Siang hari itu Gavin, putra kandung Winnie, sedang meeting bersama Tony Callister di sebuah restoran ternama di Redchester.Gavin dipaksa oleh ibunya supaya berhasil dalam melakukan lobian sama Tony agar permintaan Pablo segera terpenuhi.Di luar dugaan, Gavin berhasil melakukannya!Tidak perlu waktu lama bagi Gavin dalam melakukan lobian karena dia punya mulut yang bagus untuk mencuci otak Tony yang bodoh.“Kau ingin membangun bisnis start-up yang kekinian bukan, dengan melepas bisnis minyak kotor peninggalan ayah mu?” Gavin lalu menyangkutkan rokoknya ke sela dua bibirnya lagi, mengisapnya dalam-dalam lalu menghembuskannya ke udara.“Tony, aku punya relasi dan akses. Kau tidak bakalan kesulitan untuk sukses membangun bisnis baru di era digital seperti sekarang. Aku tahu kau lebih suka memegang gadget dari pada mengotori tangan di tempat penyulingan, bukan?”Tony terbuai dengan kata-kata manis dari Gavin.“Lepas semua saham mayoritas WR-Oil meskipun pemilik baru itu harus berutang te
“Pertama, aku berhasil melobi Tonny Rockefeller. Mungkin dalam waktu dua bulan dia akan melepas WR-Oil. Dan info kedua tak kalah menarik.” Gavin mengambil ponsel lalu memperlihatkan rekaman video pada mereka. “Lihatlah pria itu. Dia begitu keren dan tampan.”Putih mata Pablo melebar. “Apa?” Dia tidak bisa mengatupkan giginya karena saking syoknya. “Menantu sialan itu makan siang sama selingkuhannya?! Kurang ajar!”Winnie mendengus marah sambil berkoar memuntahkan sumpah serapah dari mulutnya. “Babi itu berselingkuh? Akan aku patahkan lehernya!”“Aku saja tidak menyangka bisa ketemu dengan dia di restoran itu. Setahuku, itu restoran elit. Artinya Alex punya duit banyak atau bisa jadi dia dibayari makan oleh cewek itu. Huft!” Gavin memasukkan ponselnya di celana sambil menghela napas berat. “Untung saja aku dipertemukan dengan dia dan akhirnya kebejatan dia selama ini terbongkar juga. Aku akan kirim video ini ke Ayah dan Ibu.”Karena ada urusan penting setelah ini, Gavin langsung pamita
Gabriella yang membukakan pintu.“Selamat siang, istriku. Aku punya hadiah untuk mu. Seharusnya aku memberikan ini malam lusa yang lalu. Terimalah.”Ekspresi di wajah Gabriella sangat dingin. Tidak seperti biasanya. Jika biasanya pas menerima hadiah dia gembira dan merayakannya, kini dia malah tidak peduli.“Berikan saja pada wanita yang sedang dekat dengan mu!” balasnya dengan nada yang agak tinggi. Tidak pernah sebelumnya Gabriella bicara seperti ini pada suaminya.Lalu, Gabriella membalik badan dan menyuruh Alexander agar segera masuk. “Ayahku mau membicarakan sesuatu pada mu, Alex. Aku tahu kau orang yang jujur dan tidak suka membual.”Ketika Alexander sudah berada di ruangan keluarga bersama mereka, Pablo mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang.“Halo Lettu Joseph? Segeralah ke mari karena ada pekerjaan untuk mu. Aku tidak mau mengotori tangan hanya untuk menghajar sampah memalukan ini di rumahku. Cepatlah!”KLIK!“Duduk!” perintah Pablo pada Alexander.Pablo mengatur napasny
