Pram menatap iba pada Cinta yang bersandar di body samping mobil yang terparkir asal di lantai basement. Cinta tertunduk sambil menangis karena emosi yang sudah tak mampu dia bendung lagi. Bahu gadis itu tampak turun naik karena menahan isak yang begitu menyesakkan dada.
Wanita bernama Catherine yang dipergoki Cinta sedang berduaan dengan kekasihnya adalah wanita yang sama yang Pram lihat sedang bermesraan dengan David di sebuah kafe pada satu malam beberapa minggu lalu.
Karena itu, sewaktu Pram melihat jelas sosok Catherine dan David berada dalam keadaan setengah telanjang dan sekujur tubuh dipenuhi tanda kepemilikan, Pram sudah tak heran. Mereka benar-benar sudah berhubungan sejauh itu di belakang Cinta. Padahal Cinta begitu mengharapkan David untuk membawa status hubungan mereka ke tahap yang lebih serius dari sekedar berpacaran.
Tapi Pram memutuskan untuk tetap mengunci mulutnya. Dia tidak akan mengatakan pada Cinta bahwa pernah melihat David bermesraan deng
Cinta menolak keluar ketika Sabrina sudah memarkirkan CRV putih itu di basement gedung apartement FX Sudirman, tempat tinggal mereka. Dengan merajuk penuh semangat Cinta meminta Sabrina membawanya ke club Maestro, night club langganannya. Apa lagi jika bukan untuk melampiaskan ketegangan otaknya dengan menikmati aktivitas malam di sana.Malam ini dia tak ingin pulang dan meratapi kesedihan atas pengkhianatan yang David lakukan terhadapnya di atas tempat tidur bersama wanita lain. Dia ingin bersenang-senang. Ditemani sebotol Vodka ataupun Tequilla, ‘sahabat’ yang menurutnya sangat mengerti dirinya kala terpuruk seperti ini.Tentu saja hal yang satu itu mendapat pertentangan keras dari Pram. Adu argumen pun terjadi di kursi penumpang. Cinta dengan rengekan yang menggebu disertai cubitan dan pukulan ke dada Pram dan Pram berusaha mencegahnya dengan mencengkram lengan Cinta kuat-kuat.Sementara Sabrina berdiri di luar mobil, sambil berdoa agar Cinta meme
Waktu sudah menjelang pukul dua pagi dini hari ketika Pram melirik arloji. Sejenak dia menghembuskan nafas panjang setelah mobil terparkir rapi pada tempatnya. Hampir setiap hari Pram menjalani tugasnya nyaris dua puluh empat jam mendampingi Cinta dan Sabrina, dan itu tak terlalu berat dia rasa. Tapi untuk hari ini Pram benar-benar butuh tenaga ekstra, karena letih yang menyerang begitu hebat di sekujur tubuhnya.Mulai dari jam tujuh pagi kemarin dia sudah berada di unit apartement Cinta, mendampingi nona mudanya itu menjalani aktivitas syuting seperti biasa. Ternyata di sore hari, ada kejadian yang luar biasa, dimana dia terpaksa ikut mengawal Cinta melakukan Operasi Tangkap Tangan sang kekasih yang berselingkuh dengan seorang wanita dewasa. Hingga akhirnya berujung pada aksi pemberontakan Cinta terhadap larangan utama sang ayah, mengunjungi night club untuk melampiaskan ketegangan di hati dan otaknya dengan menenggak sebotol minuman beralkohol.Untungnya Pram bersedi
Alarm di ponsel Pram berdering tepat di pukul lima pagi. Pram menggeliat pelan meraih ponsel yang tergeletak di atas meja nakas, lalu menghentikan deringannya. Sejenak dia tatap wajah Cinta yang terlelap laksana bayi dengan hembusan nafas yang sangat teratur lembut dan kehangatannya menerpa kulit pipi pria itu.Perasaan gemas tiba-tiba menyeruak ketika bola matanya tertuju pada bibir Cinta yang terbuka. Secara sadar dia menurunkan sedikit wajahnya lalu mencuri kecupan singkat di bibir mungil itu. Lalu senyuman pun terbit menghiasi wajahnya. Dalam hati dia mengutuk diri sendiri, bisa-bisanya dia selancang itu pada nona mudanya. Tapi dia suka.Ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu, ketika dirinya bersusah payah menahan gejolak hasrat pejantannya lantaran sentuhan dan ciuman panas yang dia dan Cinta lakukan. Kini bukan penyesalan yang bernaung di hatinya karena menyia-nyiakan kesempatan yang sangat menggiurkan, yang akan menjadi moment paling membahagiakan ketika
