"Jika kamu saja tidak tahu jawabannya, bagaimana aku bisa tahu?” balasku.
Rasa heran Raja Edgar itu beralasan. Meramal masa depan bukanlah sesuatu yang bisa aku lakukan. Akan tetapi, dari buku sejarah aku membaca bahwa Saintess Im Ha Yun sudah meramalkan tidak ada Saintess selama beberapa generasi, tetapi di generasi Raja Edgar, akan ada Saintess yang muncul, itu adalah aku dan Rissa.
“Masih ada banyak pertanyaan yang belum bisa terjawab, Yang Mulia, tetapi aku yakin kalau kita bisa mengetahuinya pelan-pelan,” lanjutku untuk memberi pendapat.
“Menurut dugaanku, ada dua prediksi. Yang pertama, sama seperti kekuatan Saintessmu yang terlambat datang, mungkin kemampuan meramalmu juga akan bangkit menyusul. Atau, kemungkinan lainnya … mengingat perbedaan kekuatan Saintess antara kamu dan Rissa, bisa jadi kekuatan Saintess di tiap orang juga berbeda. Tidak sepertimu, Saintess yang lalu tidak memiliki kemampuan penyembuhan untuk menyembuh
Ketika Steein masuk, wajah Mariana berubah menjadi merah padam. Gelagatnya juga menunjukkan kalau ia sedang salah tingkah, meskipun ia menutupinya dengan menggendong bayiku. Tanda yang jelas itu menunjukkan dengan jelas kalau ia memiliki rasa yang berbeda kepada Steein.“Oh? Siapa ini?” tanya Steein yang menyadari keberadaan Mariana begitu ia menyusul Karl dan masuk ke dalam kamar.“Kamu tidak tahu? Ia adalah Ibu Asuh pangeran,” jawab Karl dengan acuh tak acuh.“Aku sudah tahu itu, Karl, lagi pula aku sedang tidak bertanya padamu. Maksudku bukan posisinya … tetapi aku baru pertama kali melihatnya ada di Istana ini, atau apakah ada kesalahan di ingatanku?” tanya Steein.“Kamu mengingat semua pelayan yang ada di Istana ini, Steein?!” tanyaku terkejut.“Ya, aku tidak sengaja mau mengingatnya, tetapi mau tidak mau aku jadi ingat karena aku terlalu sering keluar masuk istana sejak kecil. Jadi,
BAB 177Arti Sebuah NamaSetelah memakan beberapa waktu, Raja Edgar datang menghampiriku sambil menggendong anak kami di tangannya. Namun, yang lucunya … wajah Raja Edgar sangat tegang dan ia berjalan dengan tubuh yang kaku. Hampir saja aku tertawa lepas karena menyaksikan penampilannya yang seperti itu. Sangat disayangkan karena dunia ini tidak memiliki alat perekam, karena seharusnya hal langka ini cocok untuk dijadikan sebagai suatu kenangan.“Rambutnya benar-benar hitam,” gumamku. Tidak bisa aku ungkiri, aku sedikit kecewa. Padahal aku berharap agar ia memiliki rambut yang cerah dan bersinar mewah sebagai rambut turunan dari seorang Raja Heroit dari generasi terdahulu.“Apakah kam kecewa akan penampilannya, Lissa?” tanya Raja Edgar yang bisa membaca arti dari raut wajahku.“Ah, ya … hanya sedikit … ia memang tampan dan mungil … tetapi, aku sempat membayangkan untuk memiliki seorang anak yang
Karena tidak ada yang menentang, sepertinya nama calon Raja berikutnya sudah diputuskan. Namun, karena membahas arti nama, aku jadi terpikirkan sesuatu hal yang berkaitan dengan itu.“Kalau nama kamu, Edgar Coelom, apakah ada artinya?” tanyaku penasaran.“Hmmm … aku tidak tahu apakah orang tuaku sempat memikirkan artinya ketika hendak memberikan nama padaku. Namun, sejauh yang aku tahu, arti nama Edgar adalah tombak kekayaan. Sementara itu, nama Coelom … aku tidak tahu artinya,” jawab Raja Edgar.“Hmmm … begitukah,” balasku. Di saat aku kembali mengorek luka Raja Edgar, dibandingkan merasa bersalah, sejujurnya aku lebih merasa kecewa. Padahal aku berencana untuk mewariskan nama itu untuk putraku juga,tetapi karena itu tidak ada artinya, aku jadi mempertimbangkannya kembali.“Sepertinya aku tahu arti nama itu,” cetus Steein tiba-tiba.“Apa?” tanyaku tanpa menunda-nunda.
