Pertanyaan mengenai kenapa suaminya mengundang Ben makan malam bersama mereka masih berputar-putar dalam benak Aura.Ketegangan di atas meja makan itu terasa semakin pekat saat Ben menatap lekat Aura dan tentu saja Rendra tidak bisa menerimanya.Pasal sesungguhnya bukan hanya wajah cantik Aura yang dengan terang-terangan Ben nikmati tapi juga tanda merah di leher Aura yang terlihat jelas membuat hatinya teriris ngilu.Ben membayangkan bagaimana wajah cantik Aura sedang mendesah ketika tanda merah itu dibuat dan dia benci karena bukan dirinya yang melakukannya.“Mau makan apa, sayang?” Rendra bertanya lembut kepada Aura selembut sorot mata pria itu menatapnya.Begitu ekspresi Rendra berubah, tanpa malu menujukan cintanya pada sang istri.Aura meraih buku menu yang diberikan Rendra kemudian mulai memindai tulisan di sana untuk memilih makanan apa yang akan disantapnya malam ini karena jujur dirinya sangat lapar setelah seharian bergulat dengan Rendra di atas ranjang.Setelah mene
Mata Ben menyalang menatap Aura, jantungnya berdebar kencang seiring air mata Aura yang terus mengalir.Ingin sekali tangannya terulur untuk mengeringkan buliran bening di wajah cantik itu atau membawa Aura ke dalam dekapannya dengan ribuan maaf yang akan dia ucapkan sampai Aura mengerti betapa menyesal dirinya.Sungguh keterlaluan Rendra, lelaki itu memang memiliki pola pikir yang sulit ditebak hingga dia sendiri pun dengan mudah masuk dalam perangkapnya.Pantas saja diusianya yang muda Rendra sukses memajukan perusahaan sang kakek yang pernah hampir collaps karena lelaki itu begitu cerdik.Rendra sangat mahir membolak-balikan keadaan dan jika sudah begini Aura pasti akan membenci Ben, sesuai apa yang dikatakan lelaki itu, Aura akan berlari sekencang-kencangnya kalau bertemu Ben nanti.Ekspresi wajah Ben tampak memelas menatap Aura seolah memohon kepada wanita itu agar tidak mempercayai Rendra, berharap mau mengerti dengan keadaannya.Dia tidak sekejam apa yang diucapkan Rendra
“Saya tidak sengaja memukul perutnya,” kata Rendra pada seorang dokter yang sedang menangani Aura.Dokter paruh baya itu menoleh, “Apa dia sedang hamil?” Ditanya seperti itu Rendra malah melongo, “Sa... saya tidak tau, Dok …,” jawab Rendra terbata.Rendra merasa seperti ditenggelamkan dipalung Mariana-palung terdalam di dunia.Kakinya mundur satu langkah dengan tatapan kosong. “Bagaimana kalau ternyata Aura hamil dan gue membunuh anak kami dengan tangan gue sendiri?” Rendra bergumam.Wajahnya pucat pasi, bola mata pria itu semakin melebar saat melihat darah yang banyak keluar dari bagian bawah tubuh Aura.“Tolong Anda tunggu di luar, kami akan melakukan pemeriksaan.” Seorang perawat menghampiri, tangannya mendorong tubuh Rendra agar pria itu keluar dari ruangan steril tersebut.Rendra mundur beberapa langkah kemudian memutar tubuhnya menuju ruang tunggu.“Bagaimana keadaan Aura?” tanya George yang langsung menghampiri Rendra ketika melihat sahabatnya keluar dari IGD.Robert m