Begitu Letnan Joseph melihat Alexander, lututnya langsung lemas, dan kakinya tidak bisa menopang tubuhnya lagi. Dia ambruk. Wajah Joseph langsung tersungkur di lantai. Perlahan dia menyeret tubuhnya dan mendekati telapak kaki Alexander.Kalau saja Alexander tidak menghindar, Joseph pasti bersujud dan mencium kaki Alexander dalam keadaan terhina.Namun, Alexander manusia biasa dan banyak kesalahan. Dia bukan Tuhan dan tidak layak untuk diperlakukan berlebihan semacam itu.“Bangun, Pak! Hormati diri mu!” Alexander mengangkat tubuh Joseph yang gontai lalu mendudukkannya di sofa. “Kita punya harga diri. Tidak sepantasnya merendah di hadapan manusia, siapa pun itu.”Joseph mengangguk tapi langsung membungkukkan badan.“Tidak perlu! Bapak tidak perlu juga membungkuk seperti itu. Kerendahan diri kita hanya pantas diperuntukkan kepada Tuhan saja, tidak boleh kepada manusia, termasuk diriku.”Joseph termasuk ke dalam Tujuh Perwira Naga selain dari Mayor Farrell.Mereka bertujuh adalah orang-o
Meskipun rencana penyiksaan Alexander melalui Joseph gagal, Pablo dan Winnie tersenyum riang saat tahu kalau ternyata Gabriella pada akhirnya tersadarkan, dan pada akhirnya menginginkan perpisahan itu terjadi.“Akhirnya perceraian itu terjadi,” ucap Pablo dengan riak wajah yang bercahaya.Winnie merangkul Gabriella dari samping sambil berkata, “Seharusnya dari dulu kau mengambil keputusan seperti ini.”Namun, Gabriella tidak menyebut kata cerai atau melepas ikatan hubungan suami istri antara Alexander dan dirinya.“Aku hanya ingin berpisah ranjang dengan Alex untuk sementara waktu saja. Biarkan aku sendiri dan tenang terlebih dahulu.”Ini adalah tamparan keras bagi Alexander. Dia menyadari hari-hari belakangan ini dia terlalu sibuk mengurus pekerjaan di markas, menyelesaikan misi pertama, mencari keberadaan orang tuanya, membantu Bryan, serta terakhir bertemu dengan Sophie.Dia sadar kalau waktunya bersama istrinya berkurang sehingga jarak di antara mereka pun kian terkikis.Jadi waja
Pablo langsung mengambil ancang-ancang. Keesokan harinya dia mengatur waktu untuk bisa bertemu dengan salah satu dari Tujuh Perwira Naga, yakni Mayor Farrell.Maksud dari pertemuan tersebut tentu saja sebagai langkah awal pendekatannya dengan Jenderal Naga Emas.Pablo sadar bahwa meskipun dia punya pamor dan masih disegani, bukan berarti dia bisa seenak jidat untuk bisa bertemu secara langsung dengan sang Panglima.Suatu sore, di salah satu sisi markas besar militer, Farrell pun menyempatkan diri untuk bisa bertemu dengan sang mantan atasan setelah seharian bekerja.Farrell memberikan hormat pada sang purnawirawan. “Selamat sore, Tuan. Maaf karena baru sekarang aku bisa meluangkan waktu. Jenderal Naga Emas selama satu pekan ini tidak bisa diganggu karena ada pekerjaan pribadi, jadi aku ditugaskan agar bisa berkoordinasi dengan para petinggi selama beliau belum bisa bertugas. Aku sangat sibuk.”Padahal, keinginan Pablo adalah bisa bertemu dengan sang Jenderal. “Oh. Aku yang harus minta
“Dalam ajang MMA resmi, kau tidak boleh sengaja melukai lawan dengan cara menyerang alat vitalnya, tapi ketika kau berada dalam pertarungan jalanan serta berada dalam kondisi terdesak, kau bisa menyiksa lawan mu dengan cara meninju dua biji di tengah selangkangannya, atau bahkan menggigitnya bila perlu.”Mendengar itu, Bryan terkikik. “Jenderal ini ada-ada saja. Tapi kalau dipikir-pikir, cara itu ampuh juga ya.”“Kau bisa melakukannya pada Tony jika kau mau. Haha.”Begitu mendengar nama Tony disebut, Bryan mengepalkan tangan dan mengeraskan rahang.Mengalahkan Tony adalah keinginannya sejak dulu dan dia pun yakin tidak lama lagi dia bakal mewujudkannya.Sebenarnya tujuan dari Alexander melatih Bryan menjadi pria tangguh adalah agar Bryan bisa mengalahkan dominasi kakaknya sehingga keluarga terutama perusahaan tidak sepenuhnya dikuasai oleh Tony saja.Sebagaimana keinginan Warren Rockefeller, agar kiranya kedua anaknya bisa akur kelak, dan Tony tidak mungkin pernah mengalah pada adikny
