"Assalamualaikum," Samudra mengetuk pintu ruangan rawat Airish dan melongokkan kepalanya ke dalam."Waalaikumsalam, masuk aja," jawab suara wanita dari dalam sana. Suara yang terdengar lemah.Samudra masuk ke dalam ruangan VVIP itu, di mana seorang wanita bernama Airish kini sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan selang infus yang terpasang di punggung tangan kirinya. Airish tersenyum tipis ke arah Samudra yang kini duduk di kursi lipat, di sebelah ranjangnya.Keadaan Airish sepertinya sudah jauh lebih baik ketimbang saat lusa kemarin Samudra menjenguknya. Bahkan dia sudah bisa bernapas tanpa harus memakai bantuan selang oksigen lagi, meski wajah Airish masih terlihat pucat dan lemah, namun hal itu tak sama sekali memudarkan kecantikan di wajah sang Dara.Dan jika ingatan Samudra kembali tertuju pada apa yang telah Airish alami tadi malam, hati Samudra kembali dihantui rasa bersalah. Pastinya, percobaan pembunuhan yang di alami oleh Airish semalam cukup mengerikan. Bahkan
"Jadi, apa yang sebenarnya mau kamu omongin sama aku? Kata Om Sudirman, kamu mau bicara sesuatu yang penting?" Tanya Samudra pada Airish."Oh, iya Sam. I-ini tentang Aisha..." Jawab Airish sedikit terbata.Mendengar nama Aisha disebut, seketika kepala Samudra pun kembali mendongak cepat menatap Airish.Kerutan di kening lelaki itu menjelas. "Aisha?" Katanya terdengar kaget.Airish mengangguk cepat, "Iya, Aisha. Mantan istri kamu.""Kamu kenal sama Aisha?" Tanya Samudra lagi."Nggak sih, cuma aku tau aja kalau nama mantan istri kamu itu Aisha.""Aisha itu istri aku, Rish. Bukan mantan istri!" Potong Samudra tegas.Mendengar kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Samudra, Airish pun semakin yakin bahwa sosok Aisha memang belum tergantikan oleh siapa pun di hati Samudra hingga detik ini."Iya, maaf kalau aku salah ngomong," balas Airish yang jadi takut.Samudra diam tanpa reaksi apa pun. Tatapannya lurus dan dingin. Terlihat kalau laki-laki itu seolah sedang menahan sesuatu di dalam d
Sesampainya di ruang rawat Airish, Sudirman yang tak mampu menahan kekesalannya terhadap Samudra lekas mengajak Samudra keluar untuk bicara.Tak perlu lagi bertanya siapa yang mulai membicarakan rencana pernikahan itu, Sudirman yakin pastinya itu adalah perbuatan Samudra."Apa yang sudah kamu katakan pada Airish, Sam? Kenapa Airish tiba-tiba membicarakan soal pernikahan?" Tanya Sudirman dengan tatapannya yang penuh dengan emosi."Saya tidak mengatakan apa-apa pada Airish, Om. Airish yang tiba-tiba saja mengajak saya menikah," Jawab Samudra masih dengan ekspresinya yang penuh dengan kebingungan. Sampai detik ini, Samudra memang belum menanggapi serius ucapan Airish, meski, sesungguhnya Samudra sendiri menginginkan hal itu.Entahlah, Samudra sendiri tak tahu mengapa dia merasa seantusias ini menyambut ajakan Airish yang konyol itu, semata-mata hanya demi mengetahui siapa sebenarnya pembunuh Aisha.Namun, yang jadi pertimbangan saat ini adalah, apakah semudah itu mempermainkan sebuah per
