Bagaimana tidak? Arsyad Atmajaya adalah sosok pria yang sangat terkenal dikota ini. Ia jarang sekali muncul ke publik dan sangat berhati - hati dalam menjaga namanya. Tetapi pagi ini tiba - tiba saja namanya tercantum dihalaman utama berita karena masalah perselingkuhan!
Arsyad Atmajaya sudah memiliki tunangan, tetapi ia berada dihotel bersama dengan wanita lain!
"Ternyata semua pria memang sama saja! Menjijikan!"
"Bukankah itu salah wanita penggoda? Pasti wanita itu mengginginkan kekayaannya! Dasar wanita murahan!"
Natali Tirtayasa seharusnya membatalkan pertunangannya. Untuk apa bertunangan dengan tukang selingkuh!"
"Benar sekali. Natali tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini!"
"Arsyad Atmajaya memang benar - benar buta. Apa coba kurangnya Natali? Cantik, kaya, anggun... Ia malah dengan wanita murahan!"
Laman berita itu dipenuhi dengan berbagai komentar. Semua komentar itu ditujukan untuk menghina Arsyad dan wanita murahan yang menggodanya. Tidak sedikit juga orang yang mendukung Natali dan mengasihinya.
Saat ini, Arsyad sedang berada dalam perjalanan menuju perusahaannya. Ia mengenakkan kemeja lengan panjang berwarna hitam, sementara jasnya terlipat rapih disampingnya. seperti biasa, kacamata hitam bertengger diwajahnya, membuatnya tampak lebih keren.
Sayangnya, semua orang berpikir bahwa Arsyad buta, sehingga mereka semua merasa bahwa kacamata itu bertujuan untuk menutupi kelemahannya.
Ia duduk di kursi tengah dengan santai sambil memandang ke luar jendela mobil. Ia bersama dengan supir kepercayaannya, Aldi dan juga Haris yang sedang duduk di kursi depan. Haris membacakan berita yang beredar luas diinternet dan juga komentar - komentar yang menyudutkan Arsyad sambil menanti perintah dari tuannya.
"Tuan, apakah anda mau menghapus semua berita ini?" tanya Haris.
Sebagai salah satu keluarga yang berpengaruh dikota ini, menghapus sebuah berita bukan hal yang sulit bagi Arsyad. Namun Arsyad hanya menggelengkan kepalanya.
"Biarkan saja." Arsyad tidak peduli dengan berita ini. Toh, dengan adanya berita ini, ia juga terbantu karena bisa membatalkan pertunangannya dengan Natali tanpa harus mencari alasan. Selain itu, semua orang akan tahu bahwa ia memiliki hubungan dengan Anya. Anya adalah miliknya!
" Umumkan saja bahwa aku membatalkan pertunangannku dengan Natali." kata Arsyad.
Haris ragu sejenak mendengar kata - kata Arsyad. Membatalkan pertunangan adalah keputusan yang besar. Tidak hanya pertunangan mereka berdua saja yang akan batal, tetapi kerjasama antara kedua keluarga pun akan kacau.
" Tuan, membatalkan pertunangan adalah keputusan yang beresiko. Apakah anda tidak mau memikirkannya lagi?" Haris berusaha untuk menekan rasa takutnya dan menasehati Arsyad.
Arsyad hanya mengibaskan tangannya untuk menjawab nasihat Haris dan menyuruhnya untuk pergi " Cari tau informasi lengkap mengenai wanita yang bersamaku semalam!"
Sementara itu dikediaman keluarga Tirtayasa, Ibu Natali, Mona Tirtayasa, melihat berita terkini melalui ponselnya. Tangannya gemetaran ketika membaca apa yang telah terjadi. Ia mencengkeram gelas anggurnya dengan erat seolah ingin melempar dan memecahkan gelas itu.
Ia merasa sangat geram!
Ia sudah susah payah mendapatkan seorang pria kaya raya dan berkuasa untuk menjadi menantunya, namun semua rencananya itu hancur berantakan hanya karena seorang wanita jalang!
