Betapa terkejutnya ketika Airyn beberes rumah, dia menemukan botol alkohol yang disembunyikan di balik televisi. Air mata langsung mengambang ketika mengetahui isinya tinggal sedikit. "Papa udah pulang? Papa minum lagi?" Perasaan Airyn sesak, sampai dia terduduk lemas di kursi. Entah apa yang merasuki, tangis Airyn pecah dengan segala pemikiran buruk yang tiba-tiba muncul. Dia sangat takut jika Guntur akan terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit lagi seperti waktu itu. Airyn telah berkorban banyak, tidakkah Guntur memikirkan rasa kasihnya sebelum bertindak demikian?Apa hanya Airyn yang mencemaskan nyawa Guntur?Airyn pikir papanya sudah berubah, ternyata masih saja melakukan hal seperti ini diam-diam di belakangnya. Apa Guntur tidak kasihan pada Airyn?Apa Guntur tidak memikirkan hidup Airyn jika pria itu pergi selama-lamanya?"Ai, ini Mama." Sera mengetuk pintu, terdengar buru-buru.Tersadar oleh panggilan itu, Airyn buru-buru membuang botol alkohol Guntur sebelum ketahuan yang
"Siapa?" Arion menarik tangan Airyn, tidak mengizinkan gadis itu beranjak sebelum menjawab pertanyaannya."Aldo."Arion memicing. "Cowok tengil itu lagi? Ngapain dia ke sini?""Aku nggak tahu, Pak, 'kan belum ngomong sama orangnya." Setelah itu Airyn terduduk di pangkuan Arion, pria itu melingkarkan lengan pada pinggangnya. "Pak Arion, jangan kayak gini. Nggak enak berduaan di kamar dengan posisi deket-deket. Lama-lama nggak salah aku bilang Pak Arion mesum."Senyum miring terlihat, Arion tidak marah dibilang mesum. Dia menganggap itu sesuatu yang normal sebagai seorang laki-laki. "Tidak usah keluar, nanti dia juga pergi sendiri.""Pak, nggak bisa. Aldo orangnya nekat. Aku tanya dulu dia mau apa, kalau ngajakin enggak-enggak, nanti aku tolak.""Sok-sokan. Memangnya kamu bisa nolak orang? Kamu paling lemah urusan seperti itu, Ai. Dibentak dikit saja nangis."Airyn melepaskan diri, menutup mulut Arion. "Diam deh, aku udah berkali-kali kok nolak Aldo, dia juga tau. Tunggu dulu di sini ya
Ketika jam makan siang, Sera menghubungi Airyn untuk bertemu di basement. Awalnya Sera ingin ke lobby, tapi Airyn larang. Airyn tidak ingin terjadi keributan di sana untuk kedua kalinya. Kedatangan Sera dapat ditebak, wanita itu pasti ingin menagih uang sepuluh juta yang dia peras dari Arion semalam.Sejak pagi, Airyn meminimkan obrolan dengan Arion, dia bahkan berpura-pura menyibukkan diri dengan berbagai rekapan data. Paling Arion buka suara jika minta tolong print atau scan data yang dia perlukan. Tadi juga Airyn mengantarkan beberapa surat kerjasama perusahaan ke sekretaris CEO untuk ditanda tangani oleh Abimayu.Setelah makan siang, rencanya Airyn akan ikut sosialisasi salah satu bank bersama rekan yang lain di ruang rapat lantai atas. Arion sengaja meminta Airyn menghadirinya, agar tidak bosan di ruangan terus."Ai, mana uang Mama!" pintanya tanpa basa-basi. Senyum Sera merekah bahagia, sambil menengadahkan tangannya ke Airyn. "Cepetan, Mama banyak urusan, nggak bisa lama.""Ngg
Arion baru saja dari polsek, mengurus permasalahan antara Guntur dan Deri. Kedua pria itu bertengkar hebat, terlihat dari wajahnya satu sama lain babak belur.Setelah melihat kondisi Airyn dan diceritakan semuanya secara jujur oleh Arion, rupanya Guntur ingin memberi pelajaran pada Sera. Namun karena wanita itu memiliki kekasih, alhasil Deri yang menjadi tameng untuknya. Perkelahian tidak terelakkan, padahal Sera berkali-kali coba memisahkan. Meski baru sembuh, sejatinya Guntur memang ketua preman yang pandai bela diri, mau tidak mau, Deri menerima banyak luka hingga hampir melayang nyawanya dibenturkan oleh Guntur ke aspal jalan. Guntur sangat marah dan kecewa pada perlakuan Sera, apalagi yang jadi korbannya adalah Airyn—putri kesayangan yang selama ini susah payah Guntur perjuangkan.Dari sekian banyak perempuan, kenapa Sera mengorbankan Airyn demi uang? Itulah yang sangat Guntur sesalkan. Sekali dua kali bisa Guntur maafkan. Dia bahkan memilih diam belakangan ini, tapi kalau sudah
