Klik tanda vote ya kak agar bisa tetap eksis di aplikasi. Jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya: 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANKAS RAHASIA SUAMIKU(ONGOING)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (32)"Keluar kau Mbak Alea!" Terdengar teriakan dari halaman rumah. Aku segera keluar untuk melihat mau apa lagi gadis itu."Maaf Mbak, saya tidak bisa membuka pagar karena pak Erlangga sudah memberi perintah, untuk tidak membuka pagar untuk kedua orang wanita itu."Sudah aku duga sejak melihatku pulang dari rumah ibu mertua semalam. Erlangga sangat marah apalagi dia dengar soal ibu yang menghinaku. Kali ini aku tak lagi bisa meminta pada Erlangga untuk memberi keringanan pada ibu dan adik mas Wisnu, mereka memang tak bisa di perlakukan dengan baik."Ada apa lagi kau kemari, Cit? Aku rasa tak ada lagi hubungan antara kita, sejak kau tawarkan Wanda pada suamiku, mulai sekarang jangan harap aku memiliki belas kasihan padamu lagi."Tanpa membuka pintu pagar aku bicara dengan adik iparku itu. Raut wajahnya terlihat kesal tapi aku tetap tak perduli, entah kenapa dia datang ke rumahku dan marah-marah."Aku juga tak sudi punya hubungan denganmu Mbak. Aku hanya ingin t
Maaf, Aku Pantang Cerai(33)AUTHOR."Dasar setan, berani sekali dia melawan ku. Lihat saja aku tak akan membuat hidupnya tenang, mas Wisnu bodoh itu entah di mana dia sekarang."Citra sangat marah. Dia menghancurkan semua barang yang ada di kamarnya, sang ibu hanya bisa diam melihat anak gadisnya mengamuk, apa lagi yang bisa dia lakukan tanpa anak laki-lakinya."Ibu kenapa diam? Usaha cari pinjaman jangan seperti orang bodoh. Aku bisa gila kalau tak pegang uang, kalau perlu pergi mengemis di jalanan sana."Plak ...plak ....Citra terkejut saat sang ibu melayangkan tamparan di pipinya. Sakit tapi dia tak bisa melawan ibunya, kalau tidak semua akan semakin rumit nantinya."Berani sekali kau meminta ibu mengemis. Dasar anak kurangajar, bukan menyenangkan ibu kau justru menyusahkan aku."Kedua wanita itu jadi saling menyerang. Uang membuat mereka gelap mata, sejak tak ada Wisnu mereka kesulitan. Itulah yang membuat Citra mengamuk karena tak bisa menekan Alea lagi, awalnya dia berniat memer
Maaf, Aku Pantang Cerai! (34)WISNU"Sebulan menghilang datang-datang jadi beban, Bu. Tabrak lari pula, kalau begini siapa yang membayar rumah sakit ini? Jangan bilang ibu di cari untuk membayarkan rumah sakit ini."Sakit rasanya mendengar ucapan Citra. Hal yang tak pernah aku hiraukan saat gadis itu bicara dengan Alea, apa sesakit ini yang dia rasakan istriku dulu. Rasa sakit di kaki tak begitu terasa tapi ucapan Citra benar-benar menyakitkan."Kau menghilang sebulan pasti sudah punya uang kan, Nu? Berikan pada ibu sedikit untuk membeli makanan, ibu lapar sejak pagi belum makan."Rasanya ingin teriak saat mendengar permintaan ibu. Wanita itu benar-benar tak punya hati, dia bahkan tak perduli pada rasa sakit yang aku rasakan. Di kepalanya hanya ada uang ...uang dan uang."Aku tak punya uang Bu. Sebulan aku kerja tak di bayar, mandor melarikan diri membawa semua gaji pekerja."Flashback on :"Habislah kita Nu, pak mandor kabur kita tak bisa bertahan lagi di sini. Mau makan apa kalau kit
Maaf, Aku Pantang Cerai!(35)"Hai ...perempuan setan, bisa-bisanya kau tertawa senang. Sedangkan Wisnu menahan sakit di rumah sakit, di mana otakmu kau simpan? Suami sedang sakit kau tertawa senang dengan pria lain. Dasar lonte."Plak ...plak ....Aku sudah kehabisan kesabaran setelah mendengar hinaan ibu mertuaku. Tega sekali dia bicara seperti itu, kebetulan saat ini Erlangga mencegat tukang bakso keliling, jadi dia traktir para warga yang sedang bersantai sore hari.Tanpa angin tanpa hujan dia datang langsung melontarkan hinaan yang begitu menyakitkan. Apa tadi yang dia bilang, mas Wisnu berada di rumah sakit, tapi kenapa dia pulang bersama Citra lalu bersama siapa anak laki-lakinya di rumah sakit saat ini."Aku heran padamu Bu. Kalau benar mas Wisnu berada di rumah sakit, kenapa kau ada di sini? Seharusnya kau temani dia. Kenapa justru datang dan menghinaku pula, jangan lupa kau bahkan menikahkan mas Wisnu demi menyenangkan nafsu serakah ibu itu. Sekarang enyah dari hadapanku, kala