Kondisi perusahaan suaminya saat ini tidak terlalu baik. Perjanjian pernikahan itu adalah satu - satunya cara agar mereka bisa terus menikmati harta kekayaan yang berlimpah dan kehidupan yang nyaman. Namun, semuanya telah kacau karena wanita itu!
Ia segera mengedor kamar putrinya.
"Nat, apa yang terjadi?"
Natali jelas merasa sangat senang. Rencananya telah berhasil.
Ia tidak ingin memiliki calon suami yang buta seperti Arsyad. Meskipun Arsyad memang sangat tampan dan gagah, tetapi apa gunanya ketampanan jika pria itu cacat. Ia harus mengurus pria itu seumur hidupnya dan teman - temannya akan merendahkannya karena ia memiliki seorang suami yang buta.
Dengan rencana yang telah disusunnya, ia bisa keluar dari masa depannya yang suram, tanpa terlihat kejam. Malah orang - orang akan bersimpati dan mendukungnya. Setelah itu, ia bisa mencari pria pujaan hatinya sendiri yang gagah, tampan dan tentu saja tidak cacat.
Tetapi, Natali tidak mau disalahkan oleh ayah dan ibunya. Ia harus berpura - pura bahwa ia lah yang telah dikhianati dalam hubungan ini dan mendapatkan simpatik dari semua orang.
Saat ia mendengar ketukan pintu kamarnya, ia segera mencubit tangannya dengan sangat keras hingga air mata mulai mengenang dipelupuk matanya. Ia membuka pintu kamar sambil menangis sejadi - jadinya.
" Ma...Anya..." katanya sambil terbata - bata, langsung memeluk ibunya.
Mendengar nama wanita itu sekali lagi membuat Mona naik pitam. Ia bahkan sama sekali tidak sadar bahwa putrinya sedang berakting dan langsung berkata,
" Tenang saja, mama yang akan memberi pelajaran kepadanya." katanya sambil mengelus kepala putrinya. Mona tidak tahu bahwa putrinya itu sedang tersenyum licik di dalam pelukannnya. Mudah sekali mengelabui ibunya!
" Anya sungguh keterlaluan, ma. Sebenarnya apa salah kita, ma?" katanya sambil menangis sesunggukkan. " Dulu Anya pernah mencelakai mama. Sekarang, ia merebut tunangan Nat. Padahal, Nat tidak pernah melakukan apa pun kepadanya."
" Memang sejak dulu, anak itu pembawa sial. Seharusnya ia dibiarkan terlantar saja dijalanan. Apa gunanya kita memberi bantuan dan tempat tinggal kepada anak itu. Pada akhirnya, kita lah yang menderita. Kali ini, mama sendiri yang akan turun tangan dan menghajarnya."
Siasat Natali sungguh luar biasa. Berita mengenai perselingkuhan Arsyad dan Anya sudah menyulut api kemarahan Mona. Natali senghaja mengungkit - ungkit masa lalu untuk membuat ibunya makin terbakar amarah.
Tidak akan ada yang curiga kepadanya. Ia telah menghapus semua bukti - bukti yang ada. Ia jug sudah menutup mulut semua orang yang terlibat. Semua orang akan menyalahkan Anya dan membelanya.
Anya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Saat ini, ia sedang menuju ke rumah Natali, ingin meminta penjelasan atas semua yang telah terjadi. Ia bahkan tidak sempat untuk mengecek ponselnya, apalagi membaca berita.
Perasaannya begitu campur aduk.
Ia merasa bingung dan marah atas apa yang dilakukan Natali kepadanya. Ia juga merasa sakit hati dan kecewa atas penghianatan Natali. Mengapa Natali melakukan ini kepadanya? Apa sebenarnya tujuan Natali?
Selain itu, pikirannya terkadang juga tertuju pada pria yang bersamanya semalam. Siapa sebenarnya pria itu? Mengapa pria itu mengetahui namanya? Apakah pria itu mengenalnya? Tetapi mengapa ia sama sekali tidak mengingat pria itu?
