Gabriella cukup kesal dan marah sama ayahnya setelah pertemuan menyebalkan antara dirinya dan Tony, sebagai balasannya dia tidak akan pernah lagi bertemu dengan Tony bagaimana pun ceritanya.Sementara Pablo yang sangat mencintai putrinya, tentu merasa bersalah kenapa hal seperti itu bisa terjadi dan parahnya hampir saja membahayakan nyawa putrinya tersebut. Namun, dia tidak bisa pula marah sama Tony karena bagaimana pun dia akan tetap butuh sama Tony.Meski Pablo berulang kali meminta maaf dan Gabriella memang memaafkan, hanya saja kekesalan Gabriella belum juga reda setelah hampir dua puluh empat jam.Kendati begitu, ada penengah yang berupaya mencairkan suasana. Seperti biasa, Winnie akan melakukan jilatan terhadap suaminya selepas dari peristiwa Martin Scott keponakannya si Letnan Dua yang menyayat hati, kini dia ada ide baru untuk kembali merebut hati suaminya. Ide tentang Gavin putra kandungnya yang kira-kira bisa menolong suaminya pun digaungkan kembali, berharap dengan ini nant
“Sebagaimana sudah kubilang sebelumnya bahwa Gavin tidak mungkin bisa mengambil hati Tony demi mewujudkan apa yang Ayah inginkan,” sambung Alexander dingin, sedingin es. “Sebaiknya Ayah pikir-pikir lagi. Apalagi Tony barusan ada masalah dengan adiknya sendiri. Kehadiran Gavin aku kira tidak bakal berguna.”Tiba-tiba Winnie lekas memotong, “Bagaimana kalau putraku berhasil? Apa yang bisa kau lakukan kalau dia berhasil ha?”“Aku tida mau bertaruh.”“Berarti kau takut!” sentak Winnie buru-buru. “Masukan dari mu tidak mungkin kami terima. Sudahlah. Pergilah!” usir Winnie memberengut kesal.Kemudian Alexander melangkahkan kaki menuju kamar tidur selepas dari itu.Tadi, dia membeli kalung berlian Tiffany Empire seharga dua puluh juta dollar untuk dihadiahkan kepada istrinya.Ini adalah barang termahal yang pernah Alexander berikan kepada istrinya semenjak dia mengenalnya. Bahkan maskawin yang dia berikan saja harganya tidak lebih dari lima ribu dollar.Hadiah mahal dan mewah layak diberikan
Semua penonton berduyun-duyun keluar dari gedung teater dengan pikiran yang bermacam-macam soal pertunjukan barusan.Namun, Alexander pun punya pikiran tersendiri. Sophie bukan hanya teman kampus, tapi juga tetangga dekat. Bisa jadi Sophie tahu tentang keberadaan orang tuanya sekarang.Alexander memberanikan diri masuk ke belakang panggung tanpa rasa canggung sedikit pun.“Sophie, apa kabar?” sapa Alexander dengan wajah penuh keakraban.Melihat pria tampan di hadapannya yang tiba-tiba saja menyapanya, Sophie tertegun sambil merapikan rambutnya yang pendek sebatas pundak, secara tentara wanita memang punya rambut demikian.Cukup lama dia memperhatikan wajah Alexander. Dia berkata terbata dan ragu. “Alex? Alex Luther?” Sophie mengangkat alisnya sedikit ke atas dan fokus meneliti wajah Alexander.Alexander mengangguk sekali. “Ya, benar. Aku Alex Luther, tetangga sekaligus teman kampus mu.”Sophie sebenarnya ingin mengganti busananya tapi tidak jadi, lalu melangkah pendek dan masih saja m
