Malia menyantap sarapannya dengan kunyahan lambat, ia menundukan kepalanya setiap kali Loui menatapnya.
Sepertinya duduk di kursi tengah benar-benar menjadi pilihan buruk. Maksud hati ingin menghindari tatapan langsung Loui, namun siapa sangka kursi paling ujung yang biasa di duduki Loui hari itu kotor, sehingga Loui kembali duduk di kursi yang bersebrangan dengan dirinya –seperti biasa.Malia merasa malu jika harus bertatapan langsung dengannya. Terlebih setiap kali ia melihat Loui menyapu bibirnya membuat rasa malunya melonjak naik, sama seperti jantungnya yang berdegup tak beraturan. Kurang ajar sekali. Batin Malia.Benar-benar memalukan jika mengingat kembali kejadian beberapa hari lalu. Saat dalam perjalanan pulang, saat manik matanya bertemu dengan milik Loui, pria itu tersenyum manis padany. Dengan sangat kurang ajar ia mendaratkan sebuah kecupan hangat pada labium ranum milik Loui. Tidak beradab sekali kau, Malia! Ia benar-benar merutuki kebodoh"Sejak kapan kau menjadi seorang penadah sampah?" tanya Ash pada Leona yang baru saja datang dan berdiri di hadapannya.Leona mengernyitkan dahinya —bingung dan benar-benar tidak mengerti dengan apa yang baru saja Ash katakan. Hanya sapaan atau jokes anak muda jaman sekarang memang se-cheesy itu? Pikirnya.Karena tak mendapatkan jawaban bahkan tak mendapat respon apapun dari Leona, Ash pun bangkit –berdiri berhadapan dengan Leona.Ia memiringkan sedikit kepalanya —menarik dedaunan kecil yang menempel di surai panjang Leona. Satu persatu."Apa begitu menyenangkan bisa menemukan dedaunan kering di musim dingin?" tanya Ash spontan.Kedua tangannya masih sibuk membuang sisa-sisa daun yang menempel pada surai pirang milik sang gadis.Tak lama Archie dan Gabe datang. Mereka meneriakkan nama Ash dan Leona dengan lantangnya. Leona spontan menoleh ke sisi kirinya. Katup mulutnya menyentuh pipi kiri Ash –membuat cetakan bibir berwarna co
"Maaf, Lyla. Untuk hari ini kau belum bisa bergabung bersama kami" tegas Leona. Ia menaikan sedikit pandangannya –menatap Ash yang mematung di sisinya lalu menggiringnya pergi dari hadapan Lyla."Bye, Lyla!" ejek Leona.Satu persatu dari mereka yang tersisa ikut berpamitan dengan canggung pada Lyla, lalu berlarian mengejar –menyusul Ash dan Leona.Mereka berhasil membuat Lyla kesal dan membangunkan sesuatu yang bahkan tak Lyla harapkan kemunculannya.Dalam perjalanannya menyusul Ash, Archie dan Gabe saling melemparkan tatapan penuh tanya. Mereka terkejut melihat Ash yang tampak berbeda dari biasanya.Kali ini, untuk pertama kalinya Ash tidak memberikan pembelaan apapun saat Lyla diperlakukan kurang baik oleh orang lain.Bahkan dengan santainya Ash melenggang bersama Leona –membiarkan Leona menggandeng tangannya tanpa protes. Seperti yang biasa ia lakukan saat Lyla tiba-tiba merangkulnya.Tiba-tiba Gabe menghentikan langkahnya sembari m
Ash adalah tipe laki-laki yang apa adanya. Ia tidak senang mengurusi hal rumit, apalagi mengurusi hal yang di luar kendalinya. Namun, saat Loui memintanya untuk bekerja sama dengan Leona, bahkan memintanya untuk saling menjaga satu sama lain, entah mengapa ia hanya bisa menurut tanpa bertanya.Mungkin, Ash mengiyakan permintaan Loui begitu saja karena Loui tengah mengontrol pikirannya, atau mungkin ia tidak sedang ingin berdebat bahkan memperkeruh suasana seperti yang beberapa hari lalu ia lakukan pada saat mendatangi Mitchell Hills. Kediaman Keluarga Argent.Namun, seperti yang Loui katakan sebelumnya, ia akan mengetahui langsung alasan mengapa ia dan Leona harus saling menjaga satu sama lain.Pertama karena ia adalah seorang Alpha terakhir dari garis keturunan Keluarga Cooper, dan Leona adalah seorang purebloods terakhir dari garis keturunan Keluarga Argent.Baik Keluarga Cooper 'pun Keluarga Argent, keduanya meru
