Daza yang sudah tidak akan menahan diri tersebut akhirnya mengeluarkan kata-kata yang sudah dari lama ia tahan karena sudah mengusik Lavendra. Termasuk Rosa ini. Dia memang sengaja memancing, jadi, sekalian saja.Rosa gemetar melihat Daza yang tidak pernah ia lihat marah dengan sebegitu besar di hadapannya. Perlahan dan gemetar, Rosa menundukkan kepala karena merasa takut melihat mata Daza yang benar-benar kelihatan sangat menyeramkan tersebut.‘Kenapa dia marah sekali? Aku tidak memancingnya, aku hanya memancing Lavendra. Tapi kenapa dia yang tersulut?’ batinnya yang tidak merasa bersalah sama sekali meski sudah membuat seseorang marah sampai sedemikian rupa.Daza tidak langsung pergi. Dia ingin menunggu bagaimana wanita sialan ini mengatasi amarah yang memang sudah sengaja dipancing ini. biar dia merasakan apa yang telah dia perbuat tersebut.Cukup lama, Rosa seperti membeku di atas lantai. Tangannya sama sekali tidak berkutik, dan bahkan bisa dirasakan dengan jelas dia merasakan se
“Astaga mama, aku kira masalahnya besar,” Daza merasa keheranan sampai hanya bisa memijak batang hidungnya tersebut.“Apa katamu? Kamu kira ini masalah kecil?!” mama memekik memarahinya.“Ma. Isi dari ruangan itu hak dan milikku, jadi aku bebas mau kuapakan barang-barang di dalam sana. Memang apa hubungannya Lavendra dengan ruangan itu? Dia juga baru tahu, kan?” Daza menjelaskan dari sudut pandangnya.Mama memukul lengan Daza yang menganggap enteng apa yang barusan dikatakannya. Seorang pria yang dikira mengerti bagaimana perasaan wanita ternyata tidak ada bedanya sama sekali. Bahkan dia lebih buruk daripada apa pun.“Bodoh! Bodoh!” Berkali-kali mamanya memukul setiap kali kata keluar dari dalam mulutnya.“Wanita itu tidak suka tidak dilibatkan dalam urusan orang yang dicintainya! Dia itu maunya dianggap! Kalau kamu memutuskan tanpa mengatakannya kepadanya, itu sama saja kamu menganggapnya tidak ada!”“Tapi aku masih tetap bersamanya. Aku masih mempedulikannya, dan aku masih berusaha u
Lavendra begitu terkejut sampai tidak bisa berkata sama sekali. Ia sama sekali tidak menerka bahwa barangbarang yang dirinya pertanyakan ternyata semuanya ada di sini dan tidak ada yang hilang sama sekali. Ia tidak tahu.Langsung matanya melihat ke arah sang suami yang telah memandanginya dengan penuh pengertian dan juga kasih sayang yang begitu tulus. Jujur saja, Lavendra merasa sangat malu sekali.Apa yang ia marahi dan ambeki daritadi ternyata tidak seperti yang dirinya pikirkan. Ia terlalu berpikiran buruk dan juga tidak mau sedikit pun bersabar atas penjelasan yang mungkin saja sudah dipersiapkan oleh suaminya, kan?“Aku bukan tidak mau memberitahu. Hanya saja ruangannya belum siap saja,” jelas singkat dari Daza sembari tersenyum tipis kepadanya, dan juga mengoyakkan rambut Lavendra tersebut.Senyum Lavendra memang terpancang, tetapi menunjukkan rasa malu yang tidak dapat dibendung sama sekali. Ia merasa sangat malu karena tidak bisa mengendalikan dirinya tersebut.“Aku bukan ora
