Home / Romansa / MENJADI SAINTESS TERHEBAT / Bab 77. Kabur ke Tempat yang Aman

Share

Bab 77. Kabur ke Tempat yang Aman

Author: Yukari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sebenarnya aku masih menutup tubuh depanku dengan selimut, jadi bagian penting tubuhku tidak terlihat. Akan tetapi, wajah Karl sangat memerah sambil menutup wajahnya ketika mengatakan hal seperti itu, tadi. Steein juga memalingkan wajahnya dan melihat ke samping. Aku jadi merasa bersalah karena mereka seperti itu.

“Maaf ... Tapi, aku tidak punya baju di sini,” ucapku dengan nada pelan.

Mungkin Karl dan Steein lupa fakta bahwa aku sekarang tidak sedang berada di kamarku. Ya, di kamar Raja Edgar sama sekali tidak ada baju yang bisa aku pakai. Walaupun aku bisa memakai kemeja dan celana, namun ukuran badan Raja Edgar yang jauh lebih besar dari badanku pasti akan membuat baju dan celana itu seketika jatuh ke bawah begitu aku pakai.

Jangan tanyakan tentang bajuku semalam. Karena bukan aku yang membukanya, dan setelah aku cari-cari keberadaan baju itu hari ini, aku sama sekali tidak menemukannya. Jadi, aku tidak memiliki sesuatu yang bisa dipakai untuk men

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 78. Saran yang Sangat Berat

    Steein menanyakan hal itu dengan sangat pelan. Ia bahkan seperti tidak sanggup untuk mengucapkan kalimat itu dari mulutnya.Aku juga seperti itu. Walaupun aku sudah bertekad untuk mengungkapkan semua, tapi jantungku tetap saja terkejut dan berdetak lebih keras ketika mendengar pertanyaan itu. Rasanya, kilasan peristiwa yang aku alami terulang kembali dalam ingatanku.Aku menahan napas dan memejamkan mata sebentar untuk membuatku tenang. Aku melihat pergelangan tanganku yang terbuka, dan di sana juga ada cap merah yang ditinggalkan Raja Edgar sebagai bukti tindakannya. Melihat hal itu, aku jadi semakin bertekad untuk menceritakan semuanya.“Benar,” jawabku.Itulah hasil dari tekadku. Rencanaku menceritakan semua, tapi hanya satu kata yang bisa terucap. Selebihnya aku hanya menggertakkan gigiku kuat-kuat untuk menahan agar air mataku tidak menetes lagi.BRAAAK!!“DASAR MANUSIA SIALAN ITU! AKU AKAN MEMBUNUHNYA!!!” teriak

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 79. Bangkit Kembali

    Tubuhku tersentak. Tidak aku sangka semua masalah jadi serunyam itu. Akan tetapi, jalan pikiran dan kesimpulan yang diberikan Marquess Bradley cukup masuk akal. Itu artinya, sedikit banyaknya, cepat atau lambat, akan ada lebih banyak orang yang berpikir seperti itu.Karena aku tenggelam dalam pikiranku selama mempertimbangkan jawaban yang harus aku berikan, suasana di ruangan itu menjadi sangat intens. Jadi, demi kebaikan bersama, sebaiknya aku berkata jujur dan meluruskan fakta ini.“Tidak, Tuan. Saya dan Raja Edgar tidak memiliki hubungan khusus,” jawabku tegas.“Hmm, begitu ya,” balas Marquess. Marquess sepertinya kembali mengatur isi pikirannya mengenai hal ini, karena aku baru saja memberikan informasi.Akan tetapi, ketika keadaan menjadi hening, dan aku menunggu Maequess kembali berbicara, yang memulai percakapan lebih dulu bukanlah Marquess, melainkan Karl.“Apakah kamu menyukai Yang Mulia, Lissa?”