Namun bagi Bryan, mencampuri urusan orang-orang di pucuk terlalu rumit dan menyiksa diri. Dia harus fokus mengurusi kakaknya terlebih dahulu. “Lagi pula, ayahku juga sudah tiada. Sekarang adalah bagaimana caranya aku bisa menghajar kakakku dan memperbaiki perusahaan yang telah ditinggalkan oleh ayahku, jangan sampai diambil alih oleh orang picik dan keji.” Bryan termasuk rakyat sipil yang kurang puas dengan kinerja para penguasa sejak dulu tapi karena nilai demokrasi sangat cetek di sini, suaranya seperti angin berhembus. “Jenderal, setiap kita menginginkan keadilan. Aku pun begitu. Di Jepang, ada masa di mana Kaisar berada di bawah Shogun.” (Shogun sama seperti panglima militer) “Pimpinan tertinggi militer dengan kuasa dan kelebihan yang dia punya bisa saja mengangkangi kepemimpinan Presiden yang tidak becus.” Esensinya adalah tentang kepemimpinan yang adil, bukan nama besar seperti yang sudah ada turun temurun. Terlebih lagi, di era sekarang, tidak ada lagi penguasa yang diber
Tidak cuma Jenderal Eisenhower, tapi enam perwira lainnya beserta orang-orang di sana pun sepakat untuk menjadikan Alexander sebagai perwira tinggi militer. Mereka menginginkan supaya Alexander diangkat menjadi seorang yang memiliki pangkat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Alexander langsung diangkat menjadi Jenderal setara dengan Jenderal Eisenhower. Alexander sempat melakukan penolakan. “Pangkat tersebut terlalu tinggi.”Namun, Jenderal Eisenhower tetap memaksa agar Alexander mau menerimanya. “Kau pantas menjadi Jenderal, Alex. Kau sudah selayaknya menjadi pimpinan tinggi sama seperti kami. Kau tidak perlu menolak karena kami menyetujuinya.”Alexander mengawasi satu per satu orang-orang di sana. “Aku masih sangat baru di militer. Perlu waktu dan pengalaman yang banyak untuk menjadi seorang Jenderal.”Berkaca dari apa yang telah terjadi dan mengingat betapa pentingnya peran Alexander, para perwira naga tidak salah dalam mengambil keputusan. Menjadikan Alexander sebagai Jender
Sore harinya, ketika matahari mulai tenggelam, semua pasukan telah bersiap berangkat dari Pulau Lambora menuju Pulau Homs. Pulau Homs jauh lebih kecil jika dibandingkan Pulau Lambora sehingga Winland tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari keberadaan pasukan Northiz di sana, terlebih pasukan Northiz di sana tak lebih dari seribu orang saja, dikarenakan lima puluh ribu orang telah mati pada peperangan sebelumnya. Alhasil, kemungkinan besar Winland akan berhasil menaklukkan Pulau Homs dengan cukup mudah. Lebih dari seratus kilometer menempuh perjalanan laut, Alexander menyarankan pada Laksamana Limitz untuk menghentikan perjalanan, dan juga meminta izin pada Marsekal Bernard segera memberikan instruksi agar pasukan udara segera bersiap-siap. “Biarkan pesawat kita terbang dan dideteksi oleh Northiz. Penyamaran kita hanya sebatas itu saja. Mereka pasti akan membiarkan pesawat kita ke sana, pada saat itulah kita hancurkan apa saja yang terlihat.”Penyamaran kali ini berbeda dengan pe