Waktu tengah malam sudah lewat.Airish sudah tertidur lelap sejak tadi sehabis meminum obat, namun berbeda dengan Sudirman yang masih asik menatap layar ponsel di tangannya.Maju mundur Sudirman ingin menghubungi Samudra.Satu sisi, dia merasa begitu berat untuk mewujudkan permintaan sang putri tercintanya, namun di sisi lain, Sudirman melihat adanya binar cerah kebahagiaan di balik sorot mata indah milik Airish saat sang putri menceritakan tentang sosok Samudra padanya.Sebagai seorang Ayah, Sudirman pun paham, bahwasanya Airish, memang sudah menyukai Samudra.Pada akhirnya, setelah cukup lama menimang-nimang dengan segala konsekuensi yang mungkin harus dia tanggung kelak, Sudirman pun memutuskan untuk menghubungi Samudra malam itu.Dan mengajaknya bertemu.Tak membutuhkan waktu lama, begitu Samudra di sana menyanggupi ajakannya, Sudirman pun langsung mendatangi Samudra ke daerah pasar ikan di Muara Baru."Airish bilang, kamu sudah pulang ke rumahmu, kenapa masih di sini?" tanya Sudi
"APA KATAMU, MAS? JADI PAPA MENINGGAL AKIBAT ULAH GARA?" pekik Senja di hadapan sang suami.Alden tak tahu lagi kemana harus mencari pertolongan, itulah sebabnya dia harus mengungkap semua kejahatan Gara yang sebenarnya pada Senja sebelum Gara bertindak lebih jauh.Setidaknya, Alden harus membuat Senja tetap berada di pihaknya dan membenci Gara."Gara sudah menipu kita, sayang. Dia sudah mengingkari janjinya padaku," jelas Alden lagi. "Setelah aku menuruti semua perintahnya untuk memfitnah Aisha di hadapan Papa, hingga Papa jadi membenci Aisha dan mengusir Samudra dari rumah, aku pikir Gara akan menepati janjinya dengan membantuku menjadi pimpinan utama di perusahaan Papa, tapi apa yang dia lakukan sekarang, dia malah diam-diam merencanakan pembunuhan terhadap Papa, Senja. Bahkan dia mengakui bahwa kecelakaan yang Papa alami kemarin itu semua ulahnya," jelas Alden panjang lebar."Ya sudah, kalau begitu kenapa kamu tidak melaporkan Gara ke kantor polisi? Dia sudah membunuh Papa dan dia
Seluruh keluarga kini sudah berkumpul di dalam home theater pribadi yang cukup luas di kediaman utama keluarga Atlanta.Sebuah ruangan besar yang biasa dijadikan tempat bersantai dan berkumpulnya keluarga.Dawis selaku pengacara Adipati, di dampingi Gara akan memutarkan sebuah video di mana di dalam video tersebut, akan menampilkan isi dari pembagian harta warisan yang akan diberitahu oleh Adipati sendiri.Hanya saja, mereka belum memulai acara karena masih harus menunggu kedatangan seseorang saat itu.Dan orang tersebut adalah Samudra."Coba lo telepon lagi si Samudra, Gar? Kita udah hampir satu jam loh nunggu di sini?" Teriak Alden yang sudah mulai bosan menunggu.Gara kembali menoleh ponselnya dan mendapati pesan masuk dari Samudra."Sam lagi di jalan, tunggu sebentar lagi," beritahu Gara saat itu.Benar saja apa yang dikatakan Gara saat itu, karena tak lama setelahnya, orang yang sejak tadi mereka tunggu-tunggu kedatangannya pun tampak memasuki ruangan home theater itu. Dan kedata
"Dan sebagai bukti rasa cintaku terhadap Rika dan juga Narendra, aku ingin kalian, terutama Samudra, melanjutkan kasus penyelidikanku yang sempat tertunda itu. Dawis akan membantu kalian karena dia yang mengetahui semuanya selama ini. Tangkap dan beri hukuman setimpal para manusia biadab yang sudah membunuh anak dan istriku. Maka setelah kasus ini selesai, kalian semua baru bisa menikmati bagian harta warisan yang sudah kusebutkan satu persatu tadi.""Maaf, jika ini terkesan memaksa, tapi, aku tidak akan bisa pergi dengan tenang sebelum pelaku pembunuhan terhadap keluargaku diberi hukuman setimpal. Aku ingin Almarhumah Rika dan Narendra mendapat keadilan yang seadil-adilnya atas semua penderitaan yang sudah mereka alami sejauh ini.""Jika kalian merasa keberatan dengan keputusanku, maka jangan mengharap apa pun dari harta milikku karena itu tidak akan pernah menjadi milik kalian. Maaf kan Papa untuk keputusan ini, namun, Papa hanya ingin, kalian menunjukkan rasa empati kalian terhadap
