Cepat-cepat Raya menutupi tubuhnya dengan jubah mandi, saat mendapati sang suami mendadak masuk ke dalam kamar.
Raya ternyata tak mendengar suara Raihan tadi saat sebelum masuk yang sempat memanggilnya.
“Ish, kamu kalau mau masuk itu bilang-bilang.”
Raihan yang segera memalingkan wajahnya berusaha melerai debaran dadanya.
“Maaf Dik, aku tadi udah manggil kamu, aku beneran nggak tahu kalau ....”
“Udah, aku mau mandi dulu sekarang.”
Dengan sangat rikuh Raya langsung berjalan menuju kamar mandi, menjadi sangat terlalu malu dengan apa yang terjadi tadi. Meski sekilas Raya sangat yakin jika pria yang sudah menikahinya itu telah melihat tubuh polosnya.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Raya segera menghampiri suaminya yang sudah menunggu di depan, karena memang rencananya mereka akan mengantar kue apem dan
Raya termangu saat mendengar permintaan sang suami.Seharusnya itu adalah permintaan yang wajar, namun bagi Raya yang masih terlalu bingung dengan perubahan yang terlalu drastis di dalam hidupnya saat ini membuatnya tak bisa menelaah apapun.Bahkan dia terlalu ragu untuk memberikan jawaban atas permintaan Raihan saat pria itu dengan terang-terangan meminta untuk tetap bertahan bersamanya.Mendapati tatapan Raya yang gamang, Raihan segera melerai suasana yang mendadak tegang dengan kekehan ringannya.“Hah ini sudah siang, bentar lagi pasti dhuhur, ayo Dik kita pulang,” ajak Raihan berusaha mencairkan suasana.Raya membalas dengan kekehan yang sama meski sikapnya kemudian menjadi sangat rikuh. Entah mengapa di depan seorang Raihan yang sederhana namun sangat bersahaja itu, Raya seakan mati gaya, padahal dulu dia selalu mudah menaklukkan lawan jenisnya. Tap
“Tunggu ...!” Raihan dengan terpaksa menahan langkah kakinya sembari perlahan menoleh ke belakang demi memenuhi panggilan dari saudara sepupunya yang sejak dulu selalu saja berusaha untuk menarik perhatian dirinya. Melihat perhatian Raihan kembali tertuju padanya Ida langsung menghampiri dengan antusias. Sebaliknya Raya kembali mengunggah kekesalannya meski gadis itu berusaha menahan diri untuk saat ini. “Mas, aku ada oleh-oleh buat Mas, besok akan aku antar ke rumah ya.” Ida masih saja menampakkan usahanya untuk mendekati sang sepupu yang sejak lama sudah diincarnya. Wanita muda yang beberapa waktu ini menjalani studinya di kota itu, baru kembali dan berencana akan melewati bulan puasa di kampung, memang biasanya Ida akan menyiapkan oleh-oleh untuk saudara sepupunya yang tampan, setiap kali dia datang. Mendengar ucapan Ida
Raya menjadi kaget saat mendapati sang suami masuk ke dalam kamar, ketika dirinya sedang asyik mencoba beberapa pakaian miliknya yang sudah lama tak dia pakai. Gaun-gaun miliknya yang dulu sering dia pakai buat nongkrong di mall, atau pergi ke cafe. Tentu saja sekarang semua pakaian itu tak bisa dia pakai di luar yang hanya akan semakin memantik omongan tentang dirinya yang sudah dianggap sebagai perempuan yang tidak benar.“Dik, kamu pakai pakaian apa itu?” sergah Raihan memekik tertahan dengan manik matanya semakin melebar karena pakaian Raya yang serba terbuka bahkan terlalu pendek yang membuat kaki jenjangnya terpampang lugas.Jantung Raihan sudah berdetak gelisah saat mendapati penampilan sangat istri yang terlalu mengundang seperti itu. Sebagai seseorang yang selalu menjaga pandangan apa yang dia lihat sekarang menjadi sangat menggusarkan dirinya.Untungnya Raya adalah wanita yang sudah di
