SMA Nusa Bangsa.
Pagi ini Matheo sudah dibuat kesal oleh orang-orang di sekitarnya. Pikiran Matheo tentang Jelita semalam menangis masih terngiang-ngiang di kepalanya. Apalagi pagi ini sosok yang membuatnya tak bisa tidur semalaman belum juga hadir di sekolah.
“Mat, ngelamun aja lo. Mikirin siapa sih lo? Gimana semalam pulang bareng Dedek Shelka?” tanya Rendi meledek Matheo. Bagus, Rizal, pun ikut meledek Matheo yang diam saja sejak awal datang ke sekolah.
“Ngapa sih lo njir, dimarahin bokap lo?” tanya Bagus yang merasa Matheo sangat berbeda dari biasanya.
“Apaan sih, brisik bener tahu nggak kalian bertiga,” jawab Matheo ketus.
“Kayak cewek mau datang bulan nih, sensitif banget.” Rendi lama-lama merasa kesal sendiri dengan sikap Matheo yang mendadak diam. Meski Matheo sikapnya dingin, tapi setidaknya dengan para teman dekat tidak seperti itu meski memang sikap nyebelinnya kumat sih, seperti sekarang i
Tangan Matheo terus memegangi dagu Shelka, beralih mengusap ke arah pipi yang terdapat buliran air mata.“Napas Shelka,” kata Matheo yang membuat Shelka langsung mengembuskan napasnya dengan cepat. Matheo terkekeh geli melihat sikap Shelka yang sangat begitu lucu itu.“Makasih sudah mau menyayangi gue, mencintai gue, serta mengagumi gue. Makasih atas waktu, dan perasaan yang sudah lo lewatkan hanya untuk memikirkan gue. Tapi ... apa yang lo lakukan tadi itu sangat memalukan. Bukan hanya buat gue, tapi buat lo sendiri yang malu Shelka. Lo memalukan diri lo sendiri barusan, jangan pernah ulangi hal bodoh kayak begini lagi,” imbuh Matheo merasa gregetan sendiri dengan sikap Shelka yang sangat gegabah. “Habis ini lo bakalan viral satu sekolah, bisa juga sampai keluar sekolah Nusa Bangsa. Lo tahu sendiri tadi banyak yang rekam adegan lo lakuin.”Shelka benar-benar merutuki dirinya yang merasa bodoh, lagipula Shelka melakukan ini se
Setelah kemarin sore menghadiri acara keluarga di Pondok Labu. Sabtu pagi ini kota Jakarta sangat terlihat begitu cerah. Matheo sudah bersiap-siap akan berangkat ke sekolahnya. Matheo berpamitan kepada kedua orangtuanya yang masih duduk di ruang makan. Tak lupa juga Matheo pamit kepada Clarisa.Selesai pamit, Matheo langsung mengambil kunci mobil yangdiletakkan di laci nakas. Matheo langsung bergegas pergi menuju ke arah Pejaten untuk menjemput Shelka—yang kini sudah menjadi pacarnya. Meski tak langsung mengatakan ‘IYA’ tapi, Matheo akan mencoba menjalin hubungan dengan Shelka. Siapa tahu bayang-bayang Renata bisa hilang dari pikirannya.Matheo menyetel musikdalam mobilnya, sebuah lagu dari penyanyi Tailor Swift. Matheo langsung teringat dengan Jelita kala laguYou Belong With Me mengisi kesunyian perjalanannya. Saking menghayati lirik setiap lagu membuat Matheo tak terasa sudah berada di depan rumah Shelka. Matheo menekan kl
Selesai membayar semua tagihan di meja kasir, kini Matheo langsung mengantarkan Shelka pulang. Dalam perjalanan pun tak ada obrolan yang tercipta. Hanya terdengar suara embusan napas dari keduanya.Shelka sendiri memilih untuk menyibukkan diri dengan bertukar pesan chat di grup. Terkadang Shelka terkikik sendiri membaca pesan chat teman-temannya yang sangat konyol itu. Apalagi kalau sudah mode perang sticker.“Gila,” gumam Shelka.“Siapa?”“Oh, enggak. Ini Dita gila banget soalnya kirim sticker sompral banget,” tutur Shelka.“Oh.”Shelka langsung menutup room chat grupnya, matanya beralih menatap Matheo yang masih fokus menyetir.“Kak, nanti malam jadi, kan?”Matheo mengerutkan keningnya bingung. “Jadi apa?”“Dating.”“Emang harus?”“Iya enggak sih, tapikan aku pengin makan m
