Brak..!!!
Suara Pintu terhempas saat kedua tubuh ini sedang melampiaskan gairah cinta mereka.
Bibir Tristan terus menaut dalam. yang hampir menelusuk ke rongga mulut istrinya. Ia terus melumat dengan peuh hasrat, Bibir indah nan lembut ini.
kaki mereka melangkah dengan tidak beraturan,masih terus sibuk dengan gairah yang terus saja bergejolak.
Tristan terus melumat bibir ini,sembari melepaskan kemeja yang hampir saja ia robek karena terlalu mengganggu kesenangannya.
Tangan Raline bergerak menelusup ke kemeja putih yang hampir terbuka sempurna, kemudian Tristan meraih tubuh Raline untuk terus di dalam rengkuhannya.
Terdengar deru nafas yang ingin segera di lumat kembali..
Tristan membuka Kemejanya dan melemparkan asal. Ia kemudian mencumbu kembali bibir Lembut Raline.
Di ia hentikan sejenak,ia ingin melihat sesuatu yang indah ada di balik gaun berwarna ungu tua ini. Ia tarik dengan perlahan Tali pengikat di gaun indah ini,
TING...Pintu Lift terbuka..Tristan yang sedang menggandeng Raline masuk ke dalam Lift menuju ke Basemen. Raline kemudian merogo tas tangan hitamnya ini. ia ambil sesuatu yang akan ia berikan kepada suaminya."Ini" Ucap Raline sambil mengeluarkan Ponsel hitam milik Tristan."Kamu saja yang pegang,aku sering salah jawab" Gumam Raline sembari tersenyum.Tristan terdiam,saat melihat ponselnya yang semalam menerima panggilan Telpon dari Kanaya."Kenapa diam,ambil ini" Gumam Raline kemudian memasukan Ponsel di saku celana Tristan.Ia kemudian memeluk tubuh suaminya dan bermanja-manja."Tristan aku benar-benar lelah" Gumam Raline sembari mengusap dada kokoh suaminya ini."Apa kita tidak masuk kerja saja?" Tanya Tristan. ia terus mengelus kepala istrinya,yang tampak lelah."Tidak perlu, masih banyak pekerjaan yang belum selesai. aku hanya ingin bermanja-manja dengan suamiku ini" Gumamnya.Pintu Lift terbuka..
"Tadi ayah ke kantor,dia ke ruanganmu tidak?" Tanya Raline.Tristan yang sedang menyantap makanan buatan Bu sital,menjawab dengan mulut yang sudah penuh terisi makanan."iya..tadi" Tristan menjawab sembari mengunyah makananya terus.Raline terkekeh melihat suaminya terlihat sangat lahap menikmati makanan khas indonesia ini."Tadi takut bau pete,sekarang sepertinya semua pete habis di lahap" Gumam Raline meledek.Tristan terus menikmati makanannya,Sesekali Raline membersihkan sisi kanan kiri bibir suaminya ini.Tok..Tok...Tok.."Masuk" Sahut Raline.Anita masuk dengan membawa satu amplop yang sepertinya undangan."Maaf mengganggu ibu dan bapak, ini ada Undangan Dari SMA GEMS" Ucap Anita.Tristan yang sedang melahap makanannya terhenti,lalu ia lihat surat undangan yang sedang di pegang oleh Anita. Diambilnya,lalu Dibukanya surat undangan resmi tersebut.Raline mendekati Tristan yang sedang
