“Bagaimana kabarmu, Bela? kita sudah sangat lama tidak bertemu satu sama lain.” Ucap Fedrick dengan ramah pada Bela, wanita cantik itu.“Sangat baik, aku sangat merindukanmu. Bagaimana jika kita pergi ke cafe yang ada di seberang sana.” Ucap Bela sambil merangkul tangan pria itu dengan semangat dan menariknya.Fedrik yang melihat itu mengikuti wanita itu dan terkekeh pelan.Mereka berdua adalah sahabat di masa kecil, Fedrik adalah teman bermain Bela sejak umur lima tahun dan hubungan mereka sampai saat ini terbilang cukup baik namun harus terpisahkan karena karir mereka masing-masing.“Kau ingin apa? Akan aku pesankan.” Ucap Bela pada Fedrik, wanita itu tampak sangat senang bertemu dengan teman lamanya itu.“Es Cappucino.” Ucap Fedrick dengan lembut.Bela mengangguk dan menyuruh Fedrick mencari tempat duduk selagi dia memesan di kasir menu yang mereka inginkan.Setelah itu, Bela kembali dan duduk di depan Fedrick.“Sekarang kau bekerja dimana? kau tak pernah membalas pesanku.” Ucap Be
Makan malam hari ini terasa sangat tenang, tak ada pembicaraan lain di meja makan tersebut selain suara denting sendok yang saling beradu dengan piring. “Johny akan kesini besok, apa kau tak masalah? Atau kau ingin mengganti perawat baru?” Tanya Lucia pada Dariel yang sedang minum setelah makanannya habis. Dariel melirik ke arah Lucia yang sedang menatapnya. “Dia cukup baik.” Ucap Dariel dengan tenang. “Baiklah, apa kau tak masalah aku tinggal lagi?” Tanya Lucia dengan ragu tapi dia juga tak bisa meninggalkan pekerjaannya. “Kita hanya partner yang tinggal satu rumah, kenapa kau harus bertanya seperti itu.” Ucap Dariel dengan wajah datarnya. Lucia tersenyum tipis lalu mengangguk. “Terima kasih, aku tak pernah memiliki teman sepertimu. Ku harap setelah kita bercerai kita akan menjadi teman yang baik meskipun hubungan kita awalnya tidak terlalu baik.” Ucap Lucia dengan tulus. Namun, Dariel hanya diam saja. Dia melirik ke arah Lucia dengan tenang. “Aku tak suka memiliki teman seor
Suara langkah kaki yang menuruni tangga membuat Dariel yang akan pergi tidur mengurungkan niatnya.Dariel ingin keluar untuk melihat apa yang dilakukan Lucia tengah malam ini, namun hal yang tidak diduga terjadi.DUG!Suara pukulan keras benda tumpul itu terdengar di telinga Dariel, dia bisa melihat dengan jelas Lucia yang dipukul kepalanya oleh pria misterius.Dia buru-buru mendorong kursi rodanya untuk mendekat namun pukulan dua kali di kepala Lucia membuat wanita itu langsung tak sadarkan diri.“Lucia!!” Teriaknya karena melihat darah mengucur di kepala wanita itu.Dariel langsung menatap ke arah pria misterius itu.“Siapa kau?” Wajahnya memerah menahan amarah.Pria dengan menggunakan penutup wajah hitam tersebut terkekeh.“Kau tak perlu tahu, karena aku tak ingin menyakiti pria lumpuh jadi aku hanya akan membawa wanita ini saja.” Ucap pria misterius itu.Dariel terpancing emosi, bukan berarti saat dia tak bisa berjalan dia tak bisa melawan pria itu.Dengan teknik penyerangan meng
“Tuan-” Ucap Johny ketika menghampiri Dariel yang masih menunggu di ruang operasi tersebut. Operasi memang sangat lama karena proses operasi yang rumit membuat operasi berjalan dengan sangat lama. “Apakah anda ingin mengganti pakaian anda?” Tanya Johny yang melihat pakaian Dariel dipenuhi dengan darah bahkan tangannya masih ada bekas darah kering di sana. “Tidak.” Ucap Dariel dengan dingin. “Baiklah.” Ucap Johny yang langsung diam lalu duduk di kursi tunggu. “Bagaimana bisa nyonya Lucia sampai operasi seperti ini, tuan?” Tanya Johny dengan penasaran. “Jatuh dari tangga.” Ucap Dariel dengan datar. Johny menaikkan alisnya karena tak percaya, namun dia hanya bisa diam. Bahkan dia penasaran bagaimana pria yang lumpuh membawa istrinya sampai ke rumah sakit. “Aku sedikit curiga dengan pria ini.” Batin Johny sambil melihat terus ke arah Dariel. Hingga pintu operasi terbuka, tanda operasi telah selesai. Dariel langsung mendorong kursi rodanya untuk mendekat ke arah dokter tersebut. “