Matheo kini sudah berada di salah satu rumah sakit di Jakarta. Matheo menatap tubuh Jelita yang sangat terlihat ringkih. Matheo berjalan mendekat ke arah Tante Marinka.“Tante,” panggilnya.Marinka yang tengah menunggu Jelita langsung menoleh ke belakang. Marinka benar-benar tak mendengar pintu terbuka. Yang ada dipikiran Marinka hanya Jelitanya—anak semata wayang yang begitu Marinka jaga.“Mat.”“Gimana keadaan Lita?”“Ya, seperti yang kamu lihat.”Marinka mengembuskan napas lelah. Marinka berjalan menuju ke arah sofa, di mana disediakan untuk menunggu pasien. Marinka duduk dengan pandangan yang begitu kosong.Matheo sendiri mendekat ke arah Jelita. Matanya menatap ke arah wajah Jelita yang begitu pucat. Tangan Matheo terulur untuk menggenggam telapak tangan Jelita yang lemas tak berdaya.“Kamu tahu sendiri lah kalau Lita itu bandel, susah banget kalau disuruh makan, su
Matheo memutuskan untuk menginap di rumah sakit semalam. Untung saja semalam mommy serta daddynya mengizinkan Matheo. Dan, berakhirlah pagi ini Matheo tengah menyuapi sarapan untuk Jelita.“Satu suap lagi, Ta.”“Udah ah, Mat. Enek banget.”“Makanya kalau makan teratur.”“Iya Mat, bawel banget lo ah.”“Gue bawel demi lo, Ta. Demi kebaikan lo, kesehatan lo,” jeda Matheo mengambil napas sejenak, dan mengembuskan kasar. “Jangan makan mie instan terus.”“Enak.”“Enak tapi nggak baik buat kesehatan lo, Ta.”“Iya bawel banget sih, ah.”“Ya udah ini satu suap lagi.” Matheo terus menyodorkan sendok ke arah Jelita. Tetap saja Jelita menolaknya. Perut Jelita terasa sudah penuh, padahal makan saja hanya sedikit.Drrrt ... drrrt ... drrrt.“Telepon tuh,” ceplos Jelita yang sibuk bermain pon
Di dalam mobil Matheo terus mencoba berusaha bertanya kepada Shelka. Apa yang membuatnya menangis seperti itu. Matheo bingung sendiri jika dijawab dengan kata-kata keramat gapapa. Matheo paham betul kata-kata itu, dibalik kata ‘gapapa’ itu ada sesuatu di dalamnya.“Kamu kenapa, huh? Aku buat salah sama kamu?”Shelka terus menggeleng, namun buliran air matanya terus menetes tak bisa dicegah. Padahal Shelka sudah mencoba untuk berhenti menangis, namun tetap saja air matanya mengalir.Merasa frustasi dengan cepat Matheo meminggirkan mobilnya di parkiran sebuah mini market. Di sana Matheo mulai kebingungan, ia bahkan berulang-ulang menghela napas lelah.“Kamu kenapa sih? Ngomong dong Shelka!” suara Matheomulai meninggi, dan teramatterlihat kesal dengan sikap seorang cewek yang suka sekali memberikan jawaban yang begitu ambigu.“Aku tuh cemburu. Cemburu sama Kak Lita. Cemburu melihat kedeket
