Sepanjang perjalanan Aksan berhasil dibuat tak henti-hentinya memikirkan perkataan satpam itu, rumah Jelita yang menempatinya adalah sepasang suami istri muda? Apa dia salah dengar atau memang seperti itu. Dengan segera ia menelpon Jelita tapi tak ada jawaban, lalu ia teringat pesannya dan kejadian beberapa bulan yang lalu. Aksan menepi, ia mencoba mengulang setiap slide kehidupan bersama Jelita. Gadis itu, beberapa bulan yang lalu izin untuk pergi bersama orang tuanya ke luar kota dalam waktu satu bulan, bahkan Jelita jarang menghubunginya dan melarang Aksan menghubunginya alasannya karena ada acara keluarga yang bisa membuat marah jika Jelita main ponsel terus. Ketika pulang Jelita sedikit berubah, dia jadi lebih materialistis banyak meminta dan mengajak Aksan pergi kemana pun, kalau Jelita sudah menikah harusnya tak perlu seperti itu bahkan harusnya dia pergi menjauh perlahan dari kehidupan Aksan. Tapi sikap Jelita berbeda, lalu Aksan ingat dengan lelaki yang dia temui, Jelita se
"Sudahlah bro, gak usah terlalu dipikirkan santai aja, kalau pun benar si Jelita sudah menikah dan bohongin kamu harusnya kamu bersyukur dong belum nikah sudah ketahuan. Iya kan?“Aksan terdiam mendengar ucapan Dani, disaat semua sudah membaik, Aksan sudah mulai merasakan kehidupan bebas di luar penjara, mencoba memperbaiki diri, hingga bertemu perempuan yang membuatnya jatuh hati semua yang dimintanya selalu dituruti bahkan tak peduli mamanya tak suka yang terpenting Aksan bahagia. Menjalin kasih setelah gagal menikah dengan Nilam, membuat Aksan tak ingin main-main dan mengulang kesalahan, tak pernah berbohong lagi dan serius, meski nyatanya perempuan yang dipacarinya itu tak pernah mau diajak serius hingga kecurigaan ini hadir dan mengacaukan semuanya. Kini Aksan segera memutuskan untuk mencari tahu semuanya setelah itu mungkin mengakhiri kisah ini akan lebih baik. Mungkin Tuhan sedang menghukumnya dengan tak mudah mendapat kembali pasangan, karena telah menyia-nyiakan mantan istr
Dari kejauhan Aksan melihat Nilam dan lelaki itu turun dari mobil, kemesraan mereka terus menjadi tontonan yang membuat hati Aksan dibakar cemburu, bagaimanapun akhirnya Nilam pernah menjadi bagian hidup Aksan yang sangat istimewa, mereka menjalani kehidupan yang sangat bahagia dan indah tapi siapa sangka ternyata Aksan menghancurkan hidupnya sendiri.Merasa tak terlihat apa-apa, Aksan mencari posisi yang bisa melihat pemilik rumah. Dan akhirnya, Aksan bisa melihat ke dalam rumah itu, tepatnya di bagian luarnya Nilam dan pasangannya itu masih berdiri mengetuk pintu. Tak lama seorang perempuan ke luar, Aksan menutup mulutnya menahan napas karena meski dia sudah yakin tapi tetap terkejut. "Namira," lirih Aksan. Benar saja dugaannya, yang ditemui Nilam adalah Namira, mereka tampak begitu dekat dan sangat akrab. Aksan mengamati dari jauh, lalu ingatannya melayang pada waktu yang telah dilewati, dua perempuan yang sangat berarti bagi hidupnya. Satu di antara mereka pernah sangat istimewa
