Ji Yeong sudah menerima laporan dari pihak rumah sakit, bergegas dia meminta Kakek Hang dan Anna berkumpul untuk mendiskusikan itu secara langsung, seluruh keluarga Korain di kumpul di rumah tamu utama kecuali Kim Dae Song, bukan tidak menghargai Dae Song, hanya saja Ji Yeong tahu, Dae Song hanya memancing perdebatan yang tidak penting untuk mereka bahas. "Pendonor telah meninggal dunia, pihak ruang sakit bersiap mengangkat paru-parunya untuk melanjutkan transplantasi kepada Tuan Kim Dae Jung," Ucap Ji Yeong. Suaranya terdengar bergetar karena lima tahun menunggu momen itu. Anna hanya dapat memegang dadanya sambil mengucapkan syukur, Kakek Hang sangat terharu mendengar segala kemudahan yang diberikan oleh Tuhan. "Lakukan, aku ingin cucuku segera sembuh, berkumpul dengan kita lagi, aku ingin Dae Jung ku sembuh," Kata Kakek Hang. Setelah Ji Yeong mengabarkan tentang persetujuan kepada pihak rumah sakit, operasi akan dilakukan esok hari Menunggu sejam, pihak rumah sakit telah mendata
"Lalu Oppa Dae Song kemana?" Tanyanya. "Aku tidak tahu, mungkin saja sudah pulang," Jawab Yuna. Anna merasa berdosa mengabaikan perhatian Dae Song, suaminya itu memilih untuk pergi agar Anna lebih leluasa lagi lagi merawat Dae Jung."Aku pamit sebentar, mau toilet," Ucap Anna, dia bergegas menyusul Dae Song. Tanpa mendengar sahutan Yuna dan Koe Yeong, Anna terburu-buru keluar dari ruang rawat itu. "Dia mau ke toilet mana? Bukankah dikamar ini ada toilet?" Gerutu Yuna kepada suaminya. Ji Yeong tak menyahut, dia tahu maksud dari Anna yang pamit dari mereka berdua. Sementara Anna berlari menyusuri lorong rumah sakit, mmpercepat langkahnya menuruni eskalator rumah sakit. Dari jauh matanya tertuju dengan sosok Dae Song yang berjalan ke luar rumah sakit, Anna kian mempercepat langkahnya sembari berteriak memanggil nama Dae Song. Ketika hendak masuk ke mobil, Dae Song merasakan ada yang mengikutinya dari belakang, ketika ia berbalik, Anna yang pertama kali ia lihat berlari ke arahnya.
Ji Yeong dan Yuna masih menunggu jawab Anna, sadari tadi Anna hanya menangis sembari menutup wajahnya, mulutnya terucapkan permohonan maaf kepada Dae Jung. "Maafkan aku.." Lirihnya. Yuna mengusap-usap belakang Anna, berharap Anna segera menceritakan kesedihannya itu."Tidak perlu Nona katakan jika hal itu sulit dikatakan," Ujar Ji Yeong. Namun Anna malah menggelengkan kepala, dia ingin mengatakan itu kepada Ji Yeong dan Yuna. Tetapi sebelum menceritakan, Yuna memberikan Anna air putih untuk agar sahabatnya itu tenang. "Perempuan bercadar itu namanya Zura, dia tinggal di mesjid Sentral, sebelum kami bertemu, dia seringkali melihatku dari kejauhan, tidak lama itu, Zura dagang ke rumah, mengatakan ada pendonor yang siap untuk Kim Dae Jung, dia juga mengatakan..." Anna terlalu takut mengungkapkan kejanggalan yang ia rasakan. "Mengatakan apa, Anna?" Tanya Yuna yang juga sangat penasaran. "Apakah kalian seringkali diintai oleh sesosok yang tidak terlihat? Apakah kalian juga merasakann
