Tidak lain tidak bukan. Dia adalah Jenderal Naga Emas! Kala ini Alexander tidak mengenakan seragam tentara, tapi hanya mengenakan kemeja putih seperti orang kantoran. Begitu pula Farrell, tidak berseragam seperti biasa. Lucunya, tiga preman yang sudah lapar, haus, dan mulutnya masam karena belum merokok itu, tidak tahu perkembangan berita, sehingga mereka tidak mengenal sosok Jenderal Naga Emas. Si tato tengkorak terkekeh dan mencebik. “Topeng mu boleh juga! Beli di mana? Heheh. Mirip topeng anakku yang masih SD di rumah. Kerena juga. Hehe.” Si pirang dan si botak ngakak sampai basah bola matanya. Si pirang memandangi Alexander dengan mata sebelah yang menyipit. Dia terkikik dua detik sebelum mencibir. “Astaga! Apa wajah mu habis kena siram air keras sehingga wajah mu hancur? Lalu pakai topeng naga untuk menutupi wajah jelek mu? Hahaha.” Si botak menggosok-gosok kedua tangannya sambil menjulurkan lidah dan menjilati bibirnya sendiri. Dia sontak mencemooh. “Kau seperti sosok supe
Tiga preman itu tidak punya smartphone, tidak pernah mengisi kuota internet, asing dengan televisi, dan sangat gagu dengan kemajuan teknologi. Bagi mereka, premanisme lebih berarti dari pada digitalisasi. Implikasinya adalah mereka jadi orang-orang tolol zaman purba yang hidup di era serba kemajuan. Salah satu dampak kebobrokan mereka adalah parahnya, mereka sampai tidak tahu berita tentang Jenderal Naga Emas. Jadi apa keseharian mereka dan apa yang tersimpan di dalam batok kepala mereka kalau sudah begitu? Boy memiringkan kepala sambil tersenyum sebelah. Senyuman jahat dari bibir yang busuk karena jarang gosok gigi. “Cepat berikan tiga puluh dollar! Kami mau beli makan, minum, sama rokok! Cepat! Rokok kami habis ini!” bentaknya sambil menghembuskan asap, lalu membumbung di langit rendah di atas kepalanya. Setelah dari tadi mendengarkan sumpah serapah tak berarti dari tiga orang itu, akhirnya Alexander baru buka suara. “Aku bahkan bisa kasih kalian tiga ribu dollar. Aku punya ban
Boy dan si pirang terperanjat, mata mereka tergelohok lebar dan nyaris meloncat dari tempatnya. “Ap-apa?” mulut Boy menganga. Si pirang syok. “Ha? Roy? Kenapa bisa kau terkunci seperti itu? Padahal kau belum mendapatkan pukulan apa pun darinya?” Boy teringat dengan satu nama : Mike Ali! Sebagai preman sejati, dia mengagumi sosok Mike Ali yang merupakan kepala mafia. Cukup sering Boy menawarkan diri untuk masuk ke dalam Mafia Black Horns tapi selalu gagal. Boy memang pecundang dan tidak layak menjadi anak buah Mike Ali, meskipun Boy disuruh jadi tukang kebun sekali pun. Boy terlalu menyedihkan. Boy ingin belajar bela diri dari Mike Ali secara langsung. Salah satu teknik yang ingin dia pelajari dari Mike Ali adalah menjatuhkan lawan dengan satu sepakan lalu memiting lehernya dari belakang. ‘Teknik yang dipakai si badut sama persi seperti yang biasa dipakai oleh Mike Ali’, batin Boy termangu. Napas Boy langsung satu-satu. “Hentikan! Jangan bunuh anak buahku!” teriaknya pada Farre
