Penyakit komplikasi yang diderita oleh Somers Wilson tak kunjung sembuh. Darah tinggi, jantung, dan pernah mengalami stroke ringan. Meski telah berobat di luar negeri dan bertemu dengan dokter terbaik, tidak ada perubahan signifikan, kesembuhan merupakan hal yang tabu baginya.Somers selama berbulan-bulan terpendam di dalam rumah dan tidak mau dirawat di rumah sakit lantaran stres memikirkan kematian. Dulu ketika dirawat di rumah sakit, setiap hari dia mendengar kabar ada orang mati, jadi karena itu pusing kepalanya kalau berada di sana. Setidaknya dia punya lima dokter pribadi dengan spesialis yang berbeda-beda untuk mengurusi penyakitnya. Semua dokter tersebut datang silih bergantian tatkala ada penyakit Somers kambuh. Segala peralatan canggih dari rumah sakit dibawa ke kediamannya yang super megah. Karena sangat kaya raya, sang mantan presiden tidak mau ada sesuatu yang kurang dalam fasilitas dan pelayanan, dan bahkan dia rela mengeluarkan uang ratusan ribu sampai jutaan dollar u
Somers sudah habis duit puluhan juta dollar tapi penyakitnya tak lekas sembuh. Dia sudah sangat bosan berada di dalam kamar perawatan di istananya yang sangat megah. Percuma kaya raya tapi tidak bisa makan enak seperti orang-orang pada umumnya. Ada banyak sekali pantangan sehingga dia tidak bisa sepenuhnya merasakan nikmat dunia yang bahkan bisa dinikmati oleh pemulung sekali pun. Semenjak lengser dari posisi presiden beberapa tahun lalu, kian hari penyakit yang dia derita semakin parah saja. Dia tidak kekurangan uang sebab bahkan lantai rumahnya saja berhiaskan emas. Emas bukan lagi perhiasan tubuh atau tabungan yang tersimpan di brankas, tapi sesuatu yang dipijak-pijak. Saking kayanya dia. Hingga sekarang, setidaknya ada selusin perusahaan yang dia kelola. Pada intinya, urusan duit, dia tidak akan pernah kekurangan. Tapi sekali lagi, kalau dia menderita seperti ini, semua bakalan percuma. Kedua putrinya sudah kehabisan cara. Jika terusan seperti ini, Somers bakal
Sekarang juga Somers menghubungi Pablo via telepon, memerintahkan agar segera membawa Alexander ke sini. Pas sore harinya, Pablo memang datang, tapi sendirian dan tidak bersama Alexander. Terang saja Somers heran sekaligus marah. Dia duduk di ranjang perawatan dan berkata dengan tegas walaupun suaranya lemah. “Mana Alex? Kan sudah aku bilang bawa dia ke sini!”Selama menjabat sebagai menantu Somers, tidak pernah sekali pun Pablo bangkang dan bahkan dia tidak berani menyela pembicaraan Somers. Dia selalu taat dan patuh penuh dengan kesetiaan.Namun, tidak untuk sekarang sebab sebelum dia membawa Alexander, dia mesti terlebih dahulu menyampaikan beberapa penggal paragraf kepada Somers. Pablo tentu tidak mau Alexander mendapatkan panggung baru di keluarga ini. Cukup sudah Alexander berhasil menyembuhkan penyakit Gabriella dan dianggap sebagai pahlawan, tapi tidak akan terjadi lagi. Selain itu, Pablo terlebih dahulu mesti menyampaikan sesuatu tentang apa yang sebenarnya terjadi baru-b
