Kendati perih masih menguasai hampir seluruh tubuh, Maia tahu ia harus melakukan serangan balik. Tidak bisa ia bersikap defensif terus-menerus. Ia harus fight!
Dengan sekuat tenaga Maia mencoba bangkit ketika kembali melihat Nikolai memburu untuk melakukan jurus mematikan berikut. Bertelekan ambang dinding Maia kemudian melenting ke udara. Melakukan lompatan salto persis duapuluhan centimeter di atas kepala Nikolai sehingga pria itu hanya dapat memukul angin.
Saat Nikolai berbalik, Maia sudah berada di sana dengan tendangan putarnya. Barang-barang pecah belah dalam seketika jatuh berkeping-keping menimbulkan suara luar biasa berisik ketika Nikolai terhunjam dan menabrak bufet akibat tendangan tadi.
Nikolai merutuk. Bagai monster ganas, ketika ia bangkit kembali, tubuhnya nampak tetap tegar dan kuat. Tapi ia tidak lagi melihat Maia didalam ruangan yang pergi melarikan diri.
Dari derap sepatu yang ia dengar, Nikolai tahu pe
Dunia dan langit tiba-tiba saja menjadi nampak terbalik ketika Maia merasa tubuhnya terbanting. Genangan air hujan menyiprat ketika punggung tubuhnya berbenturan dengan lantai di atap dinding. Bagai macan lapar, Nikolai kembali memburu. Sapuan tendangan ke perut Maia yang baru saja akan bangkit membuat tubuhnya kembali terpental.Nikolai memang benar-benar bukan tandingan yang sepadan. Benar-benar hebat. Maia hanya sepenuhnya bersikap defensif. Bertahan sambil berharap ada celah yang mungkin bisa dimanfaatkan. Masalahnya, sampai kapan ia bisa terus defensif ketika satu per satu bagian tubuhnya sudah amat sulit digerakkan karena nyeri yang ia derita?Maia untuk kesekian kalinya harus ‘terbang’ ketika Nikolai lagi-lagi melakukan bantingan yang membuatnya tersungkur di bawah tiang bendera. Pipa besi yang dijadikan sebagai tiang bendera di atap gedung itu nampaknya lama tidak terpakai. Ini nampak dari bagian pangkal yang nampak berka
Secepat kilat Nikolai merangsak maju dan menghadiahi Dimas dengan sebuah tendangan dengan lututnya. Kendati pengaruh obat membuat kekuatan Nikolai merosot, tendangan keras tadi tak urung membuat Dimas harus terpelanting dan nyaris pingsan. Saat mencoba bangkit, nyeri menyerang tumitnya.Dalam nyeri yang mulai menyengat Nikolai meraung. Gaungnya bagai menyaingi suara petir dan desau angin dan curah hujan yang tetap deras. Sebagian Exeter yang terlanjur merasuk tubuh memang tidak akan cukup kuat untuk membunuhnya. Tapi dalam sepuluh menit kedepan hal ini akan membuat kondisinya merosot drastis. Untuk itu ia tidak memiliki cara lain selain harus sesegera mungkin mengakhiri pertarungan dimana Maia harus terkapar mati dalam kurun waktu itu.Maia nampak sedikit panik saat Nikolai memburu ke arahnya. Ia telah melihat apa yang Dimas lakukan dan mengerti bahwa monster ini pasti akan menggunakan sisa waktu untuk menghabisinya lebih dulu.
Suasana sekitar rumah susun yang sepi membuat Niken nyaris putus asa kemana ia harus pergi mencari pertolongan. Sementara hujan belum juga menurunkan intensitas curahnya, Niken berlari tak tentu arah.Sorot mata sebuah motor tiba-tiba menerjang. Niken memekik. Nyaris saja ia tersambar motor yang melaju cepat dari arah depannya. Ia beruntung karena pengemudi motor cukup sigap untuk segera menggunakan rem belakang dan depan sekaligus untuk menghentikan laju kendaraan roda duanya.Dan Niken lebih merasa beruntung lagi ketika melihat siapa yang ia temui.“Pak Casdi!“Orang yang dipanggil Niken tadi segera turun. Jas hujan yang ia kenakan tersingkap sehingga membuat sebagian tubuhnya kuyup seketika. Ia tak memperdulikan. Melihat seorang anak kecil berhujan-hujan dengan cara demikian, ia tahu persis bahwa sebuah peristiwa yang kurang baik tengah terjadi. Kemungkinan itu berupa sebuah musibah.
