Aku tak kuasa menolak ciuman Lucas. Penuh gairah, memabukkan, sangat gentle. Lidahnya memasuki mulutku seperti singa lapar. Selama berciuman, kami membaca pikiran satu sama lain. Aku tahu apa yang diinginkan Lucas dan Lucas pun tahu apa yang aku inginkan. Tak perlu bicara. Hanya tindakan.
Lucas segera menyandarkanku ke tembok sambil terus menciumku. Tubuhnya melekat dengan tubuhku dan aku bisa merasakan hangatnya walaupun dibatasi oleh pakaian yang cukup tebal. Sesaat dia mengerang menikmati ciuman ini. Aku tahu dia berusaha keras mengontrol libidonya. Beberapa kali tangannya tanpa sengaja mulai eksplor tubuhku, namun dia kemudian menariknya kembali.
Aku melepaskan ciumannya. Dia terlihat bingung, "Ada apa Anna?" Lucas memainkan rambutku.
"Lucas, kamu cemburu karena Armando?"
Lucas terlihat kecewa aku melepaskannya. Dia diam sejenak sambil terlihat menimbang-nimbang jawaban apa yang akan diberikannya kepadaku. Lalu dia menatap mataku dan memegang tanganku
"Tante cuman pengen dua hal. Yang pertama, deketi papamu dan cari tahu semua hal mengenai papamu, termasuk rahasia-rahasia yang disembunyikannya. Bukan bermaksud menjegal papamu, tapi tante ingin buktikan kalau kamu memang layak menggantikan Angelo. Ingat kalau tante itu sebenarnya sudah tahu rahasia papamu, tapi tante hanya memastikan kamu tahu semuanya juga. Jangan sampai ketika ada pergantian kepemimpinan, banyak bawahanmu yang menyembunyikan sesuatu dan malah jadi bumerang buatmu. Kamu bisa diskusikan apapun dengan tante. Tante dengan senang hati akan ngajarin kamu bagaimana seharusnya bersikap dan berbisnis."Armando berpikir sejenak. Dia mengangguk kecil. Pikirannya mulai melayang ke beberapa bisnis gelap Angelo. Clarissa melirik Alex dan dan melemparkan isyarat pada Alex untuk membaca visual Armando.Armando kembali fokus pada Clarissa dan bertanya lagi," Lalu apa yang kedua?""Yang kedua lebih terkait perasaan anakku. Kalau memang Anna memilih untuk bers
Alex mengetuk pintu rumah keras-keras. Aku dan Lucas terkejut. Kulangkahkan kakiku menuju pintu dan kubuka pintu. Kulihat Alex sudah tampak segar dan bersih. "Apa dia tidur tempat mama?" Pikirku.Seperti biasa, Alex pasti bisa membaca pikiranku. Dia menjawab singkat,"Iya dong. Aku tidur di kamar hotel mewah.""Dasar tukang pamer!" kataku kesal.Alex tertawa keras. Dia segeramasuk ke dalam rumah dan bertanya kepadaku, "Mana Lucas?""Itu ada di ruang makan," jawabku singkat.Alex tersenyum. Dia langsung berjalan menuju ruang makan masih dengan pakaian lengkap semalam. Dilihatnya Lucas masih berantakan seperti bangun tidur. Aku menyusul di belakang Alex. Aku menarik jaket Alex dengan paksa."Anna, yang lembut dong," kata Alex kepadaku.Aku tidak mempedulikan perkataannya. Jaket Alex sekarang sudah ada di tanganku dan aku segera menaruhnya di keranjang laundry. Melihat itu, Lucas tertawa. Alex pun cengar-cengir."Wah
Lucas dan aku segera keluar dari kamar terburu-buru sampai kami bertemu Alex dengan kaleng soda di tangan kanannya. Alex menatap kami dengan senyuman penuh arti seolah ingin memberitahuku bahwa dia mengetahui semuanya. Jantungku berdegub kencang melihat kakakku. "Apakah dia tahu?"pikirku."Tentu saja aku tahu," jawab Alex tiba-tiba. Sial! Aku sampai lupa kalau semua penduduk rumah ini adalah mind reader. Alex tertawa melihatku. Alex melihat kami berdua dan bertanya, "Kalian lama banget tadi di kamar. Seru pembicaraannya?"Lucas memegang tanganku. Aku menoleh ke arahnya. Dia terlihat percaya diri dan berkata pada Alex, "I'm dating your sister now (Aku sekarang berkencan dengan adikmu.)"Alex terbatuk-batuk mendengarnya. Kurasa soda yang ada di mulutnya membuatnya tersedak karena salah arah. Alex mencoba mengendalikan aliran soda dalam mulutnya itu. Lalu dia tersenyum penuh arti dan memandang kami dari atas sampai ke bawah. Aku men