Keji, keji sekali.Pemerintah tidak menunaikan janji mereka sebagaimana mestinya.Seharusnya pejuang seperti Sophie mandapatkan bayaran sebagai orang yang telah ikut dalam wajib militer serta juga mendapatkan santunan setelah kepergian semua keluarganya.“Sepeser pun aku tidak menerima uang. Parahnya, pas aku pulang setelah berperang, rumahku kena rampok.”Tragis.Kemarahan di dada Alexander meledak. Dalam hati, dia bersumpah akan mencari para pelaku dan siapa pun yang terlibat dalam masalah ini. Jika Presiden yang bermasalah, dia yang akan turun tangan.Alexander merasa kasihan, lalu meminta nomor rekening atau nomor dompet digital punya Sophie.“Untuk apa, Alex? Lagi pula, aku sudah tidak punya apa pun.”Perih rasanya.Alexander menghela napas panjang kemudian mengeluarkan semua uang yang ada di dompetnya. Mesin ATM cukup jauh di sini.Alexander tidak menghitungnya lagi. “Ambil lah untuk keperluan hidup mu. Jika kurang, kau bisa meminta lagi padaku.” Dia juga memberikan nomor ponsel
“Kita akan lanjutkan obrolan kita nanti, Sophie. Aku harus pergi sekarang juga,” kata Alexander sambil mengambil sesuatu yang terkapar di sana, lalu bergegas pergi menuju lokasi yang baru saja dikirimkan oleh Gabriella.Ketika berada dalam perjalanan, Alexander menepak setir dengan marah. “Kurang ajar! Ini lokasi yang sepi dan menakutkan!”***Lagi dan lagi, Martin berulah. Sengaja dia menyuruh orang untuk mengganggu Gabriella. Entah bagaimana caranya, sekarang Gabriella terdesak dan tidak tahu harus berbuat apa. Yang ada di pikirannya saat itu adalah mengirimkan titik lokasi keberadaan kepada Alexander. Tapi, dia pun tidak sepenuhnya yakin kalau Alexander bakalan datang dan menolongnya.Ada kepasrahan pada dirinya meskipun keinginan untuk selamat itu jelas ada juga.Tiga pria jahat sudah siap akan memperkosanya.Gabriella kesal sama Alexander. Dia sudah beli tiket tapi karena Alexander tidak pulang tepat waktu, terpaksa dia pergi sendirian. Kalau saja tadi mereka pergi berdua, mungki
Gabriella tersentak kaget, lalu bergumam kecil, “Kau pria bertopeng yang tadi tampil di pentas. Kenapa bisa ada di sini?”“Sial!” Gabriella meracau karena kecewa. “Seharusnya yang datang Jenderal Naga Emas, kenapa malah si badut ini? Apa dia bisa membantuku? Atau parahnya, dia malah bagian dari para penjahat.”Harapan Gabriella adalah dia diselamatkan oleh pahlawan pujaannya yang sudah dua kali menyelamatkannya. Tapi, kenapa malah dia yang datang? Menyebalkan!Fred, ketua geng tengik ini, menyeringai. “Kurang ajar! Siapa kau ha? Apa kau mau sok jadi pahlawan di sini?”Si topeng badut memasukkan kedua tangannya ke saku celana, memberikan gimmick bahwa sebenarnya dia tidak mau mengotori tangannya hanya untuk berhadapan dengan tiga berandalan lemah seperti mereka.“Aku berikan penawaran kepada kalian. Ambil sepuluh dollar ini lalu pergilah!” tawarnya masih ramah dan kalem.“Hahahaha.”Fred dan satu rekannya tertawa besar.“Kau gila! Apa kau menilai harga wanita ini hanya sepuluh dollar s
Mengagumkan, si topeng badut membalik badan dan melakukan gerakan hebat : Spinning back kick!Belum sempat pria tadi menghantamkan besi tumpul ke kepala, si topeng badut terlebih dahulu menghadiahi satu terjangan yang sangat menyakitkan sehingga pria itu terpelanting sejauh tujuh meter dan badannya membentur pintu.Gedubrak!Besi yang tadi jadi saksi bisu, terpental entah ke mana.“HAHAHAHA.”Si topeng badut tertawa seperti Joker yang menderita skizofrenia.Kelucuan dan ketangguhan itu menjadi ambigu besar di mata Fred dan satu anak buahnya.Ketika tadi mereka menyaksikan betapa gilanya si topeng badut, kini mereka dipaksa mengakui bahwa ada kekuatan hebat di balik keabsurdan itu.Fred menelan ludahnya yang pahit, lalu meminta saran pada anak buahnya. “Apa yang harus kita lakukan? Apa seperti yang tadi kau katakan? Kita harus menghabisinya?”Si pria berjaket kulit menggigil ketakutan. Keringat dingin pun menyembul di jidat dan tengkuknya. Tidak pernah dalam hidupnya dia melihat ada or
