Meski kadang sering tidak waras, Winnie paham betul kalau seandainya putranya berkelahi dengan Alexander, sudah pasti Alexander yang unggul, menengok pada sejumlah peristiwa belakangan, seperti yang terjadi pada Martin Scott dan Neilson Callister. Jadi dia tidak mau putranya bakal jadi korban selanjutnya. “Hentikan, Gavin! Menjauh dari Alex!” jeritnya sambil berjalan tergopoh-gopoh. Tangan Gavin sudah berada dua puluh senti di hadapan wajah Alexander. Dia pikir, dia bakalan bisa menonjokkannya mungkin di pelipis. Tapi dia tidak tahu kalau refleks Alexander lebih cepat dari pada refleks ular dan bahkan kucing. Alexander bisa mengelak dari serangan yang bahkan sudah berada setengah senti dari tubuhnya. Dia sangat gesit dan luar biasa. Perlahan, Gavin menarik lagi kepalan tangannya sambil mundur dan berkata dingin, “Kau masih selamat, Pecundang! Kalau saja aku tidak berbakti pada orang tuaku, wajah mu pasti berdarah-darah. Untung saja. Kau harus bersyukur.” Setelah itu dia mengelua
Apa mungkin Pablo dan Winnie takut terhadap ultimatum dari Somers, di mana jika mereka berlaku buruk terhadap Alexander walau hanya sedikit saja, maka mereka bakal mendapatkan siksaan berat? Bisa jadi. Oleh karena itu, Winnie semampunya akan melayani Alexander dengan sepenuh hati agar tidak ada masalah lain di kemudian hari sehingga tidak ada hukuman apa pun yang mereka terima dari Somers. Oh, Gavin tidak tahan lagi. Dia menarik lengan ibunya dan menjauhkannya dari Alexander. “Hentikan, Ibu. Hentikan. Kenapa Ibu pakai minta maaf segala sama sampah ini? Apa salah Ibu dan Ayah selama ini? Sudahlah, tarik lagi perkataan Ibu barusan.”Gavin tidak ikhlas melihat ibunya menghinakan diri di hadapan menantu benalu ini. Kendati begitu, Winnie malah menepis genggaman tangan putranya. “Lepaskan, Gavin. Kau tidak mengerti apa pun.” Parahnya, Winnie justru menyuruh Gavin supaya juga turut meminta maaf. “Kau juga sering berbuat jahat terhadap Alex. Cepat minta maaf!”Terang saja Gavin menggelen
Inisiasi dari Winnie akhirnya bisa terwujud. Atas ide yang dia prakarsai, lima saudara kandung Pablo hadir pada acara makan malam besar ini. Tapi karena mendadak, Winnie tidak sempat masak, jadi karena itu dia cuma pesan makan secara online. Kendati begitu, lima Callister hadir tidak dengan tangan kosong. Masing-masing mereka membawa makanan yang cukup banyak agar pesta makan malam ini semakin meriah. Jangan sampai ada yang kecewa malam hari ini. Sungguh mengejutkan.Brendon Callister, sang anak sulung, hadir pertama kali. Dia sangat rapi dan wangi layaknya mau hadir di acara pesta resmi. Dia membawa steak mahal sebanyak dua belas porsi untuk semua yang hadir nanti. Winnie menyambut Brendon dengan senyuman penuh antusias. “Selamat datang, Pak Walikota.”“Aku bawa steak elit untuk kita semua. Untuk kepulangan Alex. Untuk merayakan kepulangan Alex Luther yang kita sayangi.”“Terimakasih, Pak Walikota. Terimakasih telah hadir. Dan tidak disangka, Pak Walikota datang lebih awal. Acara