Siang itu Leona dan Malia menghabiskan waktu senggang mereka dengan membaca buku di perpustakaan kecil dalam rumah mereka. Kegiatan itu sudah mereka lakukan selama tiga hari belakangan. Sekolah sengaja diliburkan –jalanan tertutup salju akibat badai besar yang terjadi beberapa hari lalu.Selama tiga hari itu pula Leona berusaha keras untuk mengubah umpatannya dengan kalimat-kalimat baik atau menutup rapat mulutnya saat ia tidak bisa menemukan kalimat baik yang harus akan diucapkannya. Sekali saja Leona mengumpat, satu persatu benda kesayangannya akan dibakar Malia –habis tak bersisa –sesuai kesepakatannya.Tanpa sengaja Malia mendengar perdebatan kecil antara Leona dan Ash. Ah, sebenarnya tidak tepat jika itu disebut tanpa sengaja mendengar. Sebab volume suara Leona dan Ash saat itu terdengar cukup keras, sehingga Malia beserta Archie dan Ga
"Bantu aku dan Kak Loui. Ibu meminta kita membuatkan cream soup untuknya." ucap Luca pada Leona.Leona merotasikan bola matanya dengan kesal seraya merapikan bajunya yang sedikit berantakan, lalu bangkit dari tempat duduknya. "Baiklah. Aku akan membantu kalian." jawab Leona pasrah.Kedatangan Luca di perpustakaan membawa sedikit angin segar untuk Malia. Malia merasa begitu lapar dan mulai jenuh. Tapi karena sudah berjanji untuk menemani dan membantu Leona mengontrol segala macam emosinya, Malia tak bisa meninggalkannya sendirian begitu saja.Namun, saat Leona hendak menyusul Luca yang telah lebih dulu meninggalkan ruangan, Malia tiba-tiba saja menahan pergerakan Leona. "Biar aku saja. Sepertinya ada seseorang yang datang dan ingin menemuimu." Dengan sigap Malia berlari keluar menyusul Luca. Ketika Malia
Pagi itu, kediaman Keluarga Argent terlihat lebih sepi daei biasanya. Hampir semua penghuninya pergi berburu ke hutan, kecuali Luca dan Malia. Mereka masih asyik bergumul dengan selimut tebal di kamar masing-masing."Eungh!" Malia menggeliatkan tubuhnya ke sisi kiri, lalu berguling ke sisi kanan seraya mengulurkan tangan kanannya ke side table, meraba-raba seluruh permukaan atasnya, mencari benda pipih kesayangannya yang entah sejak kapan menelungkup di atas karpet bulu disamping ranjang.Gadis itu kembali menggeliat sembari menurunkan kedua kaki mungilnya dari tempat tidur. Ia kembali mengerang saat kaki kanannya tanpa sengaja menginjak benda yang ia cari sejak tadi. "Aduh!" pekiknya kesal.Malia segera mengangkat kakinya, lalu membungkuk dan mengangkat ponselnya dari atas karpet. Ia mengecek beberapa pesan yang masuk ke ponselnya, namun tiba-tiba cairan kemerahan menyelinap keluar dari salah satu lubang hidungnya.Segera ia menundukkan kepalanya dan mencari