"Ada apa?" Tanya Gara saat dirinya sampai di sebuah kafe elit di daerah Kemang.Samudra yang memintanya datang, sementara Gara terlalu malas untuk bertanya lebih jauh. Toh mereka nanti akan bertemu juga.Samudra meringis, saat aroma alkohol terhirup menyengat hidung. "Lo mabok?" tanya Samudra spontan, karena sejauh dirinya mengenal sosok Gara selama ini, Samudra tahu bahwa Gara tidak suka minum.Menenggak air bening di atas meja yang memang sudah tersedia, Gara hanya memulas senyum tipis, "sedikit," jawabnya singkat."Ada masalah apa, Gar? Kenapa lo kelihatan kacau banget malam ini?" tanya Samudra lagi dengan segelintir kekhawatiran atas kondisi Gara saat itu."Gue ke sini buat dengerin omongan lo, bukan menjelaskan apa-apa tentang gue. Jadi, ada apa lo minta gue dateng ke sini malem-malem begini?" Tanya Gara balik yang jelas tak akan bicara apa pun soal alasan mengapa dirinya bisa menjadi begitu kacau malam ini."Gue cuma mau kasih tau lo tentang alasan kenapa gue sampai memutuskan u
Menghirup udara pagi di Switzerland yang asri dengan pemandangan perbukitan landai di sepanjang mata memandang.Rumput hijau bak permadani, bunga warna-warni yang bermekaran, serta suara gemericik aliran air sungai yang merdu.Puncak pegunungan Alpen yang tertutup salju, danau biru berkilauan, lembah zamrud, gletser, dan dusun kecil tepi danau yang indah menghiasi negara daratan ini.Sungguh ajaib ciptaan-Nya.Ini adalah pagi pertama aku bisa menikmati keindahan alam kota Swiss bersama Ibu.Bersama menaiki sepeda sambil berolahraga. Tawa ceria ibu terus terdengar dengan begitu banyak ceritanya tentang keindahan alam Swiss yang bisa dia nikmati saat ini.Kesehatan mental Ibuku sudah jauh lebih baik sejak para pelaku kejahatan terhadap kami mendapat ganjaran atas kesalahannya. Bahkan, ibuku sudah bisa terlepas dari obat penenang yang selama ini dia konsumsi secara rutin.Melihat keadaan ibuku yang sudah jauh lebih baik saat ini, aku sangat bahagia."Ibu nggak pernah mimpi bisa tinggal di
Setiap manusia di muka bumi, pasti akan merasakan yang namanya cinta.Entah itu cinta terhadap keluarga atau pun pasangan, yang pasti setiap cinta yang telah dihadirkan Allah untuk hambanya akan terasa indah di hati."Meski setiap manusia dapat merasakan cinta, jangan sampai perasaan cinta terhadap sesama, melebihi rasa cintamu kepada Allah. Niatkan mencintai seseorang karena Allah, untuk mencapai ketenangan hati yang sempurna," ucap Aisha saat dirinya, Samudra dan Angkasa baru saja selesai menunaikan Shalat Isya berjamaah.Seperti biasa, Aisha akan senantiasa berceramah sesuai dengan ilmu agama yang dipahaminya sejauh ini.Dan tema ceramah Aisha malam ini adalah tentang Cinta seorang hamba kepada Tuhannya.Samudra dan Angkasa mendengarkan dengan seksama. Angkasa tampak nyaman duduk di atas pangkuan lelaki dewasa yang kini senantiasa ada untuknya. Menemani kesehariannya, menjadi rekan bermainnya, serta menjadi partnernya dalam menggoda sang ibunda.Keberadaan Samudra dalam kehidupan A
