Tidak masuk akal bahwa Daza bisa berubah hanya dalam semalam saja. Pasti ada sesuatu yang membuatnya sampai akhirnya demikian. Lavendra curiga ada motif dari apa yang dilakukan oleh Daza kepadanya hari ini. Lavendra benar-benar tidak bisa percaya sepenuhnya.Ia sampai merinding melihat Daza yang tidak berhenti tersenyum dan mencuri pandang kepadanya tersebut. Lavendra berusaha mencerna semua yang terjadi. Berusaha berpikiran positif pun tidak ada gunanya sama sekali. Makin dipikir semua malah makin tidak masuk akal bagi Lavendra. Jadi ia tidak bisa percaya sepenuhnya. Apa yang harus ia katakan untuk bisa membuat semua ini jadi sedikit lebih logis?Saat di rumah pun Daza tidak berubah sama sekali. Kalau pun dia ingin membangun imejnya yang sangat rupawan dan baik hati, harusnya itu hanya akan terjadi kalau mereka sedang di luar rumah. Tapi ini tidak. Mereka sedang berada di dalam rumah, dan rasanya sudah tidak wajar kalau Daza masih bersikap seperti ini.“Katakan padaku, apa yang membu
Semua menoleh ke sumber suara, dia adalah pengawas ruangan ini yang mendisiplinkan semua pekerja yang sekiranya mungkin berkelakuan tidak baik. Lavendra berharap dengan adanya pengawas yang datang, maka suasana yang buruk ini akan segera berakhir.Namun, harapan hanya jadi harapan semata. Setelah melirik sejenak, pengawas hanya meminta mereka untuk tidak ribut karena suaranya sudah sampai di lantai yang lainnya. Itu membuat Lavendra jadi makin syok. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa diskriminasi benar-benar ia rasakan.“Ikut kami!” ucap salah satu wanita.Lavendra hanya memandangnya dahulu. Matanya melirik dari atas sampai ke bawah melihatnya, tidak langsung merespon iya atau pun tidak pada apa yang telah dikatakan. Tidak terima karena Lavendra berusaha mengabaikannya tersebut tentu saja memancing emosi.Rambut Lavendra ditarik olehnya sambil berjalan keluar ruangan. Lavendra merintih kesakitan karena rambutnya yang sudah pendek tersebut. Dirinya diseret oleh 3 orang tadi menuju k
Lavendra yang mendengarnya makin gemetar. Ia masih belum membuka pintu. Rasa takutnya jadi kian membesar saat mendengar apa yang barusan mereka katakan di dalam sana. Benar-benar para manusia gila sekali. Lavendra kembali mendengarkan, apa lagi sekiranya yang mereka bicarakan.“Yah, salah siapa dia mencoba mendekatimu terang-terangan! Sekarang biar dia terima akibat dari apa yang telah dia lakukan!” tegas Lora.“Haha, iya sayang. Sekarang kita harus bisa membuatnya menuruti kita, kan?” tanya Daza.“Yap. Aku akan carikan pria yang mau menidurinya, agar dia bisa kita sudutkan sampai warisan jatuh ke tanganmu sayang…,” balas Lora.***Sebelum hari itu, Lora dan Daza berada di rumah Daza. Setelah tahu bahwa ada CCTV yang terpasang, mereka bedua berada di dalam kamar karena merasa sangat diawasi saat berada di luar sana. Ia masih merasa tidak percaya sebelumnya dengan apa yang dikatakan oleh Lavendra. Tapi, tidak ada salahnya kalau ia sedikit jaga-jaga.Sementara itu, Lora yang sudah mende