“Sebaiknya obati dulu lukamu, biar aku dan George yang menunggui Aura di sini!” Ucapan Robert tadi menyadarkan Rendra bahwa dia habis berkelahi dengan Ben.Entah kenapa luka-luka dan pukulan yang sempat mendarat di beberapa bagian tubuhnya tidak terasa sakit lagi.Hatinya lebih sakit karena Aura menjadi korban dari keegoisannya.Seharusnya dia bisa menahan diri dan tidak melayani provokasi Ben.Pergi dari sana memang akan melukai sedikit harga dirinya tapi tidak akan melukai Aura separah ini.Penyesalan selalu saja datang terlambat dan Rendra tidak pernah belajar dari hal itu.Rendra bergeming, Robert menghembuskan nafas kasar kemudian beranjak dari kursi lalu pergi meninggalkan ruang tunggu. Tidak berselang lama, satu orang perawat dengan box di tangannya mengikuti Robert yang baru saja kembali menghampiri Rendra.“Tolong obati luka teman saya ini,” pinta Robert kepada perawat wanita tersebut.Robert sengaja meminta perawat mengobati luka Rendra, lelaki itu terlalu keras ke
Rendra duduk di sisi ranjang, tangannya masih menggenggam tangan Aura.Satu tangannya lagi terangkat mengelus pipi Aura dengan punggung tangan.“Sayang...,” bisik Rendra memanggil, mengecup punggung tangan Aura kemudian merunduk menghadiahkan satu kecupan di kening Aura cukup dalam.Mata Aura perlahan terbuka, meringis sedikit lalu bibir candu itu melengkungkan senyum.“Abaaaang,” balasnya melirih.Rendra meraup tubuh Aura ke dalam rengkuhannya.Memberikan kecupan di kepala, pelipis dan berakhir membenamkan wajah di leher Aura.Tubuh Aura yang masih lemah hanya pasrah mendapat perlakuan manis itu.Sementara Rendra sampai meneteskan air mata mengingat detik-detik menegangkan tadi saat nyaris saja dia kehilangan Aura atau calon anaknya.Merasakan ada lelehan air di lehernya, Aura sedikit menggerakkan tubuh untuk menjauh dari Rendra namun lelaki itu menahannya.“Biar tetap seperti ini sebentar aja, Ra …,” bisik Rendra dengan suara serak.Punggung lelaki itu sedikit bergetar da
Aura memperhatikan Rendra yang sedang berbicara melalui sambungan telepon.Setelah pagi ini membantu Aura mandi dan sarapan pagi, Rendra meminta ijin untuk mengabari keluarga di Indonesia mengenai keadaan Aura.Padahal Aura sudah meminta suaminya untuk merahasiakan saja masalah ini karena kalau keluarga mereka tau hanya akan menimbulkan masalah baru.Aura tidak ingin orang tuanya menjadi tidak mempercayai Rendra dan buruknya akan memisahkan mereka kembali.Tapi Rendra bukan pengecut, lelaki itu mengatakan akan bertanggung jawab dengan mengabari dan menjelaskan keadaan ini kepada kedua orang tua mereka di Indonesia.Di balkon kamar rawat Aura, Rendra mondar-mandir dengan ekspresi wajah yang beragam.Sudah dipastikan kalau papa Andra dan mama Rena juga grandpa akan lebih kejam memarahinya karena mami dan papi tidak akan berani.Mereka memiliki kode etik tersendiri dalam menjalin persahabatan, jika anak mereka yang berbuat salah biar orang tua dari anak tersebut yang memarahi kare
Pagi datang disertai rasa linu di bagian perut karena efek obat bius telah habis.Aura meringis kemudian membuka mata, terbangun dari tidur lelap karena rasa sakit yang asing dia rasakan.“Sakit?” Suara Rendra membuat Aura mendongak.Ternyata semalaman lelaki itu memeluknya, apakah tangan Rendra tidak pegal atau dadanya kebas karena Aura benar-benar menopang pada tubuh pria itu?Tidak sedikit pun suaminya mengeluh membuat Aura merasa bersalah.“Sedikit,” jawab Aura melirih.Tangan Rendra meraih tombol untuk memanggil perawat tanpa sepengetahuan Aura.Bergerak perlahan sambil menahan tubuh Aura agar tetap berbaring, Rendra beranjak turun dari atas ranjang untuk mengambilkan Aura air minum.“Minum dulu, sayang.” Rendra menyodorkan satu gelas air hangat yang baru saja dia ambil dari mini pantry.Setelah menghabiskan air tersebut dan mengucapkan terimakasih, Aura menyandarkan tubuhnya kembali karena perutnya masih terasa sakit.Berusaha tidak memperlihatkannya kepada Rendra agar