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 80. Cinta atau Obsesi

    "Lissa...,” ucap Raja Edgar dengan mata berbinar seolah-olah ia terharu karena telah menemukanku.Namun, ketika Raja Edgar turun dari kudanya dan berjalan ke arahku, aku menghentikan langkah Raja Edgar dan berkata, “Berhenti si situ, Yang Mulia. Saya ingin memberikan transaksi kepada Yang Mulia.”Berbeda dengan Marquess yang sabar menantikan rencanaku, Karl dan Steein tampak terkejut karena aku baru saja memberikan perintah kepada Raja Edgar.Walau aku inginnya berbicara dengan jarak yang jauh dengan Raja Edgar, tapi ucapanku tadi tidak berhasil membuat langkah Raja Edgar berhenti. Sambil terus melangkah ke arahku, ia menjawab, “Apa maksudmu?”“Saya akan kembali ke Istana, jika Yang Mulia memberikan saya kebebasan,” ucapku. Aku berupaya untuk berani. Akan tetapi posisi Raja Edgar yang semakin dekat denganku membuat aku menjadi semakin takut. Aku pun mengepalkan tanganku untuk mengurangi getarannya.Mungkin,

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 81. Syarat yang Berbahaya

    Sedikit berbahaya mengatakannya di sini. Naiklah ke atas kuda. Dalam perjalanan, aku akan mengatakannya,” bisik Raja Edgar. Ketika Raja Edgar berbisik, embusan napasnya menggelitik telingaku sehingga bulu kudukku spontan berdiri.Aku tidak yakin apakah syarat itu akan menguntungkanku. Akan tetapi, sekarang aku tidak punya pilihan lain. Aku sudah terlalu lama berada di luar dan melibatkan terlalu banyak orang. Jadi, aku harus menghentikan diskusi yang semakin membuat orang lain menjadi repot. Beberapa dari para pelayan Marquess Bradley juga sudah terlihat terlalu lelah dengan wajah yang mulai memucat karena telah berdiri terlalu lama di malam yang dingin.“Baiklah,” jawabku. Kemudian, aku melangkah ke tempat kuda Raja Edgar berada.Tadi aku tidak merasakannya karena aku berdiri di depan pintu Mansion Marquess Bradley, sehingga kehangatan dari dalam Mansion itu masih terasa di tempat aku berdiri. Akan tetapi, sekarang setelah aku berjalan beberap

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 82. Perang Fisik dan Batin dengan Raja Edgar

    Baru saja aku menambahkan berkuda sebagai kegiatan favoritku, kini aku ingin mencabutnya kembali.Berkuda tidak semudah yang dibayangkan. Itu juga tidak terlalu menyenangkan seperti kesan awal. Jika berkuda, maka harus duduk di alas punggung kuda yang keras. Sudah begitu, duduknya bukan dengan cara duduk manis ala wanita bangsawan. Akan tetapi, duduk mengangkang hingga membuat paha dalam terasa sangat sakit. Bahkan, hentakan-hentakan tubuh yang disebabkan oleh langka kaki kuda itu membuat pinggangku sakit. Bahkan, di tengah perjalanan, aku bersandar di dada bidang Raja Edgar dan melimpahkan semua beban tubuhku padanya, karena tulang punggungku tidak sanggup lagi menahan beban tubuhku.Rasanya, selama dua hari berturut-turut aku mendapatkan siksaan fisik yang luar biasa. Dimulai dari tubuhku yang nyeri karena apa yang dilakukan oleh Raja Edgar waktu itu, hingga barusan aku menaiki kuda dengan kondisi tubuh seperti ini. Jika di dunia ini ada salep atau tukang urut, aku i

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 83. Menang sebagai Tanda Awal

    "Jika Yang Mulia ingin memaksakan kehendak Anda, silakan saja. Maka saya juga akan melakukannya dengan cara saya. Mari kita lihat, cara Yang Mulia dengan cara saya, siapa yang akan lebih dulu membuat keinginan masing-masing terjadi,” ucapku sambil menyeringai.Ada pepatah yang mengatakan bahwa ‘karena nira setitik, rusak susu sebelanga’. Mirip dengan hal itu, orang-orang pasti setuju akan fakta bahwa dibutuhkan sedikit waktu untuk seseorang untuk jatuh, dibandingkan waktu mereka untuk bangkit kembali.Sesuai dengan istilah-istilah itu, Raja Edgar pasti mengerti maksud ucapanku, bahwa aku tidak akan menggunakan cara yang baik untuk memaksakan kehendakku terwujud. Apalagi setelah aku ada mengungkit tentang kematian sebelumnya. Aku bisa melihat ekspresi wajah Raja Edgar yang ketakutan. Itu adalah tanda kemenangan mutlak untukku.“Baiklah, kamu memang tidak bisa dikalahkan mengenai strategi. Jadi, aku akan mengalah kali ini,” ucap Raja

