Alexander melanjutkan kalimatnya dengan cukup sengit. “Boleh jadi benar bahwa pihak pemerintah dan militer berada di belakang kasus hilangnya Tuan Warren Rockefeller. Karena penguasa licik dan picik, mereka bisa menutupi keburukan mereka dengan beragam cara.” Alexander mengutarakannya sebab dia tiba-tiba teringat dengan gurunya tersebut. Dia tak sampai hati kenapa ada orang yang begitu tega berbuat keji, menculik dan membuangnya, dan sangat beruntung beliau tidak disiksa dan dihabisi. “Warren berhasil memonopoli bisnis minyak dan tidak memberikan kesempatan pada pengusaha dan bahkan pada negara sekali pun. Dia rakus dan tidak peduli.” Somers lebih blak-blakan lagi. Alexander langsung membalik badan, tidak terima gurunya dihujat seperti itu. “Tuan Warren tidak rakus sama sekali dan dia punya kepedulian yang besar. Jika setelah memonopoli dan mengeruk untung banyak dengan berbuat curang terhadap lawan bisnis nya, bisa jadi itu dapat diterima. Tapi, beliau tidak bermain kotor, tidak me
“Sore ini aku akan mengatakan siapa orangnya pada Kakek.” “Kenapa tidak sekarang?” “Saat ini Kakek butuh pengobatan dariku terlebih dahulu. Biarkan obatnya bekerja. Jika Kakek tidak bisa mengontrol diri, pengobatannya akan sia-sia.” Somers mengatur napasnya sebelum berkata, “Baiklah. Baiklah.” Meski begitu, Somers tetap belum bisa tenang, dia malah mengeluh. “Aku menyesal sudah menjadikan Pablo sebagai menantuku. Sangat menyesal. Aku kira dia bisa menjaga Sarah dengan baik. Ternyata, dia lemah, dan bodoh. Sekarang aku khawatir dia bisa menjaga Gabriella atau tidak. Aku khawatir sama cucu kesayanganku.” “Sebaiknya Kakek tidak usah mengeluh, jangan menyesali sesuatu yang telah terjadi, dan jangan pula mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi.” Tiga puluh menit mengeluh bisa merusak otak yang tidak hanya bagi pembicara, melainkan juga bagi pendengar. Begitulah riset mengungkapkan. “Berdamailah dengan masa lalu dan percayalah dengan masa depan selalu baik,” tutur Alexander
Teknik tersebut akan sangat berguna jika sering dilakukan secara rutin. Seseorang bisa mengendalikan emosi dan ketenangan meski dalam situasi yang sulit dan mencekam sekali pun. Somers duduk dengan tenang di pinggiran sambil menikmati sesuatu yang berbeda darinya saat ini. “Alex, seharusnya aku melakukan ini sejak dulu. Sangat simpel tapi efek yang aku rasakan sungguh luar biasa.”“Kita akan mengulanginya beberapa kali. Semoga ke depannya Kakek lebih baik dari ini.”Alexander tahu seandainya kalau dia membahas kematian Sarah dan apalagi bilang bahwa Sarah mati diracuni, Somers pasti emosi parah dan bisa jadi membunuh pelaku tersebut. Oleh karena itu, sebelum hal itu terjadi, Somers harus bisa menguasai diri agar amarahnya tidak meledak sehingga tidak mengganggu kesehatannya. Alexander merasa sebenarnya hal ini tidaklah cukup. Lagi pula butuh waktu panjang untuk melewati setiap proses karena Somers bukanlah penjahat kemarin sore. Butuh proses panjang untuk bisa mengubah Somers menja
Somers belum bisa melepaskan ekspresi kegembiraan di wajahnya. “Aku tidak menyangka kau punya pemikiran sebrilian ini. Alex, kau seperti penolong yang turun dari langit.”Alexander tidak suka pujian dan sanjungan yang terlalu berlebihan. Dia menggeleng dan berkata, “Kakek tidak perlu bicara seperti itu. Aku cuma manusia biasa sama seperti kita semua. Anggap saja ini adalah pertolongan dari Tuhan untuk Kakek. Bersyukurlah.”Somers mengangguk senang. “Baiklah. Baiklah. Tentu aku pasti bersyukur pada Tuhan. Dan pasti berterima kasih pada mu.”Seharusnya sedari dulu Somers melakukannya sehingga dia mungkin tidak tersiksa seperti yang dia rasakan. Beruntung, dia dipertemukan dengan orang yang tepat dan peduli padanya. “Aku tidak tahu kau belajar dari mana, tapi yang pasti kau sangat berarti di mataku, Alex. Kau memang layak jadi cucu menantu ku. Belum sembuh saja aku sudah senang minta ampun, bagaimana nanti kalau aku bisa sembuh?”Alexander cuma bisa tersenyum tipis dan nyaris tertawa.
