“Nyonya meminta obat pencegah hamil pada pelayan tuan.” Lapor Victor yang mendapatkan informasi ini dari bawahannya.
Mulai dari semalam, seluruh pelayan tuan Kaizer juga berada dibawah naungan mereka, sehingga semua informasi dari Lucia dia akan selalu mengetahuinya dan tuan Kaizer mengijinkannya dengan batasan tertentu.
Dariel yang sebelumnya sibuk mempersiapkan strategi cadangan untuk nanti malam langsung melihat ke arah Victor.
“Apa dia takut dia hamil?” Tanya Dariel dengan serius.
“Sepertinya begitu, tuan. Apakah anda ingin mengijinkannya?” Tanya Victor dengan sopan.
“Beri yang palsu yang isinya hanya vitamin biasa, namun cari yang aroma dan rasanya sangat mirip. Karena Lucia adal
“Bagaimana persiapannya?” Tanya tuan Kaizer pada Dariel.Sesuai dengan kesepakatan dan perjanjiannya, tuan Kaier mendukuh penuh XFox dalam upayanya melawan Swartwolf.“Kita akan bergerak pukul sepuluh malam.” Ucap Dariel pada tuan Kaizer.Tuan Kaizer mendengarkan dengan serius. "Baik, kita akan bersiap-siap untuk pukul sepuluh malam. Kita akan menyusun pasukan dan mengatur strategi penyerangan. Kita tidak boleh gagal dalam misi ini."Dariel mengangguk, "Saya akan memimpin pasukan saya untuk melakukan penyerangan, sementara Anda dan tim Anda bisa melakukan serangan dari arah lain. Ini akan membuat mereka terpecah perhatiannya dan memberi kami keunggulan."Tuan Kaizer mengangguk setuju, "Sukses, Dariel. Kita akan mengakhiri ini malam ini." Mereka berdua pun kembali fokus pada persiapan mereka, siap untuk menghadapi pertempuran yang akan datang.“Berikan aku rencana strategi penyerangan mu, aku akan menyesuaikan dengan rencana kalian.” Ucap tuan Kaizer dengan serius.Dariel menyampaikan
“Lucia?” Ellard sangat terkejut melihat Lucia menatap dingin kearahnya.“Aku perlu bicara denganmu, secara berdua saja.” Ucap Lucia dengan dingin pada Ellard dan menekankan kata berdua agar Zax pergi dari sana.Ellard kaget melihat Lucia muncul tiba-tiba, dan permintaannya untuk berbicara berdua membuat Zax meninggalkan ruangan dengan cepat. Dia tidak ingin mengganggu percakapan rahasia antara Lucia dan Ellard.Setelah Zax pergi, Ellard mengangguk pada Lucia dan berkata, "Tentu, kita bisa berbicara sekarang. Ada yang ingin kau katakan?"Lucia masih menjaga ekspresi dinginnya dan berkata, "Aku ingin tahu kebenaran, Ellard. Apa ini semua rencanamu? Apakah ini adalah permainan yang kau mainkan untuk kepentinganmu sendiri? Mengapa kau melakukan ini padaku?"Ellard merasa tertekan oleh pertanyaan Lucia. Dia tidak ingin berbohong lagi, terutama kepada wanita yang pernah ia cintai. "Lucia, aku mengerti kau bingung dan marah. Aku harus mengakui bahwa aku terlibat dalam ini. Tapi aku melakukan
Pertarungan antara Ellard dan Dariel berlangsung sangat sengit, Dariel yang memiliki skill yang sangat bagus bisa menghindari peluru yang mengarah padanya meskipun dia dihujani puluhan peluru.Dariel terus menghindari peluru-peluru yang ditembakkan padanya dengan gerakan yang lincah dan gesit. Ia memanfaatkan setiap perlindungan yang bisa dia temukan di medan pertempuran untuk menyelamatkan dirinya. Kedua pria ini memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa, dan pertarungan mereka menciptakan adegan epik di tengah pertempuran antara XFox dan Swartwolf.Sementara itu, pasukan XFox yang dipimpin oleh Victor terus berjuang melawan pasukan Swartwolf. Meskipun pertempuran berlangsung sengit, pasukan Dariel sangat terlatih dan sangat termotivasi oleh hasrat untuk mengakhiri ancaman Swartwolf.Disisi lain, tuan Kaizer juga ikut melumpuhkan setiap lawan, dan kini dia harus berhadapan dengan Zidan. Pria dengan kulit sawo matang dengan tubuh yang berotot.“Saya tidak ingin melukai anda, lebih
Dariel sungguh tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini, Lucia menembaknya dan mendukung Swartwolf.Meskipun wanita itu mengenakan masker, dia sangat tahu dan hafal suara serta postur tubuhnya.“Aku muak denganmu, Dariel.” Ucap Lucia dengan sorot mata yang sangat tajam.“Apa? Apa kau masih ingin mendukungnya setelah dia menjebakmu dan hampir diperkosa Ernest, Lucia?!” Tanya Dariel dengan tatapan tak percaya dan terluka.Meskipun keadaan sekitar mereka kacau, tapi seolah yang terdengar hanyalah suara mereka saja. Bahkan suara tembakan dan ledakan tidak mereka hiraukan saat ini.Dariel merasa patah hati dan marah saat melihat Lucia berada di pihak Swartwolf. Perasaannya bercampur aduk, dan dia merasa sangat terkhianati oleh wanita yang telah dia selamatkan dari Ernest. "Lucia, apa yang sedang kau lakukan?" ucap Dariel dengan penuh kebingungan dan kecewa.Lucia memandang Dariel dengan sorot mata dingin. "Apa bedanya denganmu? Kau memanfaatkan kondisi lemah ku untuk kepentingan prib