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 84. Desakan Pernikahan Raja dengan Saintess

    "Tentu saja aku siap, Tuan Bradley,” balasku dengan percaya diri.Di tengah keceriaan aku dan Marquess Bradley, ekspresi wajah Karl dan Steein terlihat tidak terlalu baik.“Apakah kamu benar-benar baik-baik saja, Lissa?” tanya Karl dengan kerutan dahi di wajahnya yang biasa ia tunjukkan jika ia merasa gelisah dan khawatir.“Tentu saja aku baik-baik saja, Karl. Jangan khawatir,” balasku.“Ya, ampun Tuan Duke Kesar, kendalikan dirimu. Sekalipun kamu menyukai Nyonya Anette, tidak seharusnya kamu khawatir berlebihan dan menunjukkan sisi lemahmu di saat-saat yang penting seperti ini,” cetus Marquess Bradley yang bermaksud menggoda putranya itu.Wajah Karl spontan memerah karena ucapan terus terang itu, sementara aku hanya tertunduk malu.“Duduklah, Lissa,” ucap Steein sambil menarik kursi di sebelahnya.Aku baru tersadar kalau dari tadi aku dengan tidak sopan berbicara panjang lebar sam

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 85. Keadaan Berpihak Padaku

    “Ahh, Halo ... Ternyata semuanya sudah ada di sini,” ucap Rissa sambil menyelipkan rambut di balik daun telinganya.Aku hampir saja tertawa karena melihat sikap manis dan nada bicara Rissa yang ramah itu. Padahal jelas sekali tadi mata Rissa sempat berkerut begitu ia melihat sosok diriku di ruangan rapat ini.“Aku ada mendengar kabar bahwa kalian sedang membicarakan sesuatu yang penting. Apakah boleh, aku yang bukan bangsawan, ikut dalam rapat ini? Karena aku merasa bahwa topik rapat kali ini berkaitan denganku,” lanjut Lissa.“Jelas boleh, Saintess. Jika Saintess tidak sibuk, kami sangat senang jika Saintess ikut dalam rapat,” ucap para bangsawan itu secara bersusulan.Lissa kemudian duduk di bangku kosong yang ditarik oleh slah satu bangsawan. Setelah ia duduk, ia melihat ke arahku sehingga tatapan kami bertemu. Sepertinya Rissa ingin menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sangat dihargai dan mendapat perlakuan spesia

Latest chapter

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 188. Keluarga Legendaris

    SRAK! Tak, tak, tak! Suara hentakan kaki yang besar sedang membentur tanah dengan kuat dan tangan yang berotot sedang membentang melawan aliran udara. Benda yang besar itu sedang bergerak menuju tempat kedua anakku sedang bermain. “Halo putriku…! Ayah datang!!” seru Raja Edgar yang berlari girang untuk menghampiri Zanna sambil mengenakan jubah resminya, karena ia baru saja tiba dari perjalanan panjang sepulang dari Kerajaan tetangga. “Tidak, pergi!! Jangan sentuh adikku dan jangan ganggu waktu kami! Pakaian Ayah tidak cocok untuk ikut bermain. Pergilah dulu ke sana untuk ganti baju!” teriak Eden untuk mengusir Raja Edgar. “Kalau begitu, jika Ayah sudah berganti baju, bolehkah Ayah bergabung untuk bermain dengan kalian?” tanya Raja Edgar lagi yang pantang menyerah dengan tatapan penuh harap. “Tidak!” jawab Eden tanpa berbelas kasihan. “Eden! Ayah tidak menanyakan hal ini padamu!” balas Raja Edgar kepada Eden dengan nada marah. K

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 187. Kakak Adik yang Akur

    “Apakah kamu sudah memaafkan aku, Sayang?” tanya Raja Edgar yang menolehkan kepalanya ke belakang dari pojokan dengan matanya yang berbinar.Namun, tidak semudah itu untuk meluluhkanku atas kesalahannya yang serius. Jadi, aku berkata, “Tidak, aku masih belum memaafkanmu. Aku hanya memberikan kamu kesempatan untuk ikut campur dalam memberikan nama bagi putrimu nanti. Namun, jika kamu tidak mau, ya sudah, tidak apa-apa.”“Tidak! Tidak! Aku mau! Aku sudah memikirkannya!” seru Raja Edgar sambil dengan cepat beranjak dari pojokan itu dan berjalan dengan tergesa-gesa ke arahku.“Ia sudah memikirkannya? Dalam waktu yang singkat itu selama ia berada di pojokan sana? Memang bakatnya luar biasa. Bahkan, bakatnya dalam memberikan nama yang bagus dalam waktu singkat itu, ia turunkan dengan baik kepada Eden,” batinku.“Aku sudah memikirkan namanya, yaitu Rani, artinya seorang bangsawan yang merupakan putri. Itu coc

