Hujan tiba-tiba turun dengan deras nya...
Rencana untuk memasang api unggun dan memasak ubi gagal sudah. Raline terlihat cemberut di dalam tenda, sedangkan Tristan sedang menutup Tenda yang Resletingnya sedari tadi macet.
"Akhirnya..." Kelegaan keluar dari mulut Tristan
Tristan mendekati istrinya yang sedang duduk dengan wajah cemberutnya.
"Semoga cepat reda" Gumam Tristan, ia kemudian memeluk Raline.
Terdengar Raline menghela nafas panjang,ia sudah memiliki Rencana untuk melihat bintang di malam Hari nanti. Tetapi melihat hujan yang sangat deras, tiba-tiba ia putus asa untuk bisa melihat bintang-bintang itu.
"Tristan aku bosan" Gumam Raline sembari memeluk Manja pada suaminya.
"Apa kita lanjutkan saja yang semalam?" Ucap Tristan.
Raline tersentak..
Ia terdiam...
Kemudian ia pukul dengan pelan dada suaminya.
"Ini di luar!" Celetuk Raline.
Tristan tertawa terbahak-bahak,ia hanya bercanda untuk membuat
Suara Kicauan burung...Embun pagi membasahi setiap Helai dedaunan yang ada di pepohonan ini.Rumput yang sedari malam di guyur hujan masih tampak lembab dan basah.Udara dingin khas pegunungan terasa menusuk di kulit tubuh Raline. Ia terus mendekap suaminya yang sedang memeluk nya dengan erat.Sejak kemarin sore hingga pagi ini, Mereka hanya berada di dalam tenda berwarna merah ini. Bermain kartu bersama suami atau sesekali bersikap manja hal itulah yang Raline lakukan hingga membuat tubuhnya kelelahan hingga enggan untuk bangun."Hmmmm..."Raline Menggeliat di dalam pelukan Tristan.Mata Tristan terbuka,ia melihat Tingkah Istrinya yang seperti tidak ingin berpisah darinya walau sedetik pun.Dilihatnya Jam tangan di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 6 Pagi. Tristan ingat ada Danau didekat sini, ia ingin mengajak Raline untuk kesana dan melihat pemandangan yang luar biasa indah."Sayang.."Gumam Tristan sembari
Cahaya lampu menyilaukan pandangan Raline. Baru saja matanya terbuka setelah hampir lima menit pingsan.Suara Tristan tampak panik berbicara dengan seseorang orang di ponselnya. Sedangkan om Reinald bersama dengan Tristan mendengarkan pembicaraan penting tersebut.Tristan bergegas mendekati Raline yang baru saja bangun. Di genggam nya tangan istrinya ini. Lalu ia kecup keningnya."Tristan ayo kita kembali ke Jakarta" Gumam Raline yang sudah duduk.Tristan menatap wajah Pucat istrinya,ia sebenarnya tidak ingin mengajak Raline pulang dalam keadaan seperti ini. Tetapi, kondisi mertua laki-lakinya sekarang sedang kritis. Mereka harus segera tiba di Jakarta secepatnya."Baiklah, ayo hati-hati"Ucap Tristan sembari Memapah Raline yang masih dalam keadaan lemas.Ok Reinald bergegas membantu Tristan. Ia akan ikut ke Jakarta bersama dengan sopirnya yang sudah berada di luar. Sedangkan Tristan akan menyetir sendiri ke Jakarta bersama dengan Ralin
