Terkadang cinta itu bisa membuat orang menjadi gila tanpa disadarinya.
-Matheo Demonte Azekiel-
Suasana makan malam di keluarga Azekiel terlihat begitu tenang seperti malam-malam biasanya. Tapi, malam ini ada yang sangat terlihat berbeda dari sikap Matheo yang tidak mengeluarkan suara sekata pun meski sudah dipancing Clarisa berulang kali. Yang dilakukan oleh Matheo hanya mengangguk dan menggeleng saja.
“Daddy dapat undangan pernikahan dari rekan bisnis Daddy, tapi sepertinya Daddy nggak bisa hadir, tolong nanti kamu gantikan Daddy, ya, Mat.” Melviano mulai membuka pembicaraan serius kali ini.
Matheo sendiri langsung menghentikan suapan di sendoknya yang menggantung dengan sempurna.
“Undangan dari siapa, Mel?” tanya Kaila—sang istri.
“Dari Barra.”
“Whoa, Kak Rere nikah, Dad?” tanya Clarisa sangat begitu antusias juga langsung melirik ke arah
Satu minggu kemudian.Sudah satu minggu ini Matheo begitu dekat dengan Shelka. Bahkan mereka berdua sudah sering berangkat dan pulang bersama ke sekolah. Semua itu tak luput dari pantauan Jelita. Melihat sahabatnya sudah bisa tersenyum kembali membuat Jelita ikut bahagia. Hubungan Jelita dengan Matheo pun sudah membaik. Mareka berdua sudah mulai menegur dan berbicara satu sama lain. Tapi, ada yang berbeda dengan Jelita yang sedikit cuek dengan Matheo.“Ta, lo mau temenin gue kondangan nggak nanti malam?"“Kondangan ke mana? Emang temen kita ada yang nikahan?”“Bukan temen kita, sih, tapi mantan gue.”Jelita yang sedang menyeruput jus alpukat langsung tersedak begitu hebat hingga menimbulkan batuk-batuk kecil sampai membuat dirinya memegangi dada yang terasa sakit. Dengan gerakan cepat, Matheo menyodorkan air mineral di depannya. Jelita menerima dan meminumnya cepat.“Maksud lo yang nikahan Rere?” tan
Selesai ulangan Sejarah dan berakhir banyak yang remidial membuat Ibu Indira menelan kecewa. Sebab, jika ditanya banyak yang mengatakan sudah paham materi yang diajarkan. Tapi, setelah dites dengan ulangan harian bisa terbukti dengan nilai yang dibawah angka lima.Mengingat waktu jam pelajaran telah selesai membuat Ibu Indira memberikan tugas kepada siswa yang remidial untuk merangkum beberapa materi dan dipresentasikan minggu depan.“Oke anak-anak selamat siang, dan sampai jumpa minggu depan.” Sebuah kalimat penutup yang membuat semua siswa lega apalagi ketika langkah kaki Ibu Indira keluar kelas.Suasana kelas kembali normal seperti biasanya. Rendi langsung berdiri dari tempat duduknya untuk menggoda Jelita.“Ta, berhubung lo tadi pelit sama gue karena nggak mau contekin sekarang gue minta bantuan buat rangkumin materi Sejarah,” kata Rendi sok bossy.“Ih, siapa lo?” Jelita langsung berdiri sambil memba
Satu bulan kemudian.Matheo benar-benar pusing dengan sikap Jelita yang benar-benar sangat berubah. Apalagi setiap dirinya mengajak pergi ke kafe dengan cepat Jelita menolak dengan berbagai alasan. Setiap ditanya kenapa selalu menjawab dengan kata sakral, “Gapapa.” Semua itu membuat Matheo kesal sendiri. Bahkan dalam pelajaran matematika pun Jelita memilih minta diajari oleh Bagus bukan dirinya lagi. Semua itu membuat Matheo bertanya-tanya dalam hati.“Kak,” tegur Shelka yang kini duduk di depan Matheo.“Apa?”“Kak Matheo kenapa? Kok terlihat gelisah?” tanya Shelka penasaran.“Gapapa kok.”“Lagi ada masalah sama Kak Lita?”“Nggak ada kok.”“Tapi—““Cepetan habisin makannya, habis itu kita pulang.”Shelka langsung mengangguk patuh, ia segera menghabiskan makanan yang sudah dipesannya. Mereka berdua kini