Ketika semua orang terlelap tidur, bahkan Johny yang tidur di sofa dan Lucia yang sepertinya juga terlelap mungkin akibat benturan di kepalanya yang membuatnya dia merasa pusing dan tertidur. Dariel, tak beranjak dari kursi rodanya.Dia malah membuka ponselnya untuk melihat email yang dikirimkan Viktor untuknya dimana itu adalah laporan tentang istrinya.“Tiga puluh halaman?” Gumam Dariel saat melihat file yang dikirimkan sebanyak itu.Dia langsung menatap ke arah Lucia, dia menatap dengan pandangan dalam pada Lucia karena ternyata identitas wanita itu sebanyak misterinya.“Aku harus membacanya malam ini hingga selesai.” Dariel langsung menatap ke arah ponselnya kembali.Dia membaca kata demi kata yang ada di file tersebut.Setiap kalimat yang dia baca membuat jantungnya berdebar, otaknya yang tak bisa berpikir, dan hatinya yang terkejut mengetahui fakta tersebut.Selama satu jam seperti seharian, dia membaca fakta tentang Lucia dengan hati yang gundah."Kau dokter legendaris itu, Luc
“Kau dari mana?”Pertanyaan itu terdengar saat Dariel tiba di kamar rumah sakit Lucia pukul tiga dini hari.Pria itu langsung menghentikan dorongan kursi rodanya dan melihat ke arah wanita yang duduk dan menyandar di ranjang rumah sakit tersebut.“Aku hanya penat, jadi aku keluar untuk berjalan-jalan.” Dariel berkata setenang mungkin agar wanita itu tidak mencurigainya.“Apakah kau tak bisa tidur?” Tanya Lucia dengan nada bersalah karena dia menganggap Dariel tak bisa tidur karena tak ada ranjang disini untuk dirinya bisa tidur dengan nyaman.“Aku baik-baik saja, Lucia. Apakah kau terbangun sejak tadi?” Tanya Dariel sambil mendekati ranjang wanita itu.“Aku terbangun jam dua pagi tadi dan melihat kau yang tak ada di ruangan ini dan hanya melihat Johny yang tertidur dengan begitu pulasnya di sofa.” Ucap Lucia dengan tenang.“Lalu kemana dia?” Tanya Dariel karena dia tak melihat keberadaan Johny disini.“Dia aku suruh mencarimu, karena aku khawatir kau pergi sendirian karena aku belum m
“Fedrick!”Seruan seorang wanita yang baru saja keluar dari rumahnya membuat pria yang berjas rapi tersebut tersenyum dengan sangat lebar."Kau sangat cantik, Bela." Ucap Fedrick dengan lembut."Kau juga tampan. Ayo, aku sungguh tak sabar makan malam denganmu." Ucap Bela sambil menggandeng tangan Fedrick bersamanya.Hingga mereka berdua masuk ke dalam mobil milik Fedrick.Mereka saling bertukar cerita tentang apa saja yang telah mereka lalui selama mereka tidak bertemu.Mereka masih saja akrab seperti dulu dan Fedrick sangat mensyukuri itu, tak ada yang berubah dengan Bela."Kita sudah sampai." Ucap Fedrick saat mobil berhenti di sebuah restoran mewah bintang lima yang sudah direservasi oleh Fredrick sebelumnya.Karena tempat ini tergolong terkenal mewah dan jika tidak mereservasi maka mereka akan ditolak karena semua meja sudah penuh."Ini menunya, tuan, nona. Saya akan kembali lagi lima menit untuk mencatat pesanan anda." Ucap pelayan tersebut lalu meninggalkan keduanya untuk memili