Raline sedang merias dirinya. ia memoleskan bedak dengan tipis ke wajah cantiknya. kemudian Bibirnya ia olesi dengan Lipgloss,lalu Rambutnya ia biarkan tergerai dengan Rapi.Beginilah penampilan Raline sewaktu SMA dulu, dengan mengenakan seragam Sekolah. Raline tampak cantik dan polos.Tidak lama kemudian Tristan keluar dari Kamar Mandi, ia masih mengenakan Handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Senyumnya merekah saat melihat istrinya sudah tampak cantik dengan mengenakan Seragam sekolah mereka dulu.Kakinya melangkah mendekati istrinya yang sedang bercermin sembari merapika rambut panjangnya.Jari jemarinya menjalari pinggul Ramping Raline,lalu ia peluk pinggang istrinya dengan erat."Cantik sekali,Raline 17 Tahun"Gumam Tristan.Raline menoleh.."Jadi sekarang tidak cantik?" Gerutu Raline.Senyum simpul Tristan tersemat,saat melihat wajah masam sang istri."Tentu saja masih sangat cantik,bahkan lebih cantik"
Kanaya terus memperhatikan Sepasang Suami Istri yang ada di seberang tempat duduknya.Tristan terlihat sangat memperhatikan Raline, Hingga tidak ia biarkan saus menempel di bibir ranum sang istri.Senyum Raline merekah,saat Tristan mengelus rambut indahnya.Pemandangan itu amat sangat menganggu penglihatan Kanaya. Ia sedang berpikir sekarang apa yang ia sudah lakukan sejauh ini apakah sudah benar atau tidak. Raut keragu-raguan tampak jelas di wajahnya.****3 Tahun lalu..."Saya akan mendaftar dok"Ucap Kanaya kepada Dokter pembimbing nya.Rumah sakit tempat ia magang membuka peluang bagi Semua Perawat untuk bisa menjadi bagian Tim medis ke Amerika.Pada saat itu seorang Pasien penting akan melakukan Operasi besar pada Jantung nya. Pasien tersebut akan melakukan operasi dengan tim medis rumah sakit Amerika, tetapi meminta Dokter dan Perawat dari Indonesia untuk dapat merawat nya setelah Operasi."Tapi, ini selama 3 Tahun
Raline hanya diam saja sejak pulang dari acara reuni tadi. seperti ada yang mengganggu beban pikirannya.Tristan yang Baru saja masuk ke dalam kamar mendekati Raline yang sedang terbaring diatas Ranjang.Mata Raline tertutup, tetapi dia bukan sedang tidur. dia hanya ingin menghindari pertanyaan Tristan.Tristan mengecup kening istrinya kemudian ia matikan lampu diatas Nakas,lalu ia rebahkan tubuhnya sembari memeluk pinggang Raline yang sedang tertidur.Tidak berapa lama,Raline membuka matanya.Ia masih kepikiran dengan kejadian tadi saat Kanaya mengungkapkan bahwa cinta pertamanya adalah Tristan.Selain memikirkan Tristan,ia masih terus berpikir mengenai Ayahnya yang tidak lain adalah suami dari Kanaya.Tubuhnya yang awalnya membelakangi Tristan, berbalik. Raline Kemudian menatap wajah Tristan yang sudah lelap tertidur. Disentuh nya perlahan setiap bagian Suaminya ini."Aku harap yang ada dipikiranku tidaklah benar"Gumam
Raline terus memegang Cincin yang baru saja tersemat di jari manis tangan sebelah kirinya.Tubuhnya yang polos Hanya ditutupi selimut Putih tebal. Baru saja ia dan Tristan meluapkan Gairah cinta mereka diatas Ranjang besar ini."Tristan, tubuh ku sakit semua"Gerutu Raline yang mengeluh Kepada suaminya ini.Tristan tertawa kecil, ia paham betul betapa bersemangat nya tubuhnya tadi saat menikmati setiap jengkal tubuh indah istrinya ini.Tristan memposisikan dirinya untuk duduk,ia mulai mengangkat tubuh Raline yang masih berbaring."Sini aku pijat"GumamnyaTristan meletakkan Kedua tangan nya di pundak Raline. Lalu ia pijat dengan lembut. Bukannya merasa lebih baik, Raline malah tertawa geli saat Pijatan itu seperti Menggelitik pundaknya."HAhhahhahah..."Raline terus tertawa.Tristan melanjutkan pijatannya terus ke tubuh bagian bawah Istrinya ini."Kenapa kamu menggelitik perut ku"Raline Menggeliat kegelian.Tristan t