"Anna, boleh lihat catatannya? Aku mau cocokin sama punyaku," kata Evie sambil menulis sesuatu di bukunya. Kuberikan bukuku kepadanya. Evie masih sibuk dengan tulisannya padahal kuliah sudah selesai.Kulihat sekeliling, para mahasiswa sudah bubar dan keluar dari ruangan kelas. Sedangkan aku disini masih menunggu Evie. Aku mengutak-atik hpku dan kubaca notifikasi pesan masuk.LUCAS: "Sudah selesai belum, Dolcezza?"ANNABETH: "Sudah. Sabar sebentar ya. Kamu uda dimana?"LUCAS: "Masih di jalan. Sebentar lagi juga sampai."Aku senyum-senyum sendiri melihat chat itu. Evie menyenggolku, "Ciye kayaknya bahagia banget nih. Ada apa?"Aku tertegun dan menatap Evie,"Ngga kenapa-kenapa kok Vie, udah selesai nyatetnya?""Udah nih." Evie langsung mengembalikan bukuku. Dia juga membereskan catatannya dan memasukkannya ke dalam tas. Aku menatapnya dan berkata, "Keluar yuk. Yang lainnya uda pada pulang."Evie mengangguk dan kami segera keluar.
Lily Spencer menatap laptopnya. Dia harus mengurusi pengiriman barang malam ini. Dirinya membuka akses sistem CCTV kota dan memeriksa beberapa rekaman video untuk memastikan pengiriman berjalan lancar malam ini. Memang, hacker klan Gambino sangat handal sampai bisa mengakses CCTV di seluruh daerah kekuasaan Gambino.Lily mulai mencatat jalan-jalan protokol yang aman dari petugas berdasarkan histori beberapa hari ke belakang. Hal ini memudahkannya untuk mendistribusikan barang tanpa terkena tangkapan petugas. Matanya menjelajah video demi video hari-hari ke belakang sampai matanya terasa penat. Dia mulai meneguk kopi yang ada di sampingnya dan berusaha untuk tetap membuka matanya lebar-lebar.Tidak ada yang aneh dengan video-video itu sampai suatu ketika matanya menangkap salah satu potongan video yang membuat jantungnya berdebar-debar. Dia mulai memerika potongan video itu dan berusaha membesarkannya. Lily melihat seorang yang familiar berbicara dengan Angelo Cassano.
Saat ini, Armando berada di lantai 70, tempat spot favoritnya. Dirinya sangat membutuhkannya kali ini karena dia merasa pikirannya sudah gelap. Armando menatap pemandangan malam kota di depan matanya yang sangat menyegarkan dan berharap pemandangan itu dapat memberikan efek yang baik bagi dirinya.Pikiran Armando melayang-layang. Dirinya masih tidak percaya kalau seorang Annabeth Russo yang selama ini dekat dengannya akan memilih Lucas dibandingkan dia. Namun apa bisa dikata, nasi sudah menjadi bubur. Armando berusaha untuk tetap berpikiran positif dan menganggap Anna adalah saudaranya. Logikanya berkata tidak sepantasnya antar saudara berpacaran walaupun tidak ada hubungan darah, tapi ternyata hatinya tetap merasa sakit. Armando berteriak sekencang-kencangnya dari atap lantai 70 itu.Dia memikirkan kejadian hari. Sekilas dia melihat helikopter-helikoper yang terbang melintasi gedungnya. Beberapa pertanyaan kerap kali muncul di pikirannya, "Kalau Lucas adalah mind read
"Capo Lucas, kamu gila! Bagaimana bisa kamu percaya gitu aja sama Armando? Sebelumnya kamu sendiri yang bilang kalau kita ngga boleh kasih tahu siapapun mengenai mind reader ini? Dan sekarang adikku sendiri yang memberitahu Armando tentang Mind Reader dan patung itu? Bullshit!" teriak Alex kepada kami berdua sambil mengacungkan tangannya kepada Lucas.Alex berputar-putar di dapur dengan mengepalkan kedua tangannya. Dia menatap tajam aku dan Lucas bergantian. Aku terdiam melihat kemarahannya. Memang wajar dia marah karena memang sebelumnya Lucas mewanti-wanti supaya jangan sampai seorang pun tahu kalau kami adalah mind reader. Aku pun merasa bersalah karena aku lah yang membujuk Lucas untuk memberitahu Armando mengenai hal ini karena aku berpikir Armando akan dapat membantu case ini. Aku mencoba berbicara dengan Alex melalui pikiran namun dia menutup pikirannya."Alex, dengerin aku dulu!" teriakku memohon.Lucas menimpaliku, "Ini keputusanku Zac!"