Pemikiran - pemikiran ini membuat kepalanya terasa pening. Untuk sementara ini, ia akan menuntut penjelasan terlebih dahulu pada Natali.
Kakinya terus melangkah dengan cepat dan rumah Natali mulai terlihat, rumah itu tetap terlihat mewah seperti sebelumnya. Rumah yang dulu pernah menjadi tempatnya bernaung, namun tempat itu sudah bukan miliknya lagi.
Dulu, rumah itu adalah istananya, dimana ia adalah putrinya dan ibunya adalah ratunya. Sampai suatu hari, perceraian ibu dan ayahnya membuat mereka harus pergi dari tempat itu.
Pagarnya berwarna hitam, dililit ukiran - ukiran emas yang menambah kemewahannya. Dibalik pagar itu, terdapat mobil - mobil mewah berjejeran dan juga sebuah taman yang indah.
Sekarang, rumah ini ditinggali oleh ayahnya dan juga keluarga barunya. Sementara itu, ia dan ibunya harus tinggal dirumah kecil dan kumuh, sambil memutar otak dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari - hari. Ditambah lagi, sekarang ibunya sedang berada di rumah sakit.
Anya melangkahkan kakinya menuju kerumah masa kecilnya. Melihat wajah yang dikenalnya, satpam rumah itu segera membukakan pintu pagar untuknya. Sudah puluhan tahun silam bekerja dirumah itu sehingga ia mengenal Anya sejak Anya masih kecil." Wah Non Anya, tumben sekali datang ke rumah. Mau cari siapa, Non?" tanya Salim. Wajahnya yang sudah tua dan keriput tersenyum saat melihat Anya.Anya membalas senyuman Salim. " Mau bertemu Natali, pak."Anya tidak sempat bernada - basi dengan Salim. Saat ini pikirannya sedang kalut sehingga ia langsung menuju ke pintu rumah. Belum sampai di depan pintu rumah, seorang wanita paru baya buru - buru menghampiri dan mencegatnya. " Non, jangan masuk dulu. Besok saja kembali lagi. Nyonya sedang marah besar." katanya. Wanita itu adalah pembantu rumah tangga yang sejak kecil ikut merawat Anya sehingga ia menyayangi Anya seperti putrinya sendiri." Memangnya ada apa Bi, Ida?" tanya Anya dengan kebingungan." Itu, Non....
Arsyad sedang duduk di sebuah kursi kantor yang mewah, memimpin sebuah rapat yang tengah berjalan. Layar di hadapannya menunjukkan presentasi para karyawannya mengenai strategi marketin yang akan mereka galang bulan depan. Kacamata hitam tidak pernah meninggalkan wajahnya meskipun ia sedang berada di dalam ruangan.Rapat sudah berlangsung selama tiga jam dan tidak ada tanda - tanda dari Arsyad untuk menghentikannya. Semua orang yang berada di ruangan tersebut merasa sangat lelah, tetapi tidak ada satu orang pun yang berani mengeluh di hadapan atasannya.Semua orang yang berada di ruangan itu sadar bahwa suasana hati bos mereka sedang tidak baik. Mereka semua mengenal Arsyad sebagai sosok atasan yang sangat tegas dan kejam. Arsyad menuntut performa terbaik dari para karyawannya dan akan memberikan imbalan yang setimpal dengan hasil kerja mereka. Tetapi ia juga tidak segan untuk memecat karyawannya yang tidak hormat jika mereka melakukan kesalahan atau tidak tidak bisa m
Anya membuka pintu rumahnya dengan sangat kelelahan, hari ini benar - benar hari yang panjang untuknya.Ia terbangun dari tidurnya dan menemukan dirinya berada dikamar hotel mewah yang tak dikenalnya. Ditambah lagi, ia bersama dengan seorang pria asing semalaman.Entah apa yang telah terjadi kemarin malam. Ingatannya terlalu kabur untuk mengingat kembali malam kemarin. Yang ia tahu pasti, ia telah kehilangan kesuciannya yang telah ia jaga baik - baik selama dua puluh tahun untuk calon suaminya di masa depan.Kejadian ini membuatnya sangat sakit hati dan kecewa. Ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga untuknya.Kenyataan menjadi lebih buruk ketika ia mengetahui bahwa pria yang bersamanya adalah tunangan Natali, Arsyad Atmajaya. Ia tidur bersama dengan tunangan Natali, tunangan saudara tirinya sendiri.Pria itu dikenal sebagai seorang tiran, pria yang kejam dan tidak berbelas kasihan sedikit pun. Semua orang menyebutnya sebagai