Lavendra merasa senang sekali. Sebenarnya dibalik alasan dia tida mau bekerja lagi bukan lah perihal mengenai keramaian lagi. Melainkan karena orang-orang yang sudah tidak memandangnya selayaknya sesama pekerja.Semenjak mereka tahu bahwa Lavendra adalah istri Daza, mereka seolah mencoba memanfaatkan momentum dengan bersikap baik untuk mendapatkan nilat plus dari dirinya ini. Padahal Lavendra sama sekali tidak ingin hal itu terjadi.Belum lagi, ada banyak wanita yang mulai secara terang-terangan mencoba mengincarnya, jadi, ia harus menjaga jarak untuk menghindari terjadinya sesuatu yang buruk.“Tapi, kalau kamu jualan seperti itu, bukannya berarti kamu akan keluar saat aku tidak ada di rumah?” tanya Daza.Lavendra tampak sumringah mendengarnya. Daza mengkhawatirkannya dengan sangat terang-terangan. Itu membuat Lavendra makin yakin bahwa Daza memang hanya untuk dirinya seorang.“Kenapa? Kamu pikir aku akan bertemu seseorang mencurigakan di luar sana?” Lavendra sedikit menggodanya karen
Wanita itu sepertinya berumur di bawah dari Lavendra, atau mungkin bisa saja lebih tua. Dirinya memberikan senyuman terbaik dan juga menatap wanita tersebut dengan sangat lembut. Ia ingin membuatnya merasa terintimidasi.“Hai,” sapa Lavendra.“Ha- Hai,” sapanya.Lavendra tidak langsung melabrak atau pun langsung menegurnya. Biasanya yang seperti ini hanya angin lalu saja, atau bisa dikatakan tidak perlu dikhawatirkan sama sekali. Karena bukan ancaman.Wanita tersebut membawakan kopi kepada Daza, dan dengan sangat berhati-hati sekali. Seperti takut akan mendapatkan sebuah serangan balasan yang begitu besar sekali.“Begini-“PRYANGGG. “Aduh!” kaget dari wanita tersebut, yang pada akhirnya menjatuhkan gelas tersebut di meja Daza.Daza tidak merespon, namun dari raut wajahnya sudah jelas sekali dia marah dan tidak senang. Karena kopi tersebut tumpah sampai mengenai jasnya. Lavendra tidak melakukan apa-apa. Dia bahkan tidak melotot melihat wanita tersebut. Namun wanita itu lah yang sepert
Mendengarnya membuat Lavendra merasa berdebar. Ia tahu kalau apa yang tadi ia katakan pasti akan dibalas dengan demikian. Dengan sedikit mendongak, dirinya langsung mengecup pipi Daza dengan lembut.“Love you,” ucap Lavendra.“Love you more my wife,” balas Daza dengan senyuman yang lebar.Esok harinya, Daza mengambil cuti karena ada pertemuan keluarga nantinya. Lavendra sendiri sibuk memikirkan resep yang perlu ia tulis untuk kafenya tersebut. Semua seolah berjalan dengan sangat baik saja pada saat itu.Dan untuk pertama kalinya, mereka berdua secara bersama-sama, akhirnya membersihkan rumah bersama. Daza memegang penyedot debu untuk mmbersihkan sekitar, dan juga sesekali mengambil lap untuk meja. Sementara Lavendra tugasnya di dapur, ia harus menyiapkan makanan dan juga membersihkan area kulkas dan juga bagian tempat piring nantinya.“Honey, aku mau memindahkan beberapa pot bunga palsu di ruang tamu, bagusnya di letakkan dimana?”“Oh, di ujung ruangan saja. Kalau diletakkan di gudan
Lavendra tidak bisa meredakan situasi ini lagi. Mengingat memang apa yang dikatakan oleh Daza ada benarnya. Dan itu pasti membuatnya sangat marah saat melihat keberadaan dari Riko sendiri.Keluarga Daza yang mendengarnya seolah kaget dan tampak tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Daza barusan. Melihat bahwa tidak ada yang membantah sama sekali, membuat suasana jadi makin tidak enak.Kakek menoleh melihat ke arah Riko, “Benar begitu?” kakek curiga.“o- Oh, tidak Kek. Mana mungkin aku melakukan hal serendah itu,” Riko baru mencoba membela diri, dengan suara gugup.Jawabannya tentu saja mengundang kecurigaan yang sangat jelas sekali. Maka dari itu, dia sama sekali tidak bisa menghindar meski sudah menjawab barusan. Daza tidak mundur, dia juga tidak memberikan kelonggaran atas apa yang dikatakan olehnya barusan.“Benarkah? Lalu saat Lavendra pulang ke kampung halamannya, siapa yang menurutmu mencoba menghasutnya untuk berpisah denganku? Sembari mengimingi sesuatu yang lebih?” Daz