"Tangerang, Mas?" tanyaku memastikan pada Mas Raditya dan dia kembali mengangguk. "Iya sayang, gak apa-apa kan?" tanyanya Aku mengangguk tegas, bagiku kemana pun dan dimanapun suamiku bertugas aku siap menemaninya. Tak ada keraguan untuk menemani suami berjuang mencari nafkah, meski harus ke ujung dunia sekali pun. Mas Raditya memelukku mengucapkan terima kasih atas kesanggupanku meninggalkan semua yang sudah aku capai disini demi untuk menemaninya bertugas di sana, sebagai istri seorang aparatur pemerintahan tentu aku harus selalu siap sedia menemaninya dimana pun kalau tidak bisa-bisa suamiku cari orang yang bisa menemaninya. Nyatanya perjuanganku itu tak diindahkan oleh Mas Raditya, saat aku menyusulnya ke sini, dia tengah bermain api dan menguji kesabaranku. Aku kecewa sungguh kecewa, kenapa seorang yang aku sangat percaya tega melakukan itu. Aku pikir Mas Raditya berbeda dari kebanyakan, lagi pula menikah dengannya sudah hampir lima tahun meski tanpa kehadiran buah hati kita
"Siapa perempuan itu, Mas? Siapa?" tanyaku dalam Isak tangis memekik. Tak ada jawaban dari lelaki itu, dia masih memelukku dan terus membanjiriku dengan ciuman di kepala dan kening. Aku semakin heran dan penasaran. Siapa perempuan itu?Mas Raditya malah menarik tubuhku dan memeluk begitu erat hingga tangisku kian menjadi. Mas Raditya bergeming, dia tak menjawab apapun, suaranya tak terdengar hingga membuatku kian larut dalam tanya yang tak bertemu jawabnya. Hening sejenak, hingga perlahan tangisku mereda. Tubuh kami pun entah kenapa menjadi lemas dan sudah terduduk saling memeluk. Setelah reda dan keadaan jauh lebih baik setelah aku menangis menumpahkan semua perasaan yang ada, Mas Raditya melepas pelukannya lalu ia mengangkat dagu dan menatapku."Maaf," lirihnya. Hanya kalimat itu yang meluncur dari bibirnya, satu kalimat yang lagi-lagi dapat membuatku kembali menangis. Kesalahan yang sudah dilakukannya sungguh fatal dan membuatku sangat begitu marah tak pernah menyangka Mas Radit
"Ada perlu apa?" tanya Raditya pada Aksan."Saya hanya ingin menyampaikan pada istri Anda, kalau Mama saya ingin sekali bertemu dengannya.""Untuk apa?" tanyanya lagi. "Namira, Mama ingin sekali bertemu denganmu. Jika kamu bersedia datanglah, bawa suami pun tak apa." Aksan berteriak, hingga Namira pun dapat mendengarnya. Raditya memperingatkan Aksan untuk tidak berteriak lalu memintanya pulang. Aksan tak melakukan perlawanan apapun, ia kembali menuju mobilnya dan meninggalkan rumah itu. Sepanjang perjalanan Aksan entah kenapa malah memikirkan Namira dengan suaminya itu, ada ketidak harmonisan yang dibaca Aksan, tapi melihat lelaki itu membuat Aksan mencoba sebisa mungkin harus menjauh. Hari ini cukup berat untuk Aksan. Dia mengetahui kabar buruk tentang Jelita, lalu bertemu Nilam dan Namira semua kenapa begitu datang bersamaan. Aksan menghela napas berat lalu mengusap wajahnya. Ia melihat sudah pukul satu siang, pantas saja sejak tadi perutnya berbunyi sepertinya cacing-cacing di
"Argh, sial." Aksan memukul setir berulang, meluapkan semua kekesalan yang dirasakannya, dia kini merasa lelaki paling bodoh di muka bumi. Bisa-bisanya begitu mudah tertipu dengan sikap perempuan yang hanya karena dia cantik lalu lupa kalau dia pun bisa licik. "Iya, mas. Aku sudah menikah. Dan ini adalah suamiku."Kalimat itu kembali terngiang jelas di telinganya, seketika hati Aksan hancur mendengar semua itu. Terjawab sudah kenapa Jelita tak mau dibawa ke rumah, selalu menolak diajak menikah ternyata memang benar dia sudah menikah dengan lelaki itu. Aksan terus meluapkan emosinya dengan kecepatan tinggi ia melajukan kendaraan hingga beberapa kali nyaris tabrakan tapi kelihaian Aksan dalam membawa kendaraan berulang kali membuatnya terhindar dari hal itu. Bayangan pertemuan dengan Jelita masih sangat terekam jelas. "Siapa lelaki ini?" tanya Aksan. Jelita belum menjawab, lelaki itu terus menggenggam tangan Jelita seolah memberikan kekuatan pada perempuan yang duduk di sampingnya
