PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN
#MENIKAH DENGAN SULTAN(2) [Ibu Erni! Minta tolong untuk check plat nomor mobil ini! Apakah ini mobil inventaris perusahaan! Lalu minta check juga wajah ini, apakah ini salah satu karyawan di perusahaan?!] sederet kalimat itu dikirimkannya pada Bu Erni---bagian HRD&GA. Wira kembali memasukkan gawai itu ke dalam saku lusuhnya. Dia memastikan tidak ada yang melihatnya atau semua penyamarannya akan berakhir. Dia bergegas mendorong kembali gerobak berisi sampah-sampah yang bisa didaur ulang. Penyamarannya kali ini bukan tanpa alasan. Namun dia sedang menyelidiki kasus pembengkakan anggaran untuk project pembebasan lahan. Sudah beberapa laporan masuk jika dana pembebasan lahan ternyata di luar perkiraan. Tanah yang diperkirakan hanya memiliki kisaran harga tiga ratus ribu rupiah permeter, pada kenyataannya dalam laporan, bisa menjadi naik tiga kali lipatnya. Hal itulah yang pada akhirnya membuat Wira memutuskan untuk menyelidikinya sendiri ke lapangan. Beberapa fakta mengejutkan terjadi. Pada kenyataan di lapangan, tanah yang sudah termasuk dalam laporan dan sudah mendapatkan uang pembebasan lahan, ternyata kebanyakan tanah girik. Bahkan ada tanah kosong yang memang milik negara yang berjejer di samping kali malang. Wira melakukan survey, beberapa orang menyebutkan betul jika ada orang yang memeberi mereka uang, akan tetapi karena tanah itu memang entah milik siapa, mereka pun hanya meninggalinya. Ada yang diberikan harga hanya 50.000 per m2. Bahkan ada juga yang tidak dibayar alias gratis hanya diberikan kesempatan untuk segera memindahkan barang-barang mereka. Hari itu Wira kembali berkeliling, masih butuh beberapa keterangan saksi lagi untuk menjerat pelaku. Dia menyusuri jalanan sepanjang kali malang itu sambil memunguti botol-botol bekas. Langkahnya terhenti ketika di teras sebuah rumah yang sangat kecil, tampak gadis yang tadi ditolongnya sedang membantu meminumkan obat pada seorang wanita sepuh yang duduk bersandar. Di depan rumah yang ditaksir hanya memiliki luas 24 m3 itu tampak ada kompor dan panci adonan. Wira berhenti mengayun langkah. Tertegun sejenak. Hati kecilnya merasa iba. Mungkin ini yang tadi dibilang Rinai---gadis penjual rempeyek itu jika dia sedang butuh uang. Gadis yang baru beberapa hari ditemuinya sedang berjualan di tepi jalan. “Rongsok! Rongsok! Ada botol aqua bekas? Panci bekas? Wajan bekas?!” Wira mendekat dan berdiri tidak jauh dari Rinai yang baru saja selesai memberikan obat pada ibunya.“Gak ada, Bang!” Rinai menjawab tanpa menoleh. Dia tidak menyangka jika Wira akan mengikutinya ke sana. “Saya mau beli rempeyeknya, Mbak!” ucap Wira sambil menatap rempeyek yang masih tampak berenang-renang di wajan. Rupanya Rinai tengah menyiapkan untuk jualan esok pagi lagi. Rinai menoleh. Selalu ada getar senang ketika ada orang yang berkenan membeli barang dagangannya. “Belum matang, Bang! Tunggu bentar, ya!” ucap Rinai. Namun netranya terkesima ketika ternyata yang berdiri itu seorang pemulung tampan yang tadi membeli semua dagangannya. Wira mendekat, lalu duduk pada balai-balai. Dia mengedarkan pandang. Rumah itu benar-benar kecil, jauh dibawah kata sederhana. “Saya nunggu di sini saja!”ucap Wira. Rinai mengangguk. Dia beringsut ke dalam dan membawa semua bungkusan obat yang tadi diberikan pada ibunya. Tak berapa lama, dia keluar lagi dengan