Suara Dita mampu membuat Shelka dan Matheo menoleh secara bersamaan ke arah anak tangga. Shelka tersenyum ke arah Dita.“Ya ampun lo udah datang aja,” kata Dita. Matanya mencoba mencari-cari keberadaan abang juga teman-teman yang lainnya.“Iya, baru datang kok.”“Kak Matheo, Bang Rendi mana?”“Dapur.”Dita hanya mengangguk saja sebagai respon. Dita mulai paham kenapa abangnya itu pergi ke dapur. Pasti ingin memberikan waktu berdua untuk Shelka dan Kak Matheo. Dita terkikik sendiri dalam hatinya mengetahui kalau abangnya sangat pengertian. Dita mencoba berdeham kecil, bibirnya tertarik lebar menyunggingkan senyum ke arah Shelka. Tak lupa matanya pun ia kedipkan sebelah untuk menggoda Shelka.“Ka, gue ke dapur dulu, ya, mau nyusul abang gue.”Shelka mengangguk. “Oke.”Keadaan menjadi hening, baik Shelka maupun Matheo sama-sama tak ada yang bersuara. Semuanya
SMA Nusa Bangsa.Pagi ini Matheo sudah dibuat kesal oleh orang-orang di sekitarnya. Pikiran Matheo tentang Jelita semalam menangis masih terngiang-ngiang di kepalanya. Apalagi pagi ini sosok yang membuatnya tak bisa tidur semalaman belum juga hadir di sekolah.“Mat, ngelamun aja lo. Mikirin siapa sih lo? Gimana semalam pulang bareng Dedek Shelka?” tanya Rendi meledek Matheo. Bagus, Rizal, pun ikut meledek Matheo yang diam saja sejak awal datang ke sekolah.“Ngapa sih lo njir, dimarahin bokap lo?” tanya Bagus yang merasa Matheo sangat berbeda dari biasanya.“Apaan sih, brisik bener tahu nggak kalian bertiga,” jawab Matheo ketus.“Kayak cewek mau datang bulan nih, sensitif banget.” Rendi lama-lama merasa kesal sendiri dengan sikap Matheo yang mendadak diam. Meski Matheo sikapnya dingin, tapi setidaknya dengan para teman dekat tidak seperti itu meski memang sikap nyebelinnya kumat sih, seperti sekarang i
Tangan Matheo terus memegangi dagu Shelka, beralih mengusap ke arah pipi yang terdapat buliran air mata.“Napas Shelka,” kata Matheo yang membuat Shelka langsung mengembuskan napasnya dengan cepat. Matheo terkekeh geli melihat sikap Shelka yang sangat begitu lucu itu.“Makasih sudah mau menyayangi gue, mencintai gue, serta mengagumi gue. Makasih atas waktu, dan perasaan yang sudah lo lewatkan hanya untuk memikirkan gue. Tapi ... apa yang lo lakukan tadi itu sangat memalukan. Bukan hanya buat gue, tapi buat lo sendiri yang malu Shelka. Lo memalukan diri lo sendiri barusan, jangan pernah ulangi hal bodoh kayak begini lagi,” imbuh Matheo merasa gregetan sendiri dengan sikap Shelka yang sangat gegabah. “Habis ini lo bakalan viral satu sekolah, bisa juga sampai keluar sekolah Nusa Bangsa. Lo tahu sendiri tadi banyak yang rekam adegan lo lakuin.”Shelka benar-benar merutuki dirinya yang merasa bodoh, lagipula Shelka melakukan ini se