“Bang, kemarin itu Abang terakhir kali bertengkar sampai adu jotos gitu, ya! Abang mau jadi seorang Ayah, harus kasih contoh yang baik untuk anak kita.” Aura sedang menasihati suaminya.Semenjak dinyatakan hamil oleh dokter, Aura berubah cerewet seperti emak-emak.Mungkin terlalu menghayati peran sebagai seorang calon ibu.Rendra tertawa pelan kemudian menjawil hidung istrinya gemas.“Iya, saaayaaaang!” Kemudian memberikan beberapa kecupan di kepala Aura.Keduanya kini sedang berada di ruang televisi, menikmati hari hanya di rumah saja.Sofa bed yang dibuka membuat kaki mereka yang berselimutkan kain tebal dapat berselonjor dengan nyaman.Punggung Aura menyandar di dada Rendra dengan kedua tangan kekar yang melingkar di pinggangnya.Sungguh menyenangkan, andai mereka bisa seperti ini terus setiap hari.Sengaja Aura memaksa untuk keluar dari rumah sakit secepatnya, ingin memiliki waktu lebih lama dengan Rendra sebelum lelaki itu pulang ke Indonesia.Seperti yang disampaikan
Dua bulan kemudian.Rendra melirik arloji di pergelangan tangannya.berwajah masam, pria paruh baya itu berdecak kesal.Dua puluh menit berlalu dan sang putri belum juga tiba di restoran yang telah di janjikan.Rendra dan Aura baru saja tiba di Bandara, bergegas menuju restoran bahkan koper mereka masih berada di dalam mobil.Dua bulan lalu si bungsu menghubungi kalau dia sedang dalam keadaan galau karena seorang lelaki.Rendra tidak tau seperti apa laki-laki yang bisa membuat seorang Kejora galau karena bahkan anak presiden di negaranya pernah menyatakan cinta dan gadis itu tolak mentah-mentah.Belum lagi ketika pertukaran pelajar di negara tetangga sewaktu SMA, Kejora pernah dikejar-kejar anak Sultan.Sempat menjalin kasih selama enak bulan sampai akhirnya dengan tegas Kejora menolak lamaran anak Sultan yang terkenal sangat tampan dengan banyak penghargaan dalam bidang pendidikan dan olah raga hanya karena anak Sultan tersebut terlalu posesif menyukainya.Setiap satu jam se
Seorang gadis buru-buru memasukan laptop ke dalam tas, mata kuliahnya sebentar lagi dimulai tapi dirinya masih berada di dalam coffe shop terlalu asyik melakukan panggilan video bersama keluarganya.Dua kakak kembarnya yang telah menjadi pengusaha sesukses seperti sang ayah tinggal di Vietnam untuk menjalankan perusahaannya di sana.Papa Narendra berhasil menguasai pasar Asia Tenggara, melebarkan sayap hingga ke Negara itu.Maka Kama yang mengambil alih di sana bersama kembarannya yang tidak kalah hebat dalam bisnis.Kalila tumbuh menjadi gadis tangguh, diusianya yang masih muda dia pandai menjerat klien untuk melakukan kesepakatan bisnis dengan perusahaannya dan Kama yang bertindak sebagai pengeksekusi.Sementara Kana dan Kai-adiknya membantu memegang salah satu perusahaan sang ayah di Indonesia.Dan Kejora, si anak bungsu sedang melanjutkan kuliahnya di Jerman.Rendra dan Aura benar-benar mewujudkan keinginan mereka yang ingin memiliki lima anak.Kehidupan keduanya selalu di