Fokus pandangan Raihan hanya tertuju pada gumpalan daging lembut yang tampak basah dan merekah. Hasratnya merangkak naik yang membuatnya tak lagi bisa menahan diri lagi. Hingga sebuah dorongan semakin mendesaknya untuk menempelkan bibirnya pada bibir lembut sang istri yang berwarna pink merona itu.Segera rasa manis menjalar di inderanya, mencecap kelembutan bibir yang terasa basah saat dia pagut. Raihan terhanyut dengan nuansa romansa yang tercipta di antara mereka, terlebih saat dia mendapati sikap pasrah sang istri, seakan menerima dengan rela segala yang dia lakukan.Untuk pertama kalinya Raihan merasakan bagaimana manisnya sebuah ciuman yang segera membuatnya terbuai serasa tubuhnya teraliri listrik ribuan volt. Dirinya bergetar dengan dorongan semakin kuat ingin mendapatkan yang lebih dan lebih.Keberaniannya begitu mudah muncul ketika melihat penerimaan Raya yang tampak semakin pasrah.Tapi se
“Ida.” Raihan memberikan sapaan pada sang sepupu yang sontak disambut dengan senyuman menggoda oleh Ida yang selalu saja berusaha untuk menarik perhatian lelaki itu.Raya segera menatapnya dengan jengah melihat suaminya didekati oleh wanita yang sok merasa cantik itu.“Ada apa Da?” tanya Raihan kemudian sembari memandang gelisah pada sang istri saat mendapati Ida semakin merangsek mendekat.Raya tentu saja langsung bisa menduga jika perempuan itu memang berniat untuk menggoda sang suami. Raya menatap geram sembari mengepalkan tangan. Gadis itu malah disusupi kecemburuan melihat Raihan didekati oleh wanita lain, padahal selama ini mereka bahkan masih belum menjadi pasangan suami istri normal. Raya masih mempertanyakan banyak hal untuk sekedar bisa menerima takdirnya saat ini, menjadi istri seorang Raihan, yang hanya seorang ustadz kampung.“Mas, kemarin aku kan udah bilan
“Mas, menurutmu apa yang bisa aku lakukan untuk membersihkan nama baik kamu lagi?”Nyatanya Raihan tak bisa menjawab pertanyaan dari istrinya. Lelaki itu hanya bisa diam dan kembali menarik nafas dalam.Hati Raya menjadi semakin gundah, karena keberadaannya malah membuat susah dari pria yang sesungguhnya telah banyak menolongnya itu.Gadis itu segera bertekad di dalam hati untuk bisa melakukan sesuatu yang dapat meringankan kesusahan suaminya.“Eh sudah mulai masuk waktu isya’, ayo bersiap Di, kamu ringkas meja lipat ini dan Alqur’annya, aku akan bersiap untuk adzan.”Raihan segera mengkahiri percakapan itu demi bisa menghentikan segala gundah yang sempat dia tangkap dari wajah sang istri. Sungguh Raihan tak ingin membuat pikiran sang istri terbebani.Raya segera ikut bersiap dengan memperbarui wudlunya sebelum ikut mengenakan mukenanya kembali.***Setelah menimbang dengan baik, Raya dengan yakin baru mengungkapkan rencananya kepada sang suami.“Mas, aku punya rencana untuk menarik a
"Ibu mau bicara apa?” tanya Raihan sembari menatap gelisah pada wajah sang ibu yang saat ini terlihat sangat serius.Raihan mulai duduk di depan ibunya yang sejak tadi memandangnya dengan tatapan lekat.“Apa boleh ibu bertanya sesuatu yang lebih pribadi sama kamu Nak?”Masih dengan gelisah yang mengukung hati Raihan mengiyakan saja permintaan ibunya dengan hanya sebuah anggukan kepala.Sementara sorot mata Bu Siti menjadi kian intens.“Apa kamu sudah menjalankan kewajiban kamu pada istri kamu Nak?”Raihan mengernyit tipis saat mendengar pertanyaan ibunya yang masih belum bisa dia telaah dengan terang.Bu Siti mengulas senyuman samar tapi gurat wajahnya menampakkan sebuah keprihatinan.“Apa kamu sudah menggauli istri kamu Nak?”Pada akhirnya Bu Siti mulai menjelaskan maksudnya dengan gamblang yang membuat Raihan terperangah dan menjadi sangat sulit baginya untuk menutupi keresahannya saat mendengar pertanyaan dari sang ibu.Raihan malah mengunggah kegugupannya sembari mengusap tengkukn