"Bukannya Operasi Ayah sukses di Amerika" Raut wajah Raline tampak sangat serius.Dokter Victor memberikan beberapa dokumen laporan medis yang sebelumya sudah ia perlihatkan kepada Ibu tiri Raline Yaitu kanaya.Raline membaca dengan seksama setiap informasi yang ada pada laporan medis ini."Lalu apa penyebab kambuhnya penyakit Jantung ayah?" Tanya Tristan sembari meletakkan Laporan medis yang juga sudah ia baca."Seperti hasil pada CT Scan dan laporan Medis yang sudah kalian baca,Pada pembulu darah di jantung Bapak Darmawan kembali mengalami penyempitan. Itu sudah terjadi selama beberapa bulan kebelakang" Ucap Dokter Victor.Raline terdiam..Sebelumnya Dokter tidak pernah menyebutkan bahwa Jantung Ayahnya kembali mengalami masalah."Tapi Ayah tidak pernah memberitahukan hal ini" Gumam Raline yang terlihat terkejut.Lelaki yang sedang mengenakan Jubah putih ini memperbaiki posisi duduknya,ia memberikan surat yang diberikan oleh
Cekrekk.. Pintu kamar terbuka.. Raline langsung merebahkan dirinya di kasur. Tristan masih berada di lantai bawah, suaminya itu sedang berbincang dengan kuasa hukum keluarga dan juga Pak Anton. Belum sempat berganti pakaian, Raline sudah memejamkan matanya dan tertidur Selang beberapa menit kemudian.. Tristan masuk ke dalam kamar,ia langsung menghampiri istrinya yang sudah tertidur. Tangan nya mengelus pipi chubby istrinya ini. Lalu ia kecup kening Raline. Ia beranjak untuk mengambil Gaun tidur Raline di lemari. Krakk.. Pintu lemari terbuka.. Diambilnya gaun tidur berwarna putih, lalu ia letakkan diatas kasur. Tristan Kemudian mendekati Raline, seperti yang sudah-sudah ia sering menggantikan Pakaian istrinya jika Raline sudah jatuh tertidur. Dengan pelan Tristan menarik Resleting yang berada di punggung Raline. Sreettt.. Dengan hati-hati ia tarik resleting ini. Set
Raline menatap Tristan yang tampak bersikap aneh."Kenapa tiba-tiba sekali?"Tanya Raline bingung.Tristan mengambil baju ganti untuk Raline. Ia buka Gaun tidur Raline lalu ia Pakaikan Gaun panjang berwarna merah muda berlengan panjang untuk istrinya."Aku hanya ingin berdua saja dengan istri tercinta ku" Gumam Tristan Setelah berhasil memakaikan gaun ini.Raline tampak menahan senyumnya..Senyum yang sudah beberapa hari ini hilang karena kesedihan nya."ini belum ditarik" Gumam Raline memperlihatkan Resleting Gaun yang berada di belakang."Kamu mau punggung ku di lihat lelaki lain"Goda Raline."Siapa yang berani, aku hajar mereka" Celetuk Tristan sembari menarik Resleting Gaun ini.Raline terkekeh mendengar reaksi dari suaminya..Tristan kemudian mengambil Dompet, Ponsel dan juga beberapa dokumen serta tidak lupa surat dari dokter Victor yang belum sempat Mereka baca."Ayo.."Ucap Tristan sembari merai
Air mata Raline terus berlinang Setelah membaca surat yang begitu menyentuh dari Almarhum Ayah.Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur membelakangi Tristan yang tadinya baru saja masuk ke dalam kamar. Ia tidak ingin Tristan melihat tangisannya lagi.Tristan menatap punggung Raline yang sejak beberapa menit lalu membelakanginya nya.Ia tidak ingin mengganggu istrinya ini, ia biar kan saja Raline melampiaskan kesedihannya. dengan masih terus Tristan Awasi dari belakang.*Matahari sudah terbenam..Langit tampak Gelap diluar sana..Tristan beranjak menarik gorden di kamar yang masih terbuka.Ia tarik dengan pelan agar tidak mengganggu tidur istrinya yang baru saja terlelap beberapa menit Lalu.Ia lalu melangkahkan kaki keluar kamar. Tristan beranjak ke dapur untuk membuatkan makan malam, karena sejak tadi ia belum makan apa-apa karena sibuk mengurusi Istri nya.Suara air mendidih terdengar..Tristan sedang
