Suara teriakan itu melengking terdengar sampai jauh dan membuat semua orang yang berada di sekitar mencari sumber suara. terjadi kericuhan di tempat dimana Velope sempat mendapatkan perundungan dari sejumlah geng yang suka mangkal di klub tersebut.
"Kenapa kalian diam saja seperti orang bodoh, cepat bantu aku melawan dia," teriak sang ketua geng.
"Baik bos, kurang ajar berani sekali melukai bosku," ucap salah satu anak buahnya.
Mereka menyerang Leon secara bersamaan, satu orang melawan tiga orang. Karena sang ketua geng sudah merasakan kesakitan lebih dulu. Melihat situasi yang sudah tidak memungkinkan Silvi segera pergi meninggalkan lokasi karena takut ketahuan.
"Kurang ajar kenapa perempuan itu selalu mendapatkan keberuntungan," gumam Silvi seraya lari masuk ke dalam klub dengan perasaan yang tegang.
"Apa yang membuatmu gelisah seperti ini sayang?" ucap seorang pria yang memang janjian dengan Silvi.
Silvi tidak menjawab hanya melakukan tug
Polisi menggelengkan kepalanya selama tidak ada penjamin, mereka tidak akan bisa keluar dari kantor polisi dengan mudah. Dua orang berlari dengan tergesa-gesa dan juga menghampiir Leon dan Velope yang ada di ruang penyidik."Tidak boleh, kalian tidak diperbolehkan pulang kalau tidak ada penjamin," jawab polisi."Itu apakah berlaku untuk kami juga pak?" tanya kepala geng preman."Kalian juga tidak ada penjamin makan harus di tahan," jawab petugas.Henri dan Meri bersusah payah melewati sekumpulan wartawan yang menghalanginya masuk. Entah dari mana berita yang mengatakan bahwa ada Velope dan Henri ada di dalam kantor [olisi itu."Saya akan menjadi penjamin untuk kedua orang ini agar bisa keluar dari tahanan pak!" seru Henri dengan tegas."Baiklah ikuti prosedur kami," jawab petugas kepolisian.Henri juga menjamin keluarnya ke empat preman itu. Sebelumnya mereka membuat kesepatkan, Henri membawa mereka keluar dari kantor polisi tetapi ha
Nyonya Atmaja menyesap teh camomile dalam cangkirnya. Beliau belum menjawab apa yang ditanyakan oleh suaminya. Biarkan sang suami merenungi kesalahan apa yang dilakukannya sehingga Leonardo Atmaja memilih keluar rumah. "Aku rasa putraku yang baik akan memaafkanmu, sekarang biarkan dia menikmati waktunya bebas disana, tapi sebagai orang tua kita tetap mengawasinya." Nyonya Atmaja memberikan nasehat. "Kali ini aku setuju padamu, rindu itu ternyata menyesakkan dada," ucap tuan Atmaja. Hari semakin siang, tuan Atmaja pergi ke perusahaannya. Beliau hampir saja memutuskan kontrak dengan Velope atas berita yang ditanpiljan di akun gosip dan layar televisi. "Bagaimana dengan negosiasi model yang sedang Viral itu?" tanya tuan Atmaja kepada sekretarisnya. "Berjalan dengan lancar, dia sangat sopan juga cerdas," jawab sekretaris tuan Atmaja. Sekretaris tuan Atmaja membeberkan beberapa fakta tentang Velope. Selain sopan dan cerdas, atitutnya juga b
Silvi memandang sinis Meri manajer yang akan membimbingnya mulai hari ini. Entah apa yang membuat Silvi tak suka dengan Meri pada awalnya."Aku tidak suka berada dibawah bimbinganmu, kau terlalu membosankan," jawab Silvi ketus."Karena mulai hari ini kau adalah artis binaanku maka kau harus mematuhiku," ucap Meri dengan tegas.Silvi berdecak kesal selama satu bulan kedepan. Meri akan menemani Silvi syuting maupun pemotretan, tidak ada kata nanti atau belum siapa. Silvi harus diajarkan diaiplin dan tepat waktu agar semua orang menilainya baik."Apa kau sengaja melakukan ini padaku?" tanya Silvi."Kau harus mulai terbiasa bekerja dibawah bimbinganku, jika tidak disiplin mana ada orang yang mau bekerja sama denganmu, satu lagi perbaiki atitude mu," pinta Meri dengan tegas.Silvi menghela nafasnya tamat riwayatnya jika bekerja dengan Meri. Kebebasannya akan terenggut dan ia tidak akan bisa bekerja sesuka hatinya.Meri orang yang keras, ra