Gabriella senyum dan tersandar, bernapas lega.Kemudian si topeng badut menggebuki tiga berandalan tadi secara bergantian dan terakhir menumpuknya jadi satu.Membingungkan, kenapa tiba-tiba saja si topeng badut malah duduk santai sambil memainkan ponselnya?Lebih dari seperempat jam hening ketika itu dan Gabriella tidak bisa menahan untuk tidak bicara. “Tuan, kenapa kita tidak segera pulang saja? Hari sudah malam.”“Salah sendiri. Jika kita punya orang tua, kita harus minta izin dahulu, dan kalau punya suami, jelas harus memberi kabar juga,” singgung pria itu dengan sangat dingin, lebih dingin dari pada es.Gabriella termenung, mengakui kesalahannya. Semuanya tidak mungkin terjadi kalau saja dia bilang kepada suami dan ayahnya.Namun, untunglah dia diselamatkan oleh pahlawan bertopeng badut, meskipun juga tidak sesuai ekspektasinya yang mana dia berharap yang datang adalah Jenderal Naga Emas.“Eh, Tuan. Bisakah kau buka topeng mu? Jujur, aku penasaran seperti apa wajah mu. Yang menghe
Tidak cuma Jenderal Eisenhower, tapi enam perwira lainnya beserta orang-orang di sana pun sepakat untuk menjadikan Alexander sebagai perwira tinggi militer. Mereka menginginkan supaya Alexander diangkat menjadi seorang yang memiliki pangkat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Alexander langsung diangkat menjadi Jenderal setara dengan Jenderal Eisenhower. Alexander sempat melakukan penolakan. “Pangkat tersebut terlalu tinggi.”Namun, Jenderal Eisenhower tetap memaksa agar Alexander mau menerimanya. “Kau pantas menjadi Jenderal, Alex. Kau sudah selayaknya menjadi pimpinan tinggi sama seperti kami. Kau tidak perlu menolak karena kami menyetujuinya.”Alexander mengawasi satu per satu orang-orang di sana. “Aku masih sangat baru di militer. Perlu waktu dan pengalaman yang banyak untuk menjadi seorang Jenderal.”Berkaca dari apa yang telah terjadi dan mengingat betapa pentingnya peran Alexander, para perwira naga tidak salah dalam mengambil keputusan. Menjadikan Alexander sebagai Jender
Sore harinya, ketika matahari mulai tenggelam, semua pasukan telah bersiap berangkat dari Pulau Lambora menuju Pulau Homs. Pulau Homs jauh lebih kecil jika dibandingkan Pulau Lambora sehingga Winland tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari keberadaan pasukan Northiz di sana, terlebih pasukan Northiz di sana tak lebih dari seribu orang saja, dikarenakan lima puluh ribu orang telah mati pada peperangan sebelumnya. Alhasil, kemungkinan besar Winland akan berhasil menaklukkan Pulau Homs dengan cukup mudah. Lebih dari seratus kilometer menempuh perjalanan laut, Alexander menyarankan pada Laksamana Limitz untuk menghentikan perjalanan, dan juga meminta izin pada Marsekal Bernard segera memberikan instruksi agar pasukan udara segera bersiap-siap. “Biarkan pesawat kita terbang dan dideteksi oleh Northiz. Penyamaran kita hanya sebatas itu saja. Mereka pasti akan membiarkan pesawat kita ke sana, pada saat itulah kita hancurkan apa saja yang terlihat.”Penyamaran kali ini berbeda dengan pe