"Ma, Jelita sudah menikah diam-diam.""Apa?" Mama Aksan terlihat sangat terkejut mendengar ucapan Aksan, siapa yang akan menyangka hal itu bahkan Mama Aksan berharap Jelita bisa membahagiakan anaknya yang sudah menjelang kepala empat hidup sendirian meski memang sejak awal Mama kurang sreg tapi melihat Aksan bahagia saat menceritakan soal Jelita tentu saja membuat seorang ibu manapun akan mengusir egoisme dalam dirinya demi kebahagiaan sang anak. Selain itu Mama Aksan tak mau keliru lagi, dulu Aksan menikah dengan Nilam karena dijodohkan, karena Mama Aksan merasa Nilam perempuan tepat untuk menjadi istrinya, memang tak salah kehidupan mereka berjalan bahagia tapi ternyata Aksan memendam rasa pada adik iparnya, perempuan yang dinikahi kembarannya hingga penyekapan dan pernikahan sembunyi itu terjadi. Itu semua membuat Mama Aksan kian tersiksa. "Kamu sudah memastikannya?" tanya Mama. "Jelita sendiri yang bicara, Ma."Hancur sudah hati Mama Aksan kini, dia bisa membayangkan betapa sa
Perjalanan panjang setiap manusia yang bernapas di dunia sejatinya hanyalah sementara, seberapa lama dan panjang pun perjalanan itu tentu akan memiliki akhir yang sama yaitu kematian. Setiap yang bernyawa akan mati, itu janji Tuhan dalam kitab suci. Apa yang kita lakukan selama menempuh perjalanan di dunia, akan diminta pertanggungjawaban di alam akhirat nanti. Jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk maka itupun yang akan kita terima. Dan semua manusia akan berharap kebaikanlah yang akan mereka terima. Aksan, sudah merasakan perjalanan hidup yang beragam. Mulai dia yang tergoda mendua hingga dia sendiri yang diduakan, mulai merasakan jatuh cinta, dicintai lalu jatuh cinta lagi dan terluka lagi. Seolah semua yang dilakukannya sudah dibayar lunas oleh takdir yang menyapanya. Genap dua tahun Aksan meninggalkan Negara ini dengan segala cerita yang sudah pernah terjadi, cerita yang membuat kehidupannya beragam dan begitu kompleks. Aksan menikmati setiap kehidupan yang diamanahkan p
"Assalamualaikum, Ma.""Waalaikumsalam, ah akhirnya anak mama menelpon juga. Gimana kabar kamu, nak?" "Baik, Ma. Mama gimana?" "Alhamdulillah, baik."Percakapan antara anak lelaki dan seorang ibu yang terpisah jarak dan waktu itu selalu terjadi setiap waktu dengan waktu yang berbeda. Ya, akhirnya Aksan memutuskan untuk pergi, menyetujui dengan saran sang Mama untuk meraih kebahagiaan, melupakan semua peristiwa yang terjadi di tanah air dalam hidupnya. Aksan mengambil keputusan yang tepat setelah melakukan perenungan yang cukup panjang. Sebulan dari ucapan sang Mama, Aksan baru berani memutuskan setelah memastikan semua urusan di tempat tinggalnya selesai. Mendengar keputusan sang buah hati tentu Mama Aksan sangat bahagia kala itu, tak ada yang menjadi penghalang kebahagiaannya selain kebahagiaan anak semata wayangnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimiliki Mama Aksan. "Baik-baik kamu disana, ya nak." "Iya Bu, ibu juga. Bi, tolong kabari soal Mama apapun itu," ucap Aks