Mobil sport putih ini terus melaju di jalanan lurus. Raline sudah mulai nyaman memegang setir mobil baru ini. Tidak luput dari perhatian Tristan, ia terus memperhatikan Istrinya yang sesekali menambah kecepatannya."Sayang, jaga jarak aman" Ucap Tristan saat Raline menginjak pedal gasnya lebih dalam. Raline mematuhi apa yang diucapkan suaminya, ia tidak ingin nanti di larang mengemudi kembali.Terdapat Hamparan rumput disepanjang Jalan yang mereka lewati.Tidak luput dari pandangan Raline juga sesekali melihat pohon-pohon pinus disepanjang jalan menuju tempat wisata yang mereka tuju.perjalanan menuju bumi perkemahan yang ada di kota yang sejuk ini sebentar lagi sampai."Belok kiri" Ucap Tristan.Raline yang sudah lama tidak berkunjung ke bandung terlihat sedikit lupa dengan jalanan kota ini.Di Setirnya dengan lihai menuruti rute yang disebutkan Oleh Tristan. Hingga mereka berhenti di lahan luas yang terkenal akan pemandangannya yang
Hujan tiba-tiba turun dengan deras nya...Rencana untuk memasang api unggun dan memasak ubi gagal sudah. Raline terlihat cemberut di dalam tenda, sedangkan Tristan sedang menutup Tenda yang Resletingnya sedari tadi macet."Akhirnya..." Kelegaan keluar dari mulut TristanTristan mendekati istrinya yang sedang duduk dengan wajah cemberutnya."Semoga cepat reda" Gumam Tristan, ia kemudian memeluk Raline.Terdengar Raline menghela nafas panjang,ia sudah memiliki Rencana untuk melihat bintang di malam Hari nanti. Tetapi melihat hujan yang sangat deras, tiba-tiba ia putus asa untuk bisa melihat bintang-bintang itu."Tristan aku bosan" Gumam Raline sembari memeluk Manja pada suaminya."Apa kita lanjutkan saja yang semalam?" Ucap Tristan.Raline tersentak..Ia terdiam...Kemudian ia pukul dengan pelan dada suaminya."Ini di luar!" Celetuk Raline.Tristan tertawa terbahak-bahak,ia hanya bercanda untuk membuat
Hi, Terimakasih untuk para pembaca My Enemy My Husband,yang sudah mengikuti kisah cinta manis antara Raline dan juga Tristan. Terimakasih juga atas Support nya dengan memberikan bintang dan juga memberikan Review yang membuat saya semakin bersemangat untuk menyelesaikan novel pertama saya di GoodNovel.Semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi dan membuat kalian menghargai akan keberadaan orang-orang terkasih yang selalu berada bersama kalian, selalu mencintai, dan memberikan yang terbaik untuk kalian.Jangan lupa katakan cinta untuk keluarga, pasangan, dan teman-teman kalian.Jika ada pertanyaan, atau hal lain, kalian bisa kirim melalui komentar.Stay terus untuk menunggu novel kedua saya di GoodNovel ^_^Thank you so much,...Nellamuni
Ballroom Hotel, Pukul 11.00.Baru saja prosesi ijab qabul dilaksanakan, Lala dan juga suami nya Roy tengah mengambil gambar dengan buku nikah yang ada di tangan mereka. Mereka saling merangkul dan memeluk dengan mesra hingga membuat Raline terus tersenyum bahagia melihat kedua sahabatnya itu akhirnya di persatukan dalam ikatan pernikahan.Tristan yang berada disamping sang istri,terus menemani dan menggenggam tangan Raline, yang sudah sibuk sejak tadi pagi hingga menjelang siang ini mengurusi setiap persiapan,karena ia tidak mau pernikahan sahabatnya terjadi satu saja kesalahan."Sayang,duduk dulu" Ucap Tristan yang terus menemani Raline berdiri.Mereka lalu duduk di kursi tamu, Tristan dengan cepat berjongkok dan melepaskan sepatu Raline dengan tinggi 3 cm ini."Sudah aku katakan, jangan pakai High heels. lihat kaki kamu jadi bengkak" Gerutu Tristan."Cuma 3 cm sayang" Jawab Raline"Ya tapi kamu yang susah" Gerutu Tristan sembari mem