Setelah kemarin sore menghadiri acara keluarga di Pondok Labu. Sabtu pagi ini kota Jakarta sangat terlihat begitu cerah. Matheo sudah bersiap-siap akan berangkat ke sekolahnya. Matheo berpamitan kepada kedua orangtuanya yang masih duduk di ruang makan. Tak lupa juga Matheo pamit kepada Clarisa.Selesai pamit, Matheo langsung mengambil kunci mobil yangdiletakkan di laci nakas. Matheo langsung bergegas pergi menuju ke arah Pejaten untuk menjemput Shelka—yang kini sudah menjadi pacarnya. Meski tak langsung mengatakan ‘IYA’ tapi, Matheo akan mencoba menjalin hubungan dengan Shelka. Siapa tahu bayang-bayang Renata bisa hilang dari pikirannya.Matheo menyetel musikdalam mobilnya, sebuah lagu dari penyanyi Tailor Swift. Matheo langsung teringat dengan Jelita kala laguYou Belong With Me mengisi kesunyian perjalanannya. Saking menghayati lirik setiap lagu membuat Matheo tak terasa sudah berada di depan rumah Shelka. Matheo menekan kl
Selesai membayar semua tagihan di meja kasir, kini Matheo langsung mengantarkan Shelka pulang. Dalam perjalanan pun tak ada obrolan yang tercipta. Hanya terdengar suara embusan napas dari keduanya.Shelka sendiri memilih untuk menyibukkan diri dengan bertukar pesan chat di grup. Terkadang Shelka terkikik sendiri membaca pesan chat teman-temannya yang sangat konyol itu. Apalagi kalau sudah mode perang sticker.“Gila,” gumam Shelka.“Siapa?”“Oh, enggak. Ini Dita gila banget soalnya kirim sticker sompral banget,” tutur Shelka.“Oh.”Shelka langsung menutup room chat grupnya, matanya beralih menatap Matheo yang masih fokus menyetir.“Kak, nanti malam jadi, kan?”Matheo mengerutkan keningnya bingung. “Jadi apa?”“Dating.”“Emang harus?”“Iya enggak sih, tapikan aku pengin makan m
Jelita, sahabatku.Terima kasih sudah menjadi sahabat gue selama ini. Terima kasih karena lo selalu ada di saat kondisi gue terpuruk, bahkan patah hati karena diputusin cewek untuk pertama kali. Lo benar-benar tak pernah lelah hibur gue, bahkan mencarikan cewek baru buat gue supaya cepat move on. Tapi ... dunia kadang lucu banget, ya, Ta. Gue malahan jatuh cinta sama lo saat ini. Kocak banget nggak, sih.Jelita tersenyum, pikirannya langsung melayang di mana kala Matheo galau karena diputusin cewek untuk pertama kali, lebih parahnya dia hanya pacaran seminggu aja. Bego.Tapi, lagi-lagi kisah percintaan gue nggak seindah acara FTV yang sering tayang itu, nggak pernah mulus. Entah diputusin, atau gue yang kayak bajingan nyakitin cewek. Tapi, ini lebih parahnya ditolak, sih.Lo tahukan siap
Beberapa bulan kemudian.Setelah melewati banyak drama sekolah yang dimulai dari bolos jam pelajaran, nggak mengerjakan PR, hingga digembleng untuk materi tambahan selama semester dua. Bahkan tak lupa banyak pelajaran hidup yang bisa diambil di dalamnya. Mulai suka sama teman nggak berani tembak, suka sama teman tapi yang disukai udah pacaran sama orang lain, bahkan sudah sama-sama dekat tapi nggak jadian, ada juga yang saling suka hingga jadian seminggu, sebulan, setahun doang habis itu putus. Tak hanya soal cinta saja yang kita dapat semasa SMA. Ada banyak hal yang kita dapat. Kita mengerti artinya persahabatan, saling memahami antara teman sekelas, sebangku bahkan satu sekolah. Masa SMA digunakan sebagai ajang pencarian jati diri bahkan sering sekali hal yang dilarang justru membuat rasa penasaran yang menggebu-gebu hingga terkadang terdapat rasa penyesalan di kemudian hari. Semua itu kita dapat saat masa SMA. Masa di mana semua orang mengan
