Laila tak merasa iba sedikitpun melihat keadaan Hans. Sudut bibirnya robek, satu matanya bengkak menghitam, hidung mancungnya keluar darah dan sedikit bengkok. Kalau dibuang dijalanan takkan ada yang mengenalinya. Namun semua itu masih belum sebanding dengan penderitaan Reyna. Hans akan merasakan penyesalan sampai rasanya ingin memotong lidahnya sendiri seperti yang ia ucapkan kemarin."Ada satu lagi yang harus kalian tahu. Memang ada yang sengaja ingin menyakiti Reyna dengan memicu api di panggangan menjadi besar," Laila akan menuntaskan semuanya.Perhatian kembali beralih pada Laila yang memandang lurus ke arah Jessica yang memangku kepala Hans sambil menangis.Rayan tertarik dengan pernyataan Laila barusan karena ia tahu peristiwa itu disengaja namun tak mempunyai bukti. Laila datang padanya tadi pagi dan meminta dirinya menceritakan kehidupan Reyna selama di Aussie dan sebagai gantinya ia akan memberikan bukti itu. Setelah mendengar ceritanya, Laila tak langsung memberikan bukti ke
Rashad meninggalkan ruangan Anjas untuk pulang ke rumah. Kalau bertahan di sana ia takut akan menjadi seorang pembunuh.Anjas melihat sahabatnya dengan tatapan kecewa. Ia tahu Hans pria br*ngsek tapi tak pernah terpikirkan olehnya bahwa pria itu akan melakukannya pada Reyna, keponakan tersayangnya. Ia mengerti sekarang, kenapa Reyna terlihat tidak nyaman dengan keberadaan Hans. "Kamu tahu Hans? Saat kamu begitu yakin Joane anakmu dalam hatiku menyangkalnya karena aku berharap kamu tidak hidup bersama wanita seperti dia. Aku mencari bukti sampai tes DNA diam- diam agar kamu terbebas dari tanggung jawab yang tidak seharusnya kamu pikul. Namun sekarang aku menyesal, aku justru berharap Joane benar- benar anakmu agar kamu bisa hidup bersama wanita j*lang itu. Karena kalian sangat cocok bersama. Tapi menyesal pun tak ada gunanya sekarang. Justru kenyataan yang ada ini adalah hukuman buatmu. Bahkan anak yang seharusnya kamu sayang dan kamu rawat memilih pergi tanpa pernah bertemu denganmu.
Reyna tersenyum puas menatap lukisan keluarganya yang sudah terbingkai rapi. Ini akan dijadikannya hadiah perpisahan, ia sudah memikirkan alasan kepergiannya kembali ke Aussie. Akan ia manfaatkan waktu dua minggu ini dengan sebaik- baiknya. Bahkan ia tak memberitahukannya pada Rayan karena sahabatnya itu mulai tak bisa menjaga mulutnya."Reyna dimana Ma?" terdengar suara Rashad yang sepertinya sudah pulang dari kantor."Ada di ruang tengah, kok Papa udah pulang?" tanya Riana heran melihat sang suami yang pulang sebelum waktunya."Ada apa Pa? Kangen sama Reyna, ya?" goda Reyna yang muncul dari ruang tengah.Rashad memandang sang putri yang tersenyum ke arahnya. Putrinya yang sudah dewasa padahal rasanya baru kemarin ia menimangnya. Dan fakta menyakitkan tentang putrinya yang terlambat ia ketahui sungguh terasa merobek hatinya.Rashad memeluk erat putrinya dengan sesekali mencium puncak kepala sang putri dan satu tangan tak henti mengelus punggung Reyna. Riana masih tak mengerti dengan s