Ini hari pertama Anya bekerja di restoran, pagi - pagi sekali Anya bersiap - siap untuk bekerja. Karena tempat pekerjaan dari rumahnya agak jauh, sekitaran jam setengah enam Anya berangkat dan sampai pada jam enam pas.Anya bergegas pergi berjalan kaki menuju tempat kerjanya. Sesampainya disana, suasana restoran masih sepi, restoran pun belum dibuka oleh satpam yang biasa berjaga di sana.Mungkin Anya terlalu bersemangat untuk bekerja. Anya menunggu sekitar lima belas menit, tiba - tiba satpam yang berjaga direstoran itu membukakan pintu restoran." Selamat pagi pak" menyapa satpam itu." Pagi" jawab satpam dengan singkat, lalu pergi meninggalkan Anya.Sebari menunggu karyawan yang lain datang, Anya masuk ke restoran dan langsung membersihkan ruang restoran tersebut. Lima belas menit Anya bersih - bersih karyawan lestoran pun bermunculan.Salah satu karyawan perempuan menghampiri Anya yang sedang membereskan meja tamu."
Ini adalah hari kedua Anya bekerja di restoran. Dia bergegas pergi untuk bekerja, kali ini Anya berangkat jam setengah tujuh, Anya melangkahkan kakinya masuk dan absen.Di lihat semua karyawan sudah berdatangan, dan jam kerja pun berdering, mereka semua mengambil posisi mereka masing - masing dan memulai bekerja.Jam menunjukkan pukul dua belas siang, itu artinya jam makan siang bergantian.Aku dan Ambar makan siang bergantian, Ambar terlebih dahulu makan siang sedangkan aku harus menunggu Ambar terlebih dahulu untuk makan siang. Ambar adalah salah satu pelayan yang satu ship dengan Anya.Di sela - sela pekerjaannya seorang Asisten koki menyuruh aku untuk memberikan makanan yang sudah dihidangkannya kepada tamu yang berada ditempat kosong lima." Antarkan ini kepada tamu kosong lima." ucapnya menyuruh.Anya mengangguk dan langsung memberikannya pada tamu tersebut." In, pak. Silahkan dinikmati." ucapnya." Saya ti
" Maaf, pak. Saya tidak mengenal bapak. Saya tidak mau pergi bersama dengan orang yang tidak dikenal." jawab Anya dengan tegas." Tapi, Nona...." belum sempat Abdi menyelesaikan kalimatnya Anya langsung kembali memotongnya. " Maaf ya, pak." katanya sambil berusaha untuk menutup pintu dan mengusir abdi secara halus.Abdi tahu bahwa ia tidak bisa memaksa Anya untuk ikut dengannya. Bagaimana pun juga, wajar saja jika seorang wanita bersikap waspada. Tidak seharusnya ia mengikuti pria tidak dikenal secara sembarangan.Namun Abdi juga tidak bisa pulang dengan tangan kosong. Ia segera menghentikan Anya sebelum pintu rumah tersebut ditutup, " Nona, tuan Arsyad meninggalkan kartu namanya untuk anda. Anda bisa menghubungi jika anda berubah pikiran." katanya sambil menyerahkan selembar kartu nama pada Anya.Anya merasa lega karena pria paruh baya di hadapannya ini tidak memaksanya untuk ikut bersama dengannya. Ia menerima kartu nama yang diberikan ole