SMA Nusa Bangsa.“Ta, lo diapain sama si Rendi? Bilang, Ta.”Prita merasa frustasi sendiri bertanya kepada Jelita. Sejak menerima telepon dari Rendi kemarin Jelita langsung sangat berubah drastis. Menjadi sangat pendiam. Bahkan ditanya pun hanya menjawab gapapa terus menerus.“Gue harus ketemu si curut nih. Lo diapain sih sampai bisa mengubah lo begini,” cerocos Prita yang sudah sangat kesal. Matanya terus mengamati pintu kelas menanti kedatangan Rendi serta teman-temannya itu.Tak lama suara cempreng milik Siena menggema di luar kelas. Siena masuk kelas dengan wajah yang begitu ceria. Ia langsung berlari ke arah kedua sahabatnya yang tengah duduk dengan wajah begitu serius.“Gaes, tahu nggak sih, malam minggu gue kemarin itu menyenangkan banget,” adu Siena yang belum paham keadaan sahabatnya itu. Ia terus sajamenyerocos dengan suaranya yang cempreng. Yang memenuhi isi kelas.Prita yang mend
Prita yang tengah menenangkan Jelita di dalam toilet benar-benar ikut merasakan betapa sakit hatinya yang dialami sahabatnya ini. Bagaimana tidak, kalau dirinya dianggap sebagai perusak hubungan orang seperti ini.“Ssssstt ... sabar, Ta. Semua akan berakhir. Mulutnya si Rendi emang bener-bener mirip bon cabe deh.”“Gue rasanya malu buat ke sekolah, Prit. Apalagi anak-anak kelas kita tahu. Pasti mereka anggap diri gue hina deh.”“Enggak! Lo nggak hina. Mulut si Rendi aja yang sompral. Sama ceweknya si Mamat tomat somad itu yang kelewat cemburu.”“Tapi benar kata Rendi. Mereka berantem gara-gara gue. Bahkan kemarin di rumah sakit juga gitu. Gue nggak enak sama Shelka. Apalagi kemarin mereka gagal dinner gara-gara nyokap gue telepon Mamat buat ke rumah sakit. Gue harus gimana Prit? Gue emang sumber masalah dihubungan mereka berdua. Apa gue pindah sekolah aja?”“Ih ap
Jelita, sahabatku.Terima kasih sudah menjadi sahabat gue selama ini. Terima kasih karena lo selalu ada di saat kondisi gue terpuruk, bahkan patah hati karena diputusin cewek untuk pertama kali. Lo benar-benar tak pernah lelah hibur gue, bahkan mencarikan cewek baru buat gue supaya cepat move on. Tapi ... dunia kadang lucu banget, ya, Ta. Gue malahan jatuh cinta sama lo saat ini. Kocak banget nggak, sih.Jelita tersenyum, pikirannya langsung melayang di mana kala Matheo galau karena diputusin cewek untuk pertama kali, lebih parahnya dia hanya pacaran seminggu aja. Bego.Tapi, lagi-lagi kisah percintaan gue nggak seindah acara FTV yang sering tayang itu, nggak pernah mulus. Entah diputusin, atau gue yang kayak bajingan nyakitin cewek. Tapi, ini lebih parahnya ditolak, sih.Lo tahukan siap
Beberapa bulan kemudian.Setelah melewati banyak drama sekolah yang dimulai dari bolos jam pelajaran, nggak mengerjakan PR, hingga digembleng untuk materi tambahan selama semester dua. Bahkan tak lupa banyak pelajaran hidup yang bisa diambil di dalamnya. Mulai suka sama teman nggak berani tembak, suka sama teman tapi yang disukai udah pacaran sama orang lain, bahkan sudah sama-sama dekat tapi nggak jadian, ada juga yang saling suka hingga jadian seminggu, sebulan, setahun doang habis itu putus. Tak hanya soal cinta saja yang kita dapat semasa SMA. Ada banyak hal yang kita dapat. Kita mengerti artinya persahabatan, saling memahami antara teman sekelas, sebangku bahkan satu sekolah. Masa SMA digunakan sebagai ajang pencarian jati diri bahkan sering sekali hal yang dilarang justru membuat rasa penasaran yang menggebu-gebu hingga terkadang terdapat rasa penyesalan di kemudian hari. Semua itu kita dapat saat masa SMA. Masa di mana semua orang mengan