Apa yang digelisahkan Raya pagi ini benar-benar terjadi. Saat akhirnya dia membuka mata setelah mendengar suara ayam berkokok dirinya mendapati sedang bergelung nyaman di dalam pelukan suami yang ternyata sepanjang malam mendekapnya hangat.Apa yang terjadi kemarin kembali terulang hari ini, dan tetap saja Raya menjadi sangat canggung dengan keadaan ini.Dengan perlahan Raya beringsut menjauh berusaha melepaskan dirinya dari pelukan sang suami. Tapi nyatanya gerakan Raya yang sepelan apapun tetap saja bisa dirasakan oleh Raihan yang membuat pria itu ikut terjaga.Melihat Raya masih berada dalam pelukannya, hati Raihan segera menghangat menjadi sangat bahagia meski saat ini dia harus menyembunyikan segala rasa di dadanya saat ini.“Sebentar lagi subuh, kita harus segera bangun,” gumam Raya yang sekarang menjadi semakin lebih keras berusaha untuk melepaskan dirinya dari pelukan sang suami.
Raihan langsung tanggap ketika melihat istrinya kesakitan. Tanpa menpedulikan apapun lagi, Raihan langsung membopong tubuh istrinya dan berlari menuju mobilnya yang terparkir di luar.Sementara orang-orang di pesta pernikahan itu ikut melihat dengan cemas. Walau banyak juga yang melontarkan pujian untuk Raihan yang malah terlihat begitu jantan ketika mengangkat tubuh Raya begitu saja."Dik, kamu bisa kan menahan rasa sakitnya? Aku usahakan untuk secepatnya sampai di rumah sakit."Raihan tak bisa menyembunyikan kecemasannya ketika mulai menyalakan mesin mobil.Sebaliknya Raya malah tersenyum simpul meski saat ini wajahnya terlihat pucat karena serangan rasa sakit yang menyergapnya saat ini.Raya merasa wajah suaminya yang saat ini tegang penuh kecemasan malah terkesan lucu.Sampai kemudian Raya malah dikagetkan dengan kemahiran suaminya menyetir mobil.Raya yang selama ini tak pernah sekalipun melihat Raihan mengendarai mobil sekarang justru melihat suaminya bisa melajukan mobil yang s
Suara itu langsung mengalihkan perhatian Raihan dan Raya.Ternyata saat ini Darwis datang bersama dengan Andi, karena memang mereka berdua kebetulan sempat menghadiri sebuah acara bersama-sama dan Darwis sengaja mampir untuk menyampaikan ucapan perpisahan pada Raya."Pak Darwis?!"Raya sedikit terperangah mendapati kedatangan dosennya yang sangat tidak diduganya.Semenjak Raya mengajukan cuti beberapa hari lalu dari kampus untuk persiapan masa persalinannya, Raya tak pernah lagi berjumpa dengan sosok yang selama ini banyak membantunya itu."Apa kabar Darwis?" sapa Raihan kemudian, yang sekarang memang telah menjadi kolega dari lelaki itu semenjak Raihan ikut mengajar di kampus yang sama sebagai seorang dosen tamu.Darwis langsung memberikan senyuman lebarnya menanggapi sapaan Raya dan Raihan. Sementara Andi menampilkan ekspresinya yang datar.Semenjak perdebatan terakhir mereka kemarin Andi masih belum bisa menghentikan kekecewaannya yang membuatnya masih saja menampakkan kedongkolann