Haruka khawatir Leon tidak mengangkat telepon karena tidak mau bekerja dengannya. Begitu jelekkah manajemen yang ia pimpin sehingga seorang Leonardo atau yang akrab di sapa Leon tidak mau mengangkat telepnnya."Ya Tuhan kenapa teleponku tidak dijawab, apa dia todak mau bekerja dengsnku?" gumam Haruka dengan panik."Apa yang kau khawatirkan, tenanglah Leon pasti datang, mungkin dia hanya belum bangun saja!" seru Meri menenangkan Haruka.Haruka mengutarakan perasaannya pada Meri. Ia hanya takut kalau Leon tidak mau bekerja dengannya.***"Jam berapa Haris, kenapa tidak membangunkanku?" tanya Leon yang baru saja bangun."Aku takut kau marah tuan, emm sejak tadi ponselmu berdering," ucap Haris.Leon mengecek ponselnya nomor baru dan ada pesan untuknya, itu dari manajer barunya, manajer itu ketakutan kalau Leon tidak mau masuk menjadi anak didiknya. Dia merasa tidak enak dan segera bergegas mandi dan ganti baju dengan buru-buur. 
Henri menenangkan Silvi yang selalu menggunakan amarah saat berdiskusi dengan manajemannya. Henri hanya menginagtkan dia supaya tidak gegabah dalam bertindak jika dia terkena skandal sekali saja semua itu akan berdampak pada karirnya, orang-orang terdekatnya dan tentunya masyarakan akan memandang buruk citranya lebih parahnya tidak akan ada pihak yang mau bekerja sama lagi dengannya."Kau tenangkan diri dulu, tidak ada yang membela salah satu pihak, duduklah!" pinta Henri dengan tegas."Aku merasa diperlakukan tidak adil disini, semua orang memuji Velope, sedangkan aku selalu diremehkan dan dihna," jawab Silvi ketus.Henri menggelengkan kepalanya, harus menggunakan bahasa apa untuk berbicara baik-baik dengan Silvi ini. Dikasari makin ngelunjak pakai cara halus dia tidak mengerti."Silvi aku tanya kau sekali lagi, kau dan Velope sama-sama dari agensi yang sama dan masuk juga beda hanya satu hari, Apakah kau iri dengan pencapaian Velope?" tanya Henri.
Velope kalang kabut saat sedang serius tiba-tiba ponselnya dirampas orang ia berteriak ada copet. Leon yang mengerjainya tertawa kecil sambil membawa ponsel Velope."Dimana copetnya nona Velope?" tanya Asisten Hanna yang ikut panik."Copet ganteng ada di depan kalian!" seru Leon.Velope dan Hanna merasa jantung mereka mau copot, ternyata hanya dikerjai oleh Leon semata. Mereka mengjela nafas dan menyadarkan diri dulu, lalu mengajak makan malam Leon sambil tertawa geli menertawakan hal yang tidak jelas tadi."Kau sedang melamun apa tadi nona Velope?" tanya Leon sambil menunggu pesanan makanan datang."A-ku hanya sedang istirahat selepas syuting," jawab Velope.Mana dia tahu kalau orang yang dia tunggu sudah berada di lokasi syutingnya dan membuat jantungnya hampir copot karena merampas ponsel seperti seorang copet."Maafkan aku mengagetkanmu tadi, aku sudah memanggilmu tapi tidak ada respon jadi ya aku ambil saja ponselmu agar kau sada