Ruang rapat lantai 10..Raline bersama dengan Anita, sekretaris nya. .Mereka sedang mengadakan pertemuan dengan salah satu pemilik pusat perbelanjaan terbesar di Eropa.Perusahaan DM Company And Coorporation akan bekerja sama dengan perusahaan ini untuk memasarkan produk elektronik mereka di beberapa outlet yang ada di seluruh Eropa.Karena selama ini produk elektronik Perusahaannya hanya di pasar kan di beberapa pusat perbelanjaan yang sudah menjalin kerjasama dengan dengan perusahaan nya.Hal ini Demi mempromosikan produk elektronik mereka lebih luas lagi di pasaran Eropa, untuk itu Raline sebagai direktur utama membuat pertemuan dengan Pimpinan perusahaan ini saat mereka berada di Indonesia.Raline mendengarkan apa saja yang akan menjadi target promosi pusat perbelanjaan ini. Dengan Fokus Raline menatap Layar besar di Ruang rapat dan memperhatikan presentasi dari Direktur operasional perusahaan tersebut.Tiba-tiba saja Raline mera
Kanaya tersenyum menyapa anak tiri dan menantunya ini.Tristan menatap Kanaya dengan tatapan yang dingin,ia sudah tidak bersimpati lagi dengan sahabat kecilnya ini. Saat ia sudah mengetahui obsesi Kanaya terhadap dirinya masih sama seperti 5 tahun yang lalu."Raline bagaimana keadaanmu?" Tanyanya dengan senyum penuh kepalsuan.Kemudian Kanaya menunjukan Rantang berisi makanan yang baru saja ia bawa.Raline membalas sapaan Kanaya dengan senyum tipis. Ia tidak ingin perang dingin lagi dengan Ibu tirinya ini.Tetapi ia belum mengetahui maksud dibalik sikap ramah Kanaya kepadanya.Tristan mengambil Rantang yang ada di tangan kanaya,lalu menyuruh mertua nya ini untuk segera pulang."Kau bisa pulang sekarang,Terimkasih perhatiannya" Ucap Tristan.Kanaya tersenyum,Lalu merangkul Tangan Raline dengan erat."Aku ingin menyuapi anak ku ini" Ucap Kanaya.Raline yang masih terlihat lemas, tidak banyak berbicara.Mereka
Hi, Terimakasih untuk para pembaca My Enemy My Husband,yang sudah mengikuti kisah cinta manis antara Raline dan juga Tristan. Terimakasih juga atas Support nya dengan memberikan bintang dan juga memberikan Review yang membuat saya semakin bersemangat untuk menyelesaikan novel pertama saya di GoodNovel.Semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi dan membuat kalian menghargai akan keberadaan orang-orang terkasih yang selalu berada bersama kalian, selalu mencintai, dan memberikan yang terbaik untuk kalian.Jangan lupa katakan cinta untuk keluarga, pasangan, dan teman-teman kalian.Jika ada pertanyaan, atau hal lain, kalian bisa kirim melalui komentar.Stay terus untuk menunggu novel kedua saya di GoodNovel ^_^Thank you so much,...Nellamuni
Ballroom Hotel, Pukul 11.00.Baru saja prosesi ijab qabul dilaksanakan, Lala dan juga suami nya Roy tengah mengambil gambar dengan buku nikah yang ada di tangan mereka. Mereka saling merangkul dan memeluk dengan mesra hingga membuat Raline terus tersenyum bahagia melihat kedua sahabatnya itu akhirnya di persatukan dalam ikatan pernikahan.Tristan yang berada disamping sang istri,terus menemani dan menggenggam tangan Raline, yang sudah sibuk sejak tadi pagi hingga menjelang siang ini mengurusi setiap persiapan,karena ia tidak mau pernikahan sahabatnya terjadi satu saja kesalahan."Sayang,duduk dulu" Ucap Tristan yang terus menemani Raline berdiri.Mereka lalu duduk di kursi tamu, Tristan dengan cepat berjongkok dan melepaskan sepatu Raline dengan tinggi 3 cm ini."Sudah aku katakan, jangan pakai High heels. lihat kaki kamu jadi bengkak" Gerutu Tristan."Cuma 3 cm sayang" Jawab Raline"Ya tapi kamu yang susah" Gerutu Tristan sembari mem