Mereka semua berkumpul ruangan operasi, kecuali Anna. Saya itu Anna di ruang rawat Dae Jung seorang diri, duduk di atas sajadah dengan tasbih yang memutar di jemarinya tanpa henti. Anna tak henti memanjatkan doa untuk keselamatan Dae Jung, transplantasi paru-paru itu telah dilakukan, dua jam telah berlalu, namun Anna belum enggan beranjak dari sajadah nya. "Ya Allah, aku tahu segala sesuatu yang terjadi atas kehendak-Mu, aku tahu semua manusia dan makhluk hidupmu tidak lepas dari kematian, aku tahu penyakit dan kesembuhan hanya di tanganmu, namun saat ini dengan ketidakberdayaan kami, kami meminta kekuasaanmu, lima tahun suamiku engkau uji, kami ikhlas... Namun berikanlah kesembuhan kepada Kim Dae Jung, berikanlah kesembuhan, menjadi pria tanggung dan hebat seperti sedia kala.." Ucap Anna. Tangisnya membasahi mukenah putihnya. Sementara Ji Yeong, Yuna, Zura menunggu di depan ruangan operasi, pengawalan ketat dilakukan, dari jauh terlihat ada Bu Nas yang datang bersama Koki Choi, mer
Bu Nas masih terdiam, dia hanya tersenyum melihat kepolosan Zura yang hampir mirip dengan Anna. "Suatu saat kamu akan tahu sendirinya, Nona Anna dan si kembar telah banyak melewati masa-masa sulit, tidak mudah melawan takdir, mereka hanya mengikuti arus sesuai jalan mereka, Anna hanya memerankan tokoh cerita gadis protagonis," Kata Bu Nas. Wanita paruh baya itu sudah pandai berkata-kata karena membaca buku-buku Anna yang sangat inspiratif. Zura memahami itu, dia tahu Bu Nas menutupi privasi keluarganya. "Kau kenal mereka dari mana?" tanya Bu Nas. "Hmm, aku hanya kenal karena tidak sengaja bertemu di rumah sakit, kami mengobrol hal-hal yang penting saja, tidak seperti sahabat," Jawab Zura sejujurnya. Dia tidak ingin Bu Nas mengira dirinya teman lama Anna. Setelah pesanan makanan mereka jadi, Bu Nas membayarnya lalu Zura membantu menenteng kresek makanan itu kembali ke rumah sakit. Setelah memasuki lorong, ternyata di depan pintu ruangan rawat Dae Jung ada Dae Song yang hendak
Dia minggu kemudian...Kakek Hang tiba di rumah sakit, dia ikut bergabung dengan barusan cucunya yang sedang menunggu keterangan dari dokter, saat itu Dae Song telah lebih dulu pulang, dia tidak ingin kehadirannya malah menambah ketegangan suasana di rumah sakit. "Kenapa dokter lama sekali, aku ingin melihat kondisi cucuku," Kata Kakek Hang. "Sebentar lagi Kakek, mungkin dokter sedang mempersiapkan penjelasannya," Ucap Anna. Selain mendengarkan Dae Jung, Kakek Hang juga sangat menurut dengan kata Anna, baginya Anna adalah bukan hanya sekedar menantu saja, namun sekaligus juga sebagai cucu perempuan yang Kakek Hang sayangi. "Kalian urus semuanya agar keadaan lebih baik, saya hanya jadi penengah bagi kalian saja," Kata Kakek Hang yang mengingatkan Anna dan Ji Yeong. Di usia rentanya, Kakek Hang tidak ingin lagi ikut campur kehidupan pribadi cucunya, menolong Dae Jung dengan menyatukannya dengan Anna sama saja bersikap tidak adil bagi Dae Song. Doker sudah tiba, dokter senior menya
Ji Yeong terhenyak mendengar suara latihan Dae Jung, meski belum seutuhnya sadar, tetapi ingatan Dae Jung tak melupakan nama Anna. Ji Yeong yang bingung tetap berusaha berpikir jernih. Dia meminta dokter senior memanggil Anna untuk datang menemui Dae Jung. "Tunggulah Hyung, kami akan memanggil kan Nona Anna," bisik Ji Yeong. Dokter senior mengutus salah satu suster ke ruang rawat Dae Jung. Suster bertubuh tinggi itu masuk menemui keluarga Korain. "Nona Anna diminta ke ruangan recovery, Pasien meminta anda untuk bertemu," Ucapnya. Seluruh keluarga Korain shock mendengarnya tak terkecuali Anna, rupanya pria yang ia cintai itu menginginkan kehadirannya saat ini. Tanpa berpikir panjang, Anna langsung menuju ke ruangan recovery. Kakek Hang dan Bu Nas menghela nafas, mereka hanya menjadi penonton saja menyaksikan kisah cinta segitiga diantara Anna dan si Kembar. Menyanggah perasaan dari ketiganya adalah kesalahan, pikir mereka. "Apakah Dae Jung sempat berbicara?" tanya Anna yang semba