BUKH!Malia terpental. Jatuh terduduk saat tubuh mungilnya berhasil menabrak seseorang yang juga tengah berlari dari arah lain. Gadis itu memekik sembari mengusap-usap bokongnya saat berhasil bangkit dan kembali berdiri tegak."Kenapa berlari, huh?" tanya Leona. Ia keheranan saat menangkap gelagat aneh yang ditunjukan Malia padanya.Tidak biasanya gadis itu bertingkah mencurigakan seperti itu. Pasti ada sesuatu. Pikir Leona.Malia menaikan pandangannya. Menatap seseorang yang tengah berdiri tegak dengan tubuh menjulang di hadapannya. Ia tertawa kecil saat Leona melipat kedua tangannya dan menatapnya penuh tanya."Butuh teman bicara, 'kan?" tanya Leona.Malia mengangguk ragu. Ia segera membawa tungkainya mengikuti Leona yang telah berjalan lebih dulu menuju kamarnya.Kedua gadis itu duduk berdampingan di tepian ranjang. Lalu secara serempak keduanya merebahkan tubuh masing-masing dan menatap kosong langit-langit kamar yang nampak begit
Luca dimasukan ke dalam ruangan khusus. Ia menunduk lesu saat mengingat kembali kebodohan yang sebelumnya ia lakukan pada Malia.Jika keluarganya telat datang dan bertindak, mungkin Malia sudah terbunuh. Ia bersyukur atas hal itu, dan di saat bersamaan ia merasa malu karena masih belum mampu mengendalikan dirinya dengan baik. Seperti kedua kakaknya, juga ibunya, Rosalie.Satu persatu anggota Keluarga Argent meninggalkan ruang isolasi. Masing-masing dari mereka menutup ketiga lapis pintu yang menjadi pengaman ruangan itu. Namun tak lama seseorang kembali datang dan membuka satu persatu pintu tersebut. Menutupnya kembali dan berdiri tegak di hadapan Luca sambil melipat kedua tangannya."Ikut aku!" tegas Leona. "Aku tidak pernah setuju setiap kali kau minta untuk di kurung seperti ini." lanjutnya. "Kau harus berlatih, Luca!"Luca mendongak, menatap sang kakak yang nampak begitu menjulang di hadapannya. Leona terlihat lebih serius dari biasanya. Gadis itu men
Sejak kejadian hari itu Lyla tak pernah muncul di manapun, bahkan nomer ponselnya tak aktif. Bahkan bibi, paman, juga kakak sepupunya tak pernah tahu Lyla pergi ke mana. Yang mereka tahu, malam itu Lyla hanya berpamitan untuk pergi menemui seseorang dengan berbekal long coath ungu kesayangannya.Tiga bulan lamanya, seluruh anggota kepolisian dikerahkan untuk mencari Lyla. Namun seharipun, segala usaha yang mereka lakukan tak membuahkan hasil. Nihil.Dan pada akhirnya, seluruh anggota Keluarga Justice menyerah untuk mencari Lyla. Namun mereka tetap memasang iklan berbayar yang ditayangkan di seluruh stasiun Televisi Nasional dan Swasta tentang hilangnya salah satu anggota keluarga mereka.Di sisi lain, Archie yang masih belum bisa mengurangi rasa sukanya pada Malia memilih untuk mengencani gadis manapun. Hingga hari ini, identitas baru Archie sebagai seorang Hybrid masih dirahasiakan —tidak diungkapkan secara terang-terangan. Hanya saja, ketika ada yang bertanya, ia akan men
Ash memberikan seluruh atensinya pada Rosalie, mengunci tatapannya pada wanita berpakaian serba merah di hadapannya. Ia tahu, meski Rosalie tampak pasrah, sebagai seorang ibu, Rosalie ingin mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk menemukan di mana jasad putri kesayangannya berada.Saat itu juga, setelah masing-masing memberi anggukkan sepakat, mereka berpencar menyusuri hutan pada garis lurus —sejajar demi memudahkan titik temu saat mereka menemukan apa yang mereka cari. *** Di Kastil Skarsgard Gabe bersama dua kawanannya tampak khawatir menyaksikan sebagian gedung kokoh itu ambruk sebagian. Tidak seperti yang dikatakan Loui sebelumnya. Alih-alih dilalap si jago merah, bangunan klasik itu justru luruh sebagian.Sang Beta mengelilingi setiap sudut bangunan kastil, mencari jalan masuk aman sekedar untuk memberikan pertolongan pada si sulung Argent yang masih berada di dalam sana.Saat ia hendak membawa keempat tungkainya memasuki salah