Malam harinya Alexander memberikan ramuan obat lagi dan pijatan pada Somers. Namun, Alexander tidak mungkin setiap hari dan sepanjang waktu mengurusi Somers sebab dia punya kesibukan lain. Untuk itu dia sudah membuat ramuan obat sebanyak satu cerek penuh untuk persediaan selama tiga hari ke depan. Jadi Somers bisa mengkonsumsinya sendiri pada waktu-waktu tertentu. Somers merasa beruntung telah melewati hari pertama proses penyembuhan dengan baik dan lancar. Apa yang diberikan oleh Alexander jauh lebih cukup dari pada pelayanan dari dokter terbaik di negeri ini. *** Keesokan paginya. Sesuai dari arahan Somers, maka Alexander berangkat ke kediaman Pablo Callister. Begitu telah sampai di sana, dia disambut oleh istrinya dengan ekspresi yang tidak antusias sama sekali. Gabriella merupakan orang yang paling menginginkan perpisahan sementara ini, tapi karena mendapat desakan dari sang kakek agar menyuruh Alexander kembali ke rumah, Gabriella hanya bisa pasrah. “Masuklah,” ucapn
Alex menaikkan kedua alisnya terheran-heran. “Aku tidak terlibat apa pun dengan hal itu. Baiklah akan aku jelaskan.”Secara gamblang Alexander mengungkapkan bahwa ada perjanjian di antara Somers dan Pablo selama ini. “Kakek menyuruh ayah mu melobi pihak WR-Oil selama empat tahun supaya Kakek bisa menjadi pemilik saham mayoritas perusahaan tersebut. Ayah mu menyuruh kau bertemu dengan Tony, itu adalah rangkaian dari semua alur. Kau harus tahu, Gaby. Kenapa ayah mu habis kena siksa oleh Kakek? Karena ayah mu tidak bisa memenuhi janjinya.”“Dari mana kau tahu?”“Tentu saja dari kakek. Dia menceritakan semuanya padaku.”Gabriella baru tahu sekarang. Rupanya selama ini bukanlah ayahnya yang berkeinginan memiliki saham mayoritas WR-Oil, tapi kakeknya. Jadi selama empat tahun lamanya Pablo menjadi pesuruh Somers. Tidak lebih dari itu. Alexander melanjutkan, “Jadi aku tidak terlibat apa pun atas penderitaan Ayah. Semua terjadi murni karena urusan mereka berdua.”Gabriella sempat marah sama
“Kakek Somers yang menyuruhku untuk tinggal di sini,” jawab Alexander. “Bohong!” sergah Winnie buru-buru. “Kau pasti mengada-ada.”Winnie tidak tahu info. Somers memang hanya menghubungi Pablo dan Gabriella, menginformasikan agar Alexander tetap tinggal seperti biasa di rumah ini. Gabriella yang membalas, “Benar. Kakek Somers yang memerintah agar Alex tetap tinggal di rumah ini, rumah milik Kakek Somers.”Winnie langsung terbungkam sejuta bahasa. Sebelum Winnie buka mulut, Gabriella meneruskan kalimatnya, “Ibu tidak perlu bertanya lagi. Kalau masih tidak percaya, silakan tanyakan pada ayah sekarang. Intinya adalah Alex akan tetap tinggal bersama kita di rumah milik Kakek Somers ini.”Winnie semakin seperti patung. Matanya kosong. Artinya dia akan kembali satu atap dengan menantu menyusahkan ini. Oh, sungguh menyebalkan. Ketika tahu berita ini, dia semakin kegerahan melihat wajah Alexander dan ingin sekali membunuh Alexander dengan kedua tangannya sendiri karena saking geramnya.