Apa yang dikatakan Diana memang sedikit terdengar ambigu, tetapi, Lavendra merasa seperti dia sedang berbicara dengan temannya yang ia kenal lama dan juga sangat dekat.Diana melirik ke arah Riko denga dingin, dan juga memasang wajah kesal karena Riko membuat suasana makan bersama mereka sedikit hancur dan juga tidak enak untuk dirasa lagi.“A- Apa maksudmu? Kamu sendiri tahu apa? Kamu yang bahkan tidak bekerja dan hanya bisa menggantungkan diri pada keluarga memangnya bisa apa?” tanya Riko sembari merendahkan Diana.Diana meletakkan kedua alat makannya tersebut, kedua tangannya berada di atas meja sembari menopang wajahnya dengan ekspresi yang tidak tersinggung dengan apa yang barusan dikatakan oleh orang tersebut.Entah dia menyembunyikan rasa kesal atau mungkin Diana memang sudah kebal dengan apa perkataan orang, Diana benar-benar kelihatan seperti orang yang cukup tangguh.Cukup lama Diana diam dan tidak berbicara lagi. Riko bukannya merasa lega Diana akhirnya diam dan tidak ikut
Daza menyetujui untuk datang ke sekolah anak-anak mereka pastinya. Esok harinya, mereka melihat ramai sekali orang tua yang datang. Sampai-sampai Daza dan Lavendra merasa kebingungan dengan ada apa sebenarnya di sini.Sempat dirinya bertanya kepada orang tua lainnya mengenai acara apa saja yang akan dijalankan hari ini, namun, para orang tua malah memberikan alasan yang berbeda-beda, seolah mereka diminta datang bagaimana pun caranya.Duduk di aula sekolahan anak mereka, terlihat panggung megah dengan hiasan berwarna yang menyegarkan bagaimana pandangan mereka pada saat itu. Dan itu membuat Lavendra jadi menerka apa yang mungkin tengah dilakukan di sini.Tak lama. JREGHHHH. Sebuah banner yang ada di atas panggung terbuka dengan lebar, dengan jelas dirinya melihat sebuah tulisan yang membuatnya tersentuh.‘Mom and Dad, Thanks for coming, and this is your proud child.’Seketika, dari setiap kelas secara bergantian menampilkan sebuah lagu dan juga secara bergantian memberikan persembahan
Kabar dari Diana yang tengah hamil tersebut tentu saja makin membuat keluarga Daza dan juga Lavendra jadi makin erat. Karena keberadaan dari mereka adalah sebuah kebahagiaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh banyak orang pastinya.Akhirnya keluarga Daza memilih melakukan liburan keluarga secara besar-besaran berkat kabar tersebut. Sekarang sudah bukan dua lagi keluarga yang ikut dalam liburan tersebut, melainkan tiga.Sebuah pulau disewa selama seminggu penuh, sambil membawa chef ternama dan juga pastinya juga pengasuh serta art, membuat acara jadi makin ramai sekali.Upah mereka jelas saja dinaikkan lebih dari 2 kali lipat. Anggap saja bonus karena mereka jadi harus bekerja ekstra di tempat yang bukan menjadi pekerjaan mereka sekarang ini.“Ternyata setelah menikah jadi sesenang ini ya!” Diana begitu antusias selama perjalanan karena semua yang dia minta selalu ia dapatkan.“Haha, selama kamu menikah dengan orang yang tepat, tentu saja, apa yang kamu inginkan pun pastinya akan kamu