Leon mengantarkan mamanya menuju mobil untuk pulang. Hatinya menjadi bimbang karena mendengar kabar kalau papanya menrindukan Leon."Ingat ya Leon, papamu juga manusia ada salahnya mama ingin kamu meluangkan waktu untuk mengobrol bersamanya," pinta nyonya Atmaja."Nanti Leon akan atur waktu ma, untuk menemui papa," jawab Leon pelan.Mobil nyonya Atmaja melaju meninggalkan kafe, Leon kembai ke studionya mengupload berbagai video endors yang datang baru sempat ia upload ke sosial media hari ini."Akhirnya selesai juga, saatnya rebahan dulu," gumam Leon.Belum sempat ia memejamkan mata ponselnya berdering, ia menagngkatnya karena dari seorang wanita yang spesial di hatinya."Tuan Leon aku berada dilantai bawah studio apakah kau ada waktu luang hari ini?" tanya Velope."Emm aku akan segera turun," Leon mematikan ponsel lalu turun ke lantai bawah secepat kilat.Velope menunggu seorang diri di lantai bawah studio. Leon menepuknya dar
Leon sudsh berdiri dari tempat duduknya. Menurutnya sang papa tidak senang jika dia datang berkunjung ke kediaman utama keluarga Atmaja."Untuk apa aku masih bertahan, sedangkan kedatanganku tidak di inginkan sama sekali?" sindir Leon."Anak nakal sepertimu memang selalu membuat marah irang tua, apa kamu ini lupa siapa yang membesarkanmu?" gertak tuan Atmaja.Leon benar-benar tidak bisa menebak kemauan sang papa. Tidak membiarkan Leon pergi tapi terus menghardiknya seolah semua ini kesalahan yang Leon perbuat. Bagaikan buah simalakama maju mundur tetap salah."Jadi papa ini maunya apa? Ingin mengenbalikan semua yang pernah papa berikan kepada Leon?" tanya Leon kembali duduk."Kau sudah berada di luaran sana cukup lama apakah kau memang sengaja tidak ingin pulang, aku tidak meminta apa-apa darimu, cukup kau harus ingat kalau masih sah menjadi anggota keluarga Atmaja," tegas tuan Atmaja.Leon berdiri lagi dari duduknya. Ia menyampaikan tak per
Leon masih bercengkrama dalam teleponnya. Dalam waktu lima belas menit barulah ia mematikan telepon dan terlihat bahagia. Tepat pukul lima sore Leon meninggalkan kantor.Leon menegndarai mobilnya untuk menjemput Velope kesayangannya. Ia akan membawanya ke rumah keluarga Atmaja."Velope apa kau sudah siap bertemu dengan kedua orang tuaku?" tanya Leon."Aku sudah siap, walaupun nanti banyak pertanyaan yang tertuju padaku aku sungguh siap sekali," jawab Velope dengan wajah yang sumringah.Leon menggandeng Velope menuju ruang tamu, disana sudah ada orang tuanya nenek dan bibinya yang sungguh manja dan dicap benalu olehnya serta keluarga pamannya yang ia undang untuk memperkenalkan calon istri Leon."Selamat malam semuanya," sapa Leon."Selamat malam seluruh keluarga tuan besar Atmaja." sapa Velope sambil membungkukkan sedikit badannya.Telepon yang Leon angkat tadi dari orang tuanya. mereka mengundang Velope untuk makan malam dirumah. Sek
Semuanya baik-baik saja tidak ada yang memutuskan kontrak. Mereka hanya ingin lihat perkembangan kasus dulu barulah memberikan tindakan."Sejauh ini tidak ada, aku harap setelah konferensi pres semuanya akan baik-baik saja," jawab Meri."Bagus kalau begitu, ayo bekerja lagi," ajak Velope.Meri menemani Velope ke tempat kerja. Ini untuk berjaga-jaga kalau ada paparazi atau apapun itu yang mengganggu kerja Velope. Ia akan memasang badan untuk menjaqab karena ia tak ingin artisnya mendapatkan masalah lebih lanjut."Velope fokuslab bekerja, aku akan menunggu di sini," ucap Meri."Baik Meri terima kasih ya," balas Velope.Velope bekerja sedangkan Meri masih kontek dengan bosnya. Akhir-akhir ini Velope dan Leon memang sering bersama. Meri jadi kepikiran sesuatu kalau mereka memang menjalin kisah asmara. Tapi status mereka berbeda bagaimana mungkin bisa bersama."Leon apa kau mau memaafkan papamu?" tanya tuan Atmaja."Untuk apa aku te