Tidak menunggu waktu lama, Gavin segera meninggalkan kantor WR-Oil kemudian menuju kediaman Pablo. Begitu telah sampai, berapa terkejutnya dia saat mendapati Alexander memang berada di sana. Gavin tidak bisa membendung emosi lagi. Dua tanduk setan sudah terbit di atas kepalanya. Dia menudingkan kedua telunjuknya pas ke arah Alexander sambil membentak marah. “Bedebah sialan kau, Pecundang! Aku heran pada mu. Berani-beraninya kau menampakkan batang hidung mu lagi di sini.”Beruntung, kehadiran Gavin memang ditunggu-tunggu oleh Alexander. Bukankah dia mau balas dendam? Tanpa disuruh rupanya Gavin datang dengan sendirinya. Alexander membalas dengan sangat dingin, “Justru kau yang pecundang, Gavin. Kau gagal. Ya, kau gagal membantu ayah tirimu dalam melobi Tony Rockefeller. Jadi apa yang dapat kau banggakan sekarang? Kau adalah pecundang!”Gavin tertawa jahat sebelum berkata dengan angkuh. “Menantu menumpang seperti mu berani bicara demikian padaku? Apa kau tidak sadar diri? Hahaha.”Me
Tidak cuma Jenderal Eisenhower, tapi enam perwira lainnya beserta orang-orang di sana pun sepakat untuk menjadikan Alexander sebagai perwira tinggi militer. Mereka menginginkan supaya Alexander diangkat menjadi seorang yang memiliki pangkat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Alexander langsung diangkat menjadi Jenderal setara dengan Jenderal Eisenhower. Alexander sempat melakukan penolakan. “Pangkat tersebut terlalu tinggi.”Namun, Jenderal Eisenhower tetap memaksa agar Alexander mau menerimanya. “Kau pantas menjadi Jenderal, Alex. Kau sudah selayaknya menjadi pimpinan tinggi sama seperti kami. Kau tidak perlu menolak karena kami menyetujuinya.”Alexander mengawasi satu per satu orang-orang di sana. “Aku masih sangat baru di militer. Perlu waktu dan pengalaman yang banyak untuk menjadi seorang Jenderal.”Berkaca dari apa yang telah terjadi dan mengingat betapa pentingnya peran Alexander, para perwira naga tidak salah dalam mengambil keputusan. Menjadikan Alexander sebagai Jender
Sore harinya, ketika matahari mulai tenggelam, semua pasukan telah bersiap berangkat dari Pulau Lambora menuju Pulau Homs. Pulau Homs jauh lebih kecil jika dibandingkan Pulau Lambora sehingga Winland tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari keberadaan pasukan Northiz di sana, terlebih pasukan Northiz di sana tak lebih dari seribu orang saja, dikarenakan lima puluh ribu orang telah mati pada peperangan sebelumnya. Alhasil, kemungkinan besar Winland akan berhasil menaklukkan Pulau Homs dengan cukup mudah. Lebih dari seratus kilometer menempuh perjalanan laut, Alexander menyarankan pada Laksamana Limitz untuk menghentikan perjalanan, dan juga meminta izin pada Marsekal Bernard segera memberikan instruksi agar pasukan udara segera bersiap-siap. “Biarkan pesawat kita terbang dan dideteksi oleh Northiz. Penyamaran kita hanya sebatas itu saja. Mereka pasti akan membiarkan pesawat kita ke sana, pada saat itulah kita hancurkan apa saja yang terlihat.”Penyamaran kali ini berbeda dengan pe