Kubuka mataku dan kulihat Lucas masih tertidur di sampingku. Lucas hanya memelukku semalaman. Walaupun kami tidak berhubungan badan, namun hatiku sangat bahagia. Karena cinta tidak hanya tentang seks.Aku segera bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Kubuka kulkas dan kuambil roti, sayuran, ikan kaleng, dan mayones. Bahan-bahan itu segera kuolah menjadi sepotong sandwich. Tak lupa aku juga menyiapkan susu segar dalam gelas. Setelah semuanya selesai, aku segera menaruh sandwich dan susu di atas nampan dan kubawa ke kamar dengan hati-hati."Buon Giorno Dolcezza, Mi Amore, (Selamat pagi Manisku, Cintaku)," sapa Lucas mengagetkanku. Lucas berdiri di depan pintu kamar. Tentu saja masih dengan rambut berantakan dan baju yang memperlihatkan dada bidangnya."Honey, kok sudah bangun?"Lucas segera mencium bibirku singkat. Dia tersenyum dan berbisik di telingaku, "Kamu ngga lupa kan kalau hari ini hari Sabtu?"Aku mengernyitkan dahi dan me
Kediaman Clarissa, SisiliaKringgg...Clarissa segera menilik ponselnya. Tertulis nama Dea Cassano disitu.Clarissa : " Ya De"Dea : (sambil menangis sesenggukan) "Armando di rumah sakit Riz, Armando mencoba menyelamatkanku dari amukan Angelo dan Armando yang terkena hantaman kursi Angelo.Clarissa : "Astaga. Aku kesana sekarang. Tenangkan dirimu De. Waktu Angelo sudah tidak lama lagi."Dea hanya menangis sesenggukan mendengarnya lalu menutup teleponnya. Mata Clarissa berkilat tajam. Tak lama kemudian, Lucas yang meneleponnya dan menginformasikan semua plan kepada Clarissa. Clarissa tampak tersenyum bangga ketika dia mendengar bahwa Anna lah yang mengajukan rencana itu. "Anna memang mirip aku,"pikirnya bangga.Lalu dia menoleh dan berkata kepada asistennya, "Sudah waktunya. Siapkan Private Jet ke Indonesia.""Baik Madam."Asisten Clarissa segera berlalu dan Clarissa pun segera mengangangkat smartphonennya untuk menelepon Paulo. Di ujung sana Paulo segera mengangkat teleponnya
Armando dan Angelo bertengkar hebat di dalam ruang kerja Angelo sedangkan Dea Gambino hanya bisa menangis di sudut ruangan. Plak! Terdengar suara tamparan keras yang mendarat di pipi Armando. "Kamu benar-benar anak tidak tahu malu! Kamu tahu Vero itu siapa? Kamu pasti bersekongkol dengan Gambino untuk membebaskan Vero!" teriak Angelo kepada anak laki-lakinya itu. "Tentu saja aku tahu. Dia adalah kakakku!" Plak! Angelo kembali menampar anak semata wayangnya itu. Dea Cassano menangis semakin keras. Wajah Angelo memerah dan berkata kepadanya, "Dia bukan anakku! Dasar anak bodoh!" "Memang bukan anak ayah! Tapi dia anak ibuku!" Kemarahan Angelo pun menjadi tak tertahankan. Dia langsung menendang perut Armando keras-keras yang membuat pemuda itu meringkuk di tanah. Dea langsung menghampiri Armando dan berteriak ke arah Angelo, "Sudah cukup kamu menyakiti semua anak-anakku!" "Vero itu anakmu? Maksudmu?" Dea segera berdiri dan