“Alex, waktu itu kau pernah membahas tentang Dokter James Crick. Bisakah kau menceritakan lagi padaku?” pinta Brendon dengan wajah berharap. “Bukankah waktu itu Paman dan lainnya beranggapan aku sedang bergurau dan membual? Jika Paman tidak percaya beliau masih hidup, itu hak Paman. Soal aku belajar dari beliau, bisa Paman pikirkan sendiri, hal itu cukup sulit diterima.” Alexander masih heran kenapa Brendon tidak seperti biasanya. Tempo lalu Brendon dan saudara Pablo lainnya menertawai Alexander yang mengatakan bahwa Dokter James Crick dan beberapa korban lainnya masih hidup. Parahnya, mereka menilai Alexander sudah gila karena mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Tapi, kenapa tiba-tiba sekarang Brendon malah membahas hal itu lagi sekarang? Brendon menatap mata Alexander dan berkata, “Aku pikir, kau punya kemampuan yang sama seperti Dokter James Crick. Alex, ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kami. Tapi kau tidak jujur pada kami.”Padahal, bukankah waktu itu Alexander suda
Brendon menaruh perhatian besar terhadap kehidupan rumah tangga Alexander dan Gabriella. Dia bakalan menjadi pembela dan penolong terdepan jika terjadi sesuatu pada rumah tangga mereka. Tak hentinya pula Brendon mengungkapkan rasa bahagianya pada Alexander karena sudah bisa kembali berada di rumah serta kembali pula mengingatkan agar jangan sampai berpisah lagi dari Gabriella. “Sebagai Paman yang baik hati, sudah sewajarnya aku bertindak seperti ini pada kalian. Mulai sekarang, aku akan mengutamakan kesejahteraan kalian berdua terlebih dahulu daripada menjalankan tugasku sebagai kepala daerah.”Memang agak berlebihan apa yang Brendon katakan tapi dia berkata dengan serius dan tidak ada maksud bercanda. Hal itu membuat Alexander semakin kaget tak kentara. Lantas, bagaimana Alexander menyikapinya? Brendon berdecak sekali sebelum berkata, “Ngomong-ngomong, bagaimana sekarang kondisi Kakek Somers? Apa sudah lebih baik sekarang?”Alexander menyandarkan punggung dan menjawab, “Karena pr
Winnie adalah orang yang paling sibuk. Dia hilir mudik ke sana kemari, sibuk menyiapkan segalanya. Jangan sampai ada yang kecewa. Dia yang menata piring, gelas, dan bahkan menuangkan air. Dia yang mengatur sedemikian rupa agar semua orang puas. Ketika Gabriella hendak membantu, Winnie mencegahnya dan membiarkan dirinya saja yang sibuk bekerja. Sembari Winnie mempersiapkan segalanya dengan cemerlang, lima kakak beradik Callister tentu saja tidak mungkin diam saat sedang bersama Alexander. Tadi Brendon sudah cukup lama berbincang. Kini giliran Harlow pula.Pria yang cukup tua itu merapikan posisi duduknya, sambil mengawasi wajah Alexander, dia pun berkata, “Alex, aku senang mendengar kabar bahwa kau sedang berusaha menyembuhkan penyakit Kakek Somers. Selain itu, atas desakan dari Kakek Somers pula, akhirnya kau bisa kembali ke rumah ini. Kami semua senang menyambut kedatangan mu kembali.”Alexander mengangguk pelan. “Aku juga senang kita semua bisa berkumpul bersama. Terimakasih tela
Shinta melontarkan pujian pada Alexander karena telah membantu proses kesembuhan Gabriella. “Kau seperti pernah berguru langsung dengan Dokter James Crick. Alex, kau bahkan lebih tangguh daripada dokter kebanyakan di rumah sakit. Aku mengakui tidak mudah menyembuhkan penyakit yang diderita oleh Gabriella. Tapi tidak disangka kau bisa melakukannya. Ketika aku mendengar kabar bahwa kau membantu kesembuhan Kakek Somers, aku sangat senang mendengarnya. Aku mengenal semua dokter yang selama ini mengurusi beliau. Mereka semua dokter hebat dan berpengalaman. Aku tidak heran kalau Kakek Somers sulit sembuh, sebab penyakit yang beliau derita memang parah. Akan tetapi, jujur, aku tidak ragu pada mu. Pengalaman menyembuhkan penyakit Gabriella adalah dasar bagi kami semua untuk percaya pada mu. Kami sangat percaya bahwa kau pasti berhasil dalam menyembuhkan penyakit Kakek Somers.”Sebagai dokter yang berpengalaman, Dokter Shinta mengakui bahwa tidak mudah mengangkat penyakit komplikasi seperti y