Setelah meminta izin kepada lima gurunya, tepat pada tengah malam, Alexander kembali melanjutkan perjalanan menuju Dragon Room. Tugasnya belum selesai. Pertempuran di Pulau Lambora cuma pembuka. Saat ini dia punya misi yang jauh lebih sulit, yakni merebut kembali lima pulau kecil yang saat ini diduduki oleh militer Northiz, yaitu Homs, Brown, Galls, Nice, dan March. Jalannya perang kali ini tak ubahnya seperti pasukan tentara AS yang ingin kembali merebut sejumlah pulau di pasifik yang telah dikuasai oleh Jepang pada Perang Dunia 2. Operasi pengembalian lima pulau ini terbilang sangat sulit sebab kini mereka cuma menyisakan sekitar dua ribu lima ratus orang saja. Alexander tiba di sana menjelang pagi hari, saat semua pasukan sedang sibuk dengan berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Jenderal Eisenhower, seperti mengubur mayat-mayat korban perang baik itu dari pihak Winland maupun Northiz, mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang yang masih bisa digunakan, dan mencari mak
Pada saat matahari akan terbenam, Alexander minta izin kepada tujuh perwira naga untuk pergi sebentar. Mereka cukup bingung dan ingin tahu tapi Alexander merahasiakan kepergian.“Besok pagi kita berkumpul lagi di Dragon Room.”Kemudian Alexander pun bergegas pergi dengan menggunakan sepeda motor, kendaraan milik Northiz yang masih berfungsi dan punya bahan bakar. Sekitar jam sepuluh malam dia tiba di goa tempat persembunyian lima gurunya. Dia sangat khawatir tentang keselamatan lima orang itu karena bisa saja menjadi korban salah sasaran perang. Tapi untunglah jarak yang jauh dari pusat pertempuran membuat mereka bisa selamat. Bahkan tidak ada bekas ledakan sama sekali di sini. Mereka tidak keluar goa sama sekali pada saat perang berkecamuk selama beberapa waktu belakangan dan berharap tidak ada satu pun militer Winland maupun Northiz yang menemukan lokasi ini. Begitu melihat kehadiran Alexander yang sudah mengenakan seragam tentara, mereka kaget. Mike mengernyitkan alis dan berta
“Kita beristirahat sekarang,” kata Alexander. “Biarkan sebagian kecil pasukan yang tadi sore sempat istirahat untuk berjaga malam hari ini. Aku yakin kalau pasukan Northiz yang sedang bersembunyi di hutan juga sedang beristirahat.”Sesuai dari masukan Alexander tersebut, akhirnya tujuh perwira naga dan lebih dari dua ribu orang diberikan waktu untuk beristirahat.Tujuh perwira naga pun bubar dari perundingan itu lalu mengambil posisi masing-masing untuk segera tidur. Sementara Alexander, pada saat dia sudah membaringkan badan, dia belum bisa langsung tidur. Dia berpikir saat memejamkan mata atau dalam keadaan terjaga. Dia masih memikirkan tentang strategi dan siasat yang akan mereka ambil esok hari. Saat ini jumlah mereka hanya tinggal sekitar dua ribu enam ratus orang. Mereka beruntung dapat bertahan dari total seratus lima puluh ribu pasukan Northiz berikut dengan semua peralatan tempurnya. Semua rencana yang dijalankan nyaris sempurna. Hanya saja, perjuangan Winland tidak mungki
Satu tembakan pertama!Dikarenakan pakaian marinir berbeda dari pakaian seragam prajurit biasa, militer Winland yang sedang menyamar tidak kesusahan untuk membunuh mereka satu per satu. Para marinir yang tidak dalam posisi siap pun gelabakan saat menerima serangan mendadak dari teman mereka sendiri.Sebelum para marinir dan prajurit Northiz bersiap, militer Winland cepat membunuh mereka satu per satu. Mereka tidak butuh banyak waktu sebab jumlah mereka sangat sedikit. Dua ribu banding dua puluh ribu. Itu artinya masing-masing mereka mesti membunuh sepuluh orang musuh.Pasukan Northiz yang belum siap tempur hanya bisa pasrah saat dada dan kepala mereka ditembaik oleh orang yang berseragam militer seperti halnya mereka. Akhirnya mereka pun sadar bahwa dua ribu orang yang katanya selamat itu ternyata bukanlah rekan mereka, melainkan musuh yang sedang menyamar.“Ayo serbu mereka!” seru Letnan Joseph. Ada dua senapan laras panjang yang ada di tangannya. “Jangan biarkan mereka keburu mengam
