Pengalaman baru bagi Lucia saat ini, dia benar-benar merasakan bagaimana rasanya menjadi ibu rumah tangga. Pagi-pagi, dia pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan yang sudah habis di rumah. Selama dua hari terakhir, dia benar-benar berfokus pada peran barunya ini, dan bahkan tak melakukan investigasi terhadap Dariel karena sepertinya tidak ada yang aneh dari pria itu.Ketika Lucia pulang dengan membawa barang-barang belanjaannya, tiba-tiba seorang pria muncul dan menghalanginya. Lucia merasa sedikit cemas karena pria itu tidak terlihat seperti orang yang dikenalnya."Maaf, apa anda punya urusan dengan saya?" tanya Lucia dengan sedikit ketidakpastian.Pria tersebut mengangguk dan bertanya, "Kau adalah Lucia Moore, kan?"Lucia mengangkat alisnya, bingung mengapa pria itu tiba-tiba mengenalinya. Namun, sebelum dia sempat menanyakan lebih lanjut, tiba-tiba seseorang datang dan menusuknya dengan sebuah jarum suntik. Lucia berusaha melawan pria tersebut, Lucia berlari secepat mungkin, b
Pandangan gelap sekarang berubah menjadi terang, Lucia yang baru saja sadar dari pingsannya mencoba untuk mengingat apa yang terjadi sebelum dia kehilangan kesadaran, tetapi semuanya hanya tampak kabur.Ketika Lucia mulai memulihkan kesadarannya, dia merasa bahwa dia tidak lagi berada di tempat yang sama. Dia merasakan getaran lembut di bawahnya dan menyadari bahwa dia berada di kursi roda dengan berpangku pada Dariel. Dia membuka matanya dan melihat ke arah Dariel."Dariel?" Lucia berkata dengan suara lemah, mencoba untuk mencerna apa yang terjadi.Dariel menoleh padanya, dan Lucia bisa melihat ekspresi di wajah Dariel antara kekhawatiran dan kemarahan. "Kau baik-baik saja, Lucia?""Ya, aku... aku merasa pusing," kata Lucia, masih berjuang untuk pulih sepenuhnya. "Apa yang terjadi?"Dariel menggelengkan kepala. "Kita akan membahasnya nanti. Yang penting, kau aman sekarang."Lucia merasa ada beberapa hal yang disembunyikan dari dirinya, tetapi dia merasa terlalu lemah untuk meneruskan
“Kemana Fedrick, kenapa tak ada kabar sejak kemarin?” Gumam Bela saat mencoba menghubungi sahabatnya itu.Sudah sejak dua hari yang lalu pria itu tak ada kabar, padahal biasanya pria itu selalu menghubunginya.“Kau kenapa sayang?” Tiba-tiba nyonya Lauren menghampiri putrinya tersebut yang terlihat gelisah.“Aku akan ke kantor Fedrick dulu, bu. Aku ingin mencari Fedrick.” Ucap Bela dengan segera lalu pergi dari sana.Nyonya Lauren yang melihat itu menaikkan alisnya namun membiarkan saja asal anaknya senang dan yang terpenting anaknya tak menyukai sahabatnya itu meskipun pria itu kaya. Keluarga Filbert lebih kaya dari Fedrick jadi dia ingin anaknya bersama dengan keturunan Filbert.Di kantornya, Bela dibuat bingung oleh pernyataan sekretaris Fedrick.“Tuan sudah tak masuk sejak kemarin, nona. Saya juga mencari keberadaannya sekarang karena tuan tak berada di rumahnya.” ucap sekretaris Fedrick.Bela merasa semakin khawatir, dengan perasaan gelisah, dia memutuskan untuk mengunjungi rumah
Makan malam yang diadakan secara sederhana di taman belakang rumah Lucia terlihat indah. Sejak seharian Alea yang mempersiapkannya, meskipun Dariel telah melarang wanita itu untuk melakukannya, namun Lucia sama sekali tidak peduli. "Bagaimana? Apakah menurutmu penampilannya bagus?" tanya Lucia kepada Dariel untuk meminta pendapat pria itu. "Bagus," ucap Dariel.Tema makan malam yang dibuat oleh Lucia adalah suasana luar ruangan dengan meja panjang yang didekorasi dengan makanan yang melimpah di atasnya, serta dihiasi dengan bunga dan lilin sebagai hiasan. "Sudah jam tujuh, apakah mereka benar-benar akan datang?" tanya Lucia sambil melihat jamnya. "Mereka akan tiba sebentar lagi, tidak perlu khawatir, mereka bukan orang yang penting," ucap Dariel dengan nada datar."Kamu tidak boleh begitu, mereka telah membantuku, dan seharusnya kita melayani mereka dengan baik malam ini sebagai ungkapan terima kasih," tegaskan Lucia dengan ekspresi tidak setuju. Dariel menghela nafasnya dengan perl
