Arum terus berlari membuka ruangan demi ruangan yang ada di dalam rumah Selena. Dia tidak menyangka ternyata memang Pandu benar-benar ada di sana.
"Mas Pandu. Ternyata kau ada di sini. Mas Pandu!" teriaknya tiada henti. Sabrina segera mengejarnya dan berhasil menarik lengannya. Membuat Arum menghentikan langkah.
"Jangan pernah mencari tunanganku. Kau tidak berhak melakukan itu. Apa kau tahu. Ada suamimu di sini. Kau seharusnya malu melakukan hal itu di depannya."
Arum menampik tangan Sabrina dengan keras. Dia memberikan plototan yang sangat tajam. Sabrina membalasnya dengan hal yang sama. Keduanya ingin saling membalas.
"Aku sudah memberitahukan kepada suamiku. Jika aku memang sangat mencintai Mas Pandu. Dan, dia terpaksa bertunangan denganmu Kau sangat tahu jika lelaki itu sangat mencintaiku. Jangan pernah menyentuhku, atau aku akan membalasmu!" balas Arum dengan tegas. Dia melewati Sabrina yang bergeming kaku menatapnya.
"Arum, wait! S
Sabrina membutuhkan kehangatan dalam hatinya yang merana. Dia hanya ingin meluapkan rasa itu dengan semua hasratnya. Joko yang ternyata sudah lama mencintainya, hari ini melakukan dengan rasa. Bahkan sentuhan yang dia berikan membuat Sabrina mengerang menikmati semuanya."Ah ... Joko ..." Kehangatan yang diinginkan Sabrina, kini dia dapat dengan cepat. Bibir Joko dengan lembut, menelusuri semua lekukan tubuh Sabrina. Bahkan, sedikit gigitannya membuat Sabrina semakin mendesah, "Ah ..."Tanpa berpikir hal ke depan tentang suatu hal yang dilarang ini, sama sekali Joko hilangkan dari pikirannya. Dia hanya ingin meluapkan rasa ingin memiliki wanita yang selalu dia jaga itu. Ini malam yang terasa indah Joko rasakan. Dia menghangatkan miliknya sambil menatap wajah Sabrina yang semakin berkeringat merasakan kenikmatan."Sangat cantik ...," batinnya tersenyum."Ah, Joko. Jangan kau lepaskan dulu. Joko! Aku masih Ingin menikmati
Ardi melihat Arum ternyata berada di kapal sangat mewah bebarengan dengan kapal yang mereka naiki di sebelahnya. Kapal yang memiliki kelas ekonomi."Arum! Gawat! Dia tidak boleh bertemu dengan Pandu. Kenapa sesuatu tidak terduga di antara mereka selalu terjadi seperti ini?" ucap Ardi dengan gelisah. Dia tidak mau Pandu terus mendekati Arum. Hubungan itu menurut Ardi tidak akan pernah bisa bersatu. Dia harus mencegahnya. Demi kebahagiaan Pandu.Dengan cepat Ardi berlari. Dia mendekati Pandu dan segera menariknya untuk keluar dari pelabuhan. Mawar pun yang melihatnya, tidak mengerti kenapa Ardi melakukan hal itu."Ardi. Kenapa kita harus terburu-buru seperti ini? Lihatlah! Kita berjalan sambil menabrak semua orang yang memberikan tatapan mengerikan karena kesal. Apakah aku harus tersenyum kepada semua yang kau tabrak itu?" ucap Mawar dengan kesal. Namun, Ardi tidak memberikan respon sama sekali."Ardi, hentikan! Jangan seperti ini. A
Pandu tidak percaya dengan penglihatannya. Dia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali. Sosok indah dengan paras cantiknya dia lihat dengan jelas.Rasanya hati yang semula terpenjara bisa terbebas seketika."Arum ... kau ada di rumahmu? Bagaimana mungkin? Aku yang sudah bersusah payah untuk menemuimu, kini kita kembali bertemu di tanah kelahiran. Aku akan menemuimu diam-diam!"Pandu segera masuk kembali ke dalam kamarnya, saat Arum menatap jendela kamarnya."Aku tidak akan menunjukkan diriku. Aku tidak mau mereka mengetahuinya."Pandu sedikit mengintip sela jendela. Senyumannya semakin melebar. Dia masih tak percaya. Wanita pujaan hatinya kini terlihat. Amarah yang semula selalu menyelimuti dirinya, kini meluap. Seolah hanya dia yang bisa memadamkannya.Sementara, Arum mengernyit. Dia merasa Pandu ada di sana."Jendela itu mengingatkanku padamu. Andai saja aku bisa menatapmu dari sini. Andaikan nanti mala
Kedua mata Arum masih tak percaya. Dia perlahan melangkah ke depan. Semakin mendekati sosok di hadapannya."Mas Pandu ..."Napasnya berdetak kencang. Seakan mimpi, Arum perlahan mengangkat tangan kanannya. Disentuhnya jemari itu di dada kekar tepat di hadapannya."Apakah ini benar dirimu?"Sambil terus menatap, Arum berusaha memahami situasi mengejutkan ini. Dia masih belum tersenyum."Apakah aku mimpi? Jika iya, jangan bangunkan aku," ucapnya pelan.Pandu semakin tersenyum. Dia juga merasakan, apa yang Arum rasakan. Hatinya yang dipenuhi kerinduan, kini akan segera diluapkannya."Ini benar-benar aku. Kekasihmu, Arum," balas Pandu pelan.Pandu segera mengendap setelah makan malam di rumahnya. Beberapa pelayan yang mendukungnya, membantu dirinya. Dalam bahagia, Pandu terus berlari menelusuri jalanan kecil."Arum, aku akan segera datang," batinnya sembari terus berlari.Dia tidak