"Kok kamu bisa bawa Nilam?" tanya Mama saat di jalan menuju ke rumah. "Aku lagi di kafe Dani habis menemui Jelita. Jelita akan tetap bertahan dengan suaminya ma, meski aku menawarkan untuk melunasi semua hutang Budi itu.""Apa? Kamu akan mengambil dia gitu?" tanya Mama tampak terkejut. "Ma, aku sudah lelah. Aku lelah mencari wanita untuk bisa kujadikan sandaran ketika aku lelah dengan pekerjaan dengan kehidupan ini, aku sudah semakin tua Mama juga kita butuh seseorang untuk melewati masa-masa ini. Aku butuh istri, Ma." "Lalu kamu berharap Jelita bisa jadi istri yang baik untuk kamu," ucap Mama. "Setidaknya, perempuan yang terakhir aku cintai dan masih bisa aku perjuangkan hanya Jelita." "Kamu ini, sekarang repot cari istri dulu sudah punya istri baik dan cantik kamu abaikan begitu saja." "Ma," lirih Aksan. Mama tak berucap lagi, begitupun dengan Aksan yang memilih diam. Ucapan mamanya mungkin kena ke dalam hatinya. Apa yang dikatakan sang Mama betul adanya. Dulu Aksan beruntung
Jelita masih mengingat pertemuannya dengan Aksan, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Boby. Keputusannya sudah bulat, meski kini perlakuan Boby terkadang cukup membuatnya bingung tapi setidaknya kehidupannya jauh lebih aman di tangan Boby. Tetiba ingatannya meluncur saat pertemuan pertama dengan Aksan, membuat Jelita tersenyum sendiri mengingatnya. Tapi tak jarang menangis bukan karena menangisi kebersamaan mereka tapi menangisi restu orang tua yang tak kunjung hadir. Orang tua Jelita tak menyetujui kedekatan mereka itulah sebabnya Jelita tak pernah mengajak Aksan. "Dia itu duda, Jelita. Kamu ini masih gadis, pantas mendapatkan jejaka." Itu yang terlontar dari mulut sang ayah, mereka menginginkan anak gadisnya mendapat jejaka bukan duda hingga keputusan besar karena sebuah keterpaksaan pun diambil. Orang tua Jelita terlilit hutang, Boby membantunya dengan syarat Jelita mau menikah dengannya karena Boby memang sudah mengincar Jelita sejak lama. Lelaki anak juragan k
"Kamu tahu bagaimana perasaan aku sama kamu, aku menjaga kamu. Gak pernah sekalipun aku berani menyakitimu, oke mungkin aku salah karena tak begitu perhatian sama kamu. Selama ini aku selalu melihatmu baik-baik saja, aku kira semua nyata ternyata semu belaka, kamu pandai menyembunyikan semuanya dan aku terlalu percaya dengan semua itu. Harusnya kalau kamu menganggap aku ini kekasihmu bicarakan apapun tentang kamu jangan kamu sembunyikan." Aksan terus memburu Jelita, sedangkan yang diburu hanya semakin menundukan kepala, meremas jari-jarinya. Jelita mungkin tak pernah menyangka jika ia akan bertemu dengan Aksan lagi. Boby sudah membawanya jauh pergi dari kota dimana Jelita dan Aksan bertemu, tapi kini nyatanya mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah enam kali purnama tanpa berdua."Aku sudah lama akan menikahi mu, berkali-kali aku meminta kamu untuk membawaku pada orang tuamu tapi kamu selalu menolak, aku rasa bukan ini alasannya. Kamu memang gak pernah mencintaiku kan, jawab?