Bryan berjalan agak terburu-buru sambil memegangi kacamata yang menempel di wajahnya. Segera dia berkata, “Tuan Jenderal, terima kasih sudah menolongku.” Sesuai tadi apa prediksinya, benar bahwa tiga preman tadi bakalan keok. “Tidak usah mengucapkan terima kasih, Bryan. Justru kami berdua yang agak merasa bersalah karena sedikit telat,” balas Alexander sambil tersenyum hangat. Bryan melihat jam di tangannya. Tidak telat. Jenderal Naga Emas tidak telat datang. “Kalau saja Tuan tidak ada, bisa jadi mereka tadi memukuli aku.” Setelah itu, mereka pun duduk di salah satu meja yang ada di cafe tersebut. Alexander dan Farrell memesan kopi. Sebelumnya Alexander sudah mengantongi sejumlah informasi mengenai sosok Bryan. Sekarang dia memandangi wajah dan apa pun yang menempel pada Bryan. Jika Tony merupakan sosok Alpha sejati yang bisa tampak seperti macan mengerikan, maka sebaliknya, Bryan tampak seperti kucing anggora dewasa yang telah melewati banyak ujian hidup. Meski dua kakak berad
Bryan tahunya ayahnya telah hilang dan mati. Itulah berita yang memang sudah beredar. Tapi, Bryan tidak tahu bahwa sebenarnya ayahnya masih hidup. Alexander mendapat pesan dan amanah dari Warren dan empat gurunya yang lain untuk merahasiakan keberadaan mereka sampai pada akhirnya lima misi tersebut selesai dan para pelaku berhasil ditangkap. Pasalnya, membongkar keberadaan orang yang hilang dianggap akan memperkeruh keadaan dan justru mempersulit problem yang sedang diatasi. Langkah tersebut sudah bijak terlebih sekarang Alexander sudah punya power untuk menjalankan semuanya seorang diri. Jadi wajar kalau Alexander masih menutupi rahasia besar bahwasanya Warren Rockefeller, orang tua kandung dari kakak beradik Tony dan Bryan, ternyata masih hidup. Suatu saat, mereka pasti akan bertemu. Sekarang fokus Alexander adalah menyelesaikan misi pertama dan berupaya mencari tahu siapa otak pelaku yang ingin merebut WR-Oil dan juga yang telah melakukan penculikan terhadap Warren Rockefeller
Bryan mengakui bahwa dirinya terlampau lemah jika berhadapan dengan Tony dalam situasi apa pun kalau terkait masalah fisik dan mental. Kendati begitu, itu dulu, sekarang dia sudah mengumpulkan segenap keberanian untuk melawan dan menentang kejahatan kakak kandungnya sendiri. Orang yang memberikan pencerahan terhadap dirinya bukan sembarang orang. Dia adalah Jenderal Naga Emas, sang pahlawan yang begitu diagungkan seluruh masyarakat negeri. “Kenapa Tuan Jenderal begitu perhatian terhadap bisnis ayahku dan juga diriku?” Bryan mengernyitkan alisnya. Nada bicaranya jelas menyimpan rasa penasaran. Hanya saja, tidak mungkin Alexander memaparkannya panjang lebar kepada Bryan, terutama tentang kondisi dan keberadaan Warren sekarang. Dia tersenyum hambar lalu menjawab ringan, “Kami mendengar kabar bahwa ada oknum militer yang ada keterkaitannya dengan urusan bisnis dan Keluarga Warren Rockefeller. Katanya, oknum tersebut terlibat dalam hal yang terkait dengan pelepasan saham mayoritas WR-Oi
Meski Bryan tidak pernah terjun langsung mengelola bisnis keluarga, bukan berarti dia tidak mengerti apa pun soal bisnis dan uang, bahkan pengetahuannya tentang bisnis dan minyak jauh lebih baik dari pada Tony. Hanya saja, dia tidak pernah diberikan kesempatan oleh Tony untuk maju. Ketika ayah mereka masih ada, Tony sering mengeluarkan hasutan pada ayah dan ibunya agar kiranya Bryan tidak diberikan ruang untuk masuk ke tubuh perusahaan karena dianggap akan percuma. Memang, Bryan sewaktu kecil punya kelainan pada otak sehingga mempengaruhi kecakapan verbalnya. Bryan lambat bicara dan ketika bicara, kadang suka tidak jelas baik pelafazannya maupun arah bicaranya. Dia sempat didiagnosa menderita autisme pada saat masih SD, tapi sebisa mungkin Warren menyembuhkannya dan menutupi hal itu demi menjaga nama baik keluarga. Kendati begitu, Bryan sejatinya adalah pria cerdas dan bahkan jenius, terbukti lewat beragam prestasi di sekolah dan kampus. Terbersit pertanyaan kenapa sekarang di saat
