Suasana duka masih menyelimuti kediaman keluarga Wijaya. Berbagai karangan ucapan belangkawa para kolega dan partner bisnis masih terus berdatangan mengisi sepanjang jalan pelataran sampai pintu masuk kediaman. Terhitung 1 x 24 jam setelah jasad Hendri dikebumikan, pemberitaan tentang wafatnya salah satu pewaris kerajaan bisnis PT. Wijaya Sejahtera itu masih menjadi headline berbagai berita dan surat kabar. Skandal tentang penyimpangan perilakunya mulai tenggelam oleh kasus bunuh diri yang menghebohkan.Para anggota keluarga yang masih berkabung dengan kepergian salah satu anggota keluarga, menunjukkan berbagai ekspresi beragam, ada yang bersikap tenang, bahkan memanfaatkan keadaan, ada yang diam membisu dengan segala kemelut pikiran, ada yang hanyut dengan rasa bersalah tak bersudahan, serta ada pula yang menonton dan menjadi bagian yang kebingungan. "Nyonya besar belum kasih uang belanja, Nya, beliau juga belum keluar kamar dari kemarin. Cici nyimpen cuma seratus rebu di kantong.
"Kenapa kita nggak bawa mamamu ke rumah sakit aja, sih, Wisnu? Jangan bilang nggak ada duit, malu-maluin banget kalian," protes Kamila setelah mengetahui bahwa mereka memutuskan pasien untuk dirawat di rumah."Uang ada, Kal. Lagi pula mama juga punya asuransi jiwa. Papa yang minta mama buat dirawat di rumah, takutnya kalau di luar terjadi sesuatu yang tak diharapkan," tutur Wisnu menjelaskan setelah mereka berdua tinggal di kamar. "Bukannya lebih baik kalau di rumah sakit, ya? Kalau ada apa-apa tinggal panggil dokter atau perawat, sedangkan di sini, siapa yang bakal tanggung jawab?" cetus Kamila bersikeras. "Yayang yang akan merawatnya.""Cih." Kamila mendengkus. "Si Kuyang diandelin. Dia, kan ular berbisa yang bisa matok dari mana aja.""Kal. Sejak kapan kamu suka berpikiran buruk tentang orang?""Sejak kenal si Yayang. Pokoknya segala yang dia lakuin mencurigakan. Kamu jangan terlalu deket sama dia. Selain ular, dia juga bisa merangkap jadi ulet. Gatel!"Wisnu menghela napas panja
*Foto*[Tebak, kehebohan apa yang baru terjadi gara-gara karangan bunga ini?]Revan tertegun membaca pesan berikut gambar yang baru saja Kamila kirimkan. Tanpa berniat membalasnya, dia langsung menutup ponsel, lalu beralih pada Kalina yang tengah duduk sembari merajut di kursi santai, balkon apartemen yang sempat ditempati Wisnu dan Kamila. Yaitu The Peach Residence.Lelaki berkulit putih itu beranjak dari tempat sebelumnya, kemudian menghampiri Kalina dan mengambil tempat di sampingnya. "Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Revan.Kalina menghentikan kegiatan merajutnya dan menoleh pada lelaki itu. "Rasanya aneh. Aku terbangun setelah koma hampir tiga bulan, mendapati seseorang yang sangat mirip denganku menggantikan posisiku. Belum lagi janin yang tumbuh di rahim ini. Apa anak ini benar-benar aku inginkan?"Revan cukup tertegun mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulut perempuan berambut panjang itu."Apa maksudmu, Kal? Kamu bahkan membutuhkan waktu sepuluh tahun pena
"Setelah cukup lama memikirkan, Papa memutuskan untuk memperbaharui kembali organisasi di perusahaan. Walau bagaimana pun kepergian Hendri tak boleh membuat kita larut terlalu dalam. Jadi, Papa putuskan lusa kita sudah mulai bekerja. Akan diadakan meeting untuk mengangkat beberapa staf dan perbaharuan posisi. Posisi Direktur akan Papa berikan pada Wisnu, dan memutuskan untuk pensiun dini, sedangkan posisi General Manager Papa berikan untuk Yayang, Indra bisa mulai belajar dari bawah dan mengisi posisi kepala bagian. Nanti Wisnu dan Yayang yang akan langsung membimbing--""Hoaaam." Kamila yang menguap lebar membuat penjelasan Pak Dahlan terpotong begitu saja. "Sudah kuduga arah pembicaraan ini ke mana. Kuburan Hendri bahkan belum kering, Pa. Pake alasan cukup lama memikirkan, padahal belum ada 2 x 24 jam, tapi Papa udah memutuskan menggantikan posisi Hendri seolah kepergian dia sama sekali nggak berarti.""Kalina, lo ...." Kalimat Yayang menggantung. Dia bangkit dari kursi dan menunjuk