Di dalam kamar Apartemen, Pukul 20.30.Raline yang sedang bersender di kasur, sedang memegangi ponselnya. Ia sedang merekam video saat Tristan yang tengah memijat telapak kaki nya.“Tristan Handoko, menurut anda siapa wanita paling cantik di dunia?” Tanya Raline dengan terus memegangi ponsel merah nya ini.Tristan terkekeh, ia ambil minyak zaitun di dalam botol yang terletak diatas nakas lalu ia tuangkan di tangannya. Kemudian ia pijatkan dengan lembut di telapak kaki sang istri.“Ehmm,nama nya Raline Putri Darmawan” Jawab Tristan.Raline mencicit senang, ia lalu mendekatkan ponselnya ke wajah sang suami, lalu ia perlihatkan Tristan yang tampak menggemaskan dengan piyama pasangan yang ia beli tadi sore bersama dengan Lala.Raline lalu membalik ponselnya,lalu ia rekam dirinya sendiri.“Ini dia Raline Putri Darmawan” Ucapnya sembari tersenyum malu.Ia rekam kembali suaminya yang sedang memijat
Di dalam Butik Gaun Pengantin,Pukul 13.30. Raline sudah tampak bosan duduk di sofa hitam,tepat di depan ruang ganti calon mempelai perempuan. Ia tidak henti nya menguap, menunggu Lala yang sejak tadi terlalu banyak protes mengenai gaun nya yang kekecilan. Tidak berapa lama,Lala keluar kembali dengan gaun putih yang sudah diperbaiki. Gaun putih berlengan panjang, dengan Garis leher yang memperlihatkan pundak nya. Sahabatnya itu yang sudah cantik, Semakin mempesona dengan gaun pernikahan dengan bahan terbaik yang ditaburi batu swarovski yang sudah di rancang sejak dari empat bulan lalu ini. Dengan mengacungkan ponsel nya,Raline memeperlihatkan Kecantikan Lala melalui panggilan video ini untuk Roy yang sekarang sedang berada di Amerika. Calon suami Lala itu, sedang melakukan perjalanan bisnis sekaligus akan menjemput Nenek nya untuk menghadiri pesta pernikahan mereka yang akan diadakan dua minggu lagi. "Cantik sekali,pengantin ku" Gumam Roy.
"Raline aku akan membunuh mu !!"Pekik Kanaya.Nafas Raline terasa sesak, hampir saja wanita itu mencengkeram lehernya. Beruntung sang suami, bersama dengan Pengawal pribadi mereka terus menjaganya.Teriakan Kanaya tidak terkendali, entah apa yang membuat ia berpikir kalau semua ini adalah salah Raline. Hingga kedua petugas polisi wanita itu,harus mengamankan Kanaya kembali ke dalam mobil."Kamu tidak apa-apa,sayang?"Tanya Tristan.Raline mengangguk,ia hanya terkejut dengan serangan mendadak dari Kanaya.Tidak lama kemudian Tante Debby dan Om Reinald keluar dari rumah ini. Tante Debby langsung memeluk Raline,sedangkan Om Reinald mendekati Tristan untuk mengetahui tentang apa yang sudah terjadi. Tristan menjelaskan semuanya kepada Paman dan Tante nya ini, lalu ia meminta tolong agar Raline segera di bawah ke rumah lama mereka yang tepat berada di sebelah. karena Tristan akan mengurusi Kanaya terlebih dahulu.***Di dalam Rumah Kanaya..
