"Bolehkah aku meminta tolong?" tanya Amalia penuh keraguan setelah beberapa lama terdiam.
"Tentu saja boleh, memang kamu minta bantuan apa?" tanya Alan penasaran."Temani aku disini, aku takut petir, sedari tadi tak juga berhenti," jawab Amalia ragu.Permintaan Amalia justru menjadi bumerang bagi Alan, siapa sih yang gak mau menemani orang tersayang ketika sedang ketakutan begini? Namun di satu sisi Alan mempertimbangkan status Amalia yang menjadi istri Ammar. Tapi jika Alan membiarkan Amalia tetap sendirian disini takutnya nanti Amalia mengalami hal yang tak terduga, sebuah permintaan yang membuat seseorang merasa sangat bimbang."Gak mau ya? Maaf ya aku sudah lancang, aku tahu memang tidak seharusnya aku mengatakan ini, aku sadar, mulai sekarang hingga seterusnya aku akan lebih mandiri lagi, mau gak mau aku harus melawan rasa takutku ini," ucap Amalia sendu dan tersenyum getir."Jangan salah paham dulu, aku justru senang karena kam"Amalia! Aku menunggu jawaban darimu!" pekik Ammar geram. "Tak ada lagi yang perlu dijawab ataupun dijelaskan! Semua sudah jelas bukan? Biarkan Pengadilan nanti yang memutuskannya, aku sudah capek terus berdebat denganmu," ucap Amalia tanpa menoleh ke Ammar sedikitpun. "Aku sedang berbicara denganmu! Tatap mataku!" pekik Ammar namun Amalia tak menggubris. "Kamu tau aku sedang apa? Alan butuh pertolongan pertama, aku sudah banyak hutang budi dengannya jadi biarkan aku menebus salah satu kebaikannya selama ini, jika kamu ingin aku menanggapi, silahkan sabar tapi jika tidak sabar silahkan mengeluh ketika nanti di persidangan," ucap Amalia dengan tegas. "Akun tanya! Apa diantara kalian ada hubungan? Kenapa kamu tega melakukan ini padaku? Kamu masih istriku, yang kalian lakukan sama saja selingkuh!" ucap Ammar sungguh geram. "Jika menurutmu memang ada yang spesial dari kami ya itu hak mu, aku tidak bisa melarang seseorang menilai, na
Ammar seperti kehilangan arah juga semangat hidup, setelah sidang perceraian selesai, Ammar memilih pulang ke kota untuk meminta pendapat ayahnya. Ammar bingung harus cerita kemana lagi karena yang memintanya untuk menikahi Heni adalah ayahnya, kini Ammar meminta pertanggungjawaban ayahnya agar pernikahan dengan Amalia tetap berlangsung, Ammar tidak mau perceraian terjadi. Suara deru mobil Ammar menandakan bahwa ia telah tiba di rumah mewah bakal istana. Kebetulan ayahnya baru saja pulang dari suatu urusan, jadi Ammar tak perlu susah-susah mencari Ino. "Pah," sapa Ammar mencium tangan Ino. "Kata mamah, hari ini kamu sidang cerai? Kenapa gak ajak papah?" tanya Ino kecewa. "Ammar sebenarnya gak mau datang Pah tapi kalau Ammar gak datang nanti sidang cerai akan berjalan semakin cepat karena Pak Hakim bisa saja menilai jika Ammar memang setuju untuk pisah," jawab Ammar. "Tetap saja kamu ajak salah satu kelu
Semakin lama perhatian yang diberikan Ammar membuat Heni benar-benar merasa melayang, semua Ammar lakukan sangat natural sehingga Heni sama sekali tidak curiga. Seperti halnya hari ini, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba saja Ammar memberikan buket bunga mawar putih yang sangat cantik. Wanita mana yang tidak merasa bahagia jika diberikan kejutan kecil seperti itu? "For you," ucap Ammar dengan lembut serta senyum menawannya yang membuat para wanita