Karena menyadari bahwa ini adalah topik yang sensitif, Raja Edgar langsung menaikkan emosinya.“Apa yang sedang kalian lakukan sehingga tetap berdiri di situ? Sekarang keluar!” perintah Raja Edgar.“Baik Yang Mulia!” seru Karl sambil berlari dengan terburu-buru keluar.Sementara itu, Steein malah sempat berkata, “Baik, Yang Mulia, kalau begitu saya akan keluar dan melaksanakan perintah Yang Mulia untuk membuat pengumuman tentang pemberian nama Yang Mulia Pangeran dan pelantikannya menjadi Putra Mahkota di usianya yang pertama. Saya permisi.”Setelah mengatakan itu, Steein berjalan dengan santai ke arah pintu keluar. Akan tetapi, aku bisa tahu kalau Steein sedang memaksakan dirinya untuk bersikap tenang karena meskipun ia sudah berbalik, aku bisa melihat daun telinganya yang memerah.“Ummm … Kalau begitu, saya juga akan keluar,” ucap Raja Edgar dengan nada suara yang bergetar karena merasa malu.
“Itu karena kamu terampil melakukannya,” ujar Raja Edgar untuk memberikan alasannya.“Aku terampil bukan karena aku berpengalaman, Edgar, tetapi karena hal seperti ini merupakan sebuah pengetahuan dasar yang sudah dibagikan kepada semua orang,” jelasku.“Apa? Semua orang diajarkan tentang caranya menyusui?!” tanya Raja Edgar dengan ekspresi kagetnya untuk ke sekian kali.Reaksi Raja Edgar yang berlebihan untuk topik ini malah membuatnya jadi terkesan aneh. “Yang Mulia, memang tampaknya tidak biasa dan sulit untuk dibayangkan, tetapi di dunia kami, sejak kurang lebih usia lima hingga nanti usia 18, setiap orang harus menjalani pendidikan wajib dalam hidup. Itu dinamakan dengan sekolah. DI sana mereka belajar banyak hal tentang kebiasaan hidup hingga dari untuk menangani beberapa urusan penting. Mengenai kemampuanku untuk menjadi sekretaris pun, aku mendapatkannya dari sekolah itu,” jelasku. Walau memang aku menjalan
Begitu Eden sampai di tanganku, tiba-tiba tangisan Eden langsung berhenti. “Apa?! Apa ini?! Kenapa ia langsung diam padahal kamu belum melakukan apa pun?” protes Raja Edgar. Aku bisa mengerti alasan Raja Edgar melayangkan protes. Itu karena segala perjuangan nyang sudah ia tunjukkan, tetapi Eden tidak mau bekerja sama dengannya dan terus menangis. Sementara denganku, Eden langsung diam tanpa aku perlu melakukan apa pun. Aku membalas tatapan mata merah sayu yang memandangku itu. Ketika kami saling memandang setelah sekian detik, Eden tersenyum kecil dengan bibir merahnya. “Hei! Ia baru saja tersenyum! Apa kamu melihatnya?!” seruku girang kepada Raja Edgar karena baru saja melihat sesuatu yang membawa berkah. Aku pikir reaksiku sudah berlebihan karena terlalu heboh untuk hal seperti ini, tetapi raut wajah Raja Edgar memberikan reaksi yang lebih jauh daripada aku. Ia termangu di tempatnya sambil menatap ke arah Eden. Dengan ucapan yang lirih kare
“Kami datang untuk membawa Yang Mulia bermain. Apakah Yang Mulia berkenan jika saya menggendong Yang Mulia?” tanya Steein sambil menatap mata Eden seolah-olah sedang berbicara dengannya, setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Saya juga ingin melakukan hal yang sama, Yang Mulia Pangeran Eden. Yang Mulia Pangeran tidak perlu khawatir. Saya sudah mencari kiat dan berlatih kepada para ahli tentang cara menggendong bayi yang baik. Saya akan membuat Yang Mulia nyaman,” imbuh Karl.Sebenarnya Steein dan Karl sedang mengikuti permainanku sambil berpura-pura menjawab pertanyaan Eden yang aku tanyakan kepada mereka dengan suara tiruan. Akan tetapi, meskipun mereka melemparkan pertanyaan kepada Eden, aku tidak akan lagi mengubah suaraku dan berpura-pura menjadi Eden karena rasanya cukup memalukan.“Tidak boleh!” tiba-tiba Raja Edgar yang memberikan jawaban kepada mereka.“Astaga … sayang sekali … karena Ayah