Lala baru saja masuk ke ruang kerja Presiden perusahaan ini, Raline Putri Darmawan. Ia dengan senyuman khas nya mengajak Sahabat tercinta nya ini untuk segera memeriksakan kandungan nya siang hari ini.Raline yang masih memeriksa beberapa dokumen, langsung menghentikan pekerjaannya.Ia melangkahkan kaki untuk mengambil Blazer panjangnya yang tergantung di pengait pakaian yang ada di ruangan ini, lalu ia kenakan ditubuhnya."Ayo" Ucap Lala,langsung merangkul tangan sahabatnya ini.Mereka berjalan menyusuri lantai 30 ini hingga berpapasan dengan Tristan yang sepertinya baru saja akan menuju ke ruang kerja Raline. Untuk kali ini Tristan akan lebih keras kepala, ia akan ikut untuk memeriksakan kandungan istrinya."La,biar aku saja" Ucap Tristan, lalu ia gantikan Lala menggenggam tangan Istrinya.Raline menatap Lala dengan tajam, dengan bahasa rahasia yang hanya diketahui oleh kedua sahabat ini mengisyaratkan bahwa Raline akan memarahinya nanti.
Dua bulan kemudian..Rumah kediaman Keluarga Darmawan, Pukul 07.00Drrt...Drrt..Drrt..Pesan masuk !Raline yang masih tertidur diatas kasur empuknya, terbangun lalu ia buka pesan yang biasanya dari sang suami yang selalu membangunkannya di pagi hari. Walaupun pesan-pesan yang dikirimkan Tristan tidan pernah ia balas, Raline selalu rutin membaca pesan masuk itu."Good morning, Sayang. Aku hari ini bingung akan memakai Jas yang mana" Pesan masuk dari Tristan.Drrt..Pesan masuk kembali !Tristan mengirimkan foto beberapa Jas yang sudah ia letakkan di atas ranjang besar di kamar Apartemen mereka."Yang Biru malam" Gumam Raline, tanpa ia balas pesan tersebut.Setelah menerima pesan dari sang suami, biasanya ia akan bersemangat untuk mengawali aktifitas pagi ini. Tidak lama setelah ia terbangun, pelayan mengetuk pintu kamarnya."Masuk"Sahut Raline yang masih duduk di atas Ranjang besarnya.Pelayan ini me
Tidak berapa lama setelah itu, Lala mendatangi Tristan dan Raline yang sudah berada di ruangan rawat inap VIP.Pintu Kamar ini ia buka, lalu ia melangkahkan kaki untuk melihat Raline. Tapi, saat ia sudah masuk ke dalam ruangan ini ada pemandangan yang membuatnya harus menarik nafas dalam-dalam. Di lihatnya Raline terus menangis, dan meminta Tristan untuk keluar dari Kamar ini."Aku tidak mau melihat mu Tristan !" Pekik Raline sembari menangis terisak-isak.Tristan terus menjauh dari Istrinya, tetapi kakinya tidak berani melangkah untuk meninggalkan Raline di ruangan ini sendiri. Hingga Lala mendekati Raline yang sedang memarahi suaminya itu. Lala spontan memeluk tubuh Raline dengan erat, ia tenangkan Sahabatnya ini."Line, tenang..Tenang Sweety"Gumam Lala sembari mengusap kepala Raline.Raline semakin menjadi menangis dalam pelukkan Lala, Tristan yang melihat Istrinya yang sedari tadi menangis tanpa sadar meneteskan air mata."La, Ayah menin
Tristan berjalan dengan terburu-buru sembari menggendong tubuh Raline dalam dekapan nya.Setelah masuk Ke rumah sakit, ia langsung membawa Raline menuju ke Ruangan unit gawat darurat.Tangannya bergetar, jantung nya berdetak dengan kencang, ia terus memikirkan hal terburuk yang akan terjadi kepada Istrinya dan calon bayinya.Sejak di dalam mobil tadi, Raline belum juga sadarkan diri.Setelah masuk ke unit gawat darurat, Tristan langsung merebahkan tubuh Raline di atas kasur rumah sakit. Perawat berdatangan, tidak lama kemudian Dokter yang berjaga datang dan langsung memeriksa keadaan Raline."Anda sebaik nya menunggu di luar" Ucap Perawat dengan seragam putih ini.Tristan melangkahkan kaki nya sedikit menjauh, Kevin yang ikut dengannya mendekati Tristan."Langsung lakukan" Ucap Tristan memberi perintah pada Kevin.Kevin segera pergi setelah Tristan Perintahkan, sedangkan Tristan terus gelisah menunggu hasil pemeriksaan is