membawa secangkir teh manis pada nampan. “Silakan, Bang!” ucapnya sambil meletakkan gelas itu di samping Wira. “Kenapa dibuatkan ini? Saya bukan tamu.” Wira menatap garis wajah manis yang tampak penuh beban itu. “Anggap saja ucapan terima kasih, karena bantuang Abang membeli semua rempeyek saya tadi, saya bisa membeli bahan untuk berjualan lagi dan membelikan obat untuk ibu. Selain itu, tadi saya kebele gula dan teh manis … alhamdulilah bisa membuatkan ibu. Sudah lama, gula kami habis, Bang! Saya gak ada uang buat beli,” ucap Rinai. Kalimat panjang lebar itu membuat hati Wira terenyuh. Ternyata beberapa lembar rupiah yang baginya tidak seberapa bisa begitu berarti buat gadis itu. Bahkan, dengan mata berbinar dia begitu bahagia ketika berbicara bisa membeli teh dan gula. Bisa membuatkan ibunya. Seolah teh manis itu minuman langka. “Kamu hebat, Mbak! Kamu tampak begitu pekerja keras!” Wira memuji gadis itu dengan tulus. Selama ini tidak ada sosok unik seperti Rinai. Gadis-gadis yang dikenalnya rata-rata bergaya hidup hedon, suka menghamburkan uang, mengikuti trend mode dan sibuk dengan gossip-gosip murahan. “Saya bukan hebat! Keadaan yang memaksa saya menjadi seperti ini!” Rinai menjawab sambil mengangkat rempeyek yang sudah matang. Kemudian tangannya dengan cekatan kembali memasukkan adonan rempeyek it uke dalam wajan. Membuat cipratan-cipratan minyak kecil dan suara gemericik. “Sudah matang, Bang! Tunggu dingin sebentar,” ucap Rinai sambil meniriksan rempeyek yang baru saja diangkatnya. Wira mengangguk sambil meneguk teh manis yang disuguhkan padanya.“Oh iya, kenalkan … nama saya Wira! Mbak namanya siapa?” Wira mengulurkan tangan. Rinai yang baru saja menyimpan centong adonan mengelap sebentar tangannya yang penuh minyak lalu menerima uluran tangan Wira.“Nama saya Rinai. Mungkin gak usah panggil, Mbak! Sepertinya Abang lebih tua dari saya!” ucapnya sambil tersenyum samar. Wajahnya tampak semakin manis di mata Wira. Mereka melepas jabatan tangannya. Wira kembali duduk dan menikmati teh manisnya. Sementara itu, Rinai kembali fokus pada wajan berisi rempeyek yang sedang dimasaknya. Wira mengedarkan pandang. Dia menangkap beberapa sosok berpakaian rapi sedang berjalan menyusuri pinggiran kali. Menatap bangunan-bangunan setengah kumuh yang berdiri di sana. Ada empat orang totalnya. Salah satu dari mereka mengenakan pakaian dengan lambing yang Wira sangat kenal. Dia sepertinya salah satu pegawai yang ditugaskan di lapangan dari perusahaannya. Keempat orang itu berpencar. Dua orang mendekat ke arah Wira dan Rinai. Sementara itu, dua orang lagi memasuki bangunan setengah kumuh lainnya.“Permisi, Mbak! Kenalkan, kami dari perusahaan Wira Eka Dharma yang bergerak di bidang property. Maksud kedatangan kami ke sini untuk mengurus pembebasan lahan karena kami sedang ada project komersil di daerah sini!” ucap salah satu memperkenalkan diri. Wira menunduk dan duduk menepi. Membiarkan dua orang itu duduk pada balai-balai dan lebih dekat pada Rinai. “Iya silakan duduk, Pak! Ada perlu apa, ya?” Rinai mematikan kompor. Mengelap tangan lalu duduk pada balai terpisah yang ada di sana. “Kami ingin membeli area ini. Ini juga ‘kan masih tanah pengairan ‘ya? Per meternya kami hargai lima puluh ribu rupiah! Ini sudah mutlak, semua harga di sini sama. Kalian bisa pindah dan mencari tempat lain nanti dengan uang yang kami berikan!” ucapnya. Sontak darah Wira mendidih. Mendengar dengan telinga sendiri sebuah kecurangan yang ada di depan matanya.PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA DINIKAHI SULTAN#MENIKAH_DENGAN_SULTAN (3)Selamat Membaca!