“Sudah, jangan diambil hati, kalau sudah saatnya kamu bertemu jodoh, sudah pastinya kamu akan menikah pada waktunya,” ujar dari Lavendra.Diana hanya menghela napas kecil sebelumnya. Ia pasti sudah merasakan berat perasaan yang dia miliki dan juga pasti ia sendiri paham kenapa bisa sampai seperti ini.“Oh, ini,” Diana mendadak menyodorkan sebuah kertas kepadanya.Lavendra menerima dan melihatnya terlebih dahulu. Namun, ia begitu kaget saat melihat apa yang tertera di depannya. Dengan mata terbelalak yang tidak percaya sekaligus merasa begitu syok melihatnya, Lavendra segera bertanya kepada Diana mengenai apa maksudnya.“Kamu akan menikah?!”Daza baru pulang mendengarnya sama kagetnya dengan bagaimana Lavendra memberikan reaksi pada dirinya tersebut. Daza segera menghampiri mereka dan merebut dengan mendadak kertas yang dipegang Lavendra.Sebuah undangan diberikan kepada mereka berdua secara tiba-tiba sekali. Daza yang dari awal melihat ke arah sana, berpindah melihat ke arah Diana yan
Setelah melakukan usg pada kehamilan Lavendra, Daza beserta dirinya tidak tahu harus merespon bagaimana lagi. Mereka mendapatkan anak kembar lagi untuk kedua kalinya.Pikiran Lavendra langsung kosong seketika saat memikirkannya. Anak kembar yang sekarang sajas udah cukup membuat mereka pusing, apalagi kalau ada 4 orang anak nantinya. Bisa-bisa mereka berdua tidak waras lagi.Mereka pergi dahulu ke rumah kedua orang tua Daza. Sepertinya hal ini perlu sedikit dibicarakan kepada mereka untuk bisa mendapatkan solusi yang terbaik, dan pastinya baik bagi mereka berdua juga nantinya.“Ma…, menurut mama, aku harus bagaimana?” Daza langsung memulai obrolan bahkan sebelum ia menjelaskan kenapa mereka berdua sekarang ini datang kemari.“Maksudny? Soal menitip si kembar? Mama tidak masalah. Diana dan kakek sangat senang melihat mereka berdua. Papa juga terima kalau semisal kalian mau menitip si kembar lebih lama,” ucap mama.Menoleh ke arah ruang tamu, melihat kedua anak mereka yang memang begitu
Mendengarnya tentu saja membuat Lavendra sedikit kesal mendengarnya. Daza mengatakan hal barusan seolah-olah semua bisa diselesaikan dengan mudah.Ia langsung menoyor kepala suaminya yang jelas saja sudah berangan tinggi ingin menambah anak lagi.“Enteng sekali bilangnya. Kamu tidak lihat kalau aku rasanya sudah mau setengah mati bertahan?!” kesal Lavendra.“Hahah, tidak Honey,” Daza kemudian memeluknya sebagai alih menghibur, “aku hanya berpikir saja,” sambungnya.“Kamu pikir mudah merawat anak? Dua saja kamu sudah kewalahan,” Lavendra masih merasa kesal mendengarnya.Bagaimana tidak, apa yang dikatakan Daza itu seperti meremehkan bagaimana selama ini Lavendra berjuang dari awal kehamilan sampai akhirnya melahirkan. Apalagi, Lavendra masih merasa sedikit trauma setelah melahirkan.Bukan saat mengenjan, melainkan setelah jahitannya selesai. Ia sampai tidak berani buang air besar selama seminggu karena takut akan merobek jahitannya tersebut. Makanya dia sangat bersyukur sudah melewati
Lavendra benar-benar merasa hidupnya berada di ujung tanduk. Meski Daza daritadi menyemangati dalam diamnya, Lavendra tahu bahwa Daza begitu khawatir sekali. Sementara itu, tim medis juga berusaha mengarahkan dengan benar kepada Lavendra.Meski begitu, Lavendra merasa benar-benar tidak bisa bertahan lebih lama. Namun, demi anaknya, ia melawan dan berusaha sekeras yang ia bisa pastinya.“OEKKHHH.”Anak pertamanya keluar.“Bagus Bu, sekarang tinggal satunya lagi.”Lavendra harus mengenjan sekali lagi. Dan itu tidak memakan waktu yang lama seperti yang pertama. Ia merasa lemas sampai-sampai dirinya benar-benar menyandar di atas tempat tidur tempat melahirkannya.Daza yang melihatnya merasa terharu, ia mendekati Lavendra dengan mengecup kening Lavendra, dan mengelus kepalanya. Bisa dirasakan dengan jelas air mata yang mengalir di wajahnya tersebut, dan itu membuat Lavendra merasa begitu tersentuh sekali.“Terima kasih, Honey. Kamu sudah berjuang keras,” ucapnya.Setelahnya Lavendra tidak