Setelah meminta izin kepada lima gurunya, tepat pada tengah malam, Alexander kembali melanjutkan perjalanan menuju Dragon Room. Tugasnya belum selesai. Pertempuran di Pulau Lambora cuma pembuka. Saat ini dia punya misi yang jauh lebih sulit, yakni merebut kembali lima pulau kecil yang saat ini diduduki oleh militer Northiz, yaitu Homs, Brown, Galls, Nice, dan March. Jalannya perang kali ini tak ubahnya seperti pasukan tentara AS yang ingin kembali merebut sejumlah pulau di pasifik yang telah dikuasai oleh Jepang pada Perang Dunia 2. Operasi pengembalian lima pulau ini terbilang sangat sulit sebab kini mereka cuma menyisakan sekitar dua ribu lima ratus orang saja. Alexander tiba di sana menjelang pagi hari, saat semua pasukan sedang sibuk dengan berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Jenderal Eisenhower, seperti mengubur mayat-mayat korban perang baik itu dari pihak Winland maupun Northiz, mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang yang masih bisa digunakan, dan mencari mak
Pada saat matahari akan terbenam, Alexander minta izin kepada tujuh perwira naga untuk pergi sebentar. Mereka cukup bingung dan ingin tahu tapi Alexander merahasiakan kepergian.“Besok pagi kita berkumpul lagi di Dragon Room.”Kemudian Alexander pun bergegas pergi dengan menggunakan sepeda motor, kendaraan milik Northiz yang masih berfungsi dan punya bahan bakar. Sekitar jam sepuluh malam dia tiba di goa tempat persembunyian lima gurunya. Dia sangat khawatir tentang keselamatan lima orang itu karena bisa saja menjadi korban salah sasaran perang. Tapi untunglah jarak yang jauh dari pusat pertempuran membuat mereka bisa selamat. Bahkan tidak ada bekas ledakan sama sekali di sini. Mereka tidak keluar goa sama sekali pada saat perang berkecamuk selama beberapa waktu belakangan dan berharap tidak ada satu pun militer Winland maupun Northiz yang menemukan lokasi ini. Begitu melihat kehadiran Alexander yang sudah mengenakan seragam tentara, mereka kaget. Mike mengernyitkan alis dan berta
“Kita beristirahat sekarang,” kata Alexander. “Biarkan sebagian kecil pasukan yang tadi sore sempat istirahat untuk berjaga malam hari ini. Aku yakin kalau pasukan Northiz yang sedang bersembunyi di hutan juga sedang beristirahat.”Sesuai dari masukan Alexander tersebut, akhirnya tujuh perwira naga dan lebih dari dua ribu orang diberikan waktu untuk beristirahat.Tujuh perwira naga pun bubar dari perundingan itu lalu mengambil posisi masing-masing untuk segera tidur. Sementara Alexander, pada saat dia sudah membaringkan badan, dia belum bisa langsung tidur. Dia berpikir saat memejamkan mata atau dalam keadaan terjaga. Dia masih memikirkan tentang strategi dan siasat yang akan mereka ambil esok hari. Saat ini jumlah mereka hanya tinggal sekitar dua ribu enam ratus orang. Mereka beruntung dapat bertahan dari total seratus lima puluh ribu pasukan Northiz berikut dengan semua peralatan tempurnya. Semua rencana yang dijalankan nyaris sempurna. Hanya saja, perjuangan Winland tidak mungki
Satu tembakan pertama!Dikarenakan pakaian marinir berbeda dari pakaian seragam prajurit biasa, militer Winland yang sedang menyamar tidak kesusahan untuk membunuh mereka satu per satu. Para marinir yang tidak dalam posisi siap pun gelabakan saat menerima serangan mendadak dari teman mereka sendiri.Sebelum para marinir dan prajurit Northiz bersiap, militer Winland cepat membunuh mereka satu per satu. Mereka tidak butuh banyak waktu sebab jumlah mereka sangat sedikit. Dua ribu banding dua puluh ribu. Itu artinya masing-masing mereka mesti membunuh sepuluh orang musuh.Pasukan Northiz yang belum siap tempur hanya bisa pasrah saat dada dan kepala mereka ditembaik oleh orang yang berseragam militer seperti halnya mereka. Akhirnya mereka pun sadar bahwa dua ribu orang yang katanya selamat itu ternyata bukanlah rekan mereka, melainkan musuh yang sedang menyamar.“Ayo serbu mereka!” seru Letnan Joseph. Ada dua senapan laras panjang yang ada di tangannya. “Jangan biarkan mereka keburu mengam