Pada akhirnya, semua kejahatan harus dibayar dengan hukuman yang setimpal.Pengadilan baru saja menjatuhi hukuman seumur hidup bagi Talia dan Dawis sebagai terdakwa kasus pembunuhan terencana yang dialami oleh Rika dan Narendra berpuluh-puluh tahun silam, di mana kejadian itu awalnya diduga karena sebuah kecelakaan biasa.Sementara Alden, hanya dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena dia hanya lah orang suruhan untuk membantu terjadinya tindak pidana.Bersamaan dengan hukuman pidana yang diterima Alden, tak ingin membuang banyak waktu, Senja yang sudah tahu bagaimana busuk suaminya selama ini, langsung menggugat cerai Alden ke pengadilan.Meski Alden menolak, namun dia tak memiliki kuasa apa pun lagi untuk menampik semua kesalahan-kesalahan yang telah dia lakukan. Hingga akhirnya, pengadilan pun menyetujui gugatan Senja dan meresmikan perceraian mereka beberapa bulan setelahnya.Hari itu, saat Senja datang ke lapas untuk memberikan akta cerai pada Alden, perut Senja sudah terlih
Untuk Aisha...Ini adalah surat ketiga yang ku tulis untukmu, setelah surat pertama dan kedua gagal kuberikan hingga harus berakhir dengan sobekan kecil di tempat sampah.Surat ini tak akan kuberikan selama aku masih bernapas, karena aku tak ingin ada siapa pun yang mengetahui perasaanku selama ini, apalagi Samudra.Itu artinya, jika sampai surat ini jatuh ke tanganmu, maka aku pastikan bahwa aku sudah tiada lagi di dunia ini.Sebut aku pengecut karena terlalu takut untuk mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya selama ini, terhadapmu, Aisha.Itulah sebabnya, aku hanya mampu mengungkapkannya dalam bentuk tulisan tanpa sanggup mengucapkannya melalui lisan.Entah bagaimana caranya aku memulai karena perasaan ini sudah jelas tidak mungkin bisa terbalas dengan sempurna.Kamu memang pernah mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Impianmu adalah menikah denganku. Akan tetapi, semua itu kamu ucapkan dalam keadaan dirimu yang tidak utuh Aisha. Kamu hilang ingatan, dan karena dalam kehidupan barumu
Begitu tahu Riki berhasil melarikan diri keluar dari area rumah sakit, sementara pihak kepolisian dan Gara turut mengejar, Samudra pun tak tinggal diam dan langsung menaiki kendaraan roda empatnya bersama Riko.Ponsel Gara yang dipegang Riko tampak berbunyi, ternyata itu adalah kiriman pesan yang berisi share-loc dari ponsel Samudra yang kini sudah berada di tangan Gara.Sudirman yang sudah memberikan ponsel Samudra pada Gara saat Gara bertemu Airish dan Sudirman di ruang radiologi tadi.Cepet bawa polisi ke sini, Riki ada di tempat ini sekarang.Itulah isi pesan dari Gara selanjutnya.Memutar balik arah mencari jalan pintas, Samudra pun langsung memacu kendaraannya dengan kecepatan penuh, tentunya setelah dia meminta Riko untuk mengirimkan lokasi yang dimaksud kepada pihak kepolisian.*****Sampai di sebuah rumah mewah yang sepertinya sudah lama tak berpenghuni, Gara melihat kendaraan yang dikendarai Riki terparkir di sana.Dari cara mengemudinya yang sangat ugal-ugalan tadi, Gara ya
"Mama sudah tidur?" tanya Samudra pada Mutiara."Sudah Kak. Tadi, habis ditemani Angkasa menggambar, terus Angkasa tidur, Mama juga ikut tidur," jawab adiknya yang paling bungsu itu. "Tadi Angkasa ngeluh laper, Muti teleponin Kakak nggak di angkat-angkat," keluh Mutiara kemudian.Reflek Samudra pun meraba saku celana jeansnya, dan baru ingat jika ponselnya sepertinya tertinggal di ruang rawat Airish tadi."Memang Bi Murni kemana?""Bi Murni izin pulang tadi, malam ini dia nggak bisa jagain Mama di sini, karena anaknya sakit.""Oh begitu. Yaudah malam ini kamu yang jaga Mama berarti. Hp Kakak ketinggalan di tempat Airish kayaknya, Kakak ambil dulu ya. Nanti Kakak ke sini lagi bawakan makanan, tapi mau ke ICU dulu lihat Aisha," ucap Samudra sebelum hengkang dari hadapan Mutiara.Samudra masih berjalan hendak menuju lift, ketika seseorang keluar dari lift samping dan langsung menghentikan langkah tergesa begitu melihat keberadaan Samudra."Sam," panggilnya seraya membuka masker wajah yan