Delapan bulan berlalu.Rumah sederhana dengan dinding sebagian dari kayu itu nampak sepi. Tidak begitu sepi sebetulnya karena kalau diperhatikan dengan seksama masih terdengar suara ketikan di papan ketik komputer. Yang melakukannya adalah seorang pria yang mengetik demi mengejar tenggat waktu untuk sebuah karya penulisan. Di dalam kamarnya, sekali-sekali ia melirik jam meja kecil yang diletakkan persis di samping komputer.Jam 2.15.Satu atau dua jam lagi ia harus segera mengirimkan karya tulisnya melalui fasilitas email yang tersambung melalui modem eksternal miliknya. Dikirim ke sebuah alamat penerbit Jakarta, seribuan kilometer dari tempatnya berada saat ini. Semua demi kontrak eksklusif penerbitan buku yang ia tak duga sama sekali begitu membuat pihak penerbit antusias sampai mereka berani memberikan uang muka amat besar bagi dirinya.Pintu di dekatnya tiba-tiba terbuka dan seorang wanita membur
25 tahun sebelumnya. Pada lembah di tepi hutan Selaro, Sumatera Selatan, pertengahan tahun.Siang itu, di areal pinggir hutan, debu nampak bergumpal-gumpal dan sekaligus menyatu dengan kepulan asap hitam sisa pembakaran solar dari sebuah kendaraan berat. Di bawah terik matahari, memang hanya suara derum kendaraan saja yang terdengar karena alat berat itu tengah berada persis di dalam kepungan debu dan asap tadi. Gumpalan-gumpalan tadi begitu pekat menutupi sehingga dengan sempurna menutup seluruh bayangannya.Bak geram puluhan ekor badak, tak lama kemudian, kendaraan tadi bergerak keluar menembus gumpalan debu. Mesinnya meraung-raung beriringan dengan derum gerak rantai roda besi dan dentang baja saat tertumbuk bebatuan jalanan.Sang raksasa besi sedikit berbelok dan kemudian bergerak puluhan meter ke arah sebuah tebing kecil yang dipenuhi dengan pepohonan pakis hutan. Saat kembali menggali, debu dan asap kembali berhamburan. Nyaris tak terlihat dan nyaris pula tak peduli pekatnya gum
Di tengah gelap dan hawa lembab yang terhirup, sebuah pertanyaan menggelitik sanubarinya. Jika tempat yang ia telusuri itu merupakan goa buatan manusia, untuk keperluan apa dibuatnya?Ketika memasuki alur goa yang meliuk, aroma lembab semakin kuat tercium. Lampu senter yang ia bawa bergerak kesana-kemari menyorot ke banyak arah. Seiring makin jauh ia melangkah semakin banyak pula sarang laba-laba yang harus ia sibak. Jelas itu tidak masalah. Adalah masalah besar jika yang muncul adalah ular kobra sebagai salah satu spesies endemik wilayah itu.Ia bergidik. Pemikiran itu membuatnya memutuskan untuk membalik badan dan mencari jalan ke luar goa. Saat membalik badan itulah, sepatu yang ia kenakan menyentuh sesuatu yang menimbulkan suara denting.Alex mengarahkan senter ke bawah dan menemukan sebuah selongsong peluru yang membuatnya yakin bahwa goa itu bukan hanya sekedar bukan bentukan alam namun juga pernah dipakai seseoran
Keingintahuan Alex yang bertambah membuatnya menemukan dua baris tulisan lain yang di-cetak-timbul di bagian dasar tabung. Baris pertama berisi deretan nomor sekitar belasan digit yang mungkin merupakan kode produksinya. Saat nyala senter memerlihatkan tulisan lain terlihat deretan huruf dan angka “Prod.Date: 12/08/”.Kode penulisan itu sangat jamak ia temui dimana-mana. Tak salah lagi, pikirnya, itu merupakan rangkaian dua digit tanggal dan dua digit bulan yang kemungkinan besar merupakan tanggal dan bulan produksi benda tadi. Alex cukup yakin karena setelah itu ada empat digit lain. Ia mulai menggosok bagian yang tertutup dengan debu dan residu minyak demi mengetahui empat digit terakhir. Dan ketika selesai dilakukan, ia terhenyak melihat empat digit terakhirnya.2088.Ini gila, pikirnya. Di antara artefak eks Perang Dunia kedua, bagaimana mungkin ada sebuah benda dengan kode produksi buatan masa depan?
Gumpalan debu dan suara keras menyertai tanah yang tecabik dari lapisan dinding lereng bukit. Hujan material bebatuan berjatuhan dan terhunjam ke bumi ditemani beberapa gelondong kayu. Getaran di permukaan tanah yang terjadi seakan menyerupai gempa berskala 6 richter dan membuat guncangan di badan ekskavator. Batang pohon merbau yang tadi terhempas kini bergerak jatuh nyaris tegak lurus ke arah permukaan bumi. Sempat melayang beberapa detik, pohon yang kini hanya menyisakan batangnya itu serta-merta menghunjam tempat yang belum semenit yang lalu ditempati ekskavator. Ditemani serpihan tanah dan batu, kejatuhannya diiringi sekaligus suara derak kayu yang terpecah yang terdengar memekakkan telinga. Dalam sekejap tempat tadi terkubur longsoran tanah, batu, semak, kerikil, dan pepohonan. Kepulan debu pekat seketika membubung membentuk cendawan raksasa.Di dalam kabin ekskavator yang masih melaju mundur Alex menghembus napas lega. Fiuhhh! Nyaris dirinya mati konyol d