“Dokter belum mengijinkan kamu pulang.” Ucap Dariel dengan datar.“Aku ingin istirahat di rumah saja, aku sangat jenuh berada di rumah sakit.” Ucap Lucia yang memaksa ingin pulang karena dia tak bisa melakukan apapun disini dan dia adalah wanita yang cepat bosan dengan suasana yang begitu-begitu saja.Dariel yang mendengarnya menghela nafasnya.“Baiklah.”Lucia langsung tersenyum cerah saat mendengarnya, dia langsung melepaskan infusnya dan berdiri dengan segera dari ranjangnya.Dariel yang melihatnya sangat terkejut karena apa yang dilakukan oleh Lucia tiba-tiba.“Kita harus memanggil suster terlebih dahulu, lihat darahmu keluar.” Ucap Dariel dengan tak habis pikir pada wanita itu.“Tak perlu aku bisa menanganinya, aku sudah sangat tidak sabar untuk keluar dari rumah sakit ini.” Ucap Lucia dengan semangat.Dariel yang mendengar itu hanya bisa menghela nafasnya, dia tak habis pikir dengan kelakuan Lucia itu.“Aku akan mengemasi barang mu dulu.” Ucap Dariel lalu dia bergerak untuk menu
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi
Sesuai dengan janji Dariel, saat ini dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi ke pantai bersama. Ethan terlihat sangat senang dan bermain dengan pasir dipinggir pantai bersama Lucia.Suasana di pantai begitu menyenangkan. Dariel dan Lucia duduk di pinggir pantai sambil menikmati keindahan laut yang bergerombolkan ombaknya. Mereka tersenyum melihat Ethan yang riang bermain-main dengan pasir. Dariel berusaha membuat istri dan anaknya merasa bahagia di tempat yang indah ini."Ethan benar-benar senang di sini," ujar Dariel sambil tersenyum melihat putranya."Iya, pantai memang salah satu tempat favoritnya," kata Lucia sambil mengelus kepala Ethan yang sedang asyik membangun benteng pasir."Kau juga terlihat senang di sini," ucap Dariel sambil menatap istrinya dengan penuh kehangatan.Lucia tersenyum. "Benar, udara pantainya begitu menyegarkan. Terima kasih sudah membawa kami ke sini."Mereka melanjutkan hari mereka dengan bermain air, menjelajahi pantai, dan menikmati waktu bersama. Dar
“Kau membaca apa sayang?” Tanya Dariel yang setelah mandi langsung menghampiri istrinya meskipun dia masih menggunakan handuk kimono di badannya.Lucia yang melihat suaminya tersenyum tipis, “Aku sedang membaca novel saja, aku sedang jenuh saat ini.” Ucap Lucia dengan lembut.Dariel duduk di pinggiran kursi dengan menatap buku novel yang dibaca istrinya, “Malam pertama dengan sang CEO.” Gumam Dariel dengan menaikkan alisnya, “Kau membaca novel seperti ini Lucia?” Tanya Dariel terkekeh lalu mengambil buku novel yang dibaca istrinya.“Oh apa kau ingin gaya baru dalam hubungan kita Lucia?” Tanya Dariel menggoda Lucia.“Tidak.” Elak Lucia yang berusaha merebut kembali novel yang dipegang oleh suaminya dengan malu.Dariel terus menggoda Lucia hingga Lucia tersandung dan terjatuh ke ranjang dengan menarik Dariel hingga tubuh Dariel menindih Lucia.“Apa ini juga tertulis di novel ini sayang? Apakah kau ingin menggodaku saat hari masih belum petang?” Bisik Dariel yang menggetarkan hati Lucia.
Kehidupan keluarga Dariel semakin hari semakin bahagia, terlebih Lucia saat ini tengah menikmati momen santai bersama putranya yang saat ini sudah pintar berlari dan mereka menikmati hari ini di taman belakang rumahnya..“Nyonya, nona Clara datang lagi.” Ucap pelayan Lucia padanya.Lucia yang mendengarnya tersenyum, “Bawa dia kemari.” Ucap Lucia dengan tenang.Meskipun dahulu ada rasa kekhawatiran terhadap Clara, namun saat ini Lucia dan Clara sudah berteman semenjak hari itu dia datang ke mansionnya.“Lucia, bagaimana kabarmu?” Tanyanya dengan ramah.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sangat baik, bagaimana dengan kuliahmu? Ku dengar kau melanjutkan kuliah S2.”Terkadang, kehidupan bisa memberikan kesempatan kedua yang menakjubkan. Seperti yang dirasakan Lucia saat ini, di mana pertemuan dengan Clara yang awalnya penuh ketegangan, kini berubah menjadi obrolan santai dan hangat di taman belakang rumahnya.“Aku baik-baik saja. Iya, aku lanjut S2 sekarang. Belum terlalu sulit, tapi cu