Setelah meminta izin kepada lima gurunya, tepat pada tengah malam, Alexander kembali melanjutkan perjalanan menuju Dragon Room. Tugasnya belum selesai. Pertempuran di Pulau Lambora cuma pembuka. Saat ini dia punya misi yang jauh lebih sulit, yakni merebut kembali lima pulau kecil yang saat ini diduduki oleh militer Northiz, yaitu Homs, Brown, Galls, Nice, dan March. Jalannya perang kali ini tak ubahnya seperti pasukan tentara AS yang ingin kembali merebut sejumlah pulau di pasifik yang telah dikuasai oleh Jepang pada Perang Dunia 2. Operasi pengembalian lima pulau ini terbilang sangat sulit sebab kini mereka cuma menyisakan sekitar dua ribu lima ratus orang saja. Alexander tiba di sana menjelang pagi hari, saat semua pasukan sedang sibuk dengan berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Jenderal Eisenhower, seperti mengubur mayat-mayat korban perang baik itu dari pihak Winland maupun Northiz, mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang yang masih bisa digunakan, dan mencari mak
Pada saat matahari akan terbenam, Alexander minta izin kepada tujuh perwira naga untuk pergi sebentar. Mereka cukup bingung dan ingin tahu tapi Alexander merahasiakan kepergian.“Besok pagi kita berkumpul lagi di Dragon Room.”Kemudian Alexander pun bergegas pergi dengan menggunakan sepeda motor, kendaraan milik Northiz yang masih berfungsi dan punya bahan bakar. Sekitar jam sepuluh malam dia tiba di goa tempat persembunyian lima gurunya. Dia sangat khawatir tentang keselamatan lima orang itu karena bisa saja menjadi korban salah sasaran perang. Tapi untunglah jarak yang jauh dari pusat pertempuran membuat mereka bisa selamat. Bahkan tidak ada bekas ledakan sama sekali di sini. Mereka tidak keluar goa sama sekali pada saat perang berkecamuk selama beberapa waktu belakangan dan berharap tidak ada satu pun militer Winland maupun Northiz yang menemukan lokasi ini. Begitu melihat kehadiran Alexander yang sudah mengenakan seragam tentara, mereka kaget. Mike mengernyitkan alis dan berta
“Kita beristirahat sekarang,” kata Alexander. “Biarkan sebagian kecil pasukan yang tadi sore sempat istirahat untuk berjaga malam hari ini. Aku yakin kalau pasukan Northiz yang sedang bersembunyi di hutan juga sedang beristirahat.”Sesuai dari masukan Alexander tersebut, akhirnya tujuh perwira naga dan lebih dari dua ribu orang diberikan waktu untuk beristirahat.Tujuh perwira naga pun bubar dari perundingan itu lalu mengambil posisi masing-masing untuk segera tidur. Sementara Alexander, pada saat dia sudah membaringkan badan, dia belum bisa langsung tidur. Dia berpikir saat memejamkan mata atau dalam keadaan terjaga. Dia masih memikirkan tentang strategi dan siasat yang akan mereka ambil esok hari. Saat ini jumlah mereka hanya tinggal sekitar dua ribu enam ratus orang. Mereka beruntung dapat bertahan dari total seratus lima puluh ribu pasukan Northiz berikut dengan semua peralatan tempurnya. Semua rencana yang dijalankan nyaris sempurna. Hanya saja, perjuangan Winland tidak mungki
Satu tembakan pertama!Dikarenakan pakaian marinir berbeda dari pakaian seragam prajurit biasa, militer Winland yang sedang menyamar tidak kesusahan untuk membunuh mereka satu per satu. Para marinir yang tidak dalam posisi siap pun gelabakan saat menerima serangan mendadak dari teman mereka sendiri.Sebelum para marinir dan prajurit Northiz bersiap, militer Winland cepat membunuh mereka satu per satu. Mereka tidak butuh banyak waktu sebab jumlah mereka sangat sedikit. Dua ribu banding dua puluh ribu. Itu artinya masing-masing mereka mesti membunuh sepuluh orang musuh.Pasukan Northiz yang belum siap tempur hanya bisa pasrah saat dada dan kepala mereka ditembaik oleh orang yang berseragam militer seperti halnya mereka. Akhirnya mereka pun sadar bahwa dua ribu orang yang katanya selamat itu ternyata bukanlah rekan mereka, melainkan musuh yang sedang menyamar.“Ayo serbu mereka!” seru Letnan Joseph. Ada dua senapan laras panjang yang ada di tangannya. “Jangan biarkan mereka keburu mengam
