"Kamu juga mencintai Malik bukan?" tanya wanita itu tiba-tiba. Sukses membuat Xena diam tak berucap sepatah katapun saat ini. Ia memandangi wajah lawan bicaranya. Menunggu Malik untuk membantunya saat ini. Namun, naas. Remaja itu tak acuh. Bukan benar-benar tak peduli. Malik pasti juga ingin mendengar kalimat pengakuan dari Xena di depan ibu kandungnya saat ini.
--jika memang berani mengakui maka Xena pasti benar-benar mencintai Malik tulus dari dalam hatinya.
"Jangan tanya itu pada Xena, Ma. Dia bukan gadis yang bisa jujur untuk perasannya sendiri." Remaja jangkung itu mulai memprotes. Ia duduk sembari menyandarkan tubuhnya ke belakang. Menatap ke arah Xena yang baru saja menoleh dan membalas pandangan mata yang diberi oleh Malik dengan sedikit tak suka. Gadis itu benar-benar terjebak sekarang ini. Kiranya ia menyesal sudah datang bersama dengan Malik. Harusnya ia tahu Malik itu menyebalkan! Xena terlalu fokus membenahi dirinya dan be
Surya datang bersama sinar hangat yang menghantam permukaan bumi. Cahayanya terang membawa kesan baik pagi ini. Malam lebih hangat dari biasanya. Embun di atas rerumputan hijau masih terasa dengan tanah basah yang belum kering sebab hujan kemarin malam. Akhir pekan yang damai. Xena memutuskan untuk mengawalinya dengan berlari kecil mengelilingi taman kota. Mencoba untuk mengistirahatkan kepala dan pikirannya yang sedang riuh sejak beberapa hari yang lalu. Alur hidupnya berubah selepas perceraian sang mama dengan pria bernama Arjuna. Tak ada lagi batas dan dinding besar yang menghalanginya dan Malik untuk melakukan hal-hal gila seperti berciuman di tempat yang terbuka. Juga, tak ada batasan untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya ada dan bersarang di dalam hatinya.Lambat laun hidupnya berubah begitu saja. Semuanya mulai berjalan seperti apa yang Xena harapkan sebelumnya. Dirinya bisa mencintai Malik dengan cara yang wajar. Layaknya seorang perempuan yang
Xena mempersilahkan gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Ia membuka pintu selepas ketukan yang dilakukan tak ada jawaban dari sang mama. Kiranya wanita itu sedang beristirahat di ruangannya. Ia tahu sang mama terlalu lelah dalam menjalan hari-hari biasanya.Nara tersenyum manis pada Xena yang sudah berbaik hati mau mengijinkan dirinya mampir sejenak ke rumah ini. Kiranya untuk melepas lelah dengan bersantai-santai juga melihat rumah Xena dan Malik dulunya. Ia memang pernah datang kemari dulu, tetapi tak sebaik dan tak selega ini rasanya. Kali ini Nara datang sebab ajakan dari Xena, bukan paksaan dari dirinya seperti kala itu."Duduklah. Gue akan membawakan air dingin untuk lo," ucapnya mempersilakan Nara untuk duduk di atas sofa panjang yang ada di tengah ruang tamu. Gadis itu hanya mengangguk. Ia tak berucap, cukup tersenyum manis pada tuan rumah yang begitu baik dan hangat menyambutnya pagi ini.Matanya mulai
Sambutan yang sedikit aneh, bukannya apa dan bagaimana, Xena juga Nara masih belum bisa memahami untuk apa Bara datang ke rumah ini. Remaja itu hanya diam selepas dipersilakan masuk ke dalam rumah oleh Xena. Tak ada kalimat yang lolos dari celah bibirnya saat ini. Xena tak tahu mengapa hatinya menjadi aneh sekarang. Belakangan ini ia mulai merasa goyah akan apa yang dikatakan oleh orang-orang di sekitarnya. Semua mendukung Xena untuk merealisasikan perasannya pada Malik. Semua tahu bagaimana dan seperti apa arti pandangan Xena untuk Abian Malik Guinandra. Ada rasa cinta yang dipendam oleh gadis itu selama ini. Kini semesta memberi sedikit celah untuknya bisa berbahagia dan menggunakan anugerah yang diberikan oleh semesta dengan baik."Gue biarkan minum dulu," ucap Xena dengan nada ringan. Gadis itu mencoba untuk tersenyum manis pada remaja jangkung yang kini menganggukkan kepalanya untuk memberi respon baik pada sang kekasih.Xena bangkit dari tempat duduknya. Gadis it