Tuan Kaizer benar-benar tak menyerah untuk menemui Lucia. Tepat pukul tujuh pagi, dia beserta beberapa anggota dari perusahaan asuransi telah datang ke kediamannya. Lucia, yang baru saja selesai memasak untuk sarapan, terkejut saat melihat ada tamu-tamu di rumahnya.“Maaf, Anda siapa?” Tanya Lucia, walaupun salah satu pria yang berdiri di sana tampaknya agak familiar, dia sama sekali tidak tahu siapa mereka.Pria yang tampaknya memiliki peran penting dalam pertemuan tersebut menatap Lucia dengan tatapan lembut. “Saya Kaizer Reymos, pimpinan dari perusahaan Reymos Group. Saya juga salah satu wali yang bertanggung jawab untuk mengatur serah terima pencairan asuransi yang dimiliki oleh Briana Claire untuk putri kandungnya,” ucap Tuan Kaizer dengan suara lembut.Lucia merasa sedikit terkejut dan bingung, mencoba mengatasi informasi yang baru saja dia dengar. Tampaknya ini berkaitan dengan ibu kandungnya. Dia tidak menyangka bahwa urusan tersebut akan melibatkannya.Tuan Kaizer melanjutka
“Apa yang ingin anda katakan, Tuan Kaizer?” Tanya Lucia ketika mereka sudah sampai di kursi taman yang ada di belakang rumah Lucia. Suasana pagi itu terlihat hangat karena sinar pagi yang mulai meninggi. Tuan Kaizer tampak ragu untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya. Wanita yang ada di depannya benar-benar sangat mirip dengan Briana Claire, mantan istrinya dulu. Rasa sakit mulai dia rasakan saat mengingat apa yang dia lakukan oleh mantan istrinya itu. Mungkin jika mereka tetap bersama waktu itu, pasti dia juga memiliki anak secantik Lucia. “Tuan?” Panggil Lucia karena melihat pria itu tampak sedih. Tuan Kaizer mengambil napas dalam-dalam sebelum mengangkat wajahnya dan menatap Lucia dengan mata penuh keraguan dan kekhawatiran. Dia merasakan beban yang berat dalam hatinya, tetapi dia tahu bahwa dia harus berbicara terus terang. "Lucia," mulai Tuan Kaizer dengan suara lembut. "Aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang mungkin akan mengejutkanmu." Wajah Lucia tampak pen
"Dia mantan suami ibumu?" Dariel sangat terkejut mendengar pernyataan tersebut.Meskipun dia sudah tahu tapi dia ingin Lucia mengatakan hal lebih, dia sama sekali belum mendapatkan informasi mengenai pria itu dari bawahannya.Lucia mengangguk, dia paham dengan apa yang dipikirkan oleh Dariel. Bahkan dia juga masih terkejut dengan hal tersebut."Aku juga terkejut saat mengetahuinya, ibuku tak pernah mengatakan hal ini dan tiba-tiba ada seseorang yang mengatakan jika dia adalah mantan suami ibuku." Ucap Lucia dengan menghela nafasnya pelan."Apakah ayahmu juga mengetahui hal ini?" Tanya Dariel dengan penasaran."Aku juga tidak tahu, tapi sepertinya ayah tak mengetahuinya. Atau dia sudah mengetahuinya tapi dia hanya diam saja."Dariel mengangguk memahami situasi yang semakin rumit ini. "Ini benar-benar mengubah segalanya, ya? Terutama dalam hubunganmu dengan Tuan Kaizer."Lucia mengangguk, menatap ke arah pria itu. "Iya, benar sekali. Aku merasa sedikit bingung bagaimana seharusnya aku m