Lavendra merasakan angin memanggilnya, laut terus bergemuruh seolah hanya dirinya orang yang dia inginkan. Matahari mulai berada di dekat lautan. Seolah mengajaknya untuk tenggelam bersama. Pandangan Lavendra sudah kosong. Ia kehilangan tujuannya.Daza yang ia pikir mulai berubah dan menerima keberadaannya, serta berpikir bahwa mungkin saja Daza mulai sadar bahwa dirinya adalah istrinya ternyata hanya kebohongan semata. Lora benar-benar merusak semuanya. Hanya karena wanita itu, pernikahan yang ia inginkan terjadi seumur hidup sekali sulit sekali diperbaiki.Apalagi, setelah tahu kalau rencana gila Daza itu dari Lora. Makin sakit hati dirinya. Bagaimana ia akan bertahan dengan Daza selama 6 bulan untuk bisa memikat atas permintaan keluarganya? Bagaimana tanggapan orang tua Lavendra nantinya kalau mereka sampai tahu? Terutama para saudaranya…, mereka mungkin marah besar.Kaki Lavendra melangkah perlahan, dengan sedikit demi sedikit merasakan tubuhnya yang kian mulai meringan. SYUSHHHHH
“Terima kasih ya, sudah menolongku,” celetuk Lavendra.“Justru seharusnya aku yang berterima kasih. Kamu sudah tetap bangun,” balas Riko.Menatap mata Riko yang sedikitnya seperti merasa sedih, membuat lavendra jadi merasa bersalah karena telah melakukan hal yang super bodoh sekali. Untung saja ia memiliki teman sebaik dan seperhatian dari Riko. Kalau tidak, mungkin ia tidak akan percaya pria mana pun selain ayahnya.“Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan saat kamu melompat waktu itu. Tapi, sepertinya kamu putus asa sekali,” Riko mengatakan bagaimana sudut pandangnya tersebut.Dengan pandangan yang tidak berani melihat ke arah Riko, Lavendra hanya bisa tersenyum tipis sembari mengatakan klimat singkat yang sudah tertulis jelas di wajahnya tersebut.“Begitu? Kelihatan, ya?”Riko sudah bisa membaca bagaimana situasi dari dirinya yang benar-benar kelihatan menyedihkan itu, makanya Riko tidak menanyakan lebih lanjut. Terlebih di sebelah mereka ada Diana yang merupakan saudara dari Daza se
Sebenarnya Lavendra senang mendengarnya, hanya saja, rasanya itu hanya akan membuatnya merasa bersalah berlebih kepada mereka yang ada di sini. Toh, jika pada akhirnya ia nantinya memilih berpisah, tempat itu hanya akan menjadi kenangan penuh luka.Lavendra tidak mau membuat tempat impiannya menjadi tempat yang menyakitkan. Ia merangkai setiap kata dengan baik dan juga dengan halus untuk memberitahu mereka dengan cara yang halus.“Tidak usah, Kek. Kalau nanti aku berpikir untuk membangunnya, mungkin aku akan membangunnya dengan temanku,” jawab Lavendra.“Teman? Apa yang kamu maksud orang yang sudah menyelamatkanmu?” tanya kakek.Lavendra menganggukkan kepala. Sudah pasti ada yang sudah mengatakan kepada kakek. Jadi, rasanya pun bagi Lavendra bukan masalah yang besar. Maka dari itu, ia tidak ingin menutupi apa pun yang ada dan tidak menyembunyikan sesuatu dari keluarga Daza.Kakek menerima jawabannya, namun dengan wajah yang sedikin kelihatan kecewa atas apa yang sudah ia dapatkan. Lav
Diana tidak curiga sama sekali. Tapi, tatapan matanya itu tidak bohong bahwa sebenarnya ia hendak menanyakan sesuatu kepada Lavendra. Hanya saja, dirinya segera menghindari kontak mata demi tidak menerima pertanyaan yang dirinya tidak mau dengar lagi. Akhirnya Diana mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada Lavendra. Dan Lavendra merasa lega tentunya. Ia tidak tahu apakah ia harus mengatakan kepada Diana soal ancaman dari Daza, atau tetap diam seperti apa yang diperintahkan oleh Daza. Rasanya benar-benar tidak nyaman sekali menyimpannya sendiri. Namun, Lavendra masih memikirkan keluarganya yang jauh. Karena adanya jarak membuat Lavendra tidak senantiasa mengawasi keluarganya. Ia takut apabila Daza menyerang tanpa sepengetahuan. Bisa-bisa Lavendra hanya mendengar kabar buruk dari kampung halamannya. Tiba lah waktu dimana Lavendra sudah boleh pulang ke rumah. Ia merasa sangat lega. Ia merasa bisa menemukan sedikit tujuan hidupnya setelah bertemu Riko dan juga keluarganya. Apalagi, di