Meski Pablo ingin mertuanya sembuh, tapi tetap meminta bantuan pada Alexander bukanlah sebuah pilihan. “Ayah, apa kau percaya sama menantu tidak berguna itu? Apa kau bersedia memberikan dia wajah lagi? Kalau begitu, dia punya kesempatan untuk memijakkan kaki lagi di rumah kita?”Sedari dulu Somers memang menginginkan agar Alexander pergi, akan tetapi dia tidak begitu getol seperti halnya Pablo yang sampai memakai segala macam cara guna menyingkirkan Alexander. Somers senang mendengar kabar perpisahan antara Alexander dan Gabriella. Tapi, ada yang mengganjal di pikirannya. Jika memang Alexander bisa membantu kesembuhan penyakit kronis yang dia cerita, setidaknya dia wajib memberikan ruang dan waktu bagi Alexander lagi walaupun beberapa saat. “Bagaiamana dia bisa menyembuhkan penyakit Gabriella?” tanya Somers. Tanpa ragu Pablo menjawab cepat. “Kalau tidak kebetulan, itu adalah sulap atau sihir. Kami duga, Alex belajar sihir selama dia menghilang satu setengah tahun. Kesembuhan Gabr
Pagi harinya. Somers mendesak Pablo agar segera mendatangkan Alexander sekarang juga. Di rumahnya, Pablo yang sedang menikmati pagi dengan secangkir kopi dan sebatang cerutu sontak kaget menerima telepon dengan pembicaraan seperti ini dari Somers. Sempat dia mempertanyakannya kembali, tapi karena Somers sudah memerintah, dia akhirnya patuh walaupun hatinya terasa berat. “B-baiklah. Aku akan membawanya ke sana pagi ini juga.”KLIK. Geram, Pablo lantas mematikan cerutu mahalnya yang tersisa setengah. Mood-nya langsung rusak. “Sialan kau, Alex!” gerutunya dengan wajah gusar. “Bahaya. Ini bahaya. Kalau saja menantu binatang itu berhasil menyembuhkan penyakit si tua bangka penyakitan, semua akan bahaya. Bahaya. Bahaya!”Pablo mengambil ponselnya lagi dan segera menghubungi Alexander. Tapi, lima kali mencoba, tidak pernah tersambung. “Eh! Kau sok sibuk pula ya!” umpatnya menyeringai marah. “Cepat angkat, Bodoh!”Di waktu bersamaan, Alexander sebenarnya tidak terlalu sibuk ketika dia b
Sesuai analisa dan perkiraan dari Bryan bahwa orang yang berada di balik Pablo merupakan orang besar, berpengaruh, dan kaya raya, serta satu lagi : berasal dari kalangan militer. Hanya saja Bryan tidak menyebutkan nama orang tersebut siapa. Meski begitu, tidak perlu dijelaskan lagi bagi Alexander sebab dia sudah tahu siapa orangnya berdasarkan kriteria yang telah disebutkan dan juga indikasi dari pembicaraan Pablo tempo lalu. Ya, orang yang berada di balik Pablo yang ingin mencaplok saham mayoritas WR-Oil adalah :Somers Wilson! Tidak perlu diragukan lagi dan Alexander tidak perlu pula menyuruh intelijennya untuk memastikan hal tersebut. Lalu, apa rencana Alexander selanjutnya setelah dia tahu siapa orang dari militer yang selama ini ingin menjadi pemilik saham mayoritas WR-Oil menggeser Warren Rockefeller? Bagaimana cara Alexander memperlakukan Somers Wilson? Apakah dia tetap menghormati gurunya atau malah cenderung membela kakek mertuanya? “Kakek, aku dengar kau sibuk dengan s
Namun, Alexander sedikit ragu kalau Somers bakalan memenuhi syarat yang dia ajukan. “Syarat tersebut memberatkan. Aku kurang percaya kalau Kakek bersedia.”Somers tidak mau rencana ini urung, jadi dia berusaha meyakinkan Alexander kalau dia memang bersedia. “Katakan saja apa syaratnya, Alex. Aku akan memenuhinya.”“Kakek berjanji?”Karena sudah muak dengan penyakit yang menyiksa dirinya, maka dengan ini dia bakal melakukan apa pun selagi itu wajar dan dia pun sanggup melakukannya. “Katakan saja.”Sebelum menjawab, Alexander menyandarkan punggung sembari bersedekap. Alexander paham siapa Somers sebenarnya. Jika masyarakat puluhan juta saja pernah dia tipu, Alexander tidak mau hal itu terjadi pada dirinya. Somers adalah penipu dan pembohong ulung. Jangan sampai sekarang dia bakalan memanjangkan hidungnya lantaran merangkai cerita dan seolah-olah jujur sama Alexander. “Jika Kakek berbohong, semoga Tuhan tidak menurunkan kesembuhan.”Somers manggut lagi. “Aku tidak akan berbohong. Aku
