Atmosfer dalam ruangan terasa hening, tanpa percakapan yang mengisi ruang di antara mereka berdua. Setiap orang terlihat tenggelam dalam pikiran masing-masing, makan dengan diam dan fokus.“Apa kau ingin menambah lauk?” tanya Lucia pada Dariel, yang tampak menikmati makanannya. Namun, baru kali ini Lucia memperhatikan luka di jari Dariel ketika dia menatapnya."Kenapa dengan jarimu?" tanya Lucia, heran melihat luka memerah hingga kebiruan di jari-jari tangan kanan Dariel. Namun, Dariel tampaknya tidak merasakan sakit sama sekali."Hanya luka kecil," jawab Dariel dengan tenang.Tetapi, Lucia tidak puas dengan jawaban tersebut. Setelah menyelesaikan makannya, dia berdiri dan Dariel melihatnya dengan perhatian.Di meja samping, Lucia membuka kotak P3K dan kembali mendekati Dariel. Dengan gerakan yang lembut, dia mengambil tangan pria itu. "Lukamu bisa terinfeksi jika tidak diobati dengan benar."Dengan penuh konsentrasi, Lucia merawat luka di tangan Dariel. Lukanya terlihat cukup serius,
Semua orang terdiam, terutama Tuan Stephen yang tampak berkeringat dingin. Saat Tuan Kaizer akhirnya mengetahui kebenaran, suasana semakin tegang.“Tuan, sepertinya Anda keliru. Ini adalah Lucia dan mengapa saya harus menyembunyikan anak saya yang lain? Harta dari almarhum istri saya juga untuknya,” ucap Tuan Stephen, mencoba mengontrol situasi yang semakin memanas.Tuan Kaizer mendengarkan dengan tajam, lalu tertawa sinis. Dia menatap Tuan Stephen dengan tatapan yang menusuk tajam.“Briana Claire meninggal pada tanggal dua puluh tujuh Juli. Lucia memiliki tanda lahir berbentuk bulan sabit di belakang lehernya. Dan dengan melihatnya dari semua sisi, wanita ini bukanlah Lucia, melainkan anakmu dengan istri saat ini,” ucap Tuan Kaizer dengan dingin.Bela, yang berada di situ, terdiam dan bingung. Dia tak tahu apa yang harus dikatakannya, jadi dia memilih untuk diam dan membiarkan ayahnya menghadapi situasi ini. Rencana mereka tidak berjalan seperti yang mereka pikirkan.Tuan Stephen ter
Malam ini, Lucia sangat bosan berada di rumah. Namun, dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia melihat jam masih menunjukkan pukul setengah delapan malam. Setelah makan malam tadi, dia bingung mau melakukan apa, hingga tiba-tiba dia teringat sesuatu dan turun ke bawah untuk menemui Dariel yang sedang berada di kamarnya.Lucia mulai mengetuk pintunya dengan pelan, “Dariel, apakah kau sudah tidur?”Suara dari dalam membuat Lucia membuka pintunya dengan perlahan.“Ada apa?” Suara dari dalam kamar Dariel terdengar oleh Lucia.“Apa kau ingin keluar?” Tanya Lucia dengan ragu.Dariel mengangkat alisnya, “Kau ingin keluar?”Lucia tersenyum dan segera mengangguk, “Aku sangat bosan di rumah dan aku belum ingin tidur. Aku mendengar ada pesta rakyat di kota. Apa kau ingin melihatnya denganku?” Tanya Lucia dengan penuh harap.Dariel tampak berpikir sejenak, lalu mematikan laptopnya.“Baiklah, mari kita pergi.”Dariel memutar kursi rodanya dan mengikuti Lucia keluar dari kamarnya. Dia sudah cukup la
Hubungan antara Lucia dan Dariel semakin berkembang setiap hari, bahkan mereka tidak seasing seperti saat pertama kali mereka menikah.Lucia mulai membuka diri kepada Dariel, meskipun tidak semua hal dia ceritakan. Namun, tentang kehidupan Dariel, pria itu tetap sangat tertutup. Hingga saat ini, Lucia masih belum mengetahui sepenuhnya tentang kehidupan asli Dariel. Namun, hal ini tidak menjadi masalah bagi Lucia karena dia memahami bahwa mungkin pria itu memerlukan waktu untuk terbuka dengannya.“Apakah tubuhmu sudah merasa lebih baik?” Tanya Lucia dengan penuh perhatian, karena dia menganggap Dariel sebagai keluarganya sendiri, terlepas dari hubungan mereka sebagai suami istri. Bagi Lucia, Dariel lebih seperti kakaknya sendiri daripada suaminya."Tubuhku mulai membaik.," jawab Dariel dengan suara tenang. Dia merasa beruntung memiliki seseorang seperti Lucia yang selalu ada untuknya, terutama di saat-saat sulit.Lucia mengangguk dan tersenyum,"Aku akan pergi hari ini," ucap Lucia.Da