Seperti pagi biasanya, seorang pria dengan bunga tulip putih di tangannya sedang berjalan dengan langkah tegap di makam yang selalu dia kunjungi setiap hari sebelum dia berangkat bekerja.“Claire..” Ucapnya dengan lembut.Di makam mantan istrinya inilah dia selalu bercerita tentang kehidupannya seolah dia bercerita dengan orang yang masih hidup.Sambil membersihkan debu yang ada di batu nisan tersebut, dia menaruh bunga tulip tersebut dengan penuh rindu.“Aku datang lagi.” “Apa kau bosan ketika aku mengunjungimu setiap hari?” Tuan Kaizer tersenyum tipis.“Aku sudah bertemu dengan putrimu. Dia benar-benar mirip kau ketika kita menikah, namun dia terlihat lebih berani dibanding dirimu.”Tuan Kaizer duduk di dekat makam dengan tatapan yang penuh haru dan kenangan. Dia mengenang saat-saat indah dan sulit yang telah mereka lalui bersama. Perasaan rindu dan penyesalan masih terasa, meskipun sudah berlalu begitu lama sejak kematian Claire.“Claire, aku tahu aku telah membuat banyak kesalaha
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi
Sesuai dengan janji Dariel, saat ini dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi ke pantai bersama. Ethan terlihat sangat senang dan bermain dengan pasir dipinggir pantai bersama Lucia.Suasana di pantai begitu menyenangkan. Dariel dan Lucia duduk di pinggir pantai sambil menikmati keindahan laut yang bergerombolkan ombaknya. Mereka tersenyum melihat Ethan yang riang bermain-main dengan pasir. Dariel berusaha membuat istri dan anaknya merasa bahagia di tempat yang indah ini."Ethan benar-benar senang di sini," ujar Dariel sambil tersenyum melihat putranya."Iya, pantai memang salah satu tempat favoritnya," kata Lucia sambil mengelus kepala Ethan yang sedang asyik membangun benteng pasir."Kau juga terlihat senang di sini," ucap Dariel sambil menatap istrinya dengan penuh kehangatan.Lucia tersenyum. "Benar, udara pantainya begitu menyegarkan. Terima kasih sudah membawa kami ke sini."Mereka melanjutkan hari mereka dengan bermain air, menjelajahi pantai, dan menikmati waktu bersama. Dar
“Kau membaca apa sayang?” Tanya Dariel yang setelah mandi langsung menghampiri istrinya meskipun dia masih menggunakan handuk kimono di badannya.Lucia yang melihat suaminya tersenyum tipis, “Aku sedang membaca novel saja, aku sedang jenuh saat ini.” Ucap Lucia dengan lembut.Dariel duduk di pinggiran kursi dengan menatap buku novel yang dibaca istrinya, “Malam pertama dengan sang CEO.” Gumam Dariel dengan menaikkan alisnya, “Kau membaca novel seperti ini Lucia?” Tanya Dariel terkekeh lalu mengambil buku novel yang dibaca istrinya.“Oh apa kau ingin gaya baru dalam hubungan kita Lucia?” Tanya Dariel menggoda Lucia.“Tidak.” Elak Lucia yang berusaha merebut kembali novel yang dipegang oleh suaminya dengan malu.Dariel terus menggoda Lucia hingga Lucia tersandung dan terjatuh ke ranjang dengan menarik Dariel hingga tubuh Dariel menindih Lucia.“Apa ini juga tertulis di novel ini sayang? Apakah kau ingin menggodaku saat hari masih belum petang?” Bisik Dariel yang menggetarkan hati Lucia.
Kehidupan keluarga Dariel semakin hari semakin bahagia, terlebih Lucia saat ini tengah menikmati momen santai bersama putranya yang saat ini sudah pintar berlari dan mereka menikmati hari ini di taman belakang rumahnya..“Nyonya, nona Clara datang lagi.” Ucap pelayan Lucia padanya.Lucia yang mendengarnya tersenyum, “Bawa dia kemari.” Ucap Lucia dengan tenang.Meskipun dahulu ada rasa kekhawatiran terhadap Clara, namun saat ini Lucia dan Clara sudah berteman semenjak hari itu dia datang ke mansionnya.“Lucia, bagaimana kabarmu?” Tanyanya dengan ramah.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sangat baik, bagaimana dengan kuliahmu? Ku dengar kau melanjutkan kuliah S2.”Terkadang, kehidupan bisa memberikan kesempatan kedua yang menakjubkan. Seperti yang dirasakan Lucia saat ini, di mana pertemuan dengan Clara yang awalnya penuh ketegangan, kini berubah menjadi obrolan santai dan hangat di taman belakang rumahnya.“Aku baik-baik saja. Iya, aku lanjut S2 sekarang. Belum terlalu sulit, tapi cu