"Ini minum dulu Lucy," ujar Lily sambil memberikan secangkir gelas berisi air putih kepada gadis yang sudah lemah lunglai itu."Terima kasih Lily.""Sama-sama," jawab Lily singkat sambil meneguk champage dalam gelas di tangannya.Lucy atau Vero itu segera menatap sekelilingnya. Tembok putih dengan jendela besar itu menarik perhatiannya. Namun sebenarnya di balik jendela itulah yang menarik perhatiannya. Lucy segera berdiri, berjalan ke arah jendela itu untuk memastikan lalu menoleh dan bertanya kepada Lily, "Itu ayam? rusa? Kita sebenarnya ada dimana? kebun binatang?"Celetuk Vero membuat Lily tertawa keras. Lily segera meneguk champagne yang ada di tangannya seraya menjawab santai,"Rumah Lucas."Vero segera berbalik dan menatap Lily, "Rumah Capo? Wow, aku ngga nyangka rumahnya sebesar ini dan Capo memelihara banyak binatang.""Iya, semua masakan dari dapurnya rata-rata diambil dari pekarangannya sendiri," jawab Lily santai.Vero meng
"Dolcezza, kamu tahu ngga kalau aku bener-bener sayang sama kamu?"Lucas menggosok punggungku dengan sabun wangi. Jacuzzi yang penuh dengan air hangat dan bunga itu membuatku merasa sangat segar dan spesial. Ditambah Lucas ada di belakangku dan sambil sesekali menciumi leherku menjadikanku merasa sangat senang.Aku berbalik ke arahnya. Tubuh atletisnya yang terlihat sangat kekar membuatku tersenyum dan berpikir, "Bagaimana aku bisa seberuntung ini?"Lucas memegang pipiku dan berkata, "Aku yang beruntung bisa mendapatkanmu. Kamu benar-benar harga berharga untukku.""Kita barusaja jadian dan aku belum mengenalmu terlalu lama," kataku berkilah."Aku tahu kalau kamu diciptakan untukku sejak aku bertemu denganmu."Aku berbalik membelakanginya kembali dan menjawabnya, "Ingat kilat itu?"Lucas tertawa mengiyakan sambil menciumi leherku. Dia menjelajah tubuhku sesuka hatinya dan setiap sentuhannya membuatku terasa ingin bercinta terus menerus
Agil datang dengan tergopoh-gopoh dengan membawa tas ransel. Sesampainya di lantai yang dituju, dia pun segera mengetuk pintu kamar hostel sesuai dengan petunjuk dari Ben.Mendengar ketukan dari pintu, Alex pun segera mengintip untuk memastikan Agil yang datang. Dia mengintip dari kaca kecil yang tersemat di pintu. Begitu mengetahui bahwa Agil yang datang, maka Alex segera membukakan pintu untuknya."Masuklah!" kata Ben sambil duduk di atas tempat tidur.Agil segera memasuki ruangan itu lalu menatap mereka bergantian. Dia berkeliling melihat kondisi kamar itu sambil bertanya kepada mereka, "Gimana hasilnya? Aman?""Duduklah dulu," kata Alex kepada Agil. Ben mengangguk dan ikut menyuruh Agil duduk di depannya. Alex pun ikut duduk melingkar bersama dengan mereka."Zac, ceritakanlah," kata Ben seraya menatap Alex yang memiliki nama angklan Zac itu.Alex menarik nafas dalam-dalam. Agil menatapnya dengan wajah penasaran. Alex pun mulai menceritak
Ben dan Alex sedang dalam penyamarannya di bakery. Mereka berdua berperan seperti seorang pasangan kakek cucu yang sedang memesan kue ulang tahun di bakery milik Angelo. Ben berperan sebagai kakek dan Alex berperan sebagai cucu yang sedang memasuki masa pubertas. Tentu saja mereka juga berdandan selayaknya kakek cucu lengkap dengan rambut palsu dan seragam SMA. Seorang pelayan wanita melihat mereka dengan tatapan tanpa curiga. Dia bersikap masa bodoh dengan penampilan Alex dan Ben. Hal ini pertanda bagus karena Alex pun juga membaca pikiran pelayan itu dan tidak menemukan sesuatu hal yang membuatnya khawatir. "Mau pesan apa? Dibawa pulang atau dimakan disini?" tanya pelayan itu sambil menatap Ben dan Alex bergantian. Alex berkata kepada Ben, "Kakek aja ah yang nentuin. Aku ngikut aja." Mendengar itu, Ben berbisik kepada Alex, "Nanti ketauan suaraku masih muda. Kamu aja yang ngomong." Alex pun mengangguk dan berkata kepada pelayan itu, "Satu ke