Dua minggu kemudian.Waktu liburan sekolah telah usai, kini semua anak-anak siswa SMA Nusa Bangsa kembali ke aktifitas seperti biasa. Menerima pelajaran dari Bapak/Ibu guru seperti biasanya. Namun, berbeda untuk anak-anak kelas 12 yang menerima jam tambahan hingga membuat pulang sedikit sore.Suasana kelas 12IPA1 kini sangatlah kondusif. Semua siswanya benar-benar tengah memperhatikan materi dengan begitu serius.Apalagi materi kali ini membahas ulang materi kelas sepuluh dan sebelas.Waktu terus berjalan hingga tak terasa sudah sore hari. Kini tiba saatnya kelas 12 mengakhiri jam tambahan pelajaran. Suara sorak-sorak siswa sangat menggema di setiap kelas ketika bel dibunyikan.“Horeee ... akhirnya balik juga, kepala udah mau botak begini,” seru Rendi yang mendapat pelototan dari Pak Kartono.Pak Kartono sendiri hanya bisa menghela napas lelah, ia memperhatikan anak didiknya yang sebentar lagi akan m
Dua minggu kemudian.Satu minggu sudah siswa SMA Nusa Bangsa melakukan ulangan semester, ditambah waktu seminggu untuk remidial bagi siswa yang belum memenuhi nilai KKM. Dan, tepat hari ini pula semua orangtua/wali murid menerima hasil rapor atas pembelajaran anaknya selama satu semester.“Udah lama nggak ketemu, Jeng Kaila,” sapa Marinka.“Iya Jeng, lama saya tidak ke butik.”Kini Marinka dan Kaila justru mengobrol sendiri tentang kehidupan orang dewasa. Marinka sedikit bercerita tentang butiknya yang sedikit sepi. Tak lupa juga Marinka memiliki keniatan ingin pindah ke kampung halamannya—Yogyakarta.“Terus nanti Lita gimana sekolahnya?”“Palingan nunggu Lita lulus dulu, kemudian saya ingin pindah saja.”“Memangnya suami—““Saya sudah bercerai. Dia lebih memilih wanita lain dibanding saya sama Lita,” tuturnya. Ta
Kurang lebih dua puluh menitan Shelka dan Matheo duduk di kafe setelah persoalan mereka selesai. Kini Shelka langsung berdiri untuk bersiap-siap keluar kafe.“Mau ke mana?”“Kakak aku udah sampai, dia nunggu depan.”“Suruh masuk aja dulu, minum.”“Katanya langsung pulang aja, gitu.”“Yaudah, aku bayar dulu. Kamu tunggu.”Matheo langsung menuju ke arah kasir untuk membayar lemon tea yang sudah dipesan barusan. Selesai membayar mereka berdua langsung menuju keluar kafe. Lebih tepatnya Matheo mengantar Shelka untuk bertemu kakaknya itu.Matheo merasa tak asing dengan mobil yang dituju oleh Shelka, ia merasa familiar dengan mobil itu. Baru saja otaknya berpikir mengingat mobil di depannya, sang pemilik mobil keluar yang membuat keduanya sama-sama terkejut.“Mamat.”“Mas Shaqu.”“Kalian
Jelita menoleh sambil tersenyum begitu canggung. Matanya menatap ke arah empat cowok yang tengah berjalan mendekat.“Lo ngapain di sini, Ta?” tanya Rizal.“Gue—““Nguping lo, ya,” tuding Rendi tepat sasaran.“Ih, jangan nuduh sembarangan lo, Ren,” sangkal Jelita cepat.“Ta, tumben naik ke rooftop? Ada perlu apa?” tanya Bagus begitu lembut.Matheo hanya diam memperhatikan makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah itu dengan sudut bibir terangkat sebelah. Kalau dipikir-pikir melihat Jelita gugup seperti ini sangat begitu lucu. Apalagi bibirnya yang tipis manyun ke depan bikin pikiran nakal Matheo meronta.Jelita langsung menyingkir ke samping saat Rizal berjalan menuju ke arah pintu. Matanya membola sempurna ketika melihat Rizal dengan gampang membuka pintu. Mulutnya melongo tanpa disadarinya.“Kenapa, Ta?” tanya Bagus.