Selepas makan malam Reyna kembali ke kamarnya. Melihat malam yang cerah ia berjalan ke arah balkon. Berdiri di pagar pembatas ia menengadahkan kepalanya."Reyhan, maaf ya Mama belum sempat mempertemukanmu dengan Papa. Tapi sekarang Papa udah tahu kalau Reyhan pernah hadir di dunia ini," monolog Reyna."Jadi nama cucu Papa itu Reyhan?"Reyna terkesiap mendengar suara Rashad tepat di belakang tubuhnya."Iih... Papa ngagetin aja," rajuk Reyna manja."Masa' gitu aja kaget," balas papa Reyna."Pertanyaan Papa belum kamu jawab lho, Rey?""Yang mana?""Nama cucu Papa, Reyhan?"Reyna mengangguk mengiyakan."Kalau begitu si Rayan itu b*dohnya tak tertolong.""Kok bisa gitu?" Reyna tak memahami arah pembicaraan ayahnya."Clue sejelas itu tapi dia tak tahu kalau Reyhan itu anak kamu sama Hans. Kan kebangetan?" Rashad terlihat kesal."Hehe...," Reyna tertawa kecil. "Rayan enggak b*doh, Pa. Buktinya dia bisa jadi seorang dokter. Mungkin dia cuma gak terpikirkan Om Hans akan berbuat sejauh itu meng
Pagi ini Reyna bangun dengan semangat yang berkobar. Banyak misi yang harus ia tunaikan salah satunya adalah Laila namun sebelum itu ia harus menyelesaikan masalah perusahaan terlebih dulu. Ia tak akan terima kalau perusahaan papanya rugi karena masalah pribadinya.Reyna memilih jalur aman dengan mengirim pesan melalui aplikasi berlogo hijau. Mengirim sekertaris tak akan efisien lagipula belum tentu sekertarisnya pandai negosiasi. Tapi untuk panggilan telepon dia juga tak bisa melakukannya karena ia tak pandai berbohong. Yah, white lie boleh lah ya, demi kebaikan bersama.Di rumahnya Hans sudah 3 hari mengurung diri di kamar. Selain masih meratapi kebodohannya ia juga tak mau karyawannya melihat dirinya yang babak belur. Ia tak peduli dengan Jessica dan anaknya yang setiap hari datang untuk meminta maaf. Lagipula pikiran Hans dipenuhi Reyna dan anaknya yang sudah tiada. Ia tak akan bisa bekerja dengan baik. Mengingat semua yang ia tuduhkan pada Reyna membuatnya tak punya muka jika be
Dengan muka merah padam Anjas masuk ke ruangan Reyna. "Kenapa kamu cancel pembatalan kerja sama dengan perusahaan Hans, Rey?" tanya Anjas dengan suara keras membuat Reyna berjengit kaget bahkan Anjas masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."Tenang dulu Om," kata Reyna."Tenang gimana maksud kamu? Jangan bilang kamu jatuh cinta sama dia! Aku gak akan pernah rela kamu sama dia!" Anjas malah semakin murka.Reyna menggeleng- gelengkan kepalanya, tak habis pikir sama jalan pikiran Om kesayangannya ini."Om, marah boleh bodoh jangan," sergah Reyna membuat Anjas melotot."Kamu ngatain Om bodoh?!" napas Anjas terengah, kalau dalam anime mungkin sudah keluar asap dari ubun- ubun dan telinganya."Duduk dulu yuk, baru Reyna jelaskan," Reyna menarik lengan Omnya agar duduk di sofa."Om tenang dulu, jangan marah- marah mulu dong! Bisa bubar karyawan kalau Om kayak gini terus."Semenjak hubungannya dengan Laila renggang, Anjas memang berubah emosional. Kesalahan kecil dari bawahannya akan menj
Reyna memarkir mobilnya di basement apartemennya. Dirinya baru saja makan malam dengan Rayan. Namun mereka mengendarai kendaraan masing- masing. Saat baru saja keluar dari mobil dirinya dikejutkan dengan keberadaan Hans yang sudah berada di belakangnya.Wajah Reyna yang terlihat kaget membuat Hans mengulum senyum. Hans nekat menemui Reyna di apartemen karena dirinya tak bisa masuk ke kantor Anjas. Memang benar kerja sama mereka masih berlanjut namun tidak ada lagi akses buatnya memasuki kantor itu. Saat ada meeting di luar Anjas akan mengirim sekertarisnya. Begitu juga dengan Reyna, wanita di hadapannya saat ini akan mengirim surel ataupun pesan melalui ponsel jika ada hal yang ingin ia sampaikan."Ada perlu apa, Om?" Reyna berusaha menjaga suaranya agar tidak bergetar.Tak bisa ia pungkiri ada rasa marah dan kecewa dengan tuduhan- tuduhan yang Hans lontarkan saat di rumah sakit dulu. "Banyak hal yang harus kita bicarakan, Rey," Hans menatap lurus ke arah Reyna yang memalingkan wajah