Ajudan dari Letnan Jenderal itu mengawasi Kolonel Walter Rauf dengan wajah yang penasaran. Sebagai orang yang selalu berada di samping atasan, dia selalu fokus dan berhati-hati bahkan terhadap rekan sekali pun.Namun, salah satu perwira naga tersebut tidak mau kedoknya ketahuan. Maka dari itu Kolonel Walter berkata dengan percaya diri. “Target kita sesuai dari arahan Jenderal Rommy adalah membawa tiga perwira tinggi Winland hidup-hidup. Atau jika mereka mati, kita tetap harus membawa mayat-mayat mereka. Bukankah begitu? Sementara mereka bertiga hanya dilindungi oleh ratusan tentara saja. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka saat ini juga.”Sang Letnan Jenderal terpaku sambil mengawasi pinggiran pantai yang di mana di sana terdapat ribuan mayat berkaparan dan darah ada di mana-mana. Bukan lagi air laut, melainkan air darah yang menghiasi pantai. Sang Letnan Jenderal murka saat tahu kabar bahwa Jenderal Rommy telah mati bersama mayat-mayat di sana. Jadi dia tidak punya pilihan kecual
“Kapal-kapal mereka tidak mungkin tiba di sini nanti pagi,” kata Alexander. “Ketika cuaca normal dan ombak sedang baik, butuh waktu setidaknya sepuluh jam untuk sampai dari pulau Soms/Homs ke Pulau Lambora karena jarak dari sana ke sini sekitar 250 kilometer. Tapi masalahnya saat ini cuaca sedang buruk dan sepertinya akan turun hujan lebat. Paling tidak mereka butuh waktu lima belas sampai dua puluh jam.”Menurut Alexander, mereka bakalan melancarkan serangan dari udara terlebih dahulu sembari menunggu armada laut mereka sampai ke Pulau Lambora. “Kita mesti bersiap menghalau serangan udara mereka. Kemungkinan besar ketika pagi hari nanti pesawat-pesawat mereka bakal mengebom pulau ini.”Tiga perwira tinggi utama di sana pun bertanya pada Alexander tentang bagaimana cara bertahan dari serangan tersebut. Alexander mengatakan bahwa Winland tidak mungkin bisa menghalau semua serangan udara karena mereka kekurangan alutsista seperti senjata anti-pesawat. Artinya mereka cuma bisa berlindun
Pertempuran berakhir tepat pada malam hari. Tidak ada satu pun marinir dan prajurit Northiz yang tersisa. Semuanya telah tewas. Usai memastikan semua musuh telah habis, pasukan Winland mengambil semua senjata dan peralatan tempur milik Northiz yang masih bisa dipakai dan dioperasikan. Mereka memperoleh ribuan senapan sniper, senapan serbu, amunisi, granat dan perbekalan. Hanya saja, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengambil semuanya lantaran dalam hitungan jam pasukan tambahan dari Northiz akan tiba di sini. Maka dari itu, tidak ada waktu tidur dan istirahat bagi mereka malam hari ini hingga pagi nanti. Tepat pada jam 2 pagi, Jenderal Eisenhower telah mengumpulkan semua perwiranya untuk dilakukan perundingan guna mengantisipasi serangan lanjutan dari Northiz. Kini tujuh perwira Naga bersama Alexander telah berada di dalam sebuah barak kecil, mengadakan pembicaraan tentang langkah lanjutan yang bakal mereka ambil. Jenderal Eisenhower terkena luka berat. Ada bekas tiga tembak