Bara menghampiri sang kekasih di ruang dapur. Jika hanya untuk mengambilkan segelas air untuk menjamu dirinya, Xena bisa dikatakan sangat lama untuk itu. Itu sebabnya Bara menyusul sang kekasih. Di sudut ruang dapur, Xena berada. Gadis itu diam dengan posisi memunggungi dirinya saat ini. Ia diam sembari mengaduk segelas air sirup jeruk dingin yang ia berikan untuk menyambut kedatangan dirinya. Langkah kaki yang hati-hati, niatnya Bara ingin mengejutkan Xena yang tak menyadari kedatangan dirinya kali ini. Namun, naas. Langkahnya terhenti kala ia tak sengaja mendengar ucapan lirih gadis itu. Benar kata Nara, sedang sedang mencoba untuk membuat sebuah pilihan yang akan menentukan nasibnya di masa depan bersama Bara.Remaja jangkung itu mendengar dengan lirih. Dua kalimat pendek diucapkan oleh Xena berkali-kali. Pertama adalah pasal ia harus menetap dengan sang kekasih saat ini, lalu kedua adalah pilihan untuk mengakhiri hubungannya dengan Bara. Tak ada alasan
Penampilan yang sempurna. Wajahnya begitu cantik dipoles make up tipis ala-ala anak muda jaman sekarang. Bibirnya berwarna merah muda dengan gradasi warna menua di dalamnya. Bulu matanya lentik, sentuhan eyeliner dan maskara yang menjadi satu membuat sepasang mata indah itu lebih bulat, tajam, dan lebar jauh dari kesan biasa. Alisnya cokelat melengkung yang duduk di bawah poni tipis penyempurna rambut panjang nan ikal miliknya. Gaya berpakaian yang khas, outfit anak muda jaman sekarang. Perpaduan antara celana jeans panjang yang menampilkan jenjang kaki tinggi dan indahnya itu begitu pas dan cocok dipadukan dengan kemeja berwarna putih polos dengan kancing rapi berjajar ditengah-tengahnya. Sepasang flatshoes menghias senada dengan warna tas selempang kecil yang menggantung di sisi pundak gadis itu. Penampilan yang sederhana nan anggun, tetapi tak jauh dari kata modern ala-ala anak muda jaman sekarang.Malam yang indah, bulan sempurna di atas sana menghias bersama taburan bint
Ajuna kini mengerti juga bahwa kedua anaknya itu saling mencintai satu sama lain lebih dari sekadar hubungan dua saudara tiri yang saling menyayangi dan ingin terus melindungi satu sama lain."Kamu sedih kalau Malik pergi?" tanyanya tiba-tiba.Xena yang baru saja mendatangkan kembali pandangan matanya itu hanya bisa terdiam dan membisu. Gadis itu sama sekali tak berucap untuk saat ini. Bahkan, ia enggan dan tak bisa untuk melukiskan wajah di atas senyumannya sekarang. Semuanya terasa aneh begitu saja. Di dalam hatinya, Xena benar-benar merasakan sebuah kekecewaan yang mendalam. Mengapa Malik tak bercerita pasal ini? Ia ingin pergi meninggalkan Xena begitu saja?"Xena ...." Arjuna kembali memanggil gadis yang mulai hilang pandangan matanya. Fokus Xena berubah begitu saja. Ia sedang melamun saat ini."Ada yang salah dengan apa yang papa katakan?"Xena mengge
Langkah kakinya tegas membelah rerumputan hijau yang ada di bawah pijakan kaki remaja jangkung itu sekarang ini. Gelap terasa, sedikit sunyi sebab tak ada yang datang untuk bertamu dan menyambangi rumah tua itu sekarang. Semua benar-benar terasa sepi bak rumah hantu yang sengaja dijauhi oleh para masyarakat dan warga setempat. Bukan, bukannya di sisihkan dari kota. Bukan juga dijauhi orang-orang, beginilah suasana rumah Nara kalau malam tiba dengan kerikan jangkrik yang khas menghiasi suasana malam. Tak ada hujan, tak mendung dengan langit berbintang di atas sana. Kiranya, sambutan yang baik selepas Aksa memutuskan untuk memungkaskan perkejaan paruh waktu yang ia lakukan dan mulai menatap langit di atasnya.Ada satu alasan yang membuat dirinya datang ke tempat ini lagi. Tak penting jika ia menceritakan alasannya datang kemari pada orang-orang yang tak mengenal Nara dengan baik. Namun, baginya ini sangat penting. Kala keluar dari minimarket tempatnya bekerj
Sirine mobil polisi meraung-raung di udara. Membawa sebuah duka di setiap lajunya beberapa saat yang lalu. Ambulan mengikuti, mayat gadis malang turun dari sana dengan keadaan sudah terbungkus oleh kain putih. Seorang remaja jangkung mengiringi masuk ke dalam bangunan kepolisian. Mayat itu akan disimpan di dalam ruangan mayat tempat beberapa korban pembunuhan lainnya berada hingga polisi menyelesaikan penyelidikannya besok pagi. Suasana sudah kacau dengan Aksa yang tak lagi kuasa untuk mengiringi kepergian gadis yang ia cintai. Nara adalah cinta pertama yang ada di dalam hatinya. Gadis itu adalah satu-satunya gadis yang bisa menyentuh lubuk hatinya paling dalam. Belum juga menyatakan perasaannya dengan resmi, ajal sudah menjemputnya dengan tragis. Aksa tak bisa berkata apapun lagi. Semua yang ada di depan matanya bak sebuah mimpi buruk yang harus ia lalui seorang diri.--ia membenci kisah malam ini!"Aksa ... kita cari tempat duduk