Di dalam kamar Apartemen, Pukul 20.30.Raline yang sedang bersender di kasur, sedang memegangi ponselnya. Ia sedang merekam video saat Tristan yang tengah memijat telapak kaki nya.“Tristan Handoko, menurut anda siapa wanita paling cantik di dunia?” Tanya Raline dengan terus memegangi ponsel merah nya ini.Tristan terkekeh, ia ambil minyak zaitun di dalam botol yang terletak diatas nakas lalu ia tuangkan di tangannya. Kemudian ia pijatkan dengan lembut di telapak kaki sang istri.“Ehmm,nama nya Raline Putri Darmawan” Jawab Tristan.Raline mencicit senang, ia lalu mendekatkan ponselnya ke wajah sang suami, lalu ia perlihatkan Tristan yang tampak menggemaskan dengan piyama pasangan yang ia beli tadi sore bersama dengan Lala.Raline lalu membalik ponselnya,lalu ia rekam dirinya sendiri.“Ini dia Raline Putri Darmawan” Ucapnya sembari tersenyum malu.Ia rekam kembali suaminya yang sedang memijat
Di dalam Butik Gaun Pengantin,Pukul 13.30. Raline sudah tampak bosan duduk di sofa hitam,tepat di depan ruang ganti calon mempelai perempuan. Ia tidak henti nya menguap, menunggu Lala yang sejak tadi terlalu banyak protes mengenai gaun nya yang kekecilan. Tidak berapa lama,Lala keluar kembali dengan gaun putih yang sudah diperbaiki. Gaun putih berlengan panjang, dengan Garis leher yang memperlihatkan pundak nya. Sahabatnya itu yang sudah cantik, Semakin mempesona dengan gaun pernikahan dengan bahan terbaik yang ditaburi batu swarovski yang sudah di rancang sejak dari empat bulan lalu ini. Dengan mengacungkan ponsel nya,Raline memeperlihatkan Kecantikan Lala melalui panggilan video ini untuk Roy yang sekarang sedang berada di Amerika. Calon suami Lala itu, sedang melakukan perjalanan bisnis sekaligus akan menjemput Nenek nya untuk menghadiri pesta pernikahan mereka yang akan diadakan dua minggu lagi. "Cantik sekali,pengantin ku" Gumam Roy.
"Raline aku akan membunuh mu !!"Pekik Kanaya.Nafas Raline terasa sesak, hampir saja wanita itu mencengkeram lehernya. Beruntung sang suami, bersama dengan Pengawal pribadi mereka terus menjaganya.Teriakan Kanaya tidak terkendali, entah apa yang membuat ia berpikir kalau semua ini adalah salah Raline. Hingga kedua petugas polisi wanita itu,harus mengamankan Kanaya kembali ke dalam mobil."Kamu tidak apa-apa,sayang?"Tanya Tristan.Raline mengangguk,ia hanya terkejut dengan serangan mendadak dari Kanaya.Tidak lama kemudian Tante Debby dan Om Reinald keluar dari rumah ini. Tante Debby langsung memeluk Raline,sedangkan Om Reinald mendekati Tristan untuk mengetahui tentang apa yang sudah terjadi. Tristan menjelaskan semuanya kepada Paman dan Tante nya ini, lalu ia meminta tolong agar Raline segera di bawah ke rumah lama mereka yang tepat berada di sebelah. karena Tristan akan mengurusi Kanaya terlebih dahulu.***Di dalam Rumah Kanaya..