Selepas dari obrolan tersebut, Alexander pun pergi bersama Farrell kemudian bekerja seperti biasanya di markas militer. Malam harinya, Alexander pun pulang juga seperti biasanya, diturunkan sekitar seratus meter dari rumah mertuanya. Begitu Alexander telah sampai di depan pintu rumah, secara tak sengaja dia mendengarkan percakapan Pablo dengan seseorang melalui telepon, jadi karena itu dia mesti terpancang dan urung memencet bel. Dia memusatkan pendengarannya pada suara yang ada di dalam, lebih tepatnya di ruang tamu. “Tuan Muda Tony Rockefeller, ayolah! Waktu yang sudah aku habiskan sudah lebih dari tiga tahun. Kapan lagi bisnisku akan berjalan kalau sampai saat ini belum juga ada kejelasan.” Suara Pablo menggema sampai terdengar ke luar. Sebagaimana tentara, dia memang tidak bisa bicara pelan dalam situasi apa pun. Alexander tidak perlu menempelkan telinganya di pintu untuk lebih nyaman dalam mendengarkan percakapan yang sebenarnya dia butuhkan sekarang. Sejatinya, dia bukan tip
Tidak cuma Jenderal Eisenhower, tapi enam perwira lainnya beserta orang-orang di sana pun sepakat untuk menjadikan Alexander sebagai perwira tinggi militer. Mereka menginginkan supaya Alexander diangkat menjadi seorang yang memiliki pangkat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Alexander langsung diangkat menjadi Jenderal setara dengan Jenderal Eisenhower. Alexander sempat melakukan penolakan. “Pangkat tersebut terlalu tinggi.”Namun, Jenderal Eisenhower tetap memaksa agar Alexander mau menerimanya. “Kau pantas menjadi Jenderal, Alex. Kau sudah selayaknya menjadi pimpinan tinggi sama seperti kami. Kau tidak perlu menolak karena kami menyetujuinya.”Alexander mengawasi satu per satu orang-orang di sana. “Aku masih sangat baru di militer. Perlu waktu dan pengalaman yang banyak untuk menjadi seorang Jenderal.”Berkaca dari apa yang telah terjadi dan mengingat betapa pentingnya peran Alexander, para perwira naga tidak salah dalam mengambil keputusan. Menjadikan Alexander sebagai Jender
Sore harinya, ketika matahari mulai tenggelam, semua pasukan telah bersiap berangkat dari Pulau Lambora menuju Pulau Homs. Pulau Homs jauh lebih kecil jika dibandingkan Pulau Lambora sehingga Winland tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari keberadaan pasukan Northiz di sana, terlebih pasukan Northiz di sana tak lebih dari seribu orang saja, dikarenakan lima puluh ribu orang telah mati pada peperangan sebelumnya. Alhasil, kemungkinan besar Winland akan berhasil menaklukkan Pulau Homs dengan cukup mudah. Lebih dari seratus kilometer menempuh perjalanan laut, Alexander menyarankan pada Laksamana Limitz untuk menghentikan perjalanan, dan juga meminta izin pada Marsekal Bernard segera memberikan instruksi agar pasukan udara segera bersiap-siap. “Biarkan pesawat kita terbang dan dideteksi oleh Northiz. Penyamaran kita hanya sebatas itu saja. Mereka pasti akan membiarkan pesawat kita ke sana, pada saat itulah kita hancurkan apa saja yang terlihat.”Penyamaran kali ini berbeda dengan pe