Maaf, Aku Pantang Cerai(36)"Mari bercerai Mas. Aku minta maaf karena berkeras mempertahankan pernikahan kita, sekarang aku sudah siap untuk melepaskan mu. Asal kau tetap hidup itu sudah lebih dari cukup."Aku menatap wajah mas Wisnu yang mulai terlihat membaik dan tak pucat lagi. Seminggu sudah dia berada di rumahku, sekarang sudah waktunya kami bicara untuk masa depan kami.Ibunya juga tak banyak membuat masalah, sejak aku minta dia membawa anaknya pulang. Dia tak mau karena mas Wisnu belum sembuh dan tak punya kerjaan, karena itu aku yang merawatnya. Di rumah pemberian Erlangga."Kenapa tiba-tiba kau meminta cerai, Al? Apa karena aku sudah tak berguna lagi? Hingga kau juga membuang ku. Sama seperti yang dilakukan ibu dan Citra."Aku menarik napas panjang lalu melangkah menuju ke lemari. Mengambil dua buah map berisi berkas penting, membawanya ke hadapan mas Wisnu."Sebelumnya aku minta maaf karena berkeras bertahan. Aku kira bisa mempertahankan pernikahan kita, asal kau tau kesalaha
Maaf, Aku Pantang Cerai! (37)"Tidak ada yang selesai Alea. Apa kau akan mengorbankan anak dalam perutmu itu, seperti aku mengorbankan mu demi ibu. Aku mencintaimu itu kebenarannya, hanya saja aku tak bisa melawan ibu itu kesalahan terbesarku."Aku terkejut hingga tanpa sadar mundur hingga menabrak pintu. Mataku tak lepas dari wajah pria yang masih menunduk di tempatnya. Sejak kapan dia tau aku hamil, tidak ini tidak boleh terjadi, dia bisa saja meminta hak asuh anak atau parahnya memaksaku kembali hidup dalam pernikahan bak neraka itu lagi."Tidak ...tidak aku tidak mau."Tanpa sadar aku duduk memeluk lutut. Aku memang tak mau kehilangan mas Wisnu, tapi lebih tak mungkin harus kehilangan anakku."Sayang ...hai tenanglah. Tak akan ada yang terjadi padamu dan anak kita, aku janji semua akan baik-baik saja."Aku tak tau apa yang kemudian terjadi, namun pelukan mas Wisnu menghilangkan ketakutan yang tiba-tiba melanda. Ada rasa nyaman namun aku segera sadar pada situasi yang sebenarnya."C
Maaf, Aku Pantang Cerai!(38)"Jadi Wisnu sudah tau kalau semua yang terjadi karena kita? Bagus dong kalau reaksinya seperti itu. Kau bisa meneruskan pernikahan itu tanpa harus takut pada gangguan dari ibu mertuamu lagi, saat ini kau yang memegang kendalinya Alea, apalagi yang kau takutkan. Ribet amat ya hidupmu, pusing aku lama-lama."Ish orang ini memang susah kalau di ajak bicara agak serius. Otaknya seperti gak nyambung, apa karena aku tak pandai menjelaskan ya? Heran aku jadi emosi duluan."Dengar Lang, aku rasa ini jadi rumit deh. Kalau semua aset itu kembali pada kami, tentu ibu akan semakin membenciku dan dia pasti akan gencar menyerang. Takutnya mas Wisnu goyah maka tak pelak lagi aku yang bakal rugi besar.""Jadi kau tak percaya padaku Al?" Suara itu muncul tiba-tiba."Aduh, satu belum selesai datang lagi masalah," ujar ku lirih."Masalah kita sudah selesai Al. Kau yang menciptakan masalah baru, aku sudah berjanji akan berubah. Kau hanya butuh menunggu aku membuktikannya, tapi
Maaf, Aku Pantang Cerai!(39)Bruk ...."Al!"Entah apa yang terjadi, tapi hanya suara Erlangga dan mas Wisnu yang terakhir aku dengar setelah itu gelap."Sakit."Aku meringis merasakan sakit di kepala. Entah apa yang membuat sakit itu begitu terasa berdenyut."Al, mana yang sakit? Tunggu aku panggil Dokter."Suara itu begitu familiar tapi bukan suara Erlangga, apa itu suara mas Wisnu? Yah aku ingat kalau terakhir aku berada di kantor Erlangga bersama mas Wisnu.Aku mencoba membuka mata perlahan, agar tak terasa semakin pusing. Terlihat mas Wisnu berlari masuk bersama Dokter dan seorang perawat. Dokter wanita itu memeriksa lalu tersenyum entah apa maksudnya."Alhamdulillah, Bu Alea sudah sadar dan semua baik-baik saja. Hanya perlu istirahat dan tidak banyak pikiran, agar kandungan ibu Alea tetap dalam keadaan sehat hingga lahiran nanti."Syukurlah ternyata aku hanya pingsan tapi kenapa? Apa karena aku tertekan dengan masalah mas Wisnu? Entahlah aku masih pusing."Al, mau minum atau maka
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,