"Kalau begitu Papa maunya gimana?"Raya menjadi tak bisa menahan kekesalannya."Tadi Mas Raihan udah ngasih solusi yang terbaik, tapi kenapa Papa nggak ngerti juga sih?"Raihan langsung menyentuh lengan istrinya dengan lembut, memberi isyarat pada Raya untuk bisa lebih tenang."Dik jangan seperti itu kalau ngomong sama Papa," lerai Raihan dengan sabar.Raya mendesah jengah dan setelah itu diam sembari melirik pada suaminya.Kini ganti Raihan yang berusaha mengajak mertuanya berbicara dari hati ke hati."Kami tidak akan langsung kembali ke desa lagi dalam waktu dekat ini. Lagipula kami dalam dua bulan ke depan juga akan punya bayi."Tapi Andi tetap terlihat tak bisa menerima."Tetep aja kamu akan bawa anak dan cucuku pergi."Andi menjadi kian sewot.Dia tak terlalu nyaman saat berbicara dengan menantunya sendiri. Meski di dalam hatinya pria paruh baya itu mengakui jika pada dasarnya Raihan selalu memiliki sifat yang bijak.Ketakutannya akan rasa sepi yang membuat pria itu bersikeras un
"Apa aku melewatkan pestanya?"Perhatian Andi langsung tertuju pada pria berpenampilan dandy itu yang kini menebarkan senyuman pada orang-orang yang sedang menyapanya sekarang.Andi, Rosyid juga Darwis ikut menyapa.Bobby Darmawan menjawab dengan sekedarnya karena saat ini perhatian lelaki itu lebih tertuju pada Raihan yang tak langsung menyadari keberadaannya.Namun ketika salah seorang teman Raihan mulai mengetahui tentang kedatangan sosok penting itu, Raihan kemudian ikut mendekat demi bisa menyapa seseorang yang bisa dikatakan adalah teman lamanya."Lihatlah sosok yang membanggakan ini, kamu terlihat semakin mempesona saat akan menjadi seorang ayah," seloroh Bobby dengan sangat antusias.Keakraban Bobby dengan Raihan jelas memancing perhatian Andi. Dalam hatinya menjadi tak bisa lagi menampik rasa bangga pada menantunya sendiri yang sebelumnya masih sulit untuk dia terima."Terima kasih, aku memang bahagia karena Tuhan sudah menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga untukku jug
“Bilang saja ke mana Raya dan Raihan pergi?”Andi bertanya dengan penuh penekanan.Tapi sebelum Dara memberikan jawaban dari arah pintu terdengar suara langkah kaki dan suara salam yang begitu nyaring.Dara dan Andi spontan menoleh bersamaan dan mereka mendapati sekarang Raya dan Raihan sedang berjalan beriringan untuk mendekat.“Papa kok udah di rumah? Katanya tadi akan pulang sampai larut malam?” Raya langsung melontarkan tanya ketika melihat sosok sang papa yang sekarang sudah berada di depannya.Andi tak langsung menjawab, diam sejenak dengan tatapan dia arahkan lurus pada Raihan yang sedang menggandeng tangan Raya dengan penuh kelembutan.“Ray, tadi Papa kamu nyariin kamu,” sahut Dara yang kemudian malah menimpali dengan cepat.Setelah itu dia melirik ke arah Raihan."Juga nyariin Mas Ustadz, menantu kesayangan."Nada bicara Dara terdengar menyindir.Andi langsung mendengus kesal."Sudah sana kamu ke dalam Dar, aku mau ngomong sama anak juga menantuku."Kini Andi mulai melirik ca