"Sayang ... Ayo beristirahat hari ini, aku sangat lelah,” ucap Raja Edgar dengan manja sambil mempererat pelukannya yang melingkar di perutku.Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi dengan semakin romantisnya hubungan kami, banyak hal baru yang lebih menggelikan yang kami lakukan. Sekarang Raja Edgar sudah menyebutku dengan sebutan Sayang ketika kami sedang berdua saja. Namun, sebenarnya tidak hanya ketika sedang berdua saja, ketika di depan umum pun, Raja Edgar beberapa kali menunjukkan rasa sayangnya padaku. Untung saja para bangsawan tidak lagi keberatan dan memaklumi kepribadian mengejutkan dari Raja Edgar yang terkenal kejam.“Edgar … ini sudah pagi. Ada banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan hari ini,” ucapku sambil mencengkeram lengan Raja Edgar dan menariknya agar terlepas.“Egghhh … kenapa tanganmu kuat sekali? Apa-apaan otot-otot ini?! Lepaskan sekarang, Edgar. Waktu sangat berharga di tengah kesibukan kita,”
SRAK! Tak, tak, tak! Suara hentakan kaki yang besar sedang membentur tanah dengan kuat dan tangan yang berotot sedang membentang melawan aliran udara. Benda yang besar itu sedang bergerak menuju tempat kedua anakku sedang bermain. “Halo putriku…! Ayah datang!!” seru Raja Edgar yang berlari girang untuk menghampiri Zanna sambil mengenakan jubah resminya, karena ia baru saja tiba dari perjalanan panjang sepulang dari Kerajaan tetangga. “Tidak, pergi!! Jangan sentuh adikku dan jangan ganggu waktu kami! Pakaian Ayah tidak cocok untuk ikut bermain. Pergilah dulu ke sana untuk ganti baju!” teriak Eden untuk mengusir Raja Edgar. “Kalau begitu, jika Ayah sudah berganti baju, bolehkah Ayah bergabung untuk bermain dengan kalian?” tanya Raja Edgar lagi yang pantang menyerah dengan tatapan penuh harap. “Tidak!” jawab Eden tanpa berbelas kasihan. “Eden! Ayah tidak menanyakan hal ini padamu!” balas Raja Edgar kepada Eden dengan nada marah. K
“Apakah kamu sudah memaafkan aku, Sayang?” tanya Raja Edgar yang menolehkan kepalanya ke belakang dari pojokan dengan matanya yang berbinar.Namun, tidak semudah itu untuk meluluhkanku atas kesalahannya yang serius. Jadi, aku berkata, “Tidak, aku masih belum memaafkanmu. Aku hanya memberikan kamu kesempatan untuk ikut campur dalam memberikan nama bagi putrimu nanti. Namun, jika kamu tidak mau, ya sudah, tidak apa-apa.”“Tidak! Tidak! Aku mau! Aku sudah memikirkannya!” seru Raja Edgar sambil dengan cepat beranjak dari pojokan itu dan berjalan dengan tergesa-gesa ke arahku.“Ia sudah memikirkannya? Dalam waktu yang singkat itu selama ia berada di pojokan sana? Memang bakatnya luar biasa. Bahkan, bakatnya dalam memberikan nama yang bagus dalam waktu singkat itu, ia turunkan dengan baik kepada Eden,” batinku.“Aku sudah memikirkan namanya, yaitu Rani, artinya seorang bangsawan yang merupakan putri. Itu coc