Gang Sang menunggu di luar gerbang kantor salah satu perusahaan yang hampir saja pailit. Gang Sang memperjuangkan asuransi jiwa dari keponakannya, kali ini Gang Sang tidak ingin melepaskan hal keponakannya begitu saja. Merasa rugi jika Hyejin meninggal tanpa menyisakan berupa materi yang baginya semua itu bentuk dari balas budi. "Saya ingin bertemu dengan direktur kalian, pertemukan saya, ini keadaan genting, lihat! Ini surat asuransi perusahaan ini yang dijanjikan ke keponakan saya, Hyejin, dia sudah lama mengabdikan diri disini, seharusnya perusahaan ini menepati janjinya," Kata Gang Sang dengan nada membentak. Jiwa premannya mencuat karena security itu tidak mengizinkannya masuk ke kantor perusahaan. "Pulanglah, ada banyak keluarga seperti mu datang menagih, perusahaan akan menepatinya, tapi tidak untuk sekarang, pulanglah, direktur kami sedang tidak ada di tempat."Dua mobil mewah tiba di depan mereka, dua mobil mewah itu ingin masuk ke dalam halaman kantor perusahaan, satpam ya
Dae Song dan anak buahnya menuju tempat tinggal Rini, dengan bantuan manajer di perusahaanya, Dae Song dapat mengetahui tempat tinggal Rini yang sebenarnya. Selama ini Rini hanya mencantumkan alamat kontrakannya menjadi riwayat pribadi untuk kantornya. Setiba di gang yang sulit di akses oleh kendaraan roda empat, salah seorang anak buah Dae Song keluar dari mobil untuk mencari cara, tetapi tak ada jalan lain selain jalan yang di depan mereka."Tidak ada jalan lain, Tuan. Hanya ini akses satu-satunya," ucapnya."Kalau begitu kita jalan kaki saja, kata kamu kamu rumahnya sudah tidak jauh lagi 'kan?""Iya Tuan, hanya jarak seratus meter lagi.""Kalau begitu kita turun, kita jalan kaki saja," usul Dae Song yang keluar dari mobilnya.Anak buahnya mengelilingi Dae Song agar tuan mereka tetap terjaga. Masyarakat disekitar gang itu mulai grasak-grusuk, mereka terheran dengan kedatangan pria yang amat menonjol sebagai bos besar. Dae Song dan anak buahnya tetap berjalan, tidak menanggapi sapaa
Di Indonesia, Dae Song masih setia menunggu hasil pemeriksaan dari dokter, Zura mulai membaik secra kesehatan, namun secara psikis butuh waktu yang panjang untuk menerima kenyataan bahwa dia telah kehilangan kesuciannya secara sadis. Zura bahkan seringkali terpikirkan untuk mengakhiri hidupnya, Dae Song yang selalu diliputi rasa bersalah, selalu saja Dae Song menyudutkan diirnya dengan peristiwa yang menimpa Zura. Dae Ssong tetap disamping Zura, memberi dukungan moril,selain itu Zura juga tidak memiliki keluarga lagi di Indonesia.Dae Song menganggap dirinya sebagai kakak bagi Zura saat ini . "Kamu akan baik-baik saja, Zura.. Ada aku disini," ucap Dae Song menenangkan Zura."Aku sudah tidak berharga lagi, aku suda hina.." Zura tetap mencaci-maki dirinya sendiri."Tidak begitu, Zura.Kamu tetap berharga, kok. Zura yang dulu dan yang sekarang tetaplah sama, tidak ada yang berubah, kesucian seperti itu hanya kiasan sema