112.“Apa Anda mengenal menantu saya?”Andi mulai mengunggah rasa penasarannya.Bobby malah tersenyum penuh arti.“Siapa yang tidak tahu seorang Raihan?”Andi langsung mengernyitkan keningnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.“Bagaimana Anda mengenalnya?”“Kami pertama kali bertemu di Jerman,” jawab Bobby enteng.Tapi jawaban Bobby langsung membuat kedua mata Andi terbeliak.Andi benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar. Selama ini dia selalu menganggap jika menantunya hanya pria kampung biasa, dan sama sekali tak memiliki keistimewaan.Meski Raya sempat menyampaikan jika Raihan pernah bersekolah di luar negeri, tapi Andi masih enggan untuk percaya. Dia menganggap apa yang dikatakan Raya hanyalah bualan semata.“Jerman?!”Kini ganti Bobby yang memandang heran ke arah Andi yang tampak kaget dengan apa yang sudah dia ucapkan.“Apa Raihan tak pernah menceritakan apapun?”Andi mendesah gelisah sedikit tergeragap.Bobby langsung menanggapi dengan ke
111. Menjadi Penasaran“Bagaimana menurut Papa?” Raihan terdengar tak ragu untuk menanyakan tentang pendapat mertuanya.Andi menelisik jengah. Dalam hatinya dia beranggapan Raihan terlalu percaya diri untuk ukuran seorang pria kampung biasa, yang bisa dengan sangat santai mengajaknya berbincang bahkan meminta pendapatnya.Sebagai seorang menantu yang tak dianggap Andi malah berpikir Raihan tidak akan berani mendekat apalagi membuka percakapan dengannya, dengan kapasitas yang cuma ustadz kampung yang selalu Andi anggap tak sepadan dengan keluarganya.Andi menjadi tak bisa menutupi kejengahannya, yang membuatnya enggan menentang tatapan Raihan yang sayangnya telah terlanjur menjadi menantunya yang bahkan sudah mendapatkan cinta dari putrinya.Fakta bahwa sekarang Raya sedang mengandung benih dari pria itu semakin memuakkan untuk Andi yang selalu sulit untuk bisa menerima Raihan.“Kenapa kamu mesti menanyakan pendapatku?” sergah Andi yang tak bisa menahan kekesalannya.Raihan masih saja
“Selamat siang!”Semua perhatian langsung tertuju pada sosok yang sekarang sudah berdiri di depan pintu.Kemudian mereka semua saling berpandangan ketika mendapati siapa sosok yang datang ke rumah Raya saat ini.Sampai akhirnya Raya mulai berdiri untuk mendekati sosok yang sedang memandangnya dengan luruh di ambang pintu.“Dania?!”Raya tak bisa mengabaikan rasa simpatinya mendapati mantan saudara tirinya yang keadaannya sangat memprihatinkan seperti sekarang.Wanita muda itu tampak jauh lebih tua dari usianya. Apalagi saat ini Dania sedang menggendong anaknya yang belum genap satu tahun. Balita itu tampak terlalu mungil dan lemah.Raya bisa dengan mudah mengabaikan semua kemarahannya yang dulu yang membuatnya tak ragu untuk mempersilakan Dania masuk ke dalam rumahnya meski sebelumnya dia pernah mengusir sosok mant
Nyatanya Raihan malah menyunggingkan senyumnya ke arah Darwis yang saat ini tampak jelas sedang memindainya.“Terima kasih, karena Anda telah mendampingi istri saya ketika saya tidak ada di sampingnya.”Setelah itu Raihan mulai melirik ke arah Raya yang sekarang sedang tersenyum lembut padanya.“Raya sudah menceritakan padaku, kalau selama ini Anda telah sangat baik pada dia.”Darwis mendesah kecewa. Harapannya dapat membuat seorang Raihan cemburu ternyata tak berjalan mulus. Darwis menganggap jika lelaki yang dihadapinya sekarang memiliki sikap dewasa juga pengendalian emosi yang sangat baik.Raihan jelas bukan seorang Reno yang mudah terpancing emosi. Bahkan Darwis bisa melihat kecerdasan yang terpancar dari sorot mata Raihan ketika mereka saling berbicara seperti saat ini.Pada akhirnya Darwis mengedikkan bahu tipis.“Jelas aku harus menjaga Raya karena memang awalnya dia adalah calon istriku.”Darwis malah menimpali dengan sarkas tapi tetap saja ditanggapi oleh Raihan dengan tenan