorot mata Rendra berkilat penuh kesedihan sambil berjalan mendekat kemudian berlutu
“Kesehatan kakek semakin memburuk setelah tahu kalian kabur.” Zeline berkata di sela isak tangisnya dalam pelukan Nafeesa.Mereka semua sedang berada dalam satu mobil menuju tempat pemakaman umum.“Maksud kamu apa ngomong gitu? Kamu nyalahin Aura? Abang kamu tuh yang salah, harusnya dia enggak pake acara kabur-kaburan segala,” bela Keenan ketus.Lelaki yang duduk di kursi penumpang depan itu hingga menoleh ke belakang agar suaranya terdengar oleh Zeline. Zeline tahu kalau Aura tidak bersalah tapi sikap egoisnya tidak menginginkan sang kakak tercinta yang disalahkan sehingga mencari orang lain untuk disalahkan.“Tapi kalau mami Monica enggak marah-marah sama kak Alisha, Abang enggak akan bawa kak Alisha pergi dan sampai membuat para orang tua memutuskan agar mereka bercerai,” balas Zeline sengit.“Udaaah, kalian tuh enggak lucu banget sih main salah-salahan di saat seperti ini,” omel Keanu yang duduk di belakang kemudi.“Aura minta maaf.” Aura melirih seraya menggenggam tangan
“Ndra! Gue turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, gue udah anggap kakek lo seperti kakek gue sendiri,” kata Rendy yang juga ikut merasakan kesedihan keluarga Gunadhya atas kepergian kakek Rony.“Thanks ya Ren,” balas Rendra, kini pria itu sudah lebih tenang.“Aku juga Ren...,” timpal Alisha dari belakang punggung Rendy.Dia merasa sungkan kepada Rendra setelah kejadian malam tahun baru beberapa waktu lalu yang sampai membuat Rendra mendapat masalah.Tentu saja Alisha telah mengetahui semuanya dari Rendy dan kenyataan Rendra yang malah membawa kabur Aura setelah kedua orang tua mereka memutuskan agar Aura dan Rendra bercerai membuat dirinya merasakan sakit di hati semakin dalam namun mungkin bedanya kini Alisha telah terbiasa.“Makasih ya Sha udah dateng...,” balas Rendra sambil tersenyum tipis.“Apaan sih, Ndra! Kaya sama siapa saja,” tukas Alisha menciptakan suasana santai.Berpura-pura seolah ingin menunjukan jika dirinya sudah melupakan cinta kepada pria itu sesuai harapa
Dua bulan kemudian.Rendra melirik arloji di pergelangan tangannya.berwajah masam, pria paruh baya itu berdecak kesal.Dua puluh menit berlalu dan sang putri belum juga tiba di restoran yang telah di janjikan.Rendra dan Aura baru saja tiba di Bandara, bergegas menuju restoran bahkan koper mereka masih berada di dalam mobil.Dua bulan lalu si bungsu menghubungi kalau dia sedang dalam keadaan galau karena seorang lelaki.Rendra tidak tau seperti apa laki-laki yang bisa membuat seorang Kejora galau karena bahkan anak presiden di negaranya pernah menyatakan cinta dan gadis itu tolak mentah-mentah.Belum lagi ketika pertukaran pelajar di negara tetangga sewaktu SMA, Kejora pernah dikejar-kejar anak Sultan.Sempat menjalin kasih selama enak bulan sampai akhirnya dengan tegas Kejora menolak lamaran anak Sultan yang terkenal sangat tampan dengan banyak penghargaan dalam bidang pendidikan dan olah raga hanya karena anak Sultan tersebut terlalu posesif menyukainya.Setiap satu jam se
Seorang gadis buru-buru memasukan laptop ke dalam tas, mata kuliahnya sebentar lagi dimulai tapi dirinya masih berada di dalam coffe shop terlalu asyik melakukan panggilan video bersama keluarganya.Dua kakak kembarnya yang telah menjadi pengusaha sesukses seperti sang ayah tinggal di Vietnam untuk menjalankan perusahaannya di sana.Papa Narendra berhasil menguasai pasar Asia Tenggara, melebarkan sayap hingga ke Negara itu.Maka Kama yang mengambil alih di sana bersama kembarannya yang tidak kalah hebat dalam bisnis.Kalila tumbuh menjadi gadis tangguh, diusianya yang masih muda dia pandai menjerat klien untuk melakukan kesepakatan bisnis dengan perusahaannya dan Kama yang bertindak sebagai pengeksekusi.Sementara Kana dan Kai-adiknya membantu memegang salah satu perusahaan sang ayah di Indonesia.Dan Kejora, si anak bungsu sedang melanjutkan kuliahnya di Jerman.Rendra dan Aura benar-benar mewujudkan keinginan mereka yang ingin memiliki lima anak.Kehidupan keduanya selalu di