Usai dari kebun binatang, mereka tidak langsung pulang ke rumah, sejenak Dae Jung mengajak Anna dan kedua anaknya mampir di restoran milik sahabatnya. Micha dan Haneul begitu bersemangat memasuki restoran milik sahabat Ayahnya."Hati-hati sayang, nanti kamu tersandung," ujar Anna.Dae Jung melirik ke Anna yang sedang membawa beban berat bayi dalam perutnya."Seharusnya kalimat itu ditujukan padamu, berhati-hatilah, kamu sedang membawa tanggungjawab," timpal Dae Jung. Ia cemburu, tapi bagaimanapun bayi di dalam kandungan Anna adalah keponakannya, yang ia sayangi seperti Micha dan Haneul.Anna tergugah, dia menyunggingkan senyuman lebar karena ucapan Dae Jung persis ucapan Dae Song sewaktu mengandung si kembar, yang pada kala itu Dae Jung terbaring koma."Kau telah melewati masa ngidammu?" Tanya Dae Jung."Ia, sepertinya," sahut Anna.Dae Jung mengangguk-anggukkan kepalanya, dia berlalu menghampiri sahabatnya yang pemilik restoran Jepang itu. Anna duduk bersama si kembar, Micha yang bah
Mereka sudah tiba di kebun binatang, Dae Jung sudah menyiapkan kamera untuk mengambil setiap momen Anna dan si kembarnya. Dae Jung berjalan disamping Anna yang sedang mengontrol anak-anaknya. Dae Jung dan Anna mengunci mulutnya masing-masing, liburan kali ini amat berbeda dari keluarga kawan-kawan Haneul dan Micha yang lain. Kedua orangtuanya malah kaku, bak seseorang yang baru saja saling kenal."Ayah, Ibu, lihat sana," teriak Micha menunjuk ke arah monyet yang bergelantungan.Anna berlari kecil ke arah kedua anaknya, takut jika anak-anaknya lepas kontrol dari guru yang mengawasi saat itu. Sementara Dae Jung berjalan tenang dibelakang sana, pikirannya tetap saja berkecamuk, dia berharap jika situasi itu segera berubah, bukan hanya sekedar sandiwara didepan kedua anaknya, melainkan mereka adalah keluarga utuh yang lengkap."Dia kenapa memilih berjalan di belakang?" Gumam Anna yang bingung melihat tingkah Dae Jung.Karena tak mampu mengawasi si kembar sendirian, Anna bergegas menghampi
"Saya akan jelaskan secara detail di kantor polisi, kita tidak bisa bicara disini, Pak Dae Song diharapkan sore ini ke kantor, setelah urusannya telah selesai," ucap salah seorang petinggi di kepolisian di kota itu."Baiklah, Pak. Saya sedang menyelesaikan masalah dengan kolegaku juga siang ini, mohon bantuannya agar masalah ini cepat selesai," sahut Dae Song.Dae Song dan polisi keluar dari ruangan dokter, dia berpisah jalan dengan pihak berwajib itu ketika menyusuri lorong rumah sakit, sesaat Dae Song ke depan ruangan ICU tempat Zura melakukan perawatan lanjutan sebelum dipindahkan ke ruangan pemulihan. Pria itu menatap pintu ruangan ICU dengan hembusan nafas lega, sedikit demi sedikit dia mengontrol masalah mental Zura yang hancur karena pemerkosaan."Tuan, mobil sudah siap, mari kita berangkat sekarang," ucap salah satu pengawalnya.Dae Song mengangguk, dia berjalan keluar dari rumah sakit itu di dampingi kelima bodyguardnya, para awak media tetap saja menunggu pernyataan Dae Song
Dae Song tercengang dengan penuturan Zura, dia tidak menyadari betapa pedulinya Zura terhadapnya walaupun hubungan mereka hanya sebatas sekretaris dan bos semata."Seharusnya kau tidak perlu peduli seperti itu, jika aku tahu, aku akan melarang mu,," ucap Dae Song.Zura tersenyum sinis, dia menghardik dirinya sendiri dalam hati, memang tidak seharusnya ia menuangkan perhatian lebihnya kepada Dae Song, pria yang sudah beristri. "Aku memang bodoh, karena kebodohanku, aku dihukum seperti ini, aku bodoh karena mengikuti perasaanku," gumamnya.Dae Song menelisik kalimat Zura, dia tidak mengerti makna dari ucapan sekretarisnya itu."Maksud kamu apa, Zura?""Tinggalkan aku sendiri, Pak. Aku bisa mengurus diriku sendiri, pergilah mengurus urusanmu, dan keluargamu," kata Zura tanpa menoleh ke Dae Song.Dae Song tetap ingin bertahan di ruangan rawat Zura, dia tidak ingin meninggalkan Zura yang sudah menjadi tanggungjawabnya, dia yang mengajak Zura untuk dinas ke Indonesia, Dae Song juga tahu Zu