Tap, tap, tap.Dengan mataku yang tertutup, aku bisa mendengar suara langkah kaki kecil Eden yang mendekat ke arahku.“Minggir sebentar, Yang Mulia Raja, aku harus melakukan sesuatu,” ucap Eden begitu ia sampai di tempatku.Aku tidak tahu reaksi apa yang diberikan oleh Raja Edgar setelah itu karena aku masih menutup mata. Namun beberapa sat setelahnya, aku bisa merasakan ada sesuatu yang hangat di tanganku. Eden sudah dewasa dan pintar, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan di situasi ini. Alasan di awal aku mencegahnya untuk menggunakan kekuatan Saintess agar ia tidak salah bertindak dan menyalurkan kekuatan penyembuhannya di daerah perutku, di mana janinku sedang bertumbuh dan berkembang sekarang. Jadi sekarang, karena Eden sudah tahu bahwa aku sedang hamil, ia bisa menanganinya dengan tepat dan menyalurkan kekuatan Saintess untuk memberikan kekuatan dan tenaga dengan menggenggam tanganku.Ketika ia sudah menyalurkan kekuatannya setelah be
“Apa?! Adik? Eden … itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Lagi pula, jika kamu menginginkan adik, usia kalian terpaut terlalu jauh untuk dijadikan sebagai teman bermain,” balasku.“Hanya delapan tahun jika dihitung Sembilan bulan Ibu akan melahirkan. Tidak apa, Ibu. Aku senang untuk menjaga dan menjadi teman bermain dengannya. Sama seperti Ibu dan kembaran Ibu di masa lalu. Aku tahu maksud Ibu membicarakan hal ini. Ibu pasti baru mendengarkan sesuatu dari Paman Steein, ‘kan?” tanya Eden.Untungnya, Eden menggunakan sapaan tidak formal untuk menyebut Steein. Pasti karena Lissa ada di hadapannya. Jika ia bersama dengan orang-orang, ia tetap memanggil Steein dengan sebutan Tuan Duke Kesar.“Oh ya? Kenapa kamu bilang seperti itu?” tanya Lissa dengan senyuman sambil meremas jari-jarinya yang saling bertautan untuk berpura-pura bersikap tenang.Eden sepertinya tahu kalau aku sedang berbohong karena mata merah
Tap, tap, tap!Kembali lagi, aku berlari dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa henti. Sekarang giliran aku menghampiri Eden untuk menepati janjiku padanya.“Yang Mulia Ratu!! Kenapa Yang Mulia berlari-lari? Bagaimana jika Yang Mulia terjatuh?” tanya Eden dengan tergesa-gesa menghampiriku.Aku tidak menyangka kalau aku akan mendapatkan nasihat dari anak kecil perihal berlari dan terjatuh. Padahal seharusnya nasihat itu aku berikan kepadanya sebagai nasihat dari seorang Ibu untuk anak. Jika aku ingat-ingat, Eden juga tidak pernah terjatuh atau bertindak ceroboh sejak kecil. Walau aku dan Raja Edgar selalu sibuk, ia tidak menuntut apa pun dan mengurus tanggung jawabnya sendiri.Untuk menghilangkan sikap formalitas Eden yang kaku, aku pun mengelus-elus kepalanya dengan kasar sehingga rambutnya yang rapi jadi berantakan.“Yang Mulia! Apa yang telah Yang Mulia lakukan?! Setelah ini aku ada pertemuan Tuan Count dari Utara, jadi aku
Tap, tap, tap!!Aku sangat sibuk. Baru saja aku pergi ke Sekolah Akademi untuk memberikan kata-kata penyambutan kepada para siswa baru, sekarang aku harus cepat menemui Steein sebelum menepati janji temu yang aku buat dengan Eden.Jika aku membuang-buang waktu sedikit saja, aku tidak bisa menemui Steein terlebih dahulu, atau aku jadi terlambat untuk menepati janjiku dengan Eden.“Hahhh … Haahhh….” Napasku terengah-engah dan dadaku naik turun karena kekurangan oksigen. Jika zaman ini sudah semakin maju, aku akan membayar mahal siapa pun yang berhasil menciptakan kantung oksigen di dunia ini untuk bisa membantuku bernapas dengan baik setiap kali aku kekurangan stamina seperti ini.“Lissa, kamu tidak apa-apa? Mau aku bantu?” tanya Steein yang dengan sigap menghampiriku.Namun, untuk mencegah kontak fisik yang berlebihan, aku segera berdiri tegak dan menyesuaikan napasku. Karena aku memiliki banyak tanggung jawab,