Pov AISHA DEWI MAHARANI"Saya terima nikah dan kawinnya, Aisha Dewi Maharani Binti Zainudin Alkahfi, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.""Bagaimana saksi?""Sah.""Sah.""Alhamdulillah.*"Apakah kamu menyesal sudah menikah denganku, Mas?""Tidak Aisha. Aku sama sekali tidak menyesal. Semua keputusan yang sudah diambil, harus ada pertanggung jawabannya. Dan sebagai seorang istri, kamu adalah tanggung jawabku sekarang. Jadilah bidadari surga untukku di dunia dan akhirat, Aisha..."*"Kalau nanti anak kita lahir siapa yang mau kasih nama, Mas?""Ya kita? Masa Mbak Santi?"Aisha tertawa."Gimana kalau anak kita laki-laki, kamu yang beri nama, tapi kalau perempuan, aku yang beri nama, setuju?""Oke.""Terus, kamu mau kasih nama siapa kalau anak kita lahir laki-laki nanti, Mas?""Hm, siapa ya?""Muhammad?""Boleh.""Kepanjangannya?""Muhammad Angkasa, gimana?""Boleh, bagus kok.""Terus kalau perempuan, kamu mau kasih nama dia siapa?""Zahra. Az-Zahra Chairunnisa."*"Nanti kamu bali
Malam ini bintang bersinar cerah di angkasa.Cahayanya indah memenuhi langit dengan titik-titik kecil berwarna emas.Saking indah dan cerahnya langit malam ini, Airish pun tergoda untuk menyaksikan langit dari alam terbuka.Dan kebetulan sekali, Samudra datang menjenguknya.Sejak dua hari dirinya dirawat di rumah sakit yang sama dengan Aisha, ini adalah kali kedua Samudra mendatanginya, setelah lelaki itu menengok keadaannya pasca dipindah ke ruang rawat dua hari yang lalu.Airish berusaha untuk memaklumi meski dalam hati, dia merasa begitu sedih dan kecewa.Sialnya, Airish hanya bisa memendam kesedihan dan kekecewaannya itu dalam hati, karena dia sadar akan posisinya yang memang tak sama sekali memiliki peran penting apa pun dalam kehidupan Samudra.Bagi Airish, Samudra masih mengingatnya saja itu sudah lebih dari cukup membuatnya merasa senang.Airish tak ingin berharap terlalu muluk, apalagi jika masih berharap bahwa pernikahannya dengan Samudra akan tetap berlangsung. Sungguh, itu
"Aisha hilang ingatan, Sam," beritahu Gara saat keduanya sedang menikmati makan siang bersama di salah satu restoran cepat saji yang berada di lantai dasar Rumah Sakit."Apa? Jadi, sekarang dia tidak ingat padaku?" tanya Samudra dengan perasaannya yang kian remuk redam.Setelah apa yang Samudra dengar dari Angkasa mengenai ucapan Aisha tentang Gara semalam, perasaan Samudra jadi tak tenang. Itulah sebabnya, dia meminta Gara ke rumah sakit saat jam makan siang kantor."Ya, benar. Aisha tak mengingat siapa pun pasca kejadian kecelakaan yang menimpanya empat tahun silam. Aisha koma dan ketika dia terbangun dari koma, dokter menyatakan bahwa Aisha amnesia," tambah Gara lebih lanjut.Mendengar hal itu, dunia Samudra yang sudah hancur lebur kembali harus dihancurkan lagi hingga berkeping-keping.Pantas sejak kemarin, Samudra merasa tatapan Aisha begitu aneh kepadanya. Seolah Samudra adalah orang asing baginya.Nyatanya, semua itu karena Aisha yang memang tidak ingat siapa Samudra sebenarnya