Dua minggu kemudian.Waktu liburan sekolah telah usai, kini semua anak-anak siswa SMA Nusa Bangsa kembali ke aktifitas seperti biasa. Menerima pelajaran dari Bapak/Ibu guru seperti biasanya. Namun, berbeda untuk anak-anak kelas 12 yang menerima jam tambahan hingga membuat pulang sedikit sore.Suasana kelas 12IPA1 kini sangatlah kondusif. Semua siswanya benar-benar tengah memperhatikan materi dengan begitu serius.Apalagi materi kali ini membahas ulang materi kelas sepuluh dan sebelas.Waktu terus berjalan hingga tak terasa sudah sore hari. Kini tiba saatnya kelas 12 mengakhiri jam tambahan pelajaran. Suara sorak-sorak siswa sangat menggema di setiap kelas ketika bel dibunyikan.“Horeee ... akhirnya balik juga, kepala udah mau botak begini,” seru Rendi yang mendapat pelototan dari Pak Kartono.Pak Kartono sendiri hanya bisa menghela napas lelah, ia memperhatikan anak didiknya yang sebentar lagi akan m
Dua minggu kemudian.Satu minggu sudah siswa SMA Nusa Bangsa melakukan ulangan semester, ditambah waktu seminggu untuk remidial bagi siswa yang belum memenuhi nilai KKM. Dan, tepat hari ini pula semua orangtua/wali murid menerima hasil rapor atas pembelajaran anaknya selama satu semester.“Udah lama nggak ketemu, Jeng Kaila,” sapa Marinka.“Iya Jeng, lama saya tidak ke butik.”Kini Marinka dan Kaila justru mengobrol sendiri tentang kehidupan orang dewasa. Marinka sedikit bercerita tentang butiknya yang sedikit sepi. Tak lupa juga Marinka memiliki keniatan ingin pindah ke kampung halamannya—Yogyakarta.“Terus nanti Lita gimana sekolahnya?”“Palingan nunggu Lita lulus dulu, kemudian saya ingin pindah saja.”“Memangnya suami—““Saya sudah bercerai. Dia lebih memilih wanita lain dibanding saya sama Lita,” tuturnya. Ta
Kurang lebih dua puluh menitan Shelka dan Matheo duduk di kafe setelah persoalan mereka selesai. Kini Shelka langsung berdiri untuk bersiap-siap keluar kafe.“Mau ke mana?”“Kakak aku udah sampai, dia nunggu depan.”“Suruh masuk aja dulu, minum.”“Katanya langsung pulang aja, gitu.”“Yaudah, aku bayar dulu. Kamu tunggu.”Matheo langsung menuju ke arah kasir untuk membayar lemon tea yang sudah dipesan barusan. Selesai membayar mereka berdua langsung menuju keluar kafe. Lebih tepatnya Matheo mengantar Shelka untuk bertemu kakaknya itu.Matheo merasa tak asing dengan mobil yang dituju oleh Shelka, ia merasa familiar dengan mobil itu. Baru saja otaknya berpikir mengingat mobil di depannya, sang pemilik mobil keluar yang membuat keduanya sama-sama terkejut.“Mamat.”“Mas Shaqu.”“Kalian
Jelita menoleh sambil tersenyum begitu canggung. Matanya menatap ke arah empat cowok yang tengah berjalan mendekat.“Lo ngapain di sini, Ta?” tanya Rizal.“Gue—““Nguping lo, ya,” tuding Rendi tepat sasaran.“Ih, jangan nuduh sembarangan lo, Ren,” sangkal Jelita cepat.“Ta, tumben naik ke rooftop? Ada perlu apa?” tanya Bagus begitu lembut.Matheo hanya diam memperhatikan makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah itu dengan sudut bibir terangkat sebelah. Kalau dipikir-pikir melihat Jelita gugup seperti ini sangat begitu lucu. Apalagi bibirnya yang tipis manyun ke depan bikin pikiran nakal Matheo meronta.Jelita langsung menyingkir ke samping saat Rizal berjalan menuju ke arah pintu. Matanya membola sempurna ketika melihat Rizal dengan gampang membuka pintu. Mulutnya melongo tanpa disadarinya.“Kenapa, Ta?” tanya Bagus.