Setiap jalan yang dilalui oleh Dariel memberikan bekas tetesan darah dari tubuh Lucia yang terus menerus mengeluarkan darah tanpa henti. Wanita itu juga sudah tak sadarkan diri saat ini yang membuat Dariel sangat ketakutan terjadi sesuatu yang buruk pada wanita itu.Dariel sudah berusaha menutupi aliran darah itu, namun tetap saja darah mengalir dengan deras.Dia berlari menuju ke ruang UGD untuk mendapatkan pertolongan bagi wanita yang sangat dia cintai tersebut.“DOKTER!! DOKTER!” Teriak Dariel saat dia sudah berada di dalam UGD yang menciptakan suasana kepanikan sendiri bagi orang lain.Dengan wanita yang begitu berharga dalam bahaya, Dariel merasa putus asa dan panik saat dia memanggil dokter di UGD untuk memberikan pertolongan pada Lucia. Tim medis segera bergerak cepat, dan wanita itu segera dilarikan ke ruang operasi dalam keadaan darurat.“Segera bawa ke ruang operasi!” Dokter segera menginstruksikan perawat lainnya setelah melihat kondisi Lucia yang sangat parah.Dalam situa
Operasi yang berjalan selama lima jam tersebut akhirnya selesai, dokter yang menangani Lucia keluar dari ruang operasi tersebut dan menghampiri tuan Kaizer dan Dariel yang menunggu sedari tadi.Dariel segera berdiri dan mendekati dokter tersebut, “Bagaimana keadaannya? Apakah baik-baik saja?” Tanya Dariel segera dengan wajah penuh dengan kecemasan.Dokter tersebut menggelengkan kepalanya dan mendesah pelan, “Kita hanya bisa berdoa saja, kemungkinan nona Lucia sadar sangat kecil karena peluru hampir mengenai jantungnya.” Ucap dokter tersebut menjelaskan kondisi buruk tersebut.Kondisi Lucia yang sangat serius membuat Dariel terdiam, dan ekspresinya penuh dengan kekhawatiran. Tuan Kaizer juga merasa sangat cemas atas keadaan putrinya. Mereka harus berjuang bersama-sama untuk membantu Lucia pulih dari kondisi yang sangat kritis ini.“Anda bisa melihat nona Lucia setelah dipindahkan ke kamar rawat nya, namun harap anda tenang agar pasien bisa segera pulih.” Ucap dokter tersebut dengan ten
Sudah hampir satu bulan ini Dariel selalu setia menunggu Lucia untuk sadar dari tidurnya yang sangat panjang.Dia bahkan rela memindahkan pekerjaannya yang tidak bisa dia tinggal ke rumah sakit ini. Berkas-berkas menumpuk di meja di ruang rawat Lucia.Namun sebisa mungkin Dariel menjaga kenyamanan Lucia meskipun wanita itu belum sadarkan diri sampai sekarang.Dariel telah menunjukkan kesetiaan dan dedikasinya yang luar biasa terhadap Lucia selama hampir satu bulan ini. Ia telah menjadikan rumah sakit sebagai tempat tinggalnya, siap memberikan perawatan dan dukungan kepada wanita yang ia cintai.Keadaan seperti ini menunjukkan betapa kuatnya perasaan Dariel terhadap Lucia. Ia bersedia melakukan apa pun untuk melihatnya sadar dan pulih sepenuhnya. Semua harapannya terletak pada kesembuhan Lucia, dan dia bersiap untuk terus berjuang bersama dengan wanita yang dicintainya ini.“Kapan kau bangun sayang? aku sangat merindukanmu. Meskipun mata itu terbuka hanya untuk menatap benci ke arahku,
“Oh dia koma.” Ucap tuan Stephen dengan tenang seolah dia tak peduli dengan keadaan mantan putrinya tersebut.Tuan Stephen tampak acuh tak acuh terhadap berita tentang kondisi Lucia yang dalam koma. Sikapnya yang dingin dan tak terpengaruh oleh berita tentang mantan putrinya itu menciptakan suasana yang tegang dalam percakapan."Baguslah, mati saja jika perlu," lanjutnya dengan santai, seolah-olah dia tidak memiliki perasaan atau kepedulian sama sekali terhadap nasib Lucia.Bela merasa terkejut dan terganggu oleh reaksi ayahnya yang begitu dingin. Dia berjuang untuk mengatasi perasaan campur aduk di dalam dirinya dan mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menanggapi ayahnya yang tampak begitu tak peduli."Ayah, aku mengerti bahwa hubungan kita sudah lama tegang, tetapi dia adalah mantan saudara perempuan ku. Ini bukan saat yang tepat untuk bicara seperti itu," ucap Bela dengan nada yang penuh dengan kebingungan dan ketidaksetujuan terhadap ayahnya.Bela mencoba mempertahankan sika