Ajudan dari Letnan Jenderal itu mengawasi Kolonel Walter Rauf dengan wajah yang penasaran. Sebagai orang yang selalu berada di samping atasan, dia selalu fokus dan berhati-hati bahkan terhadap rekan sekali pun.Namun, salah satu perwira naga tersebut tidak mau kedoknya ketahuan. Maka dari itu Kolonel Walter berkata dengan percaya diri. “Target kita sesuai dari arahan Jenderal Rommy adalah membawa tiga perwira tinggi Winland hidup-hidup. Atau jika mereka mati, kita tetap harus membawa mayat-mayat mereka. Bukankah begitu? Sementara mereka bertiga hanya dilindungi oleh ratusan tentara saja. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka saat ini juga.”Sang Letnan Jenderal terpaku sambil mengawasi pinggiran pantai yang di mana di sana terdapat ribuan mayat berkaparan dan darah ada di mana-mana. Bukan lagi air laut, melainkan air darah yang menghiasi pantai. Sang Letnan Jenderal murka saat tahu kabar bahwa Jenderal Rommy telah mati bersama mayat-mayat di sana. Jadi dia tidak punya pilihan kecual
“Kapal-kapal mereka tidak mungkin tiba di sini nanti pagi,” kata Alexander. “Ketika cuaca normal dan ombak sedang baik, butuh waktu setidaknya sepuluh jam untuk sampai dari pulau Soms/Homs ke Pulau Lambora karena jarak dari sana ke sini sekitar 250 kilometer. Tapi masalahnya saat ini cuaca sedang buruk dan sepertinya akan turun hujan lebat. Paling tidak mereka butuh waktu lima belas sampai dua puluh jam.”Menurut Alexander, mereka bakalan melancarkan serangan dari udara terlebih dahulu sembari menunggu armada laut mereka sampai ke Pulau Lambora. “Kita mesti bersiap menghalau serangan udara mereka. Kemungkinan besar ketika pagi hari nanti pesawat-pesawat mereka bakal mengebom pulau ini.”Tiga perwira tinggi utama di sana pun bertanya pada Alexander tentang bagaimana cara bertahan dari serangan tersebut. Alexander mengatakan bahwa Winland tidak mungkin bisa menghalau semua serangan udara karena mereka kekurangan alutsista seperti senjata anti-pesawat. Artinya mereka cuma bisa berlindun
Pertempuran berakhir tepat pada malam hari. Tidak ada satu pun marinir dan prajurit Northiz yang tersisa. Semuanya telah tewas. Usai memastikan semua musuh telah habis, pasukan Winland mengambil semua senjata dan peralatan tempur milik Northiz yang masih bisa dipakai dan dioperasikan. Mereka memperoleh ribuan senapan sniper, senapan serbu, amunisi, granat dan perbekalan. Hanya saja, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengambil semuanya lantaran dalam hitungan jam pasukan tambahan dari Northiz akan tiba di sini. Maka dari itu, tidak ada waktu tidur dan istirahat bagi mereka malam hari ini hingga pagi nanti. Tepat pada jam 2 pagi, Jenderal Eisenhower telah mengumpulkan semua perwiranya untuk dilakukan perundingan guna mengantisipasi serangan lanjutan dari Northiz. Kini tujuh perwira Naga bersama Alexander telah berada di dalam sebuah barak kecil, mengadakan pembicaraan tentang langkah lanjutan yang bakal mereka ambil. Jenderal Eisenhower terkena luka berat. Ada bekas tiga tembak