Kata orang, obat sakit hati karena patah hati adalah membuka hati untuk cinta yang baru. Sepertinya itu yang akan Cinta lakukan saat ini. Dia memang sedang mempersiapkan ruang hatinya yang sekejap mata telah ditinggalkan oleh David dalam keadaan porak poranda dan memutuskan untuk mempersilahkan cinta yang baru untuk datang menempati.Sudah satu minggu berlalu, sejak David dengan kurang ajarnya mematahkan Cinta dengan pengkhianatan, pria itu belum sekali pun datang menemuinya. Bahkan sekedar menghubunginya melalui udara pun tidak. Di saat itulah Cinta merasa harapannya pada pria itu sudah kandas dan kepingan cinta yang berserakan di hatinya telah terhempas.Pengkhianatan yang David lakukan membuka matanya hingga dia melihat jelas bahwa laki-laki itu memang tiada guna untuk dipertahankan. Sialnya, alasan Pak Abraham, papanya menolak mentah-mentah David sebagai calon menantu ternyata terbukti benar. Dan Cinta harus mengakui itu. Juga mengakui kebodohannya selama ini yang
Pramudya, bukanlah pria belia yang baru pertama kali mengenal wanita. Dia pria dewasa yang punya cukup pengalaman dalam menghadapi wanita yang punya rasa padanya. Walaupun baru Hani yang mampir dan sempat menetap di hatinya, namun seharusnya dia cukup mengerti bagaimana seorang yang punya perasaan istimewa padanya menyimpan bara api cemburu di hati. Tapi kenyataannya Pram hanya mengerti bahwa Cinta tengah mengalami krisis kepercayaan diri akibat pengkhianatan yang dilakukan David, sang mantan kekasih.Seperti yang dia amati di diri Cinta hari ini. Gadis itu tidak lagi menyembunyikan rasa cemburunya pada Pram, ketika ada wanita lain menggoda Pram. Secara terang benderang Cinta menunjukkan perasaan tak nyaman itu di hadapan semua orang.Akan tetapi Pram masih saja beranggapan api yang tengah membara di hati Cinta hanya semata-mata karena pelampiasan kemarahannya saja lantaran kehilangan kekasih dengan cara yang menyakitkan.Sejak pertemuannya dengan Stephany di re
Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam. Setelah Pram mengintip dari balik pintu kamar dan mendapati Cinta sudah terlelap dalam gelumunan selimut di atas ranjang, Pram yakin tugasnya untuk hari ini selesai. Lalu dia pamit pada Sabrina untuk keluar unit sebentar, mencari udara segar di kolam renang di bagian belakang lobi di lantai dasar.Suasana di sekitar kolam renang berukuran olimpic itu tampak lengang. Hanya ada beberapa pasang pria wanita yang duduk di kursi panjang di tepi kolam sambil bercengkrama dan sesekali saling mengadu bibir tanpa sungkan.Tapi pemandangan seperti itu sudah tak asing lagi di mata Pram. Dia hanya menolehkan wajah ke sembarang arah sambil melewati mereka dengan santai dan menempati dirinya di salah satu kursi panjang yang terletak di jajaran paling ujung.Sesaat Pram mengangkat kedua tangan untuk meregangkan persendian sebelum menyelonjorkan kaki dan merebahkan punggungnya pada sandaran belakang. Dia tarik sebatang rokok putih kem
“Terima kasih,” ucap Pram seraya memberikan selembar uang berwarna biru sebagai tip kepada petugas hotel yang mengantarkannya ke dalam kamar. Walaupun Pram tak berlebihan dalam hal materi, tapi dia cukup punya pengertian untuk memberikan tanda terima kasih atas jasa seseorang.Setelah terdengar pintu kamar itu tertutup, Pram meletakkan koper kecilnya ke dalam lemari di samping kamar mandi, lalu mengedarkan pandangan sejenak ke sekeliling ruangan.Kamar hotel jenis VIP itu tampak cukup luas. Terdapat king size bed bersprei putih di tengah ruangan, didampingi dua meja nakas di kiri kanan. Ketika Pram membuka sepatunya dan menginjakkan kaki di karpet tebal yang terhampar menutupi lantai, empuk dan hangat menjalari kulit telapak kakinya.Suhu kamar itu sebenarnya tidak terlalu dingin, tapi membuat Pram merasakan sensasi kesejukan yang membuatnya mengerjap-ngerjap karena kantuk yang tiba-tiba melanda.Seharusnya dia tak merasakan kantuk itu, karena
Mendampingi Cinta menjalani syuting yang memakan waktu nyaris empat jam, membuat Pram terpaksa mengundur jadwal makan malamnya. Seharusnya di pukul tujuh tadi dia sudah mengisi perutnya, tapi di pukul sepuluh malam ini dia baru menyantap makan malamnya di restorant hotel di lantai dasar.Tapi Pram tetap menikmati, walaupun lambungnya hanya dia isi dengan sepiring nasi dan dua tusuk sate lilit khas Bali. Yang terpenting baginya adalah dia sudah memastikan Cinta dan Sabrina sudah kembali ke kamar dan menyantap hidangan makan malam mereka di sana.Tak lebih dari satu jam Pram berada di restorant itu, dia putuskan untuk kembali ke kamar segera. Dia pun ingin mengistirahatkan tubuhnya di sana, karena dia yakin tugasnya untuk malam ini sudah selesai.Ketika pintu lift di lobi terbuka, Pram masuk lalu menekan tombol angka sepuluh menuju lantai kamarnya berada. Pintu lift pun tertutup rapat, membawa Pram yang hanya seorang diri berada di dalamnya.Bunyi dentingan