Besok adalah jadwal peninjauan proyek di Bali. Bisa tolong gantikan saya ke sana? Saya harus ke Jerman malam iniHansOkReynaReyna mengirim balasan pesan singkat kepada Hans. Begitulah cara mereka berkomunikasi dalam hal pekerjaan. Reyna yang sudah siap tidur kembali bangun dan menyiapkan keperluannya di Bali besok. Ingin dirinya mengajak Rayan agar bisa sekalian liburan tapi sahabatnya itu sedang sibuk di rumah sakit. Tante Laila juga entah tak bisa dihubungi. Sepertinya hubungannya dengan om Anjas belum membaik.Paginya Reyna turun hanya dengan menggunakan sweater rajut warna putih dipadukan dengan celana kulot jeans, mengundang tatapan keheranan dari anggota keluarganya."Kamu gak ngantor Rey?" tanya Anjas mewakili orang- orang di ruang makan."Enggak. Reyna harus ke Bali meninjau proyek yang di sana," jawab Reyna sambil mengambil nasi goreng favoritnya."Sama Hans?" tanya papanya dengan wajah kaku.Reyna tersenyum kemudian menggeleng."Enggak kok Pa, Om Hans ke Jerman malam tad
Hans mengecupi kening Reyna yang tengah berbaring di ranjang mereka."Terima kasih Sayang, terima kasih," ucapnya berulang- ulang.Tadi pagi Reyna merasakan mual dan muntah yang membuat Hans panik dan memanggil dokter keluarga ke rumah. Dan menurut hasil pemeriksaan dokter Reyna positif hamil 5 minggu. Semua orang di rumah Reyna bersorak senang namun orang yang paling berbahagia tentu saja sang ayah si jabang bayi. Hans tak bisa berkata- kata, matanya berkaca- kaca dan langsung menghambur memeluk tubuh sang istri membuat semua orang mencibirnya terlebih Anjas."Ck... kamu ini memang pria brengsek yang beruntung Hans," cemooh Anjas yang mendapat hadiah cubitan di perut oleh sang istri.Ya, akhirnya Anjas dan Laila memutuskan menikah setelah enam bulan pernikahan Reyna dan Hans. Bahkan saat ini Laila tengah hamil 4 bulan. Wanita itu bersyukur perilaku buruknya di masa lalu tak mempengaruhi kesehatan rahimnya. Justru Reyna yang memang harus sedikit bersabar karena baru mendapatkan kabar
Hans menatap Rayan penuh permusuhan. Kesuksesan Reyna mengelabuhinya di malam pengantin mereka ternyata ada sutradara amatir di balik layar. Ya, Rayan menyuruh Reyna bersandiwara untuk menolak Hans dan berpura- pura masih trauma. Namun sang istri yang tidak tega padanya akhirnya memilih jujur di malam keempat dan menyerahkan diri sepenuhnya pada sang suami. Bahagia tak terkira tentu saja memenuhi dadanya tapi tak bisa dipungkiri, Hans menyimpan secuil dendam pada Rayan.Dan disinilah mereka sekarang. Duduk saling berhadapan di kursi tunggu bandara. Hans mengajak Reyna untuk mengunjungi putra mereka di Australia sambil honeymoon tentu saja. Tapi Faira dan Rayan sepertinya akan merusak rencananya. Karena mereka memutuskan untuk ikut dengan alasan rindu pada teman- teman mereka di negara itu."Ngapain kamu ngelihatin Rayan seperti itu?" tanya Faira sinis setelah beberapa kali memergoki Hans yang menatap Rayan penuh permusuhan."Punya mata kok, emang salah? Kalau gak boleh dilihat masukin