Anya menatap gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Gedung itu terlihat sangat modern dan mewah. Ia merasa tidak pantas berada di sana.Atmajaya Group.Tulisan besar itu terpampang di bagian atas gedung, menandakan bahwa seluruh gedung itu merupakan milik keuarga Atmajaya.Semua orang yang keluar masuk dari tempat itu tampak sangat rapi. Para pria yang berlalu - lalang ditempat tersebut menggenakan jas atau kemeja lengan panjang dengan sepatu pentofel yang telah di poles hingga mengkilat. Sementara para wanita menggenakan gaun formal yang terlihat mahal dan sepatu hak tinggi yang membuat mereka tampak lebih anggun dan dermawan.Anya melihat penampilannya saat ini dari pantulan kaca gedung tersebut. Ia hanya mengenakan kaos biasa dengan celana jeans dan juga sepatu keds. Penampilannya benar - benar tidak sesuai dengan tempat yang ia datangi kali ini. Tetapi ia tidak peduli, satu - satunya yang ia pikirkan saat ini hanyalah biaya rumah sa
Hanya Anya dan Arsyad yang sedang berada di dalam lift. Itu karena mereka menggunakan lift pribadi milik Arsyad. Lift itu tidak bisa digunakan oleh sembarang orang. Hanya beberapa orang saja yang memiliki akses menuju lift tersebut, seperti Haris, asisten kantor Arsyad dan Abdi.Suasana di lift itu terasa sangat canggung. Atau lebih tepatnya, hanya Anya yang merasa seperti itu. Sesekali ia mencuri - curi pandang ke arah Arsyad, berharap pria itu akan memecah keheningan di antara mereka.Sayangnya, Arsyad tidak mengatakan apapun. Ia memandang lurus ke depan sambil menanti lift itu tiba di lantainya. Dibalik kacamatanya yang hitam, ia bisa melihat Anya yang terus menerus bergerak karena gelisah. Bibirnya sedikit melengkung, membentuk senyum tipis, ketika melihat gerak - gerik wanita di sampingnya itu.Hari ini, rambut hitam Anya yang biasanya bergerai tampak di kuncir satu, membuatnya terlihat lebih muda. Terkadang, tangannya menyisir anak - anak ram
Abdi sudah bersiap di depan mobil untuk menyambut kedatangan Anya. Saat sosok majikannya terlihat, pria paru baya itu langsung membukakan pintu untuknya." Nyonya saya di perintahkan tuan untuk mengantar anda" kata abdi." Terima kasih, pak. Panggil saya Anya saja," kata Anya sambil memasuki mobil dan berpamitan pada Hana. Abdi bisa mendengar apa yang telah di katakan oleh Anya, tetapi ia tidak terbiasa bersikap tidak formal pada majikannya sehingga ia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apapun.Sebelum menemui ayahnya, Anya memutuskan untuk mengunjungi ibunya di rumah sakit terlebih dahulu. Ia ingin melihat kondisi ibunya dan ingin mencari tahu apakah seluruh administrasi rumah sakit ibunya benar - benar sudah dilunasi oleh Arsyad.Kakinya melangkah menuju ruang ICU, ruang yang sangat di kenalnya. Ia melihat ibunya masih terbaring koma. Anya hanya bisa memandangnya dari balik jendela kaca transparan. Matanya memerah saat menatap mata ibuny
"Hallo..." jawab Anya saaat mengangkat telepon itu. "Anya, apakah kita bisa bertemu? Ada hal yang ingin ayah bicarakan," kata Deny. Bahkan pria itu tidak menanyakan bagaimana kabar Anya setelah sekian lama mereka tidak bertemu dan mengobrol. "Ada apa?" tanya Anya. ia merasa aneh tiba - tiba saja ayahnya ingin bertemu dengannnya. Namun, dari bicara pria itu, Anya tahu bahwa ayahnya mencarinya bukan karena rindu dan ingin bertemu. " Ayah akan menunggumu di cafe, akan ayah kirimkan lokasinya padamu." kata Deny dan kemudian ia langsung menutup teleponnya. Bahkan pria itu tidak memberikan kesempatan bagi Anya untuk menjawabnya, Anya belum sempat berkata apapun. Ia tidak sempat menjawab, apalagi mengatakan ia bersedia atau tidak menemui pria itu. Setelah panggilan itu terputus, Anya menghela napas dengan kecewa. Seharusnya ia tidak sekecewa ini. Seharusnya ia sudah tahu bahwa ayahnya itu tidak mencarinya karena rindu padan