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 186. Eden yang Bahagia

    Tap, tap, tap.Dengan mataku yang tertutup, aku bisa mendengar suara langkah kaki kecil Eden yang mendekat ke arahku.“Minggir sebentar, Yang Mulia Raja, aku harus melakukan sesuatu,” ucap Eden begitu ia sampai di tempatku.Aku tidak tahu reaksi apa yang diberikan oleh Raja Edgar setelah itu karena aku masih menutup mata. Namun beberapa sat setelahnya, aku bisa merasakan ada sesuatu yang hangat di tanganku. Eden sudah dewasa dan pintar, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan di situasi ini. Alasan di awal aku mencegahnya untuk menggunakan kekuatan Saintess agar ia tidak salah bertindak dan menyalurkan kekuatan penyembuhannya di daerah perutku, di mana janinku sedang bertumbuh dan berkembang sekarang. Jadi sekarang, karena Eden sudah tahu bahwa aku sedang hamil, ia bisa menanganinya dengan tepat dan menyalurkan kekuatan Saintess untuk memberikan kekuatan dan tenaga dengan menggenggam tanganku.Ketika ia sudah menyalurkan kekuatannya setelah be

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 185. Hamil Kedua

    “Apa?! Adik? Eden … itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Lagi pula, jika kamu menginginkan adik, usia kalian terpaut terlalu jauh untuk dijadikan sebagai teman bermain,” balasku.“Hanya delapan tahun jika dihitung Sembilan bulan Ibu akan melahirkan. Tidak apa, Ibu. Aku senang untuk menjaga dan menjadi teman bermain dengannya. Sama seperti Ibu dan kembaran Ibu di masa lalu. Aku tahu maksud Ibu membicarakan hal ini. Ibu pasti baru mendengarkan sesuatu dari Paman Steein, ‘kan?” tanya Eden.Untungnya, Eden menggunakan sapaan tidak formal untuk menyebut Steein. Pasti karena Lissa ada di hadapannya. Jika ia bersama dengan orang-orang, ia tetap memanggil Steein dengan sebutan Tuan Duke Kesar.“Oh ya? Kenapa kamu bilang seperti itu?” tanya Lissa dengan senyuman sambil meremas jari-jarinya yang saling bertautan untuk berpura-pura bersikap tenang.Eden sepertinya tahu kalau aku sedang berbohong karena mata merah

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 184. Kebahagiaan Eden

    Tap, tap, tap!Kembali lagi, aku berlari dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa henti. Sekarang giliran aku menghampiri Eden untuk menepati janjiku padanya.“Yang Mulia Ratu!! Kenapa Yang Mulia berlari-lari? Bagaimana jika Yang Mulia terjatuh?” tanya Eden dengan tergesa-gesa menghampiriku.Aku tidak menyangka kalau aku akan mendapatkan nasihat dari anak kecil perihal berlari dan terjatuh. Padahal seharusnya nasihat itu aku berikan kepadanya sebagai nasihat dari seorang Ibu untuk anak. Jika aku ingat-ingat, Eden juga tidak pernah terjatuh atau bertindak ceroboh sejak kecil. Walau aku dan Raja Edgar selalu sibuk, ia tidak menuntut apa pun dan mengurus tanggung jawabnya sendiri.Untuk menghilangkan sikap formalitas Eden yang kaku, aku pun mengelus-elus kepalanya dengan kasar sehingga rambutnya yang rapi jadi berantakan.“Yang Mulia! Apa yang telah Yang Mulia lakukan?! Setelah ini aku ada pertemuan Tuan Count dari Utara, jadi aku

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 183. Tumbuh Menjadi Tidak Berperasaan