Lima Tahun berlalu.“Aura hamil lagi, Bang?” tanya Keanu yang baru saja tiba.Lelaki itu selalu datang terlambat di setiap acara keluarga karena kesibukannya sebagai seorang dokter.Semua keluarga telah berkumpul di Villa papa Andra untuk merayakan tahun baru bersama.Rendra tersenyum sambil menaikan kedua alis berkali-kali sebagai jawaban.“Lo kapan?” tanya Rendra ambigu.“Gue enggak bisa hamil Bang, bini gue yang bisa ... tapi jangankan bini, pacar pun aku tak punya.” Keanu menjawab dengan ekspresi wajah penuh keprihatinan mendramatasir.“Om ... gendong,” kata Kalila seraya mengangkat kedua tangannya yang langsung mendapat sambutan Keanu.Keanu memang menjadi om terfavorit karena lelaki dengan gelar dokter spesialis anak itu paling bisa membuat anak kecil nyaman ketika bersamanya.“Om ... Kana demam ini.” adalah Arkana, adik dari Kalila anak ke tiga Rendra dan Aura yang berkata demikian.Anak laki-laki yang lebih muda hanya satu tahun dari kakak kembarnya-Kama dan Kalila i
Melangkah seringan bulu Rendra mengendap-ngendap memasuki kamarnya.Namun tidak dia dapati sang istri di sana, berpikir mungkin Aura ada di kamar anak-anak mereka lantas membuat langkahnya menaiki anak tangga setelah sebelumnya membersihkan tubuh lalu berganti pakaian.Tangan kekar itu mendorong pintu bercat putih dengan gantungan boneka dari bahan flanel bertuliskan Kama dan Kalila.Sang istri yang sedang menyusui Kama-terlihat dari pakaian berwarna biru yang dikenakan bayi mungil itu, memenuhi pandangan Rendra.“Hai,” sapa Rendra membuat Aura mendongak.“Hai,” balas Aura disertai senyum.Gaun tidur yang dikenakan Aura berbahan satin meski panjang sampai pertengahan betis tapi memiliki belahan hingga paha membuat sang istri terlihat seksi dengan satu kaki menyilang di atas paha satunya.Aura harus menurunkan tali spaghety dari gaun tidur yang dikenakannya karena menyusui, menghasilkan pemandangan indah pundak terbukanya walaupun wanita yang sangat cantik bagi Rendra itu mengena
Semua pamit meninggalkan Rendra dan Aura yang sedang merasakan kebahagiaan kelahiran putra dan putri mereka sekaligus.Rendra tersenyum sambil berjalan ke arah Aura setelah mengantar seluruh anggota keluarganya sampai di pintu.Lelaki itu duduk di sisi ranjang menghadap Aura yang tengah menyandar di bagian kepala ranjang hidrolik yang dibuat tegak.Menatap wajah lelah sang istri yang selalu cantik meski tanpa make up.Rendra meraih kedua tangan Aura kemudian mengecupi sepuluh buku jarinya membuat Aura tertawa pelan.Bola mata bening itu juga menatap Rendra dengan sorot mata hangat penuh sayang.“Makasih,” kata Rendra setelah melepas satu genggaman tangannya kemudian beralih mengelus pipi Aura.“Makasih juga,” balas Aura yang langsung mendapatkan ekspresi wajah penuh tanya dari suaminya.“Karena telah mau jadi suami Aura, menjadi suami yang baik, setia dan sabar ketika Aura khilaf,” sambung Aura menjawab pertanyaan yang ada di benak suaminya.Bagi Aura, suaminya telah banyak berubah da