Hans keluar dari kamar mandi hotel dengan rambut basah. Istrinya tengah tertidur nyenyak dengan posisi meringkuk di sisi kanan ranjang. Dengkuran halusnya membuat Hans tak bisa kembali tidur. Sekali lagi dirinya kembali diuji. Entah ujian atau karma lain atas dosa- dosanya di masa lalu. Namun dirinya tak peduli. Seperti yang pernah ia katakan sebelumnya bahwa ia rela menjalani karmanya yang tentu saja sepaket dengan anugerah terindahnya. Beberapa jam lalu saat Hans sudah siap meng-unboxing istrinya dengan penuh semangat, tiba- tiba istrinya yang terlihat gugup meminta izin ke kamar mandi. Dengan raut pasrah, terpaksa dirinya mengangguk lemah. Memandang lesu ke arah juniornya yang menggeliat. Menggaruk kepalanya frustasi karena acara buka puasanya tertunda. Sampai hampir 30 menit tetapi sang istri tak juga keluar dari kamar mandi membuatnya khawatir terjadi apa- apa dengan Reyna.Tok tok tok"Sayang? Kamu baik- baik aja kan di dalam?" tanya Hans khawatir."I.. iya! Reyna baik- baik aj
Tak ada yang tidak mungkin bagi Hans. Meskipun membuat EO kualahan karena mengubah konsep pertunangan menjadi pernikahan namun dengan menyodorkan check kosong tak bisa membuat pihak EO mundur. Uang memang punya kuasa tertinggi.Tak hanya EO, Riana pun tak kalah heboh karena harus menambah list tamu undangan dan mengecek segala persiapan lainnya. Maklum Reyna anak satu- satunya jadi perhelatan harus sebaik mungkin. Si pengantin wanita ngambek karena semua terkesan mendadak bahkan Faira yang menerima undangan pertunangan dan kemudian menerima undangan pernikahannya mencecar dan mengira bahwa dirinya kembali dihamili oleh Hans sebelum menikah. Yang terlihat santai hanya Rashad sementara Anjas uring- uringan karena merasa dilangkahi.Dan disinilah mereka sekarang, berdiri di pelaminan yang megah dan mewah menyalami tamu undangan setelah tadi pagi melangsungkan akad nikah di tempat yang sama. Senyum tak pernah luntur dari bibir Hans yang kebahagiaannya tak terkatakan. Di sampingnya Reyna se
Jessica tersenyum lebar saat menerima pesan dari Hans tadi malam. Pria itu memintanya datang siang ini ke kantornya bersama Joane. Mungkin Hans merasa bersalah pada Joane akan sikapnya pada Joane kemarin lalu dan sekarang ingin meminta maaf, pikir Jessica.Seperti biasa Jessica merias diri secantik mungkin dan mendadani Joane agar terlihat lebih menggemaskan dari biasanya. Dengan dagu terangkat dan langkah mantap, Jessica memasuki lobi kantor sambil menenteng bag berisi makan siang di tangan kanannya dan tangan kirinya menggandeng tangan Joane. Dirinya tadi sempat mampir ke restoran ternama untuk membeli makan siang untuk Hans.Tak ada yang melarangnya masuk termasuk resepsionis karena Hans memang sudah berpesan bahwa dirinya memang ada janji dengan Jessica. Keluar dari lift di lantai ruangan Hans, Jessica tak mendapati sekertaris Hans di mejanya karena ini memang jam makan siang.Tok tok tokTak mau kembali menimbulkan penilaian buruk dirinya di depan Hans, Jessica memilih mengetok pi
Hans tersenyum lebar saat menerima pesan dari Reyna. Tanpa membalas pesan Reyna, Hans bergegas pergi. Sampai di taman kota, netranya mencari sang pujaan hati."Daddy!" terdengar suara bocah yang tidak asing di telinganya.Selang beberapa detik seorang bocah memeluk kakinya erat. Hans mengetatkan gerahamnya melihat Jessica yang tersenyum ke arahnya."Hai Hans, maaf aku minta tolong Reyna tadi karena Joane rindu padamu."Hans tahu tak sesederhana itu makna dari 'minta tolong' yang diungkapkan Jessica. Sesuatu yang tidak beres pasti terjadi."Dimana Reyna sekarang?" tanya Hans menahan amarah."Dia tidak mengatakan akan pergi kemana," jawab Jessica.Hans melepas pelukan Joane di kakinya."Kumohon Hans, bermainlah dengan Joane sebentar. Dia rindu padamu," Jessica mendekati Joane yang menatap Hans takut- takut."Baru kali ini aku menemukan wanita menjijikkan sepertimu, Jes. Kamu tega memanfaatkan anakmu untuk kepentinganmu. Entah bagaimana aku bisa jatuh cinta padamu dulu," Hans menatap Jes