Velope mendekati tuan Handoko dan putrinya ia membisikkan kalimat ke telinga tuan Handoko dengan lantang dan jelas. Kalau besok akan ada klarifikasi dan jumpa pres yang diadakan oleh Velope tentu saja tuan Handoko dan putrinya harus datang."Aku akan menjawab dalam konferesni pers besok pagi, kalian siap-siap saja datang ya," ucap Velope sambil mengibaskan rambutnya."Velope ayo kita pulang, aku tidak sudi lama-lama di sini," ucap Leon.Mereka pergi bergandengan tangan orang sampai melihat mereka dengan tatapan melongo Velope yang mereka kenal apakah memang orang yang seperti itu. Merebut tunangan orang dan menyiksa gadis tunangan pria tampan itu."Aku tidak menyangka Velope orang yang seperti itu tega merebut tunangan gadis lain bahkan memberikan trauma kepada tunangan pria tampan itu," bisik pwngunjung kafe."Aku juga tak mengira kalau idola kita seperti itu," balas pengunjung satunya.Keesokan harinya Meri sudah panas dan marah kepa
Leon mengiyakan apa yang ditanyakan oleh mamanya, ia berjanji akan datang ke tempat yang di tentukan oleh nyonya Atmaja saat ini Leon memang sudah selesai kerja tapi ada urusan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu."Baik ma atur saja tempatnya hari ini apkaah bisa jam sembilan malam saja ketemunya, soalnya nanti pukul tujuh malam Leon baru kelar urusan," pinta Leon."Oke mama tentukan dulu tempat yang asyik untuk kita mengobrol biar lebih nyaman," ucap Nyonya Atmaja.Tuan besar Atmaja sedang menguping pembicaraan istri dan putranya. Beliau sedang ketar ketir takut Leon tidak mau memaafkannya. Saat nyonya Atmaja mematikan teleponnya ia segera mendekat dan bertanya, "Bagimana jawaban Leon?""Kita siapkan tempat untuk bertemu dengannya, kau juga jangan lupa untuk mengabari keluarga Handoko!" seru nyonya Atmaja.Tuan Atmaja segera memberitahu tuan Handoko dan putrinya untuk datang ke pertemuan yang diadakan oleh Tuan Atmaja dan istrinya malam
Nyonya Atmaja mengatakan pasti putranya mau memaafkan jika ia tulus meminta maaf dan tidak mengulangi lagi perbuatan yang membuatnya kesal atau tidak suka. Biarkan Leon menjalani apa yang sudah dia inginkan."Cukup untuk mendukung Leon menjadi apa yang dia inginkan dan juga kau tuus dalam meminta maaf," ucap nyonya Atmaja."Kalau begitu aku akan berangkat kerja dulu, nanti tolong temani aku untuk berbicara dengan anakmu," ucap tuan Atmaja.Nyonya Atmaja mengangguk tanda setuju dan tersenyum melihat tuan Atmaja yang bisa dinasehati olehnya. Beliau sangat senang dengan perubahan sikap suaminya yang keras kepala itu. Nyonya Atmaja melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.***"Tuan muda tamu kita sudah berada di ruang meeting," ucap Haris menyambut kedatangan Leon."Baik terima kasih." balas Leon yang segera masuk ke ruang meeting disusul oleh Haris dari belakang.Leon memimpin jalannya meeting kali ini. Kliennya yang hari ini ia temu