Di salah satu pelabuhan besar di ibukota, suasana terlihat sangat sibuk. Banyak peti-peti besar yang berisi makanan dan barang-barang lainnya tumpang tindih di sana. Namun, di balik kesibukan tersebut, hanya beberapa orang yang tahu jika sebenarnya peti-peti tersebut berisi lebih dari sekadar makanan dan barang dagangan biasa.Seseorang yang tengah duduk di kursi roda terletak di atap sebuah gedung, dengan santai mengamati semua aktivitas yang terjadi di pelabuhan. Dia memandang dengan rasa tenang, mengetahui bahwa apa yang sedang terjadi adalah bagian dari pekerjaannya."Semua barang akan dikirim ke kota Maldives sudah sesuai kesepakatan, Tuan. Mereka sudah mentransfer setengah harga dan akan melunasi sisanya setelah barang sampai di pelabuhan mereka," ucap Vinn, memberikan laporan kepada orang yang duduk di atas gedung.Orang yang duduk di kursi roda itu adalah Dariel, otak di balik semua transaksi ini. Dia hanya mengangguk mengerti sebagai respon atas laporan Vinn. Dari tempatnya
Saat Lucia tidak kembali ke rumah karena bekerja, dan pada saat yang sama Dariel juga tidak pulang ke rumah yang sama, mereka benar-benar menghilang bersama. Johny, yang diberi tugas oleh Lucia untuk menjaga Dariel, menjadi bingung dengan kepergian pria itu. Sebelumnya, Dariel pergi selama beberapa hari dengan supirnya untuk membeli sesuatu. Namun, selama dua hari ini, dia tidak pulang bahkan tidak bisa dihubungi."Kemana perginya pria itu? Jika Lucia mengetahui ini, aku akan kena masalah," gumam Johny dengan kekhawatiran. Hingga tiba-tiba, suara ketukan pintu dari luar membuat Johny segera membukakan pintu tersebut. Awalnya dia berharap itu adalah Dariel yang pulang, tetapi dia terkejut saat melihat seseorang yang tidak dikenal di depan pintu."Anda siapa?" tanya Johny dengan waspada pada pria yang memiliki perawakan tinggi, tampan, dan mungkin berusia hampir lima puluh tahunan.Pria itu tidak menjawab pertanyaan Johny, namun malah mengajukan pertanyaan lain dengan suara yang dingin,
Rumah tempat Lucia tinggal beberapa hari terakhir terasa sangat sunyi. Bahkan, saat Lucia memasuki rumahnya pada malam hari, dia melihat bahwa lampu-lampu masih belum dinyalakan meskipun hari sudah petang.Dengan segera, Lucia masuk ke dalam rumah dan mulai mencari keberadaan Dariel atau siapa pun yang seharusnya ada di rumah itu."Dimana semua orang? Apakah Johny juga ikut pergi?" Lucia berbicara sendiri, mencoba mencari jawaban atas keheningan yang menghantui rumahnya.Dia mulai menghidupkan lampu di sekitar rumah, dan suasana rumah benar-benar sepi dan kosong. Meskipun begitu, Lucia teringat akan kata-kata yang diucapkan oleh Ellard, bahwa dia harus memastikan suatu hal dan perlu memeriksa kamar Dariel. Dengan hati yang berdegup kencang, dia berjalan menuju kamar Dariel.Kamar itu terlihat sangat rapi, Lucia segera mencari sesuatu disana. Meskipun dia sangat tidak yakin jika Dariel terlibat dengan organisasi XFox namun Ellard juga tak mungkin asal menebak tanpa adanya bukti.Saat m