    Tap, tap, tap!!Aku sangat sibuk. Baru saja aku pergi ke Sekolah Akademi untuk memberikan kata-kata penyambutan kepada para siswa baru, sekarang aku harus cepat menemui Steein sebelum menepati janji temu yang aku buat dengan Eden.Jika aku membuang-buang waktu sedikit saja, aku tidak bisa menemui Steein terlebih dahulu, atau aku jadi terlambat untuk menepati janjiku dengan Eden.“Hahhh … Haahhh….” Napasku terengah-engah dan dadaku naik turun karena kekurangan oksigen. Jika zaman ini sudah semakin maju, aku akan membayar mahal siapa pun yang berhasil menciptakan kantung oksigen di dunia ini untuk bisa membantuku bernapas dengan baik setiap kali aku kekurangan stamina seperti ini.“Lissa, kamu tidak apa-apa? Mau aku bantu?” tanya Steein yang dengan sigap menghampiriku.Namun, untuk mencegah kontak fisik yang berlebihan, aku segera berdiri tegak dan menyesuaikan napasku. Karena aku memiliki banyak tanggung jawab,

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 183. Eden Berusia Lima Tahun

    "Sayang ... Ayo beristirahat hari ini, aku sangat lelah,” ucap Raja Edgar dengan manja sambil mempererat pelukannya yang melingkar di perutku.Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi dengan semakin romantisnya hubungan kami, banyak hal baru yang lebih menggelikan yang kami lakukan. Sekarang Raja Edgar sudah menyebutku dengan sebutan Sayang ketika kami sedang berdua saja. Namun, sebenarnya tidak hanya ketika sedang berdua saja, ketika di depan umum pun, Raja Edgar beberapa kali menunjukkan rasa sayangnya padaku. Untung saja para bangsawan tidak lagi keberatan dan memaklumi kepribadian mengejutkan dari Raja Edgar yang terkenal kejam.“Edgar … ini sudah pagi. Ada banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan hari ini,” ucapku sambil mencengkeram lengan Raja Edgar dan menariknya agar terlepas.“Egghhh … kenapa tanganmu kuat sekali? Apa-apaan otot-otot ini?! Lepaskan sekarang, Edgar. Waktu sangat berharga di tengah kesibukan kita,”

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 182. Posesif dan Over Protektif

    “Kami datang untuk membawa Yang Mulia bermain. Apakah Yang Mulia berkenan jika saya menggendong Yang Mulia?” tanya Steein sambil menatap mata Eden seolah-olah sedang berbicara dengannya, setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Saya juga ingin melakukan hal yang sama, Yang Mulia Pangeran Eden. Yang Mulia Pangeran tidak perlu khawatir. Saya sudah mencari kiat dan berlatih kepada para ahli tentang cara menggendong bayi yang baik. Saya akan membuat Yang Mulia nyaman,” imbuh Karl.Sebenarnya Steein dan Karl sedang mengikuti permainanku sambil berpura-pura menjawab pertanyaan Eden yang aku tanyakan kepada mereka dengan suara tiruan. Akan tetapi, meskipun mereka melemparkan pertanyaan kepada Eden, aku tidak akan lagi mengubah suaraku dan berpura-pura menjadi Eden karena rasanya cukup memalukan.“Tidak boleh!” tiba-tiba Raja Edgar yang memberikan jawaban kepada mereka.“Astaga … sayang sekali … karena Ayah

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 181. Senyuman si Kecil

    Begitu Eden sampai di tanganku, tiba-tiba tangisan Eden langsung berhenti. “Apa?! Apa ini?! Kenapa ia langsung diam padahal kamu belum melakukan apa pun?” protes Raja Edgar. Aku bisa mengerti alasan Raja Edgar melayangkan protes. Itu karena segala perjuangan nyang sudah ia tunjukkan, tetapi Eden tidak mau bekerja sama dengannya dan terus menangis. Sementara denganku, Eden langsung diam tanpa aku perlu melakukan apa pun. Aku membalas tatapan mata merah sayu yang memandangku itu. Ketika kami saling memandang setelah sekian detik, Eden tersenyum kecil dengan bibir merahnya. “Hei! Ia baru saja tersenyum! Apa kamu melihatnya?!” seruku girang kepada Raja Edgar karena baru saja melihat sesuatu yang membawa berkah. Aku pikir reaksiku sudah berlebihan karena terlalu heboh untuk hal seperti ini, tetapi raut wajah Raja Edgar memberikan reaksi yang lebih jauh daripada aku. Ia termangu di tempatnya sambil menatap ke arah Eden. Dengan ucapan yang lirih kare

DMCA.com Protection Status