Ajudan dari Letnan Jenderal itu mengawasi Kolonel Walter Rauf dengan wajah yang penasaran. Sebagai orang yang selalu berada di samping atasan, dia selalu fokus dan berhati-hati bahkan terhadap rekan sekali pun.Namun, salah satu perwira naga tersebut tidak mau kedoknya ketahuan. Maka dari itu Kolonel Walter berkata dengan percaya diri. “Target kita sesuai dari arahan Jenderal Rommy adalah membawa tiga perwira tinggi Winland hidup-hidup. Atau jika mereka mati, kita tetap harus membawa mayat-mayat mereka. Bukankah begitu? Sementara mereka bertiga hanya dilindungi oleh ratusan tentara saja. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka saat ini juga.”Sang Letnan Jenderal terpaku sambil mengawasi pinggiran pantai yang di mana di sana terdapat ribuan mayat berkaparan dan darah ada di mana-mana. Bukan lagi air laut, melainkan air darah yang menghiasi pantai. Sang Letnan Jenderal murka saat tahu kabar bahwa Jenderal Rommy telah mati bersama mayat-mayat di sana. Jadi dia tidak punya pilihan kecual
“Kapal-kapal mereka tidak mungkin tiba di sini nanti pagi,” kata Alexander. “Ketika cuaca normal dan ombak sedang baik, butuh waktu setidaknya sepuluh jam untuk sampai dari pulau Soms/Homs ke Pulau Lambora karena jarak dari sana ke sini sekitar 250 kilometer. Tapi masalahnya saat ini cuaca sedang buruk dan sepertinya akan turun hujan lebat. Paling tidak mereka butuh waktu lima belas sampai dua puluh jam.”Menurut Alexander, mereka bakalan melancarkan serangan dari udara terlebih dahulu sembari menunggu armada laut mereka sampai ke Pulau Lambora. “Kita mesti bersiap menghalau serangan udara mereka. Kemungkinan besar ketika pagi hari nanti pesawat-pesawat mereka bakal mengebom pulau ini.”Tiga perwira tinggi utama di sana pun bertanya pada Alexander tentang bagaimana cara bertahan dari serangan tersebut. Alexander mengatakan bahwa Winland tidak mungkin bisa menghalau semua serangan udara karena mereka kekurangan alutsista seperti senjata anti-pesawat. Artinya mereka cuma bisa berlindun
Pertempuran berakhir tepat pada malam hari. Tidak ada satu pun marinir dan prajurit Northiz yang tersisa. Semuanya telah tewas. Usai memastikan semua musuh telah habis, pasukan Winland mengambil semua senjata dan peralatan tempur milik Northiz yang masih bisa dipakai dan dioperasikan. Mereka memperoleh ribuan senapan sniper, senapan serbu, amunisi, granat dan perbekalan. Hanya saja, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengambil semuanya lantaran dalam hitungan jam pasukan tambahan dari Northiz akan tiba di sini. Maka dari itu, tidak ada waktu tidur dan istirahat bagi mereka malam hari ini hingga pagi nanti. Tepat pada jam 2 pagi, Jenderal Eisenhower telah mengumpulkan semua perwiranya untuk dilakukan perundingan guna mengantisipasi serangan lanjutan dari Northiz. Kini tujuh perwira Naga bersama Alexander telah berada di dalam sebuah barak kecil, mengadakan pembicaraan tentang langkah lanjutan yang bakal mereka ambil. Jenderal Eisenhower terkena luka berat. Ada bekas tiga tembak