Lima Tahun berlalu.“Aura hamil lagi, Bang?” tanya Keanu yang baru saja tiba.Lelaki itu selalu datang terlambat di setiap acara keluarga karena kesibukannya sebagai seorang dokter.Semua keluarga telah berkumpul di Villa papa Andra untuk merayakan tahun baru bersama.Rendra tersenyum sambil menaikan kedua alis berkali-kali sebagai jawaban.“Lo kapan?” tanya Rendra ambigu.“Gue enggak bisa hamil Bang, bini gue yang bisa ... tapi jangankan bini, pacar pun aku tak punya.” Keanu menjawab dengan ekspresi wajah penuh keprihatinan mendramatasir.“Om ... gendong,” kata Kalila seraya mengangkat kedua tangannya yang langsung mendapat sambutan Keanu.Keanu memang menjadi om terfavorit karena lelaki dengan gelar dokter spesialis anak itu paling bisa membuat anak kecil nyaman ketika bersamanya.“Om ... Kana demam ini.” adalah Arkana, adik dari Kalila anak ke tiga Rendra dan Aura yang berkata demikian.Anak laki-laki yang lebih muda hanya satu tahun dari kakak kembarnya-Kama dan Kalila i
Melangkah seringan bulu Rendra mengendap-ngendap memasuki kamarnya.Namun tidak dia dapati sang istri di sana, berpikir mungkin Aura ada di kamar anak-anak mereka lantas membuat langkahnya menaiki anak tangga setelah sebelumnya membersihkan tubuh lalu berganti pakaian.Tangan kekar itu mendorong pintu bercat putih dengan gantungan boneka dari bahan flanel bertuliskan Kama dan Kalila.Sang istri yang sedang menyusui Kama-terlihat dari pakaian berwarna biru yang dikenakan bayi mungil itu, memenuhi pandangan Rendra.“Hai,” sapa Rendra membuat Aura mendongak.“Hai,” balas Aura disertai senyum.Gaun tidur yang dikenakan Aura berbahan satin meski panjang sampai pertengahan betis tapi memiliki belahan hingga paha membuat sang istri terlihat seksi dengan satu kaki menyilang di atas paha satunya.Aura harus menurunkan tali spaghety dari gaun tidur yang dikenakannya karena menyusui, menghasilkan pemandangan indah pundak terbukanya walaupun wanita yang sangat cantik bagi Rendra itu mengena
Semua pamit meninggalkan Rendra dan Aura yang sedang merasakan kebahagiaan kelahiran putra dan putri mereka sekaligus.Rendra tersenyum sambil berjalan ke arah Aura setelah mengantar seluruh anggota keluarganya sampai di pintu.Lelaki itu duduk di sisi ranjang menghadap Aura yang tengah menyandar di bagian kepala ranjang hidrolik yang dibuat tegak.Menatap wajah lelah sang istri yang selalu cantik meski tanpa make up.Rendra meraih kedua tangan Aura kemudian mengecupi sepuluh buku jarinya membuat Aura tertawa pelan.Bola mata bening itu juga menatap Rendra dengan sorot mata hangat penuh sayang.“Makasih,” kata Rendra setelah melepas satu genggaman tangannya kemudian beralih mengelus pipi Aura.“Makasih juga,” balas Aura yang langsung mendapatkan ekspresi wajah penuh tanya dari suaminya.“Karena telah mau jadi suami Aura, menjadi suami yang baik, setia dan sabar ketika Aura khilaf,” sambung Aura menjawab pertanyaan yang ada di benak suaminya.Bagi Aura, suaminya telah banyak berubah da
Satu bayi telah berhasil diangkat dengan penuh kehati-hatian lalu diberikan kepada perawat lain untuk dibersihkan kemudian mendapat pemeriksaan dari dokter anak.Dalam sekejap suara tangis yang begitu kencang membahana di ruang operasi hingga memekakan telinga orang-orang yang berada di dalam ruang tersebut.Mata Rendra menatap makhluk mungil yang sedang mendapat prosedur medis dengan sorot mata haru berlumur kebahagiaan.Mengawasi tanpa jeda setiap gerak-gerik perawat yang sedang membawa bayi hingga Aura harus mengguncang tangan Rendra untuk menanyakan bagaimana kondisi anak mereka.Pandangan Aura yang terhalang kain tentu saja merasa penasaran setelah mendengar tangis bayi yang pecah, bahkan ia merasa khawatir karena bayinya tidak berhenti menangis.“A ... apa dia baik-baik aja?” tanya Aura akhirnya setelah Rendra memusatkan perhatian kembali kepadanya.“Dia baik-baik aja, Anak kita ganteng, kaya Abang,” ucapnya sambil tersenyum jail.Suara tangis kembali terdengar menandakan bila b