Aksan tercengang mendengar semua hasil laporan orang yang disuruhnya mencari tahu soal Jelita, semua fakta dan peristiwa sudah didapat dari orang itu. Aksan rela menggelontorkan uang banyak untuk melakukan hal ini, bukan soal cinta saja tapi rasa sayang yang sudah mendalam pada Jelita. Ya, memang Aksan kalau sudah jatuh cinta maka akan mendalam sama seperti dulu jatuh cinta pada Qonita hingga setelah menjadi janda rela menikahi diam-diam dan mengkhianati Nilam. Aksan berencana menemui Jelita tanpa sepengetahuan suaminya, ia pun pamit pada sang Mama. "Kamu serius?""Serius ma, aku merasa perlu menyelamatkan Jelita terlepas nanti dia masih mau dengan ku atau tidak. Aku sudah salah menilainya, dia terpaksa melakukan selama ini. Berarti memang Jelita adalah perempuan baik hanya saja keadaan yang membuatnya seperti itu.""Mama terserah kamu, tapi ingat jangan lakukan kesalahan lagi.""Baik ma, terima kasih. Oh, ya. Qonita gimana?" tanya Aksan. "Alhamdulillah, semua sehat kembali. Suamin
"Kenapa masih mencari dia? Bukankah sudah cukup jelas, dia sudah menikah dan membohongi kamu?" Aksan terdiam dengan pertanyaan Sesil, setelah menemui Sesil dan Sesil menerima dengan baik kedatangan Aksan. Aksan menceritakan semuanya, terlihat Sesil tak terkejut mendengar semua cerita tentang Jelita. Hingga Aksan mengira Sesil tahu semuanya. "Kamu tahu semua ini?" tanya Aksan. Sesil menghela napas, lalu membuang pandangannya. "Kamu itu sudah jadi pacarnya satu tahun tapi belum mengenal dia dengan baik, jadi selama ini ngapain aja? Cuma datang untuk berkencan saja dengan dia, cuma datang ketika kamu kesepian atau cuma berpikir dia butuh duit kamu saja?" Sesil menjeda kalimatnya, Aksan semakin terasa sesak, ya memang selama berpacaran dengan Jelita, Aksan selalu memberikan apapun yang dia mau, Aksan selalu berusaha meluangkan waktu tapi memang ia mengakui Aksan tak pernah bertanya apapun soal kehidupan Jelita. Dan jelita pun tak pernah bertanya apapun atau bercerita apapun. "Tidak
"Qonita itu dari dulu memang istri yang sangat baik, bagaimana pun kondisi suaminya ia tetap bisa menerima semua kekurangan itu. Dulu adik kamu sangat bahagia bisa menikah dengan dia, sejak bercerita saat masih sekolah dulu Mama bisa melihat kebaikan dalam diri anak itu makanya Mama setuju ketika Ikhsan ingin menikahi Qonita."Aksan terdiam, selera makannya tiba-tiba hilang entah kemana mendengar cerita Mamanya, entah kenapa harus bagian itu yang Mama ceritakan, sejak dulu Aksan selalu tak suka mendengar soal kedekatan Qonita dan adik kembarnya, karena Aksan pun memiliki perasaan yang sama pada perempuan itu bahkan dia pernah berbuat gila dan nekat bukan? "Ma, kalau Mama sayang sama Qonita seharusnya Mama biarkan dia tetap jadi menantu Mama, lagi pula kemana suaminya itu. Selalu saja gak ada," ucap Aksan ketus. Mama terlihat menghela napas, lalu ia menatap dalam pada putra yang tinggal Aksan yang dimilikinya. "Mama bisa saja melakukan itu, tapi kamu tahu setelah sembuh dari masa tr
Perempuan itu segera menunduk dan pergi begitu saja, sementara Aksan masih terpaku pada perempuan yang barusan bertabrakan dengannya, tak terlihat jelas wajahnya tapi sepertinya Aksan begitu mengenali perempuan itu. Aksan segera menyadarkan diri dan menuju ruang pendaftaran, bagaimanapun Raja adalah anak Qonita mantan adik ipar sekaligus mantan istri sirinya. Lagipula mama Aksan masih sangat menyayangi Qonita dan masih menganggapnya seperti anak, hubungan keduanya masih dekat apalagi karena Qonita tak punya keluarga lain, selain Mama dan keluarga suaminya yang jauh di luar kota sana.Selesai melakukan pendaftaran, Aksan kembali ke IGD memberikan bukti pendaftaran lalu kembali menunggu Mama yang masih menemani Qonita bersama Raja. Suster melewati Aksan dan Aksan segera menghentikan langkah suster itu. "Sus, bagaimana kondisi keponakan saya?" tanya Aksan terpaksa mengakui Raja sebagai keponakannya kalau tidak dia bisa disangka bapaknya lagi. "Sejauh ini sudah ditangani dengan baik, p