Entah bagaimana, tetapu perkataan dari Lavendra itu sebenarnya sangat menyinggung perasaan dari Daza. Wajahnya iyang sudah galak itu kelihatan lebih marah lagi saat mendengar apa yang dikatakan oleh Lavendra. Wanita yang datang bersama dengan Daza tersebut melihat situasi.Karena merasa tidak enak, wanita itu segera pergi berpamitan dengan suara yang sedikit ketakutan. Sementara Daza masih melihatnya dengan wajah yang sangat marah sekali. Lavendra tidak terlalu peduli, ia berjalan menuju ke kamar mandi untuk meletakkan pengepelan tersebut.Daza mengikutinya di belakang. Dengan langkah yang cukup terdengar jelas di telinganya, Lavendra bisa tahu kalau Daza menoba membuatnya merasa takut dan terancam dengan keberadaannya tersebut.Setelah selesai menggantungkan pel tersebut, Lavendra keluar dari kamar mandi. Ia begitu kaget karena mendadak Daza berdiri di depan pintu keluar yang membuat Lavendra nyaris saja menabraknya.“Astaga, apa kamu ingin membuat aku jantungan?!” kesal dari Lavendr
Daza menyetujui untuk datang ke sekolah anak-anak mereka pastinya. Esok harinya, mereka melihat ramai sekali orang tua yang datang. Sampai-sampai Daza dan Lavendra merasa kebingungan dengan ada apa sebenarnya di sini.Sempat dirinya bertanya kepada orang tua lainnya mengenai acara apa saja yang akan dijalankan hari ini, namun, para orang tua malah memberikan alasan yang berbeda-beda, seolah mereka diminta datang bagaimana pun caranya.Duduk di aula sekolahan anak mereka, terlihat panggung megah dengan hiasan berwarna yang menyegarkan bagaimana pandangan mereka pada saat itu. Dan itu membuat Lavendra jadi menerka apa yang mungkin tengah dilakukan di sini.Tak lama. JREGHHHH. Sebuah banner yang ada di atas panggung terbuka dengan lebar, dengan jelas dirinya melihat sebuah tulisan yang membuatnya tersentuh.‘Mom and Dad, Thanks for coming, and this is your proud child.’Seketika, dari setiap kelas secara bergantian menampilkan sebuah lagu dan juga secara bergantian memberikan persembahan
Kabar dari Diana yang tengah hamil tersebut tentu saja makin membuat keluarga Daza dan juga Lavendra jadi makin erat. Karena keberadaan dari mereka adalah sebuah kebahagiaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh banyak orang pastinya.Akhirnya keluarga Daza memilih melakukan liburan keluarga secara besar-besaran berkat kabar tersebut. Sekarang sudah bukan dua lagi keluarga yang ikut dalam liburan tersebut, melainkan tiga.Sebuah pulau disewa selama seminggu penuh, sambil membawa chef ternama dan juga pastinya juga pengasuh serta art, membuat acara jadi makin ramai sekali.Upah mereka jelas saja dinaikkan lebih dari 2 kali lipat. Anggap saja bonus karena mereka jadi harus bekerja ekstra di tempat yang bukan menjadi pekerjaan mereka sekarang ini.“Ternyata setelah menikah jadi sesenang ini ya!” Diana begitu antusias selama perjalanan karena semua yang dia minta selalu ia dapatkan.“Haha, selama kamu menikah dengan orang yang tepat, tentu saja, apa yang kamu inginkan pun pastinya akan kamu