Segala fasilitas kemudahan yang dia miliki begitu disyukuri Rendra karena membuatnya hanya beberapa menit saja bisa tiba di atap gedung rumah sakit di mana Aura sedang bersiap melakukan operasi caesar. Rendra mengecek ponselnya lalu dikejutkan dengan banyak pesan dari mama juga keluarga yang lain tapi tidak ada dari Aura membuat kening Rendra berkerut dalam.Langkahnya tidak saja menderap tapi setengah berlari setelah turun dari hellikopter.Dituntun oleh papi yang menunggunya di rooftop, Rendra merasakan jantungnya berdebar kencang.“Aura tadi mengalami kontraksi hebat, tapi dia masih bisa senyum dan ngelawak ... dia selalu gitu, enggak mau bikin semua orang panik atau bersedih,” kata papi dengan nafas tersengal karena beliau pun setengah berlari menuju lift.Rendra mengerti kenapa tidak ada satu pesan pun dari istrinya, Aura memang berubah beberapa bulan terakhir, kembali menjadi Aura yang penurut seperti dulu juga Aura yang tidak ingin merepotkan apalagi membuat orang lain kh
Elgi mendadak resah ketika mendapatkan telepon yang kalau bila istri dari bos besarnya itu tengah dalam perjalanan ke rumah sakit karena mengalami kontraksi pada perutnya.Padahal satu bulan lagi waktu yang dijadwalkan dokter untuk persalinan Aura dengan cara caesar agar bertepatan dengan tanggal ulang tahun pernikahan mereka yang di awali dengan keterpaksaan.Tanggal tersebut diambil untuk mengganti kisah sedih yang kadung tertulis menjadi kisah bahagia kelahiran anak-anak mereka.Selain itu, bulan tersebut memang bertepatan dengan waktunya Aura melahirkan.Sebetulnya bukan saja masalah kapan Aura akan atau harusnya melahirkan tapi juga karena hari ini bertepatan dengan rapat bersama jajaran Direksi.Rapat penting tahunan yang wajib dihadiri Rendra bersama dengan para petinggi perusahaan yang selalu skeptis terhadap kemampuannya menggantikan sang kakek. Jadi bagaimana Elgi mampu mengabarkan kepada Rendra jika istri dari bos-nya itu sedang dalam perjalanan ke rumah sakit karena
“Baik Pak, sore nanti saya akan menemui klien tersebut ... kirim proposalnya melalui email untuk saya pelajari, sekarang ada sesuatu yang sangat penting yang harus saya lakukan terlebih dahulu, saya permisi!” Setelah berucap demikian, Rendra menderapkan langkah melewati pintu menuju lift.Pak Sandy di dalam sana terbengong-bengong ria setelah ditinggal Rendra begitu saja.Menghembuskan nafas, pria itu menggelengkan kepala mencari Elgi untuk memaparkan kembali apa yang baru saja dia jelaskan kepada Rendra.Sesampainya di pintu lift, Rendra berpapasan dengan Elgi yang baru saja keluar dari box besi tersebut.“Gi, pinjem motor!” todong Rendra dengan tangan menengadah.Elgi mengerjap, kemudian bergegas mencari kunci motornya yang dia simpan di saku celana tanpa menanyakan untuk apa karena Rendra adalah bosnya.“Temui pak Sandy di dalam, saya pulang dulu sebentar ... istri saya ilang lagi,” ujarnya kemudian masuk ke dalam lift dengan terburu-buru.Elgi menghembuskan nafas berat k