Aku membuka mataku dan kulihat Lucas tertidur di sampingku. Aku merasa sangat bahagia ketika mengetahui pria kekasihku itu ada di sampingku. Aku melihat ke bawah dan ternyata aku sudah dipakaikan pakaian dalam. Aku segera bangkit berdiri dan mencuci mukaku.Setelah dari tempat tidur, kumelihat hp Lucas bergetar kencang. Rasa penasaranku langsung memuncak dan kuiintip hpnya. Kulihat ada nama Armando di atasnya. Jantungku langsung berdegub kencang. Pikiranku langsung berkecamuk seperti benang ruwet.Kulihat ke arah Lucas dan kulihat wajah Lucas menjadi kesal. Dia bergumam dalam tidurnya, "Berisik ah Dolcezza. Aku masih mengantuk.""Inilah susahnya pacaran sesama mind reader," pikirku kesal. Kulihat Lucas hanya tersenyum namun matanya tetap tertutup."Ada telepon dari Armando. Kamu yang angkat atau aku yang angkat?" tanyaku langsung ke arah Lucas. Seketika itu juga mata Lucas terbuka lebar. Dia langsung bangkit berdiri, "Aku aja yang angkat
Jantungku berdegub sangat kencang ketika Lucas menjemputku dengan mobil sportnya itu. Kulihat mobilnya masuk ke dalam halaman rumahku. Dengan gayanya yang khas, Lucas keluar dari mobilnya. mataku melompat melihatnya. Dia memakai kaos putih ketat dan celana jeans biru terang. Badannya yang tegap dan atletis itu memang memiliki kharisma yang sangat kuat yang membuat jantungku melompat setiap kali bertemu dengannya. Aku merasa bahagia setiap kali aku bersamanya."Benar-benar James Dean," kataku dalam hati.Kulihat Lucas tersenyum dari kejauhan. Dia berjalan ke arahku yang membuat aku merasa dunia melambat. Dia mendekatiku, memeluk pinggangku, dan mencium bibirku dengan lembut. Sesaat kemudian dia bertanya, "Dolcezza, kamu segitu ngefansnya sama James Dean?"Perutku terasa tergelitik. Aku hampir lupa kalau dia juga mind reader. Kujawab pertanyaannya, "Iya dong, bukannya kamu reinkarnasinya James Dean?"Lucas tertawa mendengarnya dan dia mengangguk ke
Kubuka mataku dan kulihat Lucas masih tertidur di sampingku. Lucas hanya memelukku semalaman. Walaupun kami tidak berhubungan badan, namun hatiku sangat bahagia. Karena cinta tidak hanya tentang seks.Aku segera bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Kubuka kulkas dan kuambil roti, sayuran, ikan kaleng, dan mayones. Bahan-bahan itu segera kuolah menjadi sepotong sandwich. Tak lupa aku juga menyiapkan susu segar dalam gelas. Setelah semuanya selesai, aku segera menaruh sandwich dan susu di atas nampan dan kubawa ke kamar dengan hati-hati."Buon Giorno Dolcezza, Mi Amore, (Selamat pagi Manisku, Cintaku)," sapa Lucas mengagetkanku. Lucas berdiri di depan pintu kamar. Tentu saja masih dengan rambut berantakan dan baju yang memperlihatkan dada bidangnya."Honey, kok sudah bangun?"Lucas segera mencium bibirku singkat. Dia tersenyum dan berbisik di telingaku, "Kamu ngga lupa kan kalau hari ini hari Sabtu?"Aku mengernyitkan dahi dan me