Pagi ini sekolah Nusa Bangsa tengah mengadakan ulangan semester. Semua siswa pun tengah fokus mengerjakan soal-soal ulangan dengan khusyuk. Guru pengawas terus memperhatikan gerak-gerik siswa yang mencurigakan.“Wawan, sedang apa kamu nengok ke belakang?”“Emm, ini Bu mau pinjam tip-ex.”“Yang ketahuan mencontek akan Ibu keluarkan dari kelas, dan sudah pasti akan langsung remidial.”Semuanya langsung menunduk menatap soal ulangan. Semuanya benar-benar nggak berani menoleh ke arah kanan kiri. Nasib nilainya yang menjadi taruhan nanti. Mereka semua nggak mau remidial yang kadang bikin pusing.Waktu terus berjalan hingga suara bel terdengar begitu nyaring yang mempertandakan kalau waktu mengerjakan ulangan telah usai. Mereka disuruh istirahat selama sepuluh menit yang kemudian dilanjut untuk mengerjakan ulangan berikutnya.“Sumpah sih mikir matematika bikin kepala mau bot
Setelah mengantar Shelka pulang ke rumah. Kini Matheo sudah berada di ruang kerja daddynya. Matheo tengah duduk di sofa sambil ditatap kedua orangtuanya. Ada gurat kecewa di mata keduanya. Matheo benar-benar menyesal tidak mendengarkan nasihat daddynya untuk fokus sekolah semasa SMA.“Daddy kecewa sama kamu, Matheo.”“Maaf, Dad.”“Daddy nggak tahu harus bilang apa sama kamu. Daddy juga nggak bisa mencegah perasaan kamu untuk jatuh cinta dengan siapa karena Daddy juga dulu seperti itu. Nggak ada bayangan untuk mencintai Mommy kamu ini. Karena dia buka tipe wanita Daddy, tapi entah kenapa hati Daddy dibuat jatuhcinta sama dia.”Kaila yang mendengar sanjungan dari suaminya langsung tersenyum malu-malu layaknya seorang ABG sedang kasmaran.“Setelah ini apa yang ingin kamu lakukan? Besok bukannya sudah ulangan semester?”“Pertama mau menegaskan kepada Shel
Kini Matheo terdiam seribu bahasa di depan orangtuanya. Entah kenapa sekarang urusan menjadi sangat rumit. Padahal ia masih SMA bukan orang dewasa yang akan nikah.Matheo menoleh ke arah Shelka dan Jelita bergantian. Dapat Matheo lihat kalau keduanya sama-sama habis menangis. Matheo benar-benar bingung sekali saat ini.“Masih mau diam saja?”“Enggak, Dad.”“Ya sudah cepat jelaskan.”Matheo meremas kedua tangannya, ia mengepal kuat untuk mengumpulkan keberanian berbicara di depan daddynya itu. Matheo menoleh kembali menatap ke arah Shelka yang sangat terlihat begitu rapuh.“Aku pacaran sama Shelka, Dad,” ucapnya lirih.“Lalu?”“Tapi, aku nggak mencintai dia,” katanya sembari menunduk merasa bersalah.Kaila yang mendengar langsung tampak terkejut, Clarisa sendiri tersenyum senang karena merasa menang, Melviano sendiri ha