“Sudah, jangan diambil hati, kalau sudah saatnya kamu bertemu jodoh, sudah pastinya kamu akan menikah pada waktunya,” ujar dari Lavendra.Diana hanya menghela napas kecil sebelumnya. Ia pasti sudah merasakan berat perasaan yang dia miliki dan juga pasti ia sendiri paham kenapa bisa sampai seperti ini.“Oh, ini,” Diana mendadak menyodorkan sebuah kertas kepadanya.Lavendra menerima dan melihatnya terlebih dahulu. Namun, ia begitu kaget saat melihat apa yang tertera di depannya. Dengan mata terbelalak yang tidak percaya sekaligus merasa begitu syok melihatnya, Lavendra segera bertanya kepada Diana mengenai apa maksudnya.“Kamu akan menikah?!”Daza baru pulang mendengarnya sama kagetnya dengan bagaimana Lavendra memberikan reaksi pada dirinya tersebut. Daza segera menghampiri mereka dan merebut dengan mendadak kertas yang dipegang Lavendra.Sebuah undangan diberikan kepada mereka berdua secara tiba-tiba sekali. Daza yang dari awal melihat ke arah sana, berpindah melihat ke arah Diana yan
Setelah melakukan usg pada kehamilan Lavendra, Daza beserta dirinya tidak tahu harus merespon bagaimana lagi. Mereka mendapatkan anak kembar lagi untuk kedua kalinya.Pikiran Lavendra langsung kosong seketika saat memikirkannya. Anak kembar yang sekarang sajas udah cukup membuat mereka pusing, apalagi kalau ada 4 orang anak nantinya. Bisa-bisa mereka berdua tidak waras lagi.Mereka pergi dahulu ke rumah kedua orang tua Daza. Sepertinya hal ini perlu sedikit dibicarakan kepada mereka untuk bisa mendapatkan solusi yang terbaik, dan pastinya baik bagi mereka berdua juga nantinya.“Ma…, menurut mama, aku harus bagaimana?” Daza langsung memulai obrolan bahkan sebelum ia menjelaskan kenapa mereka berdua sekarang ini datang kemari.“Maksudny? Soal menitip si kembar? Mama tidak masalah. Diana dan kakek sangat senang melihat mereka berdua. Papa juga terima kalau semisal kalian mau menitip si kembar lebih lama,” ucap mama.Menoleh ke arah ruang tamu, melihat kedua anak mereka yang memang begitu
Mendengarnya tentu saja membuat Lavendra sedikit kesal mendengarnya. Daza mengatakan hal barusan seolah-olah semua bisa diselesaikan dengan mudah.Ia langsung menoyor kepala suaminya yang jelas saja sudah berangan tinggi ingin menambah anak lagi.“Enteng sekali bilangnya. Kamu tidak lihat kalau aku rasanya sudah mau setengah mati bertahan?!” kesal Lavendra.“Hahah, tidak Honey,” Daza kemudian memeluknya sebagai alih menghibur, “aku hanya berpikir saja,” sambungnya.“Kamu pikir mudah merawat anak? Dua saja kamu sudah kewalahan,” Lavendra masih merasa kesal mendengarnya.Bagaimana tidak, apa yang dikatakan Daza itu seperti meremehkan bagaimana selama ini Lavendra berjuang dari awal kehamilan sampai akhirnya melahirkan. Apalagi, Lavendra masih merasa sedikit trauma setelah melahirkan.Bukan saat mengenjan, melainkan setelah jahitannya selesai. Ia sampai tidak berani buang air besar selama seminggu karena takut akan merobek jahitannya tersebut. Makanya dia sangat bersyukur sudah melewati
Lavendra benar-benar merasa hidupnya berada di ujung tanduk. Meski Daza daritadi menyemangati dalam diamnya, Lavendra tahu bahwa Daza begitu khawatir sekali. Sementara itu, tim medis juga berusaha mengarahkan dengan benar kepada Lavendra.Meski begitu, Lavendra merasa benar-benar tidak bisa bertahan lebih lama. Namun, demi anaknya, ia melawan dan berusaha sekeras yang ia bisa pastinya.“OEKKHHH.”Anak pertamanya keluar.“Bagus Bu, sekarang tinggal satunya lagi.”Lavendra harus mengenjan sekali lagi. Dan itu tidak memakan waktu yang lama seperti yang pertama. Ia merasa lemas sampai-sampai dirinya benar-benar menyandar di atas tempat tidur tempat melahirkannya.Daza yang melihatnya merasa terharu, ia mendekati Lavendra dengan mengecup kening Lavendra, dan mengelus kepalanya. Bisa dirasakan dengan jelas air mata yang mengalir di wajahnya tersebut, dan itu membuat Lavendra merasa begitu tersentuh sekali.“Terima kasih, Honey. Kamu sudah berjuang keras,” ucapnya.Setelahnya Lavendra tidak