Suasana romantis kembali menjadi mencekam, saat seseorang tiba-tiba menekan gagang pintu dan akan masuk ke dalam kamar Arum. Suara itu berat dan serak. Arum memastikan jika Wojo kembali masuk ke sana."Itu suara Romo. Cepat sembunyi lagi, Mas," ucap Arum sangat panik.Pandu segera kembali masuk ke dalam selimut dan terdiam di sana. Arum berpura-pura tertidur, segera memejamkan kedua matanya. Dia lupa untuk mengunci pintu kamarnya. Namun, dengan berpura-pura adalah satu hal yang bisa dia lakukan saat ini"Arum. Apakah kau sudah tertidur?" tanya Wojo terus melangkah mendekatinya. Suami Arum itu duduk di sebelah Arum dan memandang wajahnya. Dia sedikit tersenyum, kemudian membelai wajah itu dengan perlahan. Hati Arum berdetak kencang. Dia ingin Wojo segera pergi dari sana."Entahlah kenapa sejak kehadiranmu, aku benar-benar melupakan Mariati. Hatiku rasanya bergetar saat senyuman itu terlihat. Dan ... kini aku sadar ketika melihat wajahmu dengan jel
Hasrat masih saja tidak bisa ditahan oleh keduanya. Bahkan desahan pelan sudah terdengar saling bersahutan. Tubuh Arum yang belum terjamah, kini sudah ditelusuri oleh Pandu. Bagaimana bisa dia tetap menahannya? Sementara Arum memberikan pintunya terbuka lebar untuk segera dia masuki.Lumatan itu masih tidak berhenti. Rabaan itu juga semakin menjadi. Jemari Pandu sudah menelisik semua sudut tubuh Arum. Dia semakin menikmatinya. Bibirnya tidak henti mengecup semuanya."Mas ..." Wanita pujaannya itu mencengkeram sprei, menahan hasratnya yang sudah tidak bisa ditahannya. "Ah ..." Arum mengeliat, semakin melayang. Menikmati bibir Pandu yang sudah menguasai setiap lekukan tubuhnya. Jantung Arum berdetak sangat hebat."Mas Pandu. Apakah Mas benar-benar akan memilikiku? Ah ... Mas. Aku sudah tidak tahan. Mas sudah memberikan sentuhan yang sangat luar biasa. Sentuhan yang selalu aku bayangkan dalam pikiranku. Bahkan, saat aku membayangkannya, aku memiliki hasrat ya
Sunarsih tiba-tiba berdiri dari duduknya. Dia tersenyum ke arah suami Arum yang mengernyit dengan seketika."Sudah lama sekali aku tidak pernah mandi dengan Arum di sungai. Tapi, tentu saja kami masih memakai pakaian. Hanya bermain air di sana. Jika ada yang mengikuti, kan, aku malu. Apalagi ada laki-laki yang membuntuti. Kalau memang hanya mengawasi dari jauh, untuk apa ikut. Biarkan kami para wanita merasakan kebebasan sesaat. Apalagi Arum sudah menjadi seorang istri yang selalu berada di dalam rumah. Jika terus tertekan, nanti malah sering menangis. Dia itu cengeng."Saras menggelengkan kepalanya, lalu mendekati Sunarsih. Dia menekan pundak Sunarsih agar duduk kembali di kursi."Sudah jelas sahabatmu itu memiliki suami. Apalagi kalian akan mandi di sungai. Pasti suaminya harus mengikuti. Bukankah kamu tidak membuka bajumu? Hmm, untuk apa malu?""Tapi kan tetap terkena air. Jadi ... tubuhku akan terlihat. Ini benar-benar sangat membuatku kecewa.
Arum semakin bergetar mendengar perkataan Pandu barusan. Dalam batinnya, dia sangat senang Pandu akan membuat Wojo menceraikannya. Namun, bagaimana caranya? Sementara suaminya adalah pemilik kasta tertinggi dengan kekuasaan yang sangat besar itu. Tidak mungkin Pandu dengan mudah bisa membuat lelaki itu akan menceraikan dirinya."Mas, bagaimana caranya kau akan membuat suamiku untuk menceraikanku? Kau tahu sendiri, Mas. Dia memiliki kekuasaan yang tidak terbatas seperti itu. Kastanya tertinggi Mas. Pasti sulit membuat dia mengabulkan permintaanmu."Pandu kembali memberikan senyuman hangatnya. Dia sama sekali tidak ingin membuat Arum merasa gelisah dengan semua yang ada di hadapannya. Pandu hanya ingin terus melakukan momen romantis untuk saat ini. Dia sebaiknya tidak membahas apa yang dia katakan barusan."Sekarang bagaimana jika kita membicarakan diri kita saja. Tidak perlu orang lain. Karena aku sudah tidak sabar untuk melihat rumahku dipenuhi 5 anak. Hmm