Pengalaman baru bagi Lucia saat ini, dia benar-benar merasakan bagaimana rasanya menjadi ibu rumah tangga. Pagi-pagi, dia pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan yang sudah habis di rumah. Selama dua hari terakhir, dia benar-benar berfokus pada peran barunya ini, dan bahkan tak melakukan investigasi terhadap Dariel karena sepertinya tidak ada yang aneh dari pria itu.Ketika Lucia pulang dengan membawa barang-barang belanjaannya, tiba-tiba seorang pria muncul dan menghalanginya. Lucia merasa sedikit cemas karena pria itu tidak terlihat seperti orang yang dikenalnya."Maaf, apa anda punya urusan dengan saya?" tanya Lucia dengan sedikit ketidakpastian.Pria tersebut mengangguk dan bertanya, "Kau adalah Lucia Moore, kan?"Lucia mengangkat alisnya, bingung mengapa pria itu tiba-tiba mengenalinya. Namun, sebelum dia sempat menanyakan lebih lanjut, tiba-tiba seseorang datang dan menusuknya dengan sebuah jarum suntik. Lucia berusaha melawan pria tersebut, Lucia berlari secepat mungkin, b
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi
Sesuai dengan janji Dariel, saat ini dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi ke pantai bersama. Ethan terlihat sangat senang dan bermain dengan pasir dipinggir pantai bersama Lucia.Suasana di pantai begitu menyenangkan. Dariel dan Lucia duduk di pinggir pantai sambil menikmati keindahan laut yang bergerombolkan ombaknya. Mereka tersenyum melihat Ethan yang riang bermain-main dengan pasir. Dariel berusaha membuat istri dan anaknya merasa bahagia di tempat yang indah ini."Ethan benar-benar senang di sini," ujar Dariel sambil tersenyum melihat putranya."Iya, pantai memang salah satu tempat favoritnya," kata Lucia sambil mengelus kepala Ethan yang sedang asyik membangun benteng pasir."Kau juga terlihat senang di sini," ucap Dariel sambil menatap istrinya dengan penuh kehangatan.Lucia tersenyum. "Benar, udara pantainya begitu menyegarkan. Terima kasih sudah membawa kami ke sini."Mereka melanjutkan hari mereka dengan bermain air, menjelajahi pantai, dan menikmati waktu bersama. Dar
“Kau membaca apa sayang?” Tanya Dariel yang setelah mandi langsung menghampiri istrinya meskipun dia masih menggunakan handuk kimono di badannya.Lucia yang melihat suaminya tersenyum tipis, “Aku sedang membaca novel saja, aku sedang jenuh saat ini.” Ucap Lucia dengan lembut.Dariel duduk di pinggiran kursi dengan menatap buku novel yang dibaca istrinya, “Malam pertama dengan sang CEO.” Gumam Dariel dengan menaikkan alisnya, “Kau membaca novel seperti ini Lucia?” Tanya Dariel terkekeh lalu mengambil buku novel yang dibaca istrinya.“Oh apa kau ingin gaya baru dalam hubungan kita Lucia?” Tanya Dariel menggoda Lucia.“Tidak.” Elak Lucia yang berusaha merebut kembali novel yang dipegang oleh suaminya dengan malu.Dariel terus menggoda Lucia hingga Lucia tersandung dan terjatuh ke ranjang dengan menarik Dariel hingga tubuh Dariel menindih Lucia.“Apa ini juga tertulis di novel ini sayang? Apakah kau ingin menggodaku saat hari masih belum petang?” Bisik Dariel yang menggetarkan hati Lucia.
Kehidupan keluarga Dariel semakin hari semakin bahagia, terlebih Lucia saat ini tengah menikmati momen santai bersama putranya yang saat ini sudah pintar berlari dan mereka menikmati hari ini di taman belakang rumahnya..“Nyonya, nona Clara datang lagi.” Ucap pelayan Lucia padanya.Lucia yang mendengarnya tersenyum, “Bawa dia kemari.” Ucap Lucia dengan tenang.Meskipun dahulu ada rasa kekhawatiran terhadap Clara, namun saat ini Lucia dan Clara sudah berteman semenjak hari itu dia datang ke mansionnya.“Lucia, bagaimana kabarmu?” Tanyanya dengan ramah.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sangat baik, bagaimana dengan kuliahmu? Ku dengar kau melanjutkan kuliah S2.”Terkadang, kehidupan bisa memberikan kesempatan kedua yang menakjubkan. Seperti yang dirasakan Lucia saat ini, di mana pertemuan dengan Clara yang awalnya penuh ketegangan, kini berubah menjadi obrolan santai dan hangat di taman belakang rumahnya.“Aku baik-baik saja. Iya, aku lanjut S2 sekarang. Belum terlalu sulit, tapi cu