Satu bayi telah berhasil diangkat dengan penuh kehati-hatian lalu diberikan kepada perawat lain untuk dibersihkan kemudian mendapat pemeriksaan dari dokter anak.Dalam sekejap suara tangis yang begitu kencang membahana di ruang operasi hingga memekakan telinga orang-orang yang berada di dalam ruang tersebut.Mata Rendra menatap makhluk mungil yang sedang mendapat prosedur medis dengan sorot mata haru berlumur kebahagiaan.Mengawasi tanpa jeda setiap gerak-gerik perawat yang sedang membawa bayi hingga Aura harus mengguncang tangan Rendra untuk menanyakan bagaimana kondisi anak mereka.Pandangan Aura yang terhalang kain tentu saja merasa penasaran setelah mendengar tangis bayi yang pecah, bahkan ia merasa khawatir karena bayinya tidak berhenti menangis.“A ... apa dia baik-baik aja?” tanya Aura akhirnya setelah Rendra memusatkan perhatian kembali kepadanya.“Dia baik-baik aja, Anak kita ganteng, kaya Abang,” ucapnya sambil tersenyum jail.Suara tangis kembali terdengar menandakan bila b
Segala fasilitas kemudahan yang dia miliki begitu disyukuri Rendra karena membuatnya hanya beberapa menit saja bisa tiba di atap gedung rumah sakit di mana Aura sedang bersiap melakukan operasi caesar. Rendra mengecek ponselnya lalu dikejutkan dengan banyak pesan dari mama juga keluarga yang lain tapi tidak ada dari Aura membuat kening Rendra berkerut dalam.Langkahnya tidak saja menderap tapi setengah berlari setelah turun dari hellikopter.Dituntun oleh papi yang menunggunya di rooftop, Rendra merasakan jantungnya berdebar kencang.“Aura tadi mengalami kontraksi hebat, tapi dia masih bisa senyum dan ngelawak ... dia selalu gitu, enggak mau bikin semua orang panik atau bersedih,” kata papi dengan nafas tersengal karena beliau pun setengah berlari menuju lift.Rendra mengerti kenapa tidak ada satu pesan pun dari istrinya, Aura memang berubah beberapa bulan terakhir, kembali menjadi Aura yang penurut seperti dulu juga Aura yang tidak ingin merepotkan apalagi membuat orang lain kh
Elgi mendadak resah ketika mendapatkan telepon yang kalau bila istri dari bos besarnya itu tengah dalam perjalanan ke rumah sakit karena mengalami kontraksi pada perutnya.Padahal satu bulan lagi waktu yang dijadwalkan dokter untuk persalinan Aura dengan cara caesar agar bertepatan dengan tanggal ulang tahun pernikahan mereka yang di awali dengan keterpaksaan.Tanggal tersebut diambil untuk mengganti kisah sedih yang kadung tertulis menjadi kisah bahagia kelahiran anak-anak mereka.Selain itu, bulan tersebut memang bertepatan dengan waktunya Aura melahirkan.Sebetulnya bukan saja masalah kapan Aura akan atau harusnya melahirkan tapi juga karena hari ini bertepatan dengan rapat bersama jajaran Direksi.Rapat penting tahunan yang wajib dihadiri Rendra bersama dengan para petinggi perusahaan yang selalu skeptis terhadap kemampuannya menggantikan sang kakek. Jadi bagaimana Elgi mampu mengabarkan kepada Rendra jika istri dari bos-nya itu sedang dalam perjalanan ke rumah sakit karena
“Baik Pak, sore nanti saya akan menemui klien tersebut ... kirim proposalnya melalui email untuk saya pelajari, sekarang ada sesuatu yang sangat penting yang harus saya lakukan terlebih dahulu, saya permisi!” Setelah berucap demikian, Rendra menderapkan langkah melewati pintu menuju lift.Pak Sandy di dalam sana terbengong-bengong ria setelah ditinggal Rendra begitu saja.Menghembuskan nafas, pria itu menggelengkan kepala mencari Elgi untuk memaparkan kembali apa yang baru saja dia jelaskan kepada Rendra.Sesampainya di pintu lift, Rendra berpapasan dengan Elgi yang baru saja keluar dari box besi tersebut.“Gi, pinjem motor!” todong Rendra dengan tangan menengadah.Elgi mengerjap, kemudian bergegas mencari kunci motornya yang dia simpan di saku celana tanpa menanyakan untuk apa karena Rendra adalah bosnya.“Temui pak Sandy di dalam, saya pulang dulu sebentar ... istri saya ilang lagi,” ujarnya kemudian masuk ke dalam lift dengan terburu-buru.Elgi menghembuskan nafas berat k