Anya menghabiskan cukup banyak waktu di kamar mandi. Berusaha menghindar dari Arsyad. Ia mengenakkan salah satu baju terusannya yang masih cukup bagus dan memoles wajahnya dengan sedikit make up. Setidaknya, ia harus tampil lebih rapi karena sekarang ia telah menjadi seorang istri.Setelah selesai bersiap, ia segera menuju ke ruang makan, menemukan Arsyad sudah duduk di meja tersebut dengan pakaian yang rapi meskipun Anya telah menguasai kamar mandi utama selama sekitar satu jam hari ini. Sepertinya, pria itu menggunakan kamar mandi lain. Namun, alih - alih terlihat kesal, senyum tipis terlihat di wajah pria itu saat ia berbicang - bincang dengan Haris dan Hana. Sepertinya suasana hati pria itu sedang baik hari ini.Dari kejauhan, Anya mengamati Arsyad. Pria itu memakai pakaian gelap seperti biasa. Kemejanya berwarna abu-abu gelap, sementara sebuah jas hitam tersampir dengan rapi di belakang kursinya. Rambutnya sudah di tata dengan rapi dan kacamata hitam
Ciuman mereka menjadi semakin bergairah. Bibir mereka tak terpisahkan, pada saat Arsyad menuntun tubuh Anya menuju ke tempat tidur sekali pun. Ia meletakkan tubuh Anya di atas tempat tidur dengan sangat lembut, seolah wanita itu adalah permata yang mudah retak.Tubuhnya berada di atas tubuh Anya, menguncinya dan tidak memberikan ruang untuk bergerak.Anya mulai merasakan bimbang. Ia sedang mencium pria yang tidak ia cintai! Apakah ia melakukan hal yang benar?Tidak seharusnya ia melakukan hal seperti ini dengan pria yang tidak dicintainya. Tetap mereka adalah suami istri. Apakah ia harus menolak? Atau ia harus menyerahkan dirinya begitu saja?Tetapi ciuman - ciuman lembut Arsyad juga membuatnya terhanyut dalam rasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, seolah mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.Arsyad tidak sempat memikirkan kegelisahan Anya, ia terlalu tenggelam dalam gairahnya sendiri sehingga ia terus mencumbu
Setelah berkeliling, Hana kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Anya memutuskan untuk menghabiskan waktu dan berjalan - jalan di taman bunga iris, di depan rumah barunya.Tadi ia hanya bisa melihat taman bunga itu sekilas dari mobil, ternyata aslinya jauh lebih indah dari pada yang ia bayangkan. Taman bunga itu begitu besar dan di bagian tengahnya terdapat sebuah rumah kaca. Ketika ia memasuki rumah kaca tersebut, ia tidak bisa mempercayai matanya sendiri. Rumah kaca itu jauh lebih indah dibandingkan taman bunga iris di depannya.Berbagai macam jenis bunga dengan warna yang beragam tumbuh di sana. Sebuah kursi ayun putih yang di lilit dengan tanaman salur membuat tempat itu seperti berasal dari negeri dongeng. Tempat ini adalah tempat favoritnya di rumah, tempat persembunyiannya.Saat ia sedang mengelilingi rumah kaca tersebut dan memperhatikan setiap tanaman yang ada di dalamnya, salah seorang pelayan yang masih cukup muda mendekati