Yap, Daza dan Lavendra memang tidak melakukan perjalanan jauh untuk bisa mengabari. karena usia kandungan yang masih awal, mereka masih belum boleh berpejalanan terlalu jauh. Jadi, kabarnya hanya datang melalui panggilan video saja.Dan betapa mengejutkannya, saat Lavendra mengatakan apa jenis kelamin dari kedua anak mereka. Keluarga Lavendra begitu senang sampai-sampai mereka mengucapkan syukur yang begitu hebat.“Kita benar-benar beruntung, memiliki keluarga yang bisa mengerti keadaan kita,” ucap dari Lavendra.Daza menggelengkan kepalanya, “Justru kamu yang beruntung, diberikan hidup yang sangat luar biasa,” Daza memuji.Lavendra yang merasa malu sedikit memukul pelan tangan Daza setelah mendengarnya. Wajahnya jadi memerah karena mendengar Daza berkata begitu kepadanya.“Apa sih. Ini kan karena kamu juga,” ucap Lavendra.Sekali lagi, Daza menggelengkan kepala tidak membenarkan apa yang dikatakan oleh dirinya tersebut. “Kalau aku dulu tidak sadar akan keberadaanmu, mana mungkin aku
Peresmian bukanya kafe Lavendra bukan sembarangan. Berkat tim yang mengatur promosi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, Lavendra mendapatkan lebih dari 200 pelanggan pertama yang tengah menunggu.Angkanya memang tidak terlau besar sekali, namun, bagi dia yang baru pertama kali melakukannya, ini sudah cukup besar dan pastinya sudah membuatnya merasa begitu senang sekali. Keluarganya begitu menyambut dirinya, bahkan mereka sepertinya begitu menyayangi dirinya kali ini.Berbagai rentetan acara mulai dimulai. Banyak orang yang sangat bersemangat melihat bagaimana acara di mulai. Karena adanya promo yang bisa dibilang lumayan bagi mereka yang memenangkan permainan.Hingga tiba lah sampai dimana peresemian kafe Lavendra tiba.“Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, mari kita resmikan, Luvvy Café secara perdana hari ini dibuka!!!”Lavendra memotong pita yang membatasi di depan dari pintu masuk kafenya tersebut. Banyak orang yang bertepuk tangan menyambut dan memberikan sambutan yang
Lavendra mulai mengurangi rasa perhatian atas permintaan orang tua Daza. Mereka meminta begini supaya bisa membuat Daza sadar bahwa bukan hanya dia yang perlu diperhatikan. Dan benar saja, cara itu bekerja dengan baik.Lavendra memilih sibuk dengan memberikan resep kepada para calon pekerjanya nanti. Tentu saja ini dia lakukan bukan tanpa alasan juga. Ia harus segera membuka kafenya untuk mencari kesibukan lainnya.Di satu waktu, Lavendra sedang membandingkan merek coklat yang nantinya ia akan pakai sebagai pasokan supaya menjaga kualitas atas dessert yang akan dia buat nantinya. Tidak perlu waktu lama, tetapi ia harus menguji beberapa.“Honey,” Daza yang menontonnya daritadi akhirnya memanggil.“Ya?” Lavendra langsung menjawab.“Bisa kita bicara sebentar?” ajaknya.Melihat raut wajah beserta bagaimana tatapannya, Lavendra tahu, bahwa Daza aka berbicara sangat serius kepadanya. Akhirnya ia memasukkan dahulu coklat yang sudah ia keluarkan ke dalam pendingin dahulu.Daza mengajaknya ber