Yayang Kumala12 Februari 1991Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan pengusaha Mebeul Surabaya. Berambisi tinggi untuk menjadi bisnis woman terkemuka. Pernah menggeluti dunia modeling selama lebih dari tiga tahun, dari keunggulan fisik dan parasnya itulah Yayang lebih mudah mengenal para pengusaha dan kolega dari kalangan atas. Pernah dijodohkan dengan Wisnu, sebelum berakhir menjadi istri Hendri, setelah mengaku dihamili padahal anak yang dikandung bukan darah daging Hendri. "Ck, ck, ck ... definisi menantu meresahkan yang sesungguhnya. Ternyata ambisi si Kuyang bener-bener tinggi sampe-sampe celakain Kalina, dan ngiket Hendri dengan anak yang nggak jelas asal-usulnya. Harus kuakui dia cukup cerdas mengambil hati beberapa anggota keluarga ini. Dengan kehadiran Thea, bahkan setelah Hendri tiada, statusnya tetap menantu terhormat Keluarga Wijaya."Kamila tepuk tangan heboh dan menggeleng-gelengkan kepala setelah tahu fakta tentang ular berbisa yang ada di sekelilingnya. Di d
Kamila turun dari mobil, dan menatap dengan mata memicing mobil yang terparkir di depan butik milik Kalina. "Mobil merah ini kayak yang nggak asing, punya siapa, ya--ohiya mobil si lakor," pekik Kamila ketika sadar. Buru-buru Kamila berlari kecil masuk ke dalam. Setelah sampai, benar saja. Perempuan cantik bergaun putih itu sudah ada di dalam sedang melihat-lihat koleksi pakaian yang terpajang. "Ekhmm, permisi!" sapa Kamila pada Yuna dan manager butiknya. "Loh, Ibu. Akhirnya datang juga," seru sang manager bernama Neli. "Hai, Nel. Maaf, baru sempet mampir. Sibuk soalnya," sahut Kamila kikuk. "Hehe. Iya, nggak apa-apa, Bu. Nanti kita ngobrol lagi, ya. Kebetulan Neli mau nyerahin laporan bulanan.""Oke, siap." Kamila mengedipkan mata sejenak, lalu beralih pada Yuba. "Em, badewei, eniwei, baswei. Ada apa gerangan artis Ikan Terbang fenomenal menyambangi butik kumuh ini?" cibir Kamila pada Yuna dengan satire-nya. "Oh, iya. Neli belum sempet kasih tahu ibu. Bu Yuna, kan salah satu p
Semua orang yang memadati aula sontak menoleh pada objek yang sama. Kamila yang baru saja jadi pusat perhatian hanya bisa membungkukkan badan, dan tersenyum pada hadirin sekalian. Kalimat sarkasme yang dia lontarkan pada Yayang jelas membuat semua orang tercengang, mengingat sosok istri Wisnu yang selama ini tak pernah menghadiri berbagai undangan perusahaan, tiba-tiba datang dengan sangat percaya diri di hadapan para tamu perusahaan. Yayang menuduk dengan kedua tangan yang terkepal di atas paha. Mati-matian dia menyembunyikan wajah di antara juntaian poni rambut pendeknya. Dia bangkit perlahan dan langsung berjalan cepat duduk di sisi paling kanan, dekat dengan para pemegang saham yang datang sendirian. Kamila mengempaskan bokongnya, selepas kepergian Yayang. Dia menoleh ke arah Wisnu, lalu tersenyum penuh kemenangan. "Kenapa kamu nggak bilang kalau acara yang dimaksud itu resmi begini? Tau sendiri, zaman sekarang banyak ulet gatel yang cari kesempatan dalam kesempitan. Nempelin l
"Wuhu ... Neli! Any body here?" Kamila celingukan sembari berteriak memanggil penghuni butik, setelah masuk ke dalam bangunan dua lantai itu. "Eh, Bu Kalina udah datang. Mari, Bu!" Kepala Neli menyembul dari tangga lantai dua. Kamila langsung berlari kecil menghampirinya. Mereka duduk di sebuah sofa yang berhadapan dengan meja kaca di depan. Terdengar suara mesin jahit dan beberapa pegawai yang tengah beroperasi siang ini. "Nah, ini desain gambar yang aku janjikan tiga bulan lalu." Dengan percaya diri Kamila mengeluarkan beberapa kertas bergambar di atas meja. Neli mengernyitkan dahi. "Ibu yakin? Ini nggak salah, kan?" Neli memeriksa satu per satu gambar yang dibuat Kamila, lalu menggaruk rambut yang tak gatal. "Yakinlah. Wong aku bikinnya semaleman sampe pegel tangan.""I-iya, sih. Tapi, kok gambarnya aneh begini. Maaf, ini konsepnya gimana, ya, Bu?" tanya Neli hati-hati. "Yaelah, Nel. Masa begini aja nggak tahu. Yang ini, nih!" Kamila menyambar selempar gambar. "Ini konsepnya