"Sayang ... Ayo beristirahat hari ini, aku sangat lelah,” ucap Raja Edgar dengan manja sambil mempererat pelukannya yang melingkar di perutku.Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi dengan semakin romantisnya hubungan kami, banyak hal baru yang lebih menggelikan yang kami lakukan. Sekarang Raja Edgar sudah menyebutku dengan sebutan Sayang ketika kami sedang berdua saja. Namun, sebenarnya tidak hanya ketika sedang berdua saja, ketika di depan umum pun, Raja Edgar beberapa kali menunjukkan rasa sayangnya padaku. Untung saja para bangsawan tidak lagi keberatan dan memaklumi kepribadian mengejutkan dari Raja Edgar yang terkenal kejam.“Edgar … ini sudah pagi. Ada banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan hari ini,” ucapku sambil mencengkeram lengan Raja Edgar dan menariknya agar terlepas.“Egghhh … kenapa tanganmu kuat sekali? Apa-apaan otot-otot ini?! Lepaskan sekarang, Edgar. Waktu sangat berharga di tengah kesibukan kita,”
“Kami datang untuk membawa Yang Mulia bermain. Apakah Yang Mulia berkenan jika saya menggendong Yang Mulia?” tanya Steein sambil menatap mata Eden seolah-olah sedang berbicara dengannya, setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Saya juga ingin melakukan hal yang sama, Yang Mulia Pangeran Eden. Yang Mulia Pangeran tidak perlu khawatir. Saya sudah mencari kiat dan berlatih kepada para ahli tentang cara menggendong bayi yang baik. Saya akan membuat Yang Mulia nyaman,” imbuh Karl.Sebenarnya Steein dan Karl sedang mengikuti permainanku sambil berpura-pura menjawab pertanyaan Eden yang aku tanyakan kepada mereka dengan suara tiruan. Akan tetapi, meskipun mereka melemparkan pertanyaan kepada Eden, aku tidak akan lagi mengubah suaraku dan berpura-pura menjadi Eden karena rasanya cukup memalukan.“Tidak boleh!” tiba-tiba Raja Edgar yang memberikan jawaban kepada mereka.“Astaga … sayang sekali … karena Ayah
Begitu Eden sampai di tanganku, tiba-tiba tangisan Eden langsung berhenti. “Apa?! Apa ini?! Kenapa ia langsung diam padahal kamu belum melakukan apa pun?” protes Raja Edgar. Aku bisa mengerti alasan Raja Edgar melayangkan protes. Itu karena segala perjuangan nyang sudah ia tunjukkan, tetapi Eden tidak mau bekerja sama dengannya dan terus menangis. Sementara denganku, Eden langsung diam tanpa aku perlu melakukan apa pun. Aku membalas tatapan mata merah sayu yang memandangku itu. Ketika kami saling memandang setelah sekian detik, Eden tersenyum kecil dengan bibir merahnya. “Hei! Ia baru saja tersenyum! Apa kamu melihatnya?!” seruku girang kepada Raja Edgar karena baru saja melihat sesuatu yang membawa berkah. Aku pikir reaksiku sudah berlebihan karena terlalu heboh untuk hal seperti ini, tetapi raut wajah Raja Edgar memberikan reaksi yang lebih jauh daripada aku. Ia termangu di tempatnya sambil menatap ke arah Eden. Dengan ucapan yang lirih kare