Setelah meminta izin kepada lima gurunya, tepat pada tengah malam, Alexander kembali melanjutkan perjalanan menuju Dragon Room. Tugasnya belum selesai. Pertempuran di Pulau Lambora cuma pembuka. Saat ini dia punya misi yang jauh lebih sulit, yakni merebut kembali lima pulau kecil yang saat ini diduduki oleh militer Northiz, yaitu Homs, Brown, Galls, Nice, dan March. Jalannya perang kali ini tak ubahnya seperti pasukan tentara AS yang ingin kembali merebut sejumlah pulau di pasifik yang telah dikuasai oleh Jepang pada Perang Dunia 2. Operasi pengembalian lima pulau ini terbilang sangat sulit sebab kini mereka cuma menyisakan sekitar dua ribu lima ratus orang saja. Alexander tiba di sana menjelang pagi hari, saat semua pasukan sedang sibuk dengan berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Jenderal Eisenhower, seperti mengubur mayat-mayat korban perang baik itu dari pihak Winland maupun Northiz, mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang yang masih bisa digunakan, dan mencari mak
Pada saat matahari akan terbenam, Alexander minta izin kepada tujuh perwira naga untuk pergi sebentar. Mereka cukup bingung dan ingin tahu tapi Alexander merahasiakan kepergian.“Besok pagi kita berkumpul lagi di Dragon Room.”Kemudian Alexander pun bergegas pergi dengan menggunakan sepeda motor, kendaraan milik Northiz yang masih berfungsi dan punya bahan bakar. Sekitar jam sepuluh malam dia tiba di goa tempat persembunyian lima gurunya. Dia sangat khawatir tentang keselamatan lima orang itu karena bisa saja menjadi korban salah sasaran perang. Tapi untunglah jarak yang jauh dari pusat pertempuran membuat mereka bisa selamat. Bahkan tidak ada bekas ledakan sama sekali di sini. Mereka tidak keluar goa sama sekali pada saat perang berkecamuk selama beberapa waktu belakangan dan berharap tidak ada satu pun militer Winland maupun Northiz yang menemukan lokasi ini. Begitu melihat kehadiran Alexander yang sudah mengenakan seragam tentara, mereka kaget. Mike mengernyitkan alis dan berta
“Kita beristirahat sekarang,” kata Alexander. “Biarkan sebagian kecil pasukan yang tadi sore sempat istirahat untuk berjaga malam hari ini. Aku yakin kalau pasukan Northiz yang sedang bersembunyi di hutan juga sedang beristirahat.”Sesuai dari masukan Alexander tersebut, akhirnya tujuh perwira naga dan lebih dari dua ribu orang diberikan waktu untuk beristirahat.Tujuh perwira naga pun bubar dari perundingan itu lalu mengambil posisi masing-masing untuk segera tidur. Sementara Alexander, pada saat dia sudah membaringkan badan, dia belum bisa langsung tidur. Dia berpikir saat memejamkan mata atau dalam keadaan terjaga. Dia masih memikirkan tentang strategi dan siasat yang akan mereka ambil esok hari. Saat ini jumlah mereka hanya tinggal sekitar dua ribu enam ratus orang. Mereka beruntung dapat bertahan dari total seratus lima puluh ribu pasukan Northiz berikut dengan semua peralatan tempurnya. Semua rencana yang dijalankan nyaris sempurna. Hanya saja, perjuangan Winland tidak mungki
Satu tembakan pertama!Dikarenakan pakaian marinir berbeda dari pakaian seragam prajurit biasa, militer Winland yang sedang menyamar tidak kesusahan untuk membunuh mereka satu per satu. Para marinir yang tidak dalam posisi siap pun gelabakan saat menerima serangan mendadak dari teman mereka sendiri.Sebelum para marinir dan prajurit Northiz bersiap, militer Winland cepat membunuh mereka satu per satu. Mereka tidak butuh banyak waktu sebab jumlah mereka sangat sedikit. Dua ribu banding dua puluh ribu. Itu artinya masing-masing mereka mesti membunuh sepuluh orang musuh.Pasukan Northiz yang belum siap tempur hanya bisa pasrah saat dada dan kepala mereka ditembaik oleh orang yang berseragam militer seperti halnya mereka. Akhirnya mereka pun sadar bahwa dua ribu orang yang katanya selamat itu ternyata bukanlah rekan mereka, melainkan musuh yang sedang menyamar.“Ayo serbu mereka!” seru Letnan Joseph. Ada dua senapan laras panjang yang ada di tangannya. “Jangan biarkan mereka keburu mengam