"Aku akan tetap bersikap adil. Seperti yang Reyna katakan tadi bahwa dia juga bersalah. Hukuman untukmu Rey, kamu tidak boleh lagi bertemu dengan Hans....""Pa...," Reyna memotong perkataan papanya dengan mata berkaca- kaca."Bukannya kamu sendiri yang minta dihukum tadi?" Rashad memicing ke arah Reyna.Bahu Reyna merosot dengan kepala tertunduk."Dan kamu...," Rashad menatap tajam ke arah Hans, "Kamu lepaskan Reyna jika....""Tidak!" Hans menggeleng tegas memotong ucapan Rashad membuat papa Reyna itu menggeram marah."Kenapa kalian berdua hobi memotong perkataanku?!" tanya Rashad marah.Hans dan Reyna saling lirik sambil menunduk takut- takut."Lepaskan Reyna jika kamu tak segera melamarnya!" ucap Rashad tegas.Ruangan itu seketika hening. Hans orang yang paling pertama sadar dari situasi horor itu spontan berdiri dan melonjang girang membuat perhatian semua orang beralih padanya."Yesss, kita direstui Sayang!" teriak Hans membuat wajah Reyna merona karena panggilan Hans padanya.Hans
"Apa?!" teriak Rashad dan Anjas bersamaan."Tapi kata Reyna...," kata- kata Rashad menggantung karena mengingat sesuatu.Kemarin dirinya hampir saja kembali menghajar Hans jika tak dicegah oleh Anjas.Flashback on"Masuk!" seru Rashad saat pintu ruangannya diketuk."Maaf Pak, ada Pak Hans yang ingin bertemu," kata sekertarisnya.Rashad hanya mengangguk singkat sebagai jawaban. Hans masuk dengan langkah percaya diri meski disambut tatapan mengintimidasi dari Rashad. Anjas yang kebetulan berada di ruangan yang sama hanya menghela napas lelah. Hans seperti masuk ke sarang harimau tanpa senjata."Ada perlu apa?" tanya Rashad tanpa basa- basi. "Saya ingin melamar Reyna, Pak," Hans pun menjawab terus terang dengan bahasa yang lebih sopan.Anjas terperanjat dengan keberanian Hans sementara Rashad memicingkan matanya disertai senyum sinis."Omong kosong apa yang sedang kamu bicarakan?" Rashad bangkit dari kursi kebesarannya."Ini bukan omong kosong Pak. Saya serius ingin melamar Reyna," Hans
Sudah beberapa hari Reyna begitu semangat menjalani hari- harinya. Meski harus terpaksa menjalani hubungan backstreet dengan Hans tapi tak mengurangi kebahagiaan yang ia rasakan."Sayang, kok gak pulang ke rumah? Mama kangen lho," tanya mamanya saat berkunjung ke kantor."Maaf ya Ma, kerjaan lagi banyak banget ini," jawab Reyna yang tak sepenuhnya bohong.Dirinya memang jarang pulang karena sering menghabiskan waktunya di apartemen bersama Hans. Bukan sekedar berduaan karena sedang kasmaran mereka juga saling support dalam beberapa proyek yang berbeda. Karena masalah pribadi mereka, perusahaan papanya jarang mengambil proyek yang ada keterlibatan Hans di dalamnya. Namun ide- ide brilliant Reyna ditambah kejelian dan dieksekusi dengan baik oleh Hans akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa."Jas, bisa gak kalau Reyna jangan dikasih kerjaan banyak- banyak?" pinta Riana pada sang adik."Ya gak bisa gitu dong, Ma. Gaak enak sama yang lain. Anggap aja ini rejeki Reyna," jawab Reyna membuat