Pagi ini sekolah Nusa Bangsa tengah mengadakan ulangan semester. Semua siswa pun tengah fokus mengerjakan soal-soal ulangan dengan khusyuk. Guru pengawas terus memperhatikan gerak-gerik siswa yang mencurigakan.“Wawan, sedang apa kamu nengok ke belakang?”“Emm, ini Bu mau pinjam tip-ex.”“Yang ketahuan mencontek akan Ibu keluarkan dari kelas, dan sudah pasti akan langsung remidial.”Semuanya langsung menunduk menatap soal ulangan. Semuanya benar-benar nggak berani menoleh ke arah kanan kiri. Nasib nilainya yang menjadi taruhan nanti. Mereka semua nggak mau remidial yang kadang bikin pusing.Waktu terus berjalan hingga suara bel terdengar begitu nyaring yang mempertandakan kalau waktu mengerjakan ulangan telah usai. Mereka disuruh istirahat selama sepuluh menit yang kemudian dilanjut untuk mengerjakan ulangan berikutnya.“Sumpah sih mikir matematika bikin kepala mau bot
Setelah mengantar Shelka pulang ke rumah. Kini Matheo sudah berada di ruang kerja daddynya. Matheo tengah duduk di sofa sambil ditatap kedua orangtuanya. Ada gurat kecewa di mata keduanya. Matheo benar-benar menyesal tidak mendengarkan nasihat daddynya untuk fokus sekolah semasa SMA.“Daddy kecewa sama kamu, Matheo.”“Maaf, Dad.”“Daddy nggak tahu harus bilang apa sama kamu. Daddy juga nggak bisa mencegah perasaan kamu untuk jatuh cinta dengan siapa karena Daddy juga dulu seperti itu. Nggak ada bayangan untuk mencintai Mommy kamu ini. Karena dia buka tipe wanita Daddy, tapi entah kenapa hati Daddy dibuat jatuhcinta sama dia.”Kaila yang mendengar sanjungan dari suaminya langsung tersenyum malu-malu layaknya seorang ABG sedang kasmaran.“Setelah ini apa yang ingin kamu lakukan? Besok bukannya sudah ulangan semester?”“Pertama mau menegaskan kepada Shel
Kini Matheo terdiam seribu bahasa di depan orangtuanya. Entah kenapa sekarang urusan menjadi sangat rumit. Padahal ia masih SMA bukan orang dewasa yang akan nikah.Matheo menoleh ke arah Shelka dan Jelita bergantian. Dapat Matheo lihat kalau keduanya sama-sama habis menangis. Matheo benar-benar bingung sekali saat ini.“Masih mau diam saja?”“Enggak, Dad.”“Ya sudah cepat jelaskan.”Matheo meremas kedua tangannya, ia mengepal kuat untuk mengumpulkan keberanian berbicara di depan daddynya itu. Matheo menoleh kembali menatap ke arah Shelka yang sangat terlihat begitu rapuh.“Aku pacaran sama Shelka, Dad,” ucapnya lirih.“Lalu?”“Tapi, aku nggak mencintai dia,” katanya sembari menunduk merasa bersalah.Kaila yang mendengar langsung tampak terkejut, Clarisa sendiri tersenyum senang karena merasa menang, Melviano sendiri ha