Neilson berdeham sekali sebelum berkata, “Alex, aku menawarkan pada mu untuk jadi salah satu dari petarung andalan di organisasiku, Spectra. Aku melihat kau pantas sekali untuk ikut bergabung. Fisik dan cara bertahan mu yang luar biasa tentu jadi alasan utama.”Neilson kagum dengan teknik bela diri yang dikuasai oleh Alexander. Kekaguman itu timbul tatkala dia menyaksikan Alexander buat cacat Martin Scott hanya dengan satu gerakan bertahan saja. Setelah itu, ketika dia menguji seberapa kuat Alexander dengan cara menyerangnya, dia akhirnya dipaksa benar-benar mengakui bahwa Alexander memanglah tangguh. Jika dalam bertahan saja sudah hebat bukan main, lantas bagaimana kalau seandainya Alexander memberikan serangan balasan kepada dia dan juga Martin Scott? Kepala gangster Spectra itu sangat bangga jika Alexander bersedia bergabung. “Kau pasti disegani oleh banyak orang di sana, Alex.”Mendapat tawaran itu, Alexander tidak serta merta mengiyakan. “Tidak ada yang spesial dariku, Paman. Ak
Tidak cuma Jenderal Eisenhower, tapi enam perwira lainnya beserta orang-orang di sana pun sepakat untuk menjadikan Alexander sebagai perwira tinggi militer. Mereka menginginkan supaya Alexander diangkat menjadi seorang yang memiliki pangkat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Alexander langsung diangkat menjadi Jenderal setara dengan Jenderal Eisenhower. Alexander sempat melakukan penolakan. “Pangkat tersebut terlalu tinggi.”Namun, Jenderal Eisenhower tetap memaksa agar Alexander mau menerimanya. “Kau pantas menjadi Jenderal, Alex. Kau sudah selayaknya menjadi pimpinan tinggi sama seperti kami. Kau tidak perlu menolak karena kami menyetujuinya.”Alexander mengawasi satu per satu orang-orang di sana. “Aku masih sangat baru di militer. Perlu waktu dan pengalaman yang banyak untuk menjadi seorang Jenderal.”Berkaca dari apa yang telah terjadi dan mengingat betapa pentingnya peran Alexander, para perwira naga tidak salah dalam mengambil keputusan. Menjadikan Alexander sebagai Jender
Sore harinya, ketika matahari mulai tenggelam, semua pasukan telah bersiap berangkat dari Pulau Lambora menuju Pulau Homs. Pulau Homs jauh lebih kecil jika dibandingkan Pulau Lambora sehingga Winland tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari keberadaan pasukan Northiz di sana, terlebih pasukan Northiz di sana tak lebih dari seribu orang saja, dikarenakan lima puluh ribu orang telah mati pada peperangan sebelumnya. Alhasil, kemungkinan besar Winland akan berhasil menaklukkan Pulau Homs dengan cukup mudah. Lebih dari seratus kilometer menempuh perjalanan laut, Alexander menyarankan pada Laksamana Limitz untuk menghentikan perjalanan, dan juga meminta izin pada Marsekal Bernard segera memberikan instruksi agar pasukan udara segera bersiap-siap. “Biarkan pesawat kita terbang dan dideteksi oleh Northiz. Penyamaran kita hanya sebatas itu saja. Mereka pasti akan membiarkan pesawat kita ke sana, pada saat itulah kita hancurkan apa saja yang terlihat.”Penyamaran kali ini berbeda dengan pe
Setelah meminta izin kepada lima gurunya, tepat pada tengah malam, Alexander kembali melanjutkan perjalanan menuju Dragon Room. Tugasnya belum selesai. Pertempuran di Pulau Lambora cuma pembuka. Saat ini dia punya misi yang jauh lebih sulit, yakni merebut kembali lima pulau kecil yang saat ini diduduki oleh militer Northiz, yaitu Homs, Brown, Galls, Nice, dan March. Jalannya perang kali ini tak ubahnya seperti pasukan tentara AS yang ingin kembali merebut sejumlah pulau di pasifik yang telah dikuasai oleh Jepang pada Perang Dunia 2. Operasi pengembalian lima pulau ini terbilang sangat sulit sebab kini mereka cuma menyisakan sekitar dua ribu lima ratus orang saja. Alexander tiba di sana menjelang pagi hari, saat semua pasukan sedang sibuk dengan berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Jenderal Eisenhower, seperti mengubur mayat-mayat korban perang baik itu dari pihak Winland maupun Northiz, mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang yang masih bisa digunakan, dan mencari mak
Pada saat matahari akan terbenam, Alexander minta izin kepada tujuh perwira naga untuk pergi sebentar. Mereka cukup bingung dan ingin tahu tapi Alexander merahasiakan kepergian.“Besok pagi kita berkumpul lagi di Dragon Room.”Kemudian Alexander pun bergegas pergi dengan menggunakan sepeda motor, kendaraan milik Northiz yang masih berfungsi dan punya bahan bakar. Sekitar jam sepuluh malam dia tiba di goa tempat persembunyian lima gurunya. Dia sangat khawatir tentang keselamatan lima orang itu karena bisa saja menjadi korban salah sasaran perang. Tapi untunglah jarak yang jauh dari pusat pertempuran membuat mereka bisa selamat. Bahkan tidak ada bekas ledakan sama sekali di sini. Mereka tidak keluar goa sama sekali pada saat perang berkecamuk selama beberapa waktu belakangan dan berharap tidak ada satu pun militer Winland maupun Northiz yang menemukan lokasi ini. Begitu melihat kehadiran Alexander yang sudah mengenakan seragam tentara, mereka kaget. Mike mengernyitkan alis dan berta
“Kita beristirahat sekarang,” kata Alexander. “Biarkan sebagian kecil pasukan yang tadi sore sempat istirahat untuk berjaga malam hari ini. Aku yakin kalau pasukan Northiz yang sedang bersembunyi di hutan juga sedang beristirahat.”Sesuai dari masukan Alexander tersebut, akhirnya tujuh perwira naga dan lebih dari dua ribu orang diberikan waktu untuk beristirahat.Tujuh perwira naga pun bubar dari perundingan itu lalu mengambil posisi masing-masing untuk segera tidur. Sementara Alexander, pada saat dia sudah membaringkan badan, dia belum bisa langsung tidur. Dia berpikir saat memejamkan mata atau dalam keadaan terjaga. Dia masih memikirkan tentang strategi dan siasat yang akan mereka ambil esok hari. Saat ini jumlah mereka hanya tinggal sekitar dua ribu enam ratus orang. Mereka beruntung dapat bertahan dari total seratus lima puluh ribu pasukan Northiz berikut dengan semua peralatan tempurnya. Semua rencana yang dijalankan nyaris sempurna. Hanya saja, perjuangan Winland tidak mungki
Satu tembakan pertama!Dikarenakan pakaian marinir berbeda dari pakaian seragam prajurit biasa, militer Winland yang sedang menyamar tidak kesusahan untuk membunuh mereka satu per satu. Para marinir yang tidak dalam posisi siap pun gelabakan saat menerima serangan mendadak dari teman mereka sendiri.Sebelum para marinir dan prajurit Northiz bersiap, militer Winland cepat membunuh mereka satu per satu. Mereka tidak butuh banyak waktu sebab jumlah mereka sangat sedikit. Dua ribu banding dua puluh ribu. Itu artinya masing-masing mereka mesti membunuh sepuluh orang musuh.Pasukan Northiz yang belum siap tempur hanya bisa pasrah saat dada dan kepala mereka ditembaik oleh orang yang berseragam militer seperti halnya mereka. Akhirnya mereka pun sadar bahwa dua ribu orang yang katanya selamat itu ternyata bukanlah rekan mereka, melainkan musuh yang sedang menyamar.“Ayo serbu mereka!” seru Letnan Joseph. Ada dua senapan laras panjang yang ada di tangannya. “Jangan biarkan mereka keburu mengam
Ajudan dari Letnan Jenderal itu mengawasi Kolonel Walter Rauf dengan wajah yang penasaran. Sebagai orang yang selalu berada di samping atasan, dia selalu fokus dan berhati-hati bahkan terhadap rekan sekali pun.Namun, salah satu perwira naga tersebut tidak mau kedoknya ketahuan. Maka dari itu Kolonel Walter berkata dengan percaya diri. “Target kita sesuai dari arahan Jenderal Rommy adalah membawa tiga perwira tinggi Winland hidup-hidup. Atau jika mereka mati, kita tetap harus membawa mayat-mayat mereka. Bukankah begitu? Sementara mereka bertiga hanya dilindungi oleh ratusan tentara saja. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka saat ini juga.”Sang Letnan Jenderal terpaku sambil mengawasi pinggiran pantai yang di mana di sana terdapat ribuan mayat berkaparan dan darah ada di mana-mana. Bukan lagi air laut, melainkan air darah yang menghiasi pantai. Sang Letnan Jenderal murka saat tahu kabar bahwa Jenderal Rommy telah mati bersama mayat-mayat di sana. Jadi dia tidak punya pilihan kecual
“Kapal-kapal mereka tidak mungkin tiba di sini nanti pagi,” kata Alexander. “Ketika cuaca normal dan ombak sedang baik, butuh waktu setidaknya sepuluh jam untuk sampai dari pulau Soms/Homs ke Pulau Lambora karena jarak dari sana ke sini sekitar 250 kilometer. Tapi masalahnya saat ini cuaca sedang buruk dan sepertinya akan turun hujan lebat. Paling tidak mereka butuh waktu lima belas sampai dua puluh jam.”Menurut Alexander, mereka bakalan melancarkan serangan dari udara terlebih dahulu sembari menunggu armada laut mereka sampai ke Pulau Lambora. “Kita mesti bersiap menghalau serangan udara mereka. Kemungkinan besar ketika pagi hari nanti pesawat-pesawat mereka bakal mengebom pulau ini.”Tiga perwira tinggi utama di sana pun bertanya pada Alexander tentang bagaimana cara bertahan dari serangan tersebut. Alexander mengatakan bahwa Winland tidak mungkin bisa menghalau semua serangan udara karena mereka kekurangan alutsista seperti senjata anti-pesawat. Artinya mereka cuma bisa berlindun
Pertempuran berakhir tepat pada malam hari. Tidak ada satu pun marinir dan prajurit Northiz yang tersisa. Semuanya telah tewas. Usai memastikan semua musuh telah habis, pasukan Winland mengambil semua senjata dan peralatan tempur milik Northiz yang masih bisa dipakai dan dioperasikan. Mereka memperoleh ribuan senapan sniper, senapan serbu, amunisi, granat dan perbekalan. Hanya saja, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengambil semuanya lantaran dalam hitungan jam pasukan tambahan dari Northiz akan tiba di sini. Maka dari itu, tidak ada waktu tidur dan istirahat bagi mereka malam hari ini hingga pagi nanti. Tepat pada jam 2 pagi, Jenderal Eisenhower telah mengumpulkan semua perwiranya untuk dilakukan perundingan guna mengantisipasi serangan lanjutan dari Northiz. Kini tujuh perwira Naga bersama Alexander telah berada di dalam sebuah barak kecil, mengadakan pembicaraan tentang langkah lanjutan yang bakal mereka ambil. Jenderal Eisenhower terkena luka berat. Ada bekas tiga tembak