Siang itu Dae Song dikejutkan oleh ketukan keras dari pintu kamarnya, dia yang kelelahan tak menyadari dia telah kesiangan, salat subuh pun terlewat olehnya. Dae Song membangunkan diri seraya mengerjapkan matanya."Hmm, tunggu," ujarnya pada seseorang yang mengetuk pintu.Setelah mencuci wajahnya, Dae Song beranjak membuka pintu, ternyata seseorang yang membangunkannya adalah Pak Ben, sopir pribadinya. "Maaf Tuan, ada berita dari rumah sakit, Zura katanya sudah siuman," ucap Pak Ben.Mata Dae Song yang tadinya menahan kantuk seketika nahterbelalak."Yang benar, Pak Ben?!""Saya juga kurang tahu, Tuan. ini hanya informasi dari bodyguard Tuan katanya dari pihak rumah sakit memberitahukan mereka, Tuan Dae Song diminta untuk ke rumah sakit," jelas pria berkulit sawo matang itu."Baik, tunggu saya dibawah Pak Ben, saya akan bergegas ke rumah sakit, mau mandi dulu," kata Dae Song.Tapan membuang waktu, Dae Song segera mandi, dia hanya memakai kaos oblong hitam dan jaket agar terlihat lebih
"Lupakan, aku tidak bisa diwawancarai saat ini," sergahnya.Pihak kepolisian yang turun tangan melayani wartawan, manager Dae Song ikut mendampingi, mereka menjelaskan rentetan peristiwa itu namun tidak secara gamblang mengungkapkan bahwa korban telah diperkosa. Dae Song tetap meminta kepada pihak kepolisian agar kehormatan Zura tetap terjaga."Kalian tetap disini, aku akan kembali ke rumah, jika penyelidikan pihak kepolisian suatu selesai, kalian boleh pulang," ucap Dae Song kepada managernya.Dae Song menuju ke mobilnya, disetiap langkahnya selalu saja berhasil dipotret oleh wartawan. Dae Song bahkan ngedumel didalam hati karena sikap wartawan yang kurang sopan."Sepertinya lebih enak hidup di Seoul jika seperti ini," gerutunya ketika berhasil masuk ke mobil.Sopirnya melajukan mobil, menerobos kerumunan wartawan yang seakan mencegat kepergian Dae Song. Pak Ben, sengaja membunyikan klakson berkali-kali. Dengan bantuan polisi, mobil yang tumpangi Dae Song dan kedua mobil pengawalnya
Dae Song menatap Rini penuh curiga, bukan menuduh karyawannya itu berbuat jahat kepada Zura, tetapi gelagat Rini menujukkan ketidaknyamanan ketika rekna lainnya menanyakan tentang Zura."Apakah kau pernah keluar bersama Zura diluar jam kerja?" Tanya Dae Song lagi."Ti-tidak pernah, Pak." Rini. tetap lada jawaban yang sama.Salah seorang rekan lainnya tak Terima, " Ini anak pelupa, aku pernah lihat dia bersama Zura di toko souvenir sana, sekali doang sih, Pak."Rini menundukkan kepala, dia tidak berani menyanggah pengakuan temannya. Dae Song tak berniat menanyakan tentang Zura."Baiklah, kalian lanjutkan makan kalian, aku ingin kembali mengecek keadaan Zura," ucap Dae Song.Dae Song mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar makanan dan minuman para karyawannya."Jika ada yang ingin menambah makanan, silahkan," ujarnya.Dae Song memilih bubar dari perundingan bersama karyawannya, dia kembali menyusuri lorong rumah sakit. Namun dia terhenti ketika mendapatkan jalan persimpangan. Dae Song