“Kami ingin membeli area ini. Permeternya kami hargai lima puluh ribu rupiah! Ini sudah mutlak, semua harga di sini sama. Kalian bisa pindah dan mencari tempat lain nanti dengan uang yang kami berikan!” ucapnya. Sontak darah Wira mendidih. Mendengar dengan telinga sendiri sebuah kecurangan yang ada di depan matanya.Wira berdiri menuju gerobak berisi sampah plastik miliknya. Diam-diam Wira mengambil gawai dalam sakunya yang dibalut plastik keresek hitam agar tak mengundang kecurigaan.Wira menyalakan mode rekam pada gawainya lalu kembali berjalan sambil mengambil beberapa botol plastik yang tergeletak tidak jauh dari rumah setengah kumuh itu. Lalu dia duduk kembali di tempat yang tadi.“Maaf, Pak … tapi kami membeli tanah ini
PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN#MENIKAH DENGAN SULTAN (4)Selamat Membaca 😁😁😁Rendi berdecak kesal. Dia baru saja menerima laporan dari Dirman jika ada satu orang yang cukup merepotkan. Seorang gadis yang menentangnya dan tidak mau menjual rumah dan tanahnya dengan harga murah. Dia bermaksud akan turun tangan sendiri menemui gadis itu para kunjungan berikutnya. Rendi cukup dibuat penasaran dengan orang miskin yang cukup punya nyali.“Kenapa mukanya bete gitu?” Tasya yang duduk di depannya dan tengah menyuap steak menatap kekasih pujaannya.“Biasa ada masalah di lapangan. Ada orang miskin yang sok jago dan gak mau jual murah tanahnya!” ucap Rendi sambil meneguk kopi hangat yang tinggal setengah.“Oh, gitu! Kamu pasti bisa lah mengatasinya, Sayang! Siapa sih yang berani sama kamu, Mas?” ucap Tasya sam
PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN#MENIKAH DENGAN SULTAN (5)Subscribe dulu sebelum baca 🥰🥰🥰Tasya merapikan pakaiannya. Pergumulan panas itu baru saja selesai. Ada rasa perih pada bagian inti tubuhnya, akan tetapi itu tak apa yang terpenting sekarang ialah kunci mobil itu sudah di tangannya. Kemewahan bagi Tasya adalah tujuannya.Dia menunggu Rendi yang masih membersihkan diri di kamar mandi. Tasya menyisir rambutnya yang basah. Duduk di depan cermin besar sambil menatap pantulan wajahnya yang tampak segar setelah mandi tadi. Sesekali senyum mengembang ketika terbayang jika dia bisa memamerkan mobil baru pada keluarganya. Dia pun sudah berencana akan membawa mobil barunya untuk mengunjungi tempat Rinai---saudara tiri yang sangat dibencinya.“Sampai kapanpun, hidupmu tak akan lebih baik dari pada aku, Rinai! Kamu dan ibumu pantas menderita.&rdquo
PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN#MENIKAH DENGAN SULTAN (6)“Astaghfirulloh!” Rinai memekik kaget. Dirinya pun hampir saja terserempet hingga terjatuh. Beruntung tidak apa-apa.Tasya dan Tisya turun sambil melipat tangan di dada. Menatap nyalang pada Rinai yang tengah memunguti dagangannya. Keduanya tak sadar. Ada sepasang mata Elang menatapnya penuh kemarahan. Sepasang mata dari pemulung tampan yang tengah mendorong gerobak ke arah mereka.Rinai menatap bungkusan rempeyek miliknya yang berserakan, setengahnya hancur karena terinjak mobil. Rinai memungutinya satu-satu. Pungguh ringkihnya membuat hati Wira terasa sesak. Namun jarak dia lebih jauh dari pada Tasya dan Tisya yang sudah melenggang mendekatinya.“Hey, anak pelakor! Kasihan banget, sih! Peyek sudah hancur juga masih kamu pungutin! Semiskin ituka
PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN #MENIKAH DENGAN SULTAN (7) Wira melempar dahan kayu yang dipegangnya. Dia berjalan menuju Rinai yang tampak sedang memilah rempeyek yang masih bisa dijualnya. Wira menghampiri dan menyodorkan tissue pada gadis yang tengah membungkuk itu. Rinai mendongak melihat benda putih yang disodorkan Wira. Dia mengerutkan dahi sambil menoleh pada Wira yang berdiri tak jauh darinya. “Bang, itu buat apa?” Rinai menatap heran. “Buat hapus air mata kamu,” ucap Wira sambil memperhatikan raut wajah cantik yang ada di depannya. Rinai berdiri lalu meraih benda putih itu sam
PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN #MENIKAH DENGAN SULTAN (8) “Awas saja, kamu pemulung sialan! Bersiaplah bersimpuh di kakiku untuk memint ampun! Aku akan menututmu! Kalau perlu segera menyeretmu ke kantor polisi biar kamu nangis darah sekalian!” gerutu Tasya sambil menunggu panggilannya terhubung. Panggilan telepon terhubung. Suara berat seorang pria yang dirindukannya terdengar dari seberang sana. “Hallo, Sayang! Ada apa?” Rendi menyapa kekasihnya. Bayangan liarnya langsung bermunculan ketika suara manja Tasya terdengar merajuk. “Mas, mobil aku penyok,” ucap Tasya sambil mencebik manj
PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN#MENIKAH DENGAN SULTAN (9)Selamat Membaca!Rika berjalan keluar ruangannya dalam keadaan ngambek. Rendi menatap punggung perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu. Sementara itu, otaknya memutar cara agar bisa bisa mengendalikan Rika dan tidak merusak reputasinya. Namun dering telepon yang teronggok di mejanya mengalihkan perhatian. Rendi segera mengangkatnya dan menyapa seseorang dari seberang sana.“Selamat pagi, Pak Rendi!” sapa Haris---personnel General Affair.“Pagi!” Rendi menarik napas lalu membuangnya kasar.“Pak Rendi, berdasarkan informasi dari bagian lapangan, mobil operasional yang Pak Rendi pakai untuk meeting kemarin belum kembal
PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN#MENIKAH DENGAN SULTAN (10)Selamat Membaca!Tanpa disangka, satu buah lemparan batu dari jauh mengenai dahi Dirman hingga berdarah. Lelaki itu menoleh ke samping, arah dari mana datangnya batu itu.“Hey, siapa kau! Berani mencari masalah dengan saya? Kau tidak tahu siapa saya, hah?” bentak Dirman pada dua orang lelaki berpakaian lusuh. Keduanya tampak berjalan cepat menghampiri Dirman.Rinai tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia menarik tangan yang masih dipegang erat oleh Dirman. Karena tengah lengah akhirnya genggamannya terlepas. Kedua orang berpakaian lusuh itu mendekat.Bugh!Bugh!Pukula
Dua minggu sudah berlalu, Abian berangkat ke rumah sakit ditemani Steven untuk mengambil hasil test DNA. Hatinya harap-harap cemas, Almeera yang cantik itu adalah darah dagingnya. Jika bukan, Abian hanya mengkhawatirkan nasib Almeera di masa depannya. Bagaimanapun seorang perempuan jika hamil di luar nikah, maka anaknya bernasab pada ibunya. Satu lembar amplop putih itu sudah diterima Abian. Dia melirik Steven yang turut menyaksikan isinya. Berulang kali, Steven meminta maaf karena dia baru tahu apa yang sebetulnya terjadi. Selama ini, Angel hanya bercerita pada Elissa---maminya. Sementara itu, Steven menganggap semuanya baik-baik saja. Bahkan ketika Angel memutuskan untuk tinggal di rumah mereka pun alasannya karena Abian sering pulang malam dan jadi kesepian. Dia percaya begitu saja. Keduanya duduk di lorong rumah sak