Nyonya Atmaja menasehati suaminya, sebagai kepala rumah tangga dan panutan seharusnya ia bisa menepati janjinya. Tidak mengingakri janji juga membuat perjanjian nikah sepihak dengan keluarga yang kurang jelas adat istiasatnya."Kau sudah membuatku kecewa Atmaja, aku akan keluar dari rumah ini dan meminta semua aset juga saham atas nama milikku!" gertak nyonya Atmaja."Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Tuan Atmaja.Nyonya Atmaja hanya ingin memberikan nasehat kepada suaminya agar tidak semena-mena dan juga berbuat semaunya. Sudah membuat perjanjian dengan sang putra tapi dia mengingkari sungguh membuatnya kesal saja."Karena kau sudah tidak menganggapku ada disisimu lebih baik aku pergi, kau merencanakan perjodohan putraku tanpa melibatkan aku," balas nyonya Atmaja."Bukan seperti itu, kau memihak Velope gadis yang bekerja di entertaimen itu, aku kesal sekali jadinya," ucap Tuan Atmaja.Nyonya Atmaja menggebrak meja, Velope gadis yang baik b
Velope masih saja bingung ingin makan apa. Leon menggelengkan kepala karena perempuan itu sungguh rumit, tinggal makan saja mereka harus memikir sampai lama. Tinggal pilih saja makan apa tidak usah ribet kenapa para wanita itu selalu merepotkan diri sendiri pikir Leon sambil menyetir mobilnya."Apa kau sudah menemukan tempat makan malam yang enak Velope?" tanya Leon."Belum sayang, kamu tidak punya keinginan untuk makan apa ya?" jawab Velope.Leon menghela nafas agar tidak emosi karena lapar. Akhirnya ia hanya ingin makan mie isntan rebus pakai telur dan cabai di warung warmindo pinggir jalan. Velope ternyata menyetujuinya mereka memarkir mobil di pinggiran jalan dan masuk warmindo."Enak juga ya menikmati kesederhanaan seperti ini," ucap Velope."Sesekali kita juga harus menikmati makanan pinggir jalan seperti ini," sahut Leon.Aroma mie instan yang menggoda di tampah potongan cabai juga saus pedas membuat Velope dan Leon tampak tak sabar m
Henri ingin sampai tua nanti tetap bersahabat dengan Leon. Walau ia sudah menemukan istri dan memiliki anak. Mereka harus tetap bersahabat sampai tua nanti."berjanjilah padaku kita akan menjadi sahabat sampai tua nanti," ucap Henri."Tentu saja," jawab Leon singkat.Leon juga ingin sampai tua nanti masih tetap memiliki Henri di sampingnya. Meski Henri adalah anak bungsu tapi dia bisa menjadi seorang kakak bagi Leon. Mereka selalu bertukar pikiran apapun itu. Tentang perusahaan juga soal asmara."Ehem. Aku juga ingin hidup sampai tua denganmu," ucap Velope."Kau juga bagian hidupku, aku harap kau bisa sabar dengan hubungan kita yang masih rumit ini," balas Leon.Velope menagngguk kemudian melirik Henri yang tertawa karena melihat Velope cemburu padanya. Mereka sudah kenal sejak kecil dan hanya sahabat sepanjang usia."Kau tak perlu cemburu padaku Velope. Kami tidak mungkin akan menjalin kasih juga kan," ucap Henri sambil tertawa
Leon marah karena yang mengangkat telepon Velope adalah seorang lelaki entah siapa orang itu. Haris semakin ketakukan karena mungkin Leon akan marah sepanjang hari dna berdampak padanya. Haris membaca doa supya ini hanya salah paham."Kalau aku bilang aku adalah kekasih Velope kamu percaya tidak tuan Leon?" tanya seorang yang berada di seberang sana."Kau jangan main-main denganku, aku akan membunuhmu!" seru Leon.Henri tersenyum dan mengatakan bahwa Leon adalah orang yang bodoh. terlalu emosi sampai tidak bisa berpikir jernih, ia sampai lupa dengan suara sahabatnya sendiri yang sudah bersama bertahun-tahun. Cemburu mengalahkan segalanya. seharusnya Leon berpikir jernih sehingga bisa menebak suara siapa itu."Leon aku pikir kau adalah orang paling cerdas seindonesia raya, tapi ternyata cemburu mengalahkan segalanya," tegas Henri."Siapa kau sebenarnya kenapa mengenalku bahkan sampai menghinaku?" tanya Leon lagi.Sahabat Leon itu menertawakan