Setelah setengah jam perjalanan, mobil mereka mulai memasuki sebuah kawasan perumahan elite. Namun, mereka tidak berhenti di salah satu rumah di kawasan tersebut. Mobil mereka terus berjalan, memasuki bagian dalam perumahan menuju ke daerah yang cukup terpencil. Mobil mereka terus berjalan sampai tiba di sebuah gerbang besar yang sangat indah. Gerbang itu tidak dijaga dengan ketat, hanya ada sebuah CCTV di salah satu sisinya.Pintu gerbang itu tiba - tiba saja terbuka secara otomatis setelah mobil Arsyad berhenti dihadapannya, membiarkan mobil mewah itu berjalan masuk.Mereka masih harus melewati sebuah jalan yang panjang selama 15 menit, sehingga sebuah rumah yang luar biasa besar dan mewah terpampang dihadapannya. Tatapannya tampak menerawang seolah ia berada di tengah - tengah surga yang di penuhi dengan bunga - bunga.Arsyad yang sebelumnya memejamkan matanya langsung terbangun. Ia menatap wanita yang disampingnya dengan lembut.Anya seo
Begitu lift mereka tiba di lobby, Arsyad dan Anya langsung melangkah keluar. Semua orang di lobby langsung menghentikan apa pun yang sedang mereka kerjakan dan langsung memberi hormat pada Arsyad.Anya merasa canggung saat melihat semua orang menunduk ke arahnya. Walaupun orang - orang itu tidak memberi hormat padanya, saat ini ia berjalan bersama Arsyad sehingga ia juga menjadi pusat perhatian semua orang.Saaat ia melirik ke arah resepsionis, wanita yang tadi menolak kedatangannya sudah tidak ada. Anya tidak tahu bahwa resepsionis itu telah kehilangan pekerjaannya karena tidak bersikap sopan kepadanya.Saat ini ia sedang memandang ke arah meja resepsionis, seorang pria bergegas menghampiri Arsyad. Wajah pria itu tampan dengan kacamata minus di matanya. Membuatnya terlihat pintar. Ia terlihat sangat rapi dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, tidak ada satu helai rambut pun yang keluar dari tatanannnya. Tubuhnya tinggi semapai, hingga hampir meny
Apa aku harus menikah dengan pria ini?Ini adalah pertemuan kedua antara Anya dan Arsyad. Mereka tidak saling mengenal dan tidak pernah bertemu sebelumnya. Bisa dibilang mereka berdua adalah orang asing..Anya tidak tahu apa pun mengenai Arsyad, ia tidak tahu latar belakangnya. Tidak tahu mengenai keluarganya dan mengenai pria itu sendiri. Ia hanya sedikit tahu bahwa ia adalah orang yang sadis dan kejam itu pun dia mengetahui dari internet, jadi dia sedikit waspada pada Arsyad. Bagaimana jika Arsyad bukan pria baik - baik?Arsyad menatap lurus kepada Anya, tetapi tidak Ada satu kata pun terucap dari bibirnya. Mulutnya tertutup rapat seolah ia tidak ingin memberi tahu Anya apa yang direncanakannya.Apa mungkin Arsyad ingin membalas dendam pada Natali karena tunangannya itu telah mengkhianatinya? Itu kah sebabnya Arsyad mau menggunakanya sebagai senjata untuk membuat Natali merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan?Sebenarnya,
" Menikahlah denganku."Anya menatap Arsyad dengan mulut menganga. Ia yakin telinganya sedang bermasalah. Atau mungkin ia sedang berhalusinasi? Sepertinya hari ini ia terlalu kelelahan sehingga otaknya sedang tidak beres. Mana mungkin Arsyad melamarnya?Ia menggaruk garuk kepalanya walaupun kepalanya itu tidak gatal. Ia merasa sedikit bodoh, berpikir bahwa pria yang tampan, super kaya dan misterius ini melamarnya.Arsyad memperhatikan setiap gerakan Anya. Menantikan reaksi dari wanita itu. Namun, sepertinya Anya tidak mendengar apa yang ia katakan, atau mungkin ia tidak bisa mempercayai apa yang di dengarnya. Oleh karena itu, Arsyad memutuskan untuk memperjelasnya sekali lagi." Menikahlah denganku dan aku akan membantumu." kata Arsyad untuk kedua kalinya.Baru pada saat itu lah Anya menyadari bahwa tidak salah dengar, Arsyad memang benar - benar melamarnya!" Tapi....tapi..." Anya tergagap. Ia tidak menyangka bahwa hal s