Lala baru saja masuk ke ruang kerja Presiden perusahaan ini, Raline Putri Darmawan. Ia dengan senyuman khas nya mengajak Sahabat tercinta nya ini untuk segera memeriksakan kandungan nya siang hari ini.Raline yang masih memeriksa beberapa dokumen, langsung menghentikan pekerjaannya.Ia melangkahkan kaki untuk mengambil Blazer panjangnya yang tergantung di pengait pakaian yang ada di ruangan ini, lalu ia kenakan ditubuhnya."Ayo" Ucap Lala,langsung merangkul tangan sahabatnya ini.Mereka berjalan menyusuri lantai 30 ini hingga berpapasan dengan Tristan yang sepertinya baru saja akan menuju ke ruang kerja Raline. Untuk kali ini Tristan akan lebih keras kepala, ia akan ikut untuk memeriksakan kandungan istrinya."La,biar aku saja" Ucap Tristan, lalu ia gantikan Lala menggenggam tangan Istrinya.Raline menatap Lala dengan tajam, dengan bahasa rahasia yang hanya diketahui oleh kedua sahabat ini mengisyaratkan bahwa Raline akan memarahinya nanti.
Dua bulan kemudian..Rumah kediaman Keluarga Darmawan, Pukul 07.00Drrt...Drrt..Drrt..Pesan masuk !Raline yang masih tertidur diatas kasur empuknya, terbangun lalu ia buka pesan yang biasanya dari sang suami yang selalu membangunkannya di pagi hari. Walaupun pesan-pesan yang dikirimkan Tristan tidan pernah ia balas, Raline selalu rutin membaca pesan masuk itu."Good morning, Sayang. Aku hari ini bingung akan memakai Jas yang mana" Pesan masuk dari Tristan.Drrt..Pesan masuk kembali !Tristan mengirimkan foto beberapa Jas yang sudah ia letakkan di atas ranjang besar di kamar Apartemen mereka."Yang Biru malam" Gumam Raline, tanpa ia balas pesan tersebut.Setelah menerima pesan dari sang suami, biasanya ia akan bersemangat untuk mengawali aktifitas pagi ini. Tidak lama setelah ia terbangun, pelayan mengetuk pintu kamarnya."Masuk"Sahut Raline yang masih duduk di atas Ranjang besarnya.Pelayan ini me
Tidak berapa lama setelah itu, Lala mendatangi Tristan dan Raline yang sudah berada di ruangan rawat inap VIP.Pintu Kamar ini ia buka, lalu ia melangkahkan kaki untuk melihat Raline. Tapi, saat ia sudah masuk ke dalam ruangan ini ada pemandangan yang membuatnya harus menarik nafas dalam-dalam. Di lihatnya Raline terus menangis, dan meminta Tristan untuk keluar dari Kamar ini."Aku tidak mau melihat mu Tristan !" Pekik Raline sembari menangis terisak-isak.Tristan terus menjauh dari Istrinya, tetapi kakinya tidak berani melangkah untuk meninggalkan Raline di ruangan ini sendiri. Hingga Lala mendekati Raline yang sedang memarahi suaminya itu. Lala spontan memeluk tubuh Raline dengan erat, ia tenangkan Sahabatnya ini."Line, tenang..Tenang Sweety"Gumam Lala sembari mengusap kepala Raline.Raline semakin menjadi menangis dalam pelukkan Lala, Tristan yang melihat Istrinya yang sedari tadi menangis tanpa sadar meneteskan air mata."La, Ayah menin
Tristan berjalan dengan terburu-buru sembari menggendong tubuh Raline dalam dekapan nya.Setelah masuk Ke rumah sakit, ia langsung membawa Raline menuju ke Ruangan unit gawat darurat.Tangannya bergetar, jantung nya berdetak dengan kencang, ia terus memikirkan hal terburuk yang akan terjadi kepada Istrinya dan calon bayinya.Sejak di dalam mobil tadi, Raline belum juga sadarkan diri.Setelah masuk ke unit gawat darurat, Tristan langsung merebahkan tubuh Raline di atas kasur rumah sakit. Perawat berdatangan, tidak lama kemudian Dokter yang berjaga datang dan langsung memeriksa keadaan Raline."Anda sebaik nya menunggu di luar" Ucap Perawat dengan seragam putih ini.Tristan melangkahkan kaki nya sedikit menjauh, Kevin yang ikut dengannya mendekati Tristan."Langsung lakukan" Ucap Tristan memberi perintah pada Kevin.Kevin segera pergi setelah Tristan Perintahkan, sedangkan Tristan terus gelisah menunggu hasil pemeriksaan is