Alexander langsung menanggapi. “Kesengajaan dari Tony, atau ada intervensi dari luar? Dari Kakek dan mertuaku misalnya? Somers merasakan jantungnya berdesir saat mendengar itu. “Alex. Begini, aku masih belum paham kenapa syarat yang kau ajukan agar bisa membantu menyembuhkan penyakit ku itu terbilang aneh. Aku tidak mengerti. Kenapa kau meminta agar aku tidak meneruskan perjuanganku dalam mengambil alih saham mayoritas WR-Oil?”“Aku tidak mungkin menjelaskannya dengan panjang lebar dan komprehensif. Pada intinya alasan utama ku ada dua. Pertama, membalas dendam kepada Gavin dan menghentikan rencana buruk Winnie untuk terus menjilati Keluarga Callister. Dan kedua, aku tidak ingin Kakek pada akhirnya menyesal setelah memiliki saham mayoritas perusahaan tersebut.”Somers menarik napas dalam-dalam. Apa yang tadi begitu membuatnya ketar-ketir pun terbukti, meskipun dia masih belum bisa mencerna seutuhnya mengapa Alexander mengajukan syarat itu. “Alex, apa kau bisa mengganti dengan syara
Tidak cuma Jenderal Eisenhower, tapi enam perwira lainnya beserta orang-orang di sana pun sepakat untuk menjadikan Alexander sebagai perwira tinggi militer. Mereka menginginkan supaya Alexander diangkat menjadi seorang yang memiliki pangkat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Alexander langsung diangkat menjadi Jenderal setara dengan Jenderal Eisenhower. Alexander sempat melakukan penolakan. “Pangkat tersebut terlalu tinggi.”Namun, Jenderal Eisenhower tetap memaksa agar Alexander mau menerimanya. “Kau pantas menjadi Jenderal, Alex. Kau sudah selayaknya menjadi pimpinan tinggi sama seperti kami. Kau tidak perlu menolak karena kami menyetujuinya.”Alexander mengawasi satu per satu orang-orang di sana. “Aku masih sangat baru di militer. Perlu waktu dan pengalaman yang banyak untuk menjadi seorang Jenderal.”Berkaca dari apa yang telah terjadi dan mengingat betapa pentingnya peran Alexander, para perwira naga tidak salah dalam mengambil keputusan. Menjadikan Alexander sebagai Jender
Sore harinya, ketika matahari mulai tenggelam, semua pasukan telah bersiap berangkat dari Pulau Lambora menuju Pulau Homs. Pulau Homs jauh lebih kecil jika dibandingkan Pulau Lambora sehingga Winland tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari keberadaan pasukan Northiz di sana, terlebih pasukan Northiz di sana tak lebih dari seribu orang saja, dikarenakan lima puluh ribu orang telah mati pada peperangan sebelumnya. Alhasil, kemungkinan besar Winland akan berhasil menaklukkan Pulau Homs dengan cukup mudah. Lebih dari seratus kilometer menempuh perjalanan laut, Alexander menyarankan pada Laksamana Limitz untuk menghentikan perjalanan, dan juga meminta izin pada Marsekal Bernard segera memberikan instruksi agar pasukan udara segera bersiap-siap. “Biarkan pesawat kita terbang dan dideteksi oleh Northiz. Penyamaran kita hanya sebatas itu saja. Mereka pasti akan membiarkan pesawat kita ke sana, pada saat itulah kita hancurkan apa saja yang terlihat.”Penyamaran kali ini berbeda dengan pe