Abian yakin, Milalah yang mengompori Azizah untuk menikahkannya lagi. Abian sadar jika Mila iri pada Angel karena langsung hamil dan Azizah mengistimewakannya. Karena itu, dia kini ingin melihat reaksi perempuan itu, jika suaminya yang harus menikah.Seketika wajah Mila memucat. Dia lupa karena terlalu sibuk mengurusi ibu mertuanya agar membenci Angel, dia pun sama memiliki kekurangan. Usia pernikahannya dengan Abizar sudah cukup lama, tetapi cucu yang dinantikan keluarga belum juga ada. Dia lupa setiap ujian pernikahan itu berbeda, jika Abian diuji dengan kehamilan Angel yang terlalu cepat, maka dirinya pun sama yaitu diuji dengan menunggu buah hati yang tak kunjung datang.“Abian! Kamu gak pantas bicara seperti itu pada kakak iparmu, di depan tamu pula!” Azizah merasa tak enak. Dia melirik pada keluarga calon besannya yang kini tampak tak nyaman.&ld
“Nanti kamu paham!” bisik Satrio sambil menarik tubuh istrinya untuk berbaring di tempat tidur yang sama.Wajah Maila semakin memanas. Tubuhnya serasa melayang ketika Satrio mulai menyentuhnya. Dia memejamkan mata karena malu. Perasaan bercampur baur menjadi satu. Awalnya keduanya pun masih canggung melakukannya. Namun naluri akhirnya menuntunnya, tubuh Maila yang awalnya tegang karena gugup pun sudah semakin rilex. Perlahan penyatuan itu terjadi, meski sakit dan perih pada awalnya, tetapi perlahan membawanya membumbung menuju puncak surga dunia.Udara yang dingin karena AC tak lagi terasa, keringat membanjiri tubuh Satrio, begitupun Maila. Ada tetes air mata terjatuh pada sudut netra Maila ketika mereka usai melakukannya. Satrio mengecup pucuk kepala gadis yang sudah menyerahkan hidupnya padanya.“Kenapa nangis, May?”
“Saya hanya gak percaya diri, Pak! Saya hanya gadis yatim piatu yang miskin, tak berani bermimpi jadi istri Bapak!” tukas Maila lirih.Satrio mendekat. Tangannya mengambil dagu itu agar wajah Maila terangkat. Ditatapnya manik hitam yang selah terhipnotis itu dengan lekat. Entah magnet apa yang membuat wajahnya semakin mendekat, mendekat dan hampir tak menyisakkan jarak bersama gelayar hangat yang menjalar di dadanya.Satrio kembali menjauhkan wajahnya dari Maila setelah mereguk manis bibir yang gemetar itu. Wajah Maila merona dan memanas. Seluruh dunia rasanya berhenti ketika mereka melakukannya. Bahkan kaki Maila saja masih gemetar, ini sentuhan pertama yang di dapatnya dari seorang lelaki.“Aku tak pernah mempermasalahkan status sosial. Hanya saja aku mempermasalahkan ketidak konsistenan kamu
Satrio melirik ke arah Maila yang masih bengong. Dia berdiri lalu menarik tangan Maila menuju kamarnya. Maila setengah menolak, tetapi tak kuasa. Bingung juga harus berbuat apa, tiba-tiba dirinya kini tengah berduaan dengan atasan yang mendadak menjadi suaminya.Keduanya memasuki kamar yang cukup luas itu. Satrio menggiring Maila untuk duduk di tepi tempat tidur. Hati Maila berdentum, terlebih ketika Satrio memegang dagunya dan membuat wajahnya terangkat.“Ya Tuhaaan? Apakah hari ini kami akan melewati malam pertama?” batin Maila seraya debaran dalam dadanya bertalu tak karuan.Maila sudah memejamkan mata, akan tetapi Satrio melepas tangannya. Dia menjauh dan mengambil kotak P3K. Satrio kembali dan duduk di tepi ranjang berhadapan dengan Maila. Dia mengeluarkan alkohol dan kapas, lalu tangannya kembali mendekat ke wajah Maila yang masih terpejam.&nbs