Yap, Daza dan Lavendra memang tidak melakukan perjalanan jauh untuk bisa mengabari. karena usia kandungan yang masih awal, mereka masih belum boleh berpejalanan terlalu jauh. Jadi, kabarnya hanya datang melalui panggilan video saja.Dan betapa mengejutkannya, saat Lavendra mengatakan apa jenis kelamin dari kedua anak mereka. Keluarga Lavendra begitu senang sampai-sampai mereka mengucapkan syukur yang begitu hebat.“Kita benar-benar beruntung, memiliki keluarga yang bisa mengerti keadaan kita,” ucap dari Lavendra.Daza menggelengkan kepalanya, “Justru kamu yang beruntung, diberikan hidup yang sangat luar biasa,” Daza memuji.Lavendra yang merasa malu sedikit memukul pelan tangan Daza setelah mendengarnya. Wajahnya jadi memerah karena mendengar Daza berkata begitu kepadanya.“Apa sih. Ini kan karena kamu juga,” ucap Lavendra.Sekali lagi, Daza menggelengkan kepala tidak membenarkan apa yang dikatakan oleh dirinya tersebut. “Kalau aku dulu tidak sadar akan keberadaanmu, mana mungkin aku
Peresmian bukanya kafe Lavendra bukan sembarangan. Berkat tim yang mengatur promosi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, Lavendra mendapatkan lebih dari 200 pelanggan pertama yang tengah menunggu.Angkanya memang tidak terlau besar sekali, namun, bagi dia yang baru pertama kali melakukannya, ini sudah cukup besar dan pastinya sudah membuatnya merasa begitu senang sekali. Keluarganya begitu menyambut dirinya, bahkan mereka sepertinya begitu menyayangi dirinya kali ini.Berbagai rentetan acara mulai dimulai. Banyak orang yang sangat bersemangat melihat bagaimana acara di mulai. Karena adanya promo yang bisa dibilang lumayan bagi mereka yang memenangkan permainan.Hingga tiba lah sampai dimana peresemian kafe Lavendra tiba.“Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, mari kita resmikan, Luvvy Café secara perdana hari ini dibuka!!!”Lavendra memotong pita yang membatasi di depan dari pintu masuk kafenya tersebut. Banyak orang yang bertepuk tangan menyambut dan memberikan sambutan yang
Lavendra mulai mengurangi rasa perhatian atas permintaan orang tua Daza. Mereka meminta begini supaya bisa membuat Daza sadar bahwa bukan hanya dia yang perlu diperhatikan. Dan benar saja, cara itu bekerja dengan baik.Lavendra memilih sibuk dengan memberikan resep kepada para calon pekerjanya nanti. Tentu saja ini dia lakukan bukan tanpa alasan juga. Ia harus segera membuka kafenya untuk mencari kesibukan lainnya.Di satu waktu, Lavendra sedang membandingkan merek coklat yang nantinya ia akan pakai sebagai pasokan supaya menjaga kualitas atas dessert yang akan dia buat nantinya. Tidak perlu waktu lama, tetapi ia harus menguji beberapa.“Honey,” Daza yang menontonnya daritadi akhirnya memanggil.“Ya?” Lavendra langsung menjawab.“Bisa kita bicara sebentar?” ajaknya.Melihat raut wajah beserta bagaimana tatapannya, Lavendra tahu, bahwa Daza aka berbicara sangat serius kepadanya. Akhirnya ia memasukkan dahulu coklat yang sudah ia keluarkan ke dalam pendingin dahulu.Daza mengajaknya ber