Ajudan dari Letnan Jenderal itu mengawasi Kolonel Walter Rauf dengan wajah yang penasaran. Sebagai orang yang selalu berada di samping atasan, dia selalu fokus dan berhati-hati bahkan terhadap rekan sekali pun.Namun, salah satu perwira naga tersebut tidak mau kedoknya ketahuan. Maka dari itu Kolonel Walter berkata dengan percaya diri. “Target kita sesuai dari arahan Jenderal Rommy adalah membawa tiga perwira tinggi Winland hidup-hidup. Atau jika mereka mati, kita tetap harus membawa mayat-mayat mereka. Bukankah begitu? Sementara mereka bertiga hanya dilindungi oleh ratusan tentara saja. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka saat ini juga.”Sang Letnan Jenderal terpaku sambil mengawasi pinggiran pantai yang di mana di sana terdapat ribuan mayat berkaparan dan darah ada di mana-mana. Bukan lagi air laut, melainkan air darah yang menghiasi pantai. Sang Letnan Jenderal murka saat tahu kabar bahwa Jenderal Rommy telah mati bersama mayat-mayat di sana. Jadi dia tidak punya pilihan kecual
“Kapal-kapal mereka tidak mungkin tiba di sini nanti pagi,” kata Alexander. “Ketika cuaca normal dan ombak sedang baik, butuh waktu setidaknya sepuluh jam untuk sampai dari pulau Soms/Homs ke Pulau Lambora karena jarak dari sana ke sini sekitar 250 kilometer. Tapi masalahnya saat ini cuaca sedang buruk dan sepertinya akan turun hujan lebat. Paling tidak mereka butuh waktu lima belas sampai dua puluh jam.”Menurut Alexander, mereka bakalan melancarkan serangan dari udara terlebih dahulu sembari menunggu armada laut mereka sampai ke Pulau Lambora. “Kita mesti bersiap menghalau serangan udara mereka. Kemungkinan besar ketika pagi hari nanti pesawat-pesawat mereka bakal mengebom pulau ini.”Tiga perwira tinggi utama di sana pun bertanya pada Alexander tentang bagaimana cara bertahan dari serangan tersebut. Alexander mengatakan bahwa Winland tidak mungkin bisa menghalau semua serangan udara karena mereka kekurangan alutsista seperti senjata anti-pesawat. Artinya mereka cuma bisa berlindun
Pertempuran berakhir tepat pada malam hari. Tidak ada satu pun marinir dan prajurit Northiz yang tersisa. Semuanya telah tewas. Usai memastikan semua musuh telah habis, pasukan Winland mengambil semua senjata dan peralatan tempur milik Northiz yang masih bisa dipakai dan dioperasikan. Mereka memperoleh ribuan senapan sniper, senapan serbu, amunisi, granat dan perbekalan. Hanya saja, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengambil semuanya lantaran dalam hitungan jam pasukan tambahan dari Northiz akan tiba di sini. Maka dari itu, tidak ada waktu tidur dan istirahat bagi mereka malam hari ini hingga pagi nanti. Tepat pada jam 2 pagi, Jenderal Eisenhower telah mengumpulkan semua perwiranya untuk dilakukan perundingan guna mengantisipasi serangan lanjutan dari Northiz. Kini tujuh perwira Naga bersama Alexander telah berada di dalam sebuah barak kecil, mengadakan pembicaraan tentang langkah lanjutan yang bakal mereka ambil. Jenderal Eisenhower terkena luka berat. Ada bekas tiga tembak