Rosalie hanya mengangguk ketika mendengar segala macam informasi yang disampaikan pria bertubuh tinggi besar di hadapannya.Ia mengabarkan tentang perkelahian yang terjadi antara Ash, Damien dan Leona. Dan sang gadis menjadi satu-satunya korban dalam kejadian tersebut.Sementara Stefan juga Charles hanya bisa menghela napas, Malia menjadi satu-satunya yang meneteskan air mata, serta Luca tampak begitu marah ketika mendengar seluruh rentetan kejadiannya."Bagaimana dengan Loui?" tanya Malia pada pria besar di hadapan mereka.Sang gadis tampak begitu mengkhawatirkan keadaan si Sulung Argent yang kini telah menjadi bagian dari Keluarga Skarsgard."Apakah Loui baik-baik saja di sana?" tanya Malia lagi.Pria itu bungkam, tak bisa memberikan jawaban pasti pada gadis bertubuh mungil di hadapannya, sebab ia belum sempat memasuki Kastil Skarsgard ketika tiba di depan perbatasan.Di sepersekian detik berikutnya ia mengendikkan bahunya, lantas memberikan sebu
Dengan tenang Loui melepas cengkraman Irina dalam satu kali sentakan, lantas menarik selembar penutup besi di sisi tungku —menutup lubang tersebut dengan segera.Dalam sekejap lubang besar itu tertutup sempurna. Loui hanya bisa mendengar teriakan Irina setelah tungku perapian itu berhasil disumpal lembaran besi tebal."Maaf, Irina. Ini bukanlah hari kematianku." monolog Loui sebelum akhirnya ia beranjak menuruni tangga dan mencari sisa penghuni kastil tersebut. Lucien, dan Victoria tentunya.***Hutan yang sebelumnya dijadikan tempat bertarung oleh Ash dan Damien kembali hening seperti sebelum tersentuh oleh keduanya. Hanya terdengar suara kicauan burung hantu ketika malam bertugas menggantikan segala kicauan riang yang hanya muncul ketika langit terang.Sepasang kaki memasuki hutan, sesekali menghentikan langkahnya sembari memperhatikan sekitar —memindai setiap sudut yang ada.Sang pemilik tungkai kembali bergerak menuju sat
CRASH!Damien memisahkan kepala sang gadis dari tubuhnya dalam satu tarikan kuat. Di saat yang sama Ash berbalik. Tubuhnya mematung melihat sebelah tangan Damien memegangi kepala sang gadis yang telah terpisah dari tubuhnya."Take this!" Damien melemparkan kepala sang gadis pada Ash yang tengah mematung di sebrang sana. "Have fun with her!"Damien tertawa. Suara husky-nya menguar, memenuhi segala keheningan dan kegelapan yang mulai menyelimuti hutan.Ia masih enggan meninggalkan tempat tersebut —ingin melihat reaksi seperti apa yang akan ditunjukkan sang Alpha ketika melihat gadisnya sudah tak bernyawa karena ulahnya.Ash spontan menangkap apa yang dilemparkan Damien ke hadapannya. Dipeluknya, lantas dipandanginya wajah sang gadis yang terlihat jauh lebih pucat. Diusapnya kelopak mata sang gadis yang semula tertutup.Beberapa detik setelah Ash membawa tungkainya ke tempat di mana tubuh sang gadis tumbang. Dengan tangannya yang gemetar, san