Airyn berdecak geram, bahkan tadi tak segan memukul dada Arion yang tengah cengengesan tanpa dosa. Usai memperbaiki penampilannya, Airyn keluar dari kamar mandi, berusaha menetralkan detak jantung yang hampir saja kehilangan fungsi akibat ulah Arion.“Aldo, maaf ya. Tadi aku buang air.”Melihat wajah Airyn merona kemerahan, Aldo gesit menempelkan tangan pada dahinya. “Cuman hangat, tapi muka lo merah. Gue kira demam tinggi. Lo nggak kenapa-kenapa, ‘kan?”“A—ah! Aku? Aku nggak pa-pa kok, a—aku baik-baik aja. Ini merah karena habis aku usap pakai tisu. Aku sehat, besok udah boleh pulang. Kamu repot banget jengukin aku.” Airyn duduk di sofa, mempersilakan Aldo juga sambil mencicipi beberapa makanan yang ada di meja itu.Aldo menatap Airyn, sebelum akhirnya mengamati seluruh penjuru ruangan mewah yang sepertinya sangat tidak mungkin untuk Airyn inap meski hanya satu hari satu malam. Aldo bisa memperhitungkan semua biayanya yang cukup menguras kantong.“Gue pikir tadi salah kamar.” Aldo t
Wajah Arion sangat datar seolah ingin menelan manusia yang saat ini sedang was-was duduk di hadapannya.“Pak Arion, saya … saya minta maaf. S—sebenarnya saya nggak sengaja mendorong Airyn sampai kepalanya terbentur. Saya nggak mengira bakalan separah itu. Airyn biasanya suka bohong buat menghindari saya, makanya saya tinggalin, karena saya pikir dia pura-pura pingsan.” Sera berucap panjang lebar dengan mimik sedih yang dibuat-buat, berharap Arion iba. Sera takut, sebab kali ini Arion terlihat akan balas dendam.Kalau Sera pikir-pikir, terserah dirinya mau memerlakukan Airyn seperti apa, sebab anak itu darah dagingnya. Hanya saja, Arion bisa melaporkan Sera ke polisi dengan berbagai tuduhan agar dia membusuk di penjara. Andai bukan Arion orangnya, Sera pasti melawan. Dia tipikal tidak gampang minta maaf, dan punya kepribadian sangat angkuh.“Yakin?” Sera mengangguk cepat. “Tidak perlu saya tunjukkan rekaman cctv kalian kemarin, ‘kan? Toh Anda bohong sejak awal. Saya semakin tidak minat
Arion merawat Airyn yang sedang demam tinggi setelah pemakaman Guntur. Bahkan cuaca hari ini sejak tadi tak berhenti hujan, Airyn berjam-jam kehujanan hanya untuk menangis di atas gundukan tanah sang papa. Tidak pernah Arion lihat gadis itu sangat lemah hingga tak bertenaga dengan pandangan kosong, kini dunia Airyn benar-benar direnggut habis tanpa sisa.Kata Veroni, dia dan Guntur sengaja keluar bersama untuk membelikan Airyn beberapa hadiah spesial, karena besok gadis itu berulang tahun yang ke-21. Namun, ketika Veroni asyik memilih liontin yang cocok untuk Airyn di sebuah toko perhiasan, terdengar suara gaduh tak jauh darinya. Guntur menjadi korban tabrak lari setelah berhasil membeli buket mawar merah untuk putri kesayangannya.Kelopak mawar berhamburan di jalan bersama darah yang mengalir dari kepala Guntur, menjadi saksi bisu betapa besar rasa cinta seorang papa kepada buah hatinya. Ini perayaan istimewa yang Guntur rencanakan sejak lama ketika memiliki uang lebih—sebab sebelumn
"Capek? Ayo, tidur lagi." Arion menatap jam yang menunjukkan pukul dua dini hari. Airyn betah menangis sejak dua jam yang lalu ketika dia membuka mata dan kembali menyadari keadaannya. "Demam kamu maasih tinggi, mau dirawat di rumah sakit saja?" Arion sambil mengompres Airyn, tidak berhenti merawat gadis itu meski sangat mengantuk. Akal sehat Arion mulai hilang, dia beberapa kali tertidur dan kembali bangun. Bayangkan saja, sejak kemarin Arion belum tidur sama sekali. Dia tidak bisa meninggalkan Airyn barang sekejap, gadis itu tidak boleh merasa sendirian dan terpuruk begitu dalam."Saya tahu kamu terluka, tapi jangan terlalu keras menghukum diri kamu."Wajah Airyn pucat pasi, tetapi semakin berjalannya waktu, tangis itu perlahan mulai mereda. Tersisa isak yang begitu menyayat hati, bibir Airyn yang kering terus bergetar merasakan kepiluan. Arion tidak tega melihatnya. Andai bisa berbagi kesedihan, Arion siap menanggung sebagian rasa itu agar Airyn tidak terluka sendirian."Kamu la