“Mas, andai kamu gak ridho … maka ceraikan saja aku! Aku ikhlas, aku tak ingin membuat kamu dan keluargamu kecewa pada akhirnya! Aku akan menerimanya dengan lapang dada, Mas!” tukas Angel dengan suara parau karena tangisan.Menatap kedua netra Angel yang mengembun, sontak membuat Abian terkesiap. Dia sadar ada sosok rapuh di depannya yang butuh dikuatkan, tetapi pernyataan Angel yang diluar dugaan membuatnya shock. Bahkan kebahagiaan yang belakangan ini hadir karena dirinya akan mejadi ayah, gelar baru yang diidam-idamkannya.Abian hanya bergumam, tak terdengar jelas. Namun tangannya merengkuh Angel dan disandarkan pada dadanya. Dikecupnya pucuk kepala Angel. Ada hembusan napas berat terdengar.“Jangan bicara seperti itu, Sayang! Aku tak akan menceraikanmu! Sab
“Bos!”Satrio berdiri sambil mengusap keringat dingin di dahi. Wira menepuk bahunya lalu menoleh pada ketua wilayah tersebut. Wira memberikan kartu namanya dan memperkenalkan diri.“Saya Sultan Prawira Eka Dharma---pemilik Dharma Grup! Ini Bapak Satrio, tangan kanan saya! Jadi saya pastikan dia itu terdidik dan tak mungkin berbuat asusila! Mungkin dia hanya dijebak!” tukas Wira dengan tenang.“Saya Badri, Tuan! Koordinator wilayah di sini! Wah berkesan sekali bertemu langsung dengan Tuan Sultan! Namun, semua bukti sudah jelas, Tuan! Mereka ditemukan hampir tak berpakaian dan saksinya banyak! Tak mungkin kami melepaskan mereka begitu saja! Hukum di wilayah kami, jika menemukan pasangan yang seperti itu jika keduanya lajang maka akan ka
Keesokan harinya, Satrio terjaga karena sorot matahari sudah menembus celah gorden apartemennya. Dia terperanjat karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.“Ah, sial!” umpatnya dalam dada.Berantakan sudah rencananya untuk mengetahui siapa sebetulnya gadis itu. Apakah benar Maila atau orang yang hanya mirip saja dengannya.Satrio akhirnya harus rela menunda rasa penasarannya. Dia bergegas membersihkan diri lalu memakai pakaian kantor dan berangkat. Dia mengendarai mobilnya sambil merutuki diri sendiri, kenapa begitu kepo pada asal usul gadis yang tiba-tiba mencuri perhatiannya itu.“Kenapa gue ngurusin dia, ya?” batin Satrio sambil melajukan mobilnya. Dia mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya, akan tetapi tak kunjung ditemukan. Dia tak memiliki alasan kenapa harus sekepo itu pada kehidupan Maila
“Ya, silakan mau pesan apa, Nyonya, Tuan?” Seorang gadis dengan pakaian press bodi muncul. Wajahnya penuh dengan polesan make up lengkap. Satrio menatap wajah yang rasanya taka sing itu. Kenapa gadis itu sangat mirip dengan Maila, tetapi bedanya gadis ini full make up dan tak memakai kerudung.“Maila?”Satrio bergumam dalam dada. Rasanya wajah itu bukan hanya mirip, akan tetapi benar memang wajah itu milik Maila. Dia kembali memindai wajah itu dengan seksama.Gadis tersebut tampak terkejut. Atau mungkin pikiran Satrio saja yang menebaknya seperti itu. Satrio yakin, tak mungkin dia akan menimbulkan ekspresi seperti itu jika memang dirinya tak mengenal Satrio.Sekretaris Mr Lee menyebutkan pesanannya. Gadis itu menunduk sambil mencatat. Dari raut wajahnya tampak ada kilat tak nyaman. Satrio diam, entah kenapa dia yakin jika gadis