"Pulanglah. Aku tahu apa yang harus kuperbuat."Suara baritone itu terdengar tegas dan dalam. Lain dari biasanya. Tidak seperti Ash yang dikenalnya. Bahkan sorot tajamnya tampak lain. Gelap. Seperti yang ditunjukkan Damien ketika menyaksikan segala keintiman yang mereka tunjukkan di hadapannya.Tanpa mengatakan apapun kedua pemuda itu bergeser dan berbondong-bondong menuju hutan pinus di belakang perbukitan.Leona mengejar, namun dengan sigap —tanpa mempertimbangkan segala macam resikonya Damien mengibakan sebelah tangannya pada gadis yang tengah berusaha membututinya dan Sang Alpha.Sang gadis terlempar jauh —berguling dari puncak bukit. Di sepersekian detik berikutnya Damien kembali mengibaskan tangannya, lantas membuat sebuah gerakan seperti tengah mengikat sesuatu dari kejauhan. Di saat yang sama Leona mengerang ketika tubuhnya terasa seperti diikat.Ash berbalik, melompat ke udara dengan sebagian tubuhnya yang mulai ditumbuhi bulu abu-abu, l
"I said, can't you stop talking?"Untuk kesekian kali Leona kembali mengulangi ucapannya. Ia menginginkan hal lain daripada mengobrol dengan pemuda yang tengah berada dalam rengkuhannya."Will do. But, can you promise me something?"Sorot mata Ash tampak begitu serius. Lain dari yang ia tunjukkan sebelumnya. Ia tengah bersungguh-sungguh dengan ucapannya, menginginkan sang gadis untuk menjanjikannya sesuatu.Leona menarik napas panjang sebelum kembali bersuara dan menjawab permintaan sang Alpha. "Go on. Say it." tantangnya."Let me set you free. Will you?" balas sang Alpha dengan segala kesungguhan yang dituangkannya melalui tatapan.Leona mengernyit bingung. Kedua pangkal alisnya hampir menyatu —bertemu di titik yang sama. Ia tergugu-gugu. Bukan enggan menjawab, hanya saja, ia tahu maksud sesungguhnya dari ucapan sang Alpha.Leona sadar bahwa Ash tahu apa yang tengah di hadapinya saat ini. Melalui sorot tajamnya, ia memberikan sebuah tanda ya
Hening. Gadis di hadapannya itu tak memberikan jawaban apapun. Bahkan tatapannya tampak kosong tanpa ekspresi apapun. Terlihat dingin dan menyeramkan dalam satu waktu.Sadar dengan atmosfir tersebut, Ash memilih memakaikan sebuah helm ke atas kepala Leona dengan sangat hati-hati hingga terpasang dengan benar —melindungi salah satu bagian berharga di tubuh sang gadis.Setelah berhasil memakai pelindung kepala, Ash naik ke atas motornya —menyalakan mesin, lantas mengulurkan tangan kanannya ke hadapan sang gadis dengan maksud memberi bantuan untuk menaiki kuda besinya yang berperawakan tinggi besar, agak sulit untuk dinaiki para gadis.Ash menancap gas setelah Leona duduk dengan aman di balik punggungnya sembari memeluknya dari belakang. Gadis itu bungkam, tak mengatakan apapun, bahkan wajahnya tak hidup seperti sebelumnya. Meski tak merasa melakukan sesuatu hal yang menyinggung bahkan menyakiti hati Leona, Ash memilih menepi di bahu jalan dan mengajaknya ber
Ash terus menerus mengulas senyum —memandangi pantulan dirinya di cermin, sudah 15 menit lamanya ia melakukan hal tersebut. Ia terus memandangi seluruh aspek yang ada pada dirinya, dari ujung kepala hingga ujung kaki —termasuk pakaian yang melekat di tubuhnya saat itu.Jika bergeser sedikit ke belakang, persis di balik punggungnya Ash menyembunyikan setumpuk pakaian yang telah dicobanya sejak 30 menit yang lalu.Ia benar-benar sibuk memilah pakaian dan tampilan apa yang cocok ia gunakan untuk menemui Leona, melakukan segala macam hal dengan sang gadis selama satu hari penuh, seperti yang ia janjikan padanya beberapa hari lalu.***"Bisakah kita piknik ke perbukitan —tempat favorit kedua orang tuamu, Leona?"Sepasang mata bulat Leona memicing, mencurigai sesuatu. "Apa kau sedang berusaha mengajakku berkencan?" selidik Leona percaya diri.Tanpa ragu Ash mengangguk, lalu memberi respon, "Jika ya, apa kau akan menolak?"Alis