Setelah meminta izin kepada lima gurunya, tepat pada tengah malam, Alexander kembali melanjutkan perjalanan menuju Dragon Room. Tugasnya belum selesai. Pertempuran di Pulau Lambora cuma pembuka. Saat ini dia punya misi yang jauh lebih sulit, yakni merebut kembali lima pulau kecil yang saat ini diduduki oleh militer Northiz, yaitu Homs, Brown, Galls, Nice, dan March. Jalannya perang kali ini tak ubahnya seperti pasukan tentara AS yang ingin kembali merebut sejumlah pulau di pasifik yang telah dikuasai oleh Jepang pada Perang Dunia 2. Operasi pengembalian lima pulau ini terbilang sangat sulit sebab kini mereka cuma menyisakan sekitar dua ribu lima ratus orang saja. Alexander tiba di sana menjelang pagi hari, saat semua pasukan sedang sibuk dengan berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Jenderal Eisenhower, seperti mengubur mayat-mayat korban perang baik itu dari pihak Winland maupun Northiz, mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang yang masih bisa digunakan, dan mencari mak
Pada saat matahari akan terbenam, Alexander minta izin kepada tujuh perwira naga untuk pergi sebentar. Mereka cukup bingung dan ingin tahu tapi Alexander merahasiakan kepergian.“Besok pagi kita berkumpul lagi di Dragon Room.”Kemudian Alexander pun bergegas pergi dengan menggunakan sepeda motor, kendaraan milik Northiz yang masih berfungsi dan punya bahan bakar. Sekitar jam sepuluh malam dia tiba di goa tempat persembunyian lima gurunya. Dia sangat khawatir tentang keselamatan lima orang itu karena bisa saja menjadi korban salah sasaran perang. Tapi untunglah jarak yang jauh dari pusat pertempuran membuat mereka bisa selamat. Bahkan tidak ada bekas ledakan sama sekali di sini. Mereka tidak keluar goa sama sekali pada saat perang berkecamuk selama beberapa waktu belakangan dan berharap tidak ada satu pun militer Winland maupun Northiz yang menemukan lokasi ini. Begitu melihat kehadiran Alexander yang sudah mengenakan seragam tentara, mereka kaget. Mike mengernyitkan alis dan berta
“Kita beristirahat sekarang,” kata Alexander. “Biarkan sebagian kecil pasukan yang tadi sore sempat istirahat untuk berjaga malam hari ini. Aku yakin kalau pasukan Northiz yang sedang bersembunyi di hutan juga sedang beristirahat.”Sesuai dari masukan Alexander tersebut, akhirnya tujuh perwira naga dan lebih dari dua ribu orang diberikan waktu untuk beristirahat.Tujuh perwira naga pun bubar dari perundingan itu lalu mengambil posisi masing-masing untuk segera tidur. Sementara Alexander, pada saat dia sudah membaringkan badan, dia belum bisa langsung tidur. Dia berpikir saat memejamkan mata atau dalam keadaan terjaga. Dia masih memikirkan tentang strategi dan siasat yang akan mereka ambil esok hari. Saat ini jumlah mereka hanya tinggal sekitar dua ribu enam ratus orang. Mereka beruntung dapat bertahan dari total seratus lima puluh ribu pasukan Northiz berikut dengan semua peralatan tempurnya. Semua rencana yang dijalankan nyaris sempurna. Hanya saja, perjuangan Winland tidak mungki
Satu tembakan pertama!Dikarenakan pakaian marinir berbeda dari pakaian seragam prajurit biasa, militer Winland yang sedang menyamar tidak kesusahan untuk membunuh mereka satu per satu. Para marinir yang tidak dalam posisi siap pun gelabakan saat menerima serangan mendadak dari teman mereka sendiri.Sebelum para marinir dan prajurit Northiz bersiap, militer Winland cepat membunuh mereka satu per satu. Mereka tidak butuh banyak waktu sebab jumlah mereka sangat sedikit. Dua ribu banding dua puluh ribu. Itu artinya masing-masing mereka mesti membunuh sepuluh orang musuh.Pasukan Northiz yang belum siap tempur hanya bisa pasrah saat dada dan kepala mereka ditembaik oleh orang yang berseragam militer seperti halnya mereka. Akhirnya mereka pun sadar bahwa dua ribu orang yang katanya selamat itu ternyata bukanlah rekan mereka, melainkan musuh yang sedang menyamar.“Ayo serbu mereka!” seru Letnan Joseph. Ada dua senapan laras panjang yang ada di tangannya. “Jangan biarkan mereka keburu mengam
Ajudan dari Letnan Jenderal itu mengawasi Kolonel Walter Rauf dengan wajah yang penasaran. Sebagai orang yang selalu berada di samping atasan, dia selalu fokus dan berhati-hati bahkan terhadap rekan sekali pun.Namun, salah satu perwira naga tersebut tidak mau kedoknya ketahuan. Maka dari itu Kolonel Walter berkata dengan percaya diri. “Target kita sesuai dari arahan Jenderal Rommy adalah membawa tiga perwira tinggi Winland hidup-hidup. Atau jika mereka mati, kita tetap harus membawa mayat-mayat mereka. Bukankah begitu? Sementara mereka bertiga hanya dilindungi oleh ratusan tentara saja. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka saat ini juga.”Sang Letnan Jenderal terpaku sambil mengawasi pinggiran pantai yang di mana di sana terdapat ribuan mayat berkaparan dan darah ada di mana-mana. Bukan lagi air laut, melainkan air darah yang menghiasi pantai. Sang Letnan Jenderal murka saat tahu kabar bahwa Jenderal Rommy telah mati bersama mayat-mayat di sana. Jadi dia tidak punya pilihan kecual
“Kapal-kapal mereka tidak mungkin tiba di sini nanti pagi,” kata Alexander. “Ketika cuaca normal dan ombak sedang baik, butuh waktu setidaknya sepuluh jam untuk sampai dari pulau Soms/Homs ke Pulau Lambora karena jarak dari sana ke sini sekitar 250 kilometer. Tapi masalahnya saat ini cuaca sedang buruk dan sepertinya akan turun hujan lebat. Paling tidak mereka butuh waktu lima belas sampai dua puluh jam.”Menurut Alexander, mereka bakalan melancarkan serangan dari udara terlebih dahulu sembari menunggu armada laut mereka sampai ke Pulau Lambora. “Kita mesti bersiap menghalau serangan udara mereka. Kemungkinan besar ketika pagi hari nanti pesawat-pesawat mereka bakal mengebom pulau ini.”Tiga perwira tinggi utama di sana pun bertanya pada Alexander tentang bagaimana cara bertahan dari serangan tersebut. Alexander mengatakan bahwa Winland tidak mungkin bisa menghalau semua serangan udara karena mereka kekurangan alutsista seperti senjata anti-pesawat. Artinya mereka cuma bisa berlindun
Pertempuran berakhir tepat pada malam hari. Tidak ada satu pun marinir dan prajurit Northiz yang tersisa. Semuanya telah tewas. Usai memastikan semua musuh telah habis, pasukan Winland mengambil semua senjata dan peralatan tempur milik Northiz yang masih bisa dipakai dan dioperasikan. Mereka memperoleh ribuan senapan sniper, senapan serbu, amunisi, granat dan perbekalan. Hanya saja, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengambil semuanya lantaran dalam hitungan jam pasukan tambahan dari Northiz akan tiba di sini. Maka dari itu, tidak ada waktu tidur dan istirahat bagi mereka malam hari ini hingga pagi nanti. Tepat pada jam 2 pagi, Jenderal Eisenhower telah mengumpulkan semua perwiranya untuk dilakukan perundingan guna mengantisipasi serangan lanjutan dari Northiz. Kini tujuh perwira Naga bersama Alexander telah berada di dalam sebuah barak kecil, mengadakan pembicaraan tentang langkah lanjutan yang bakal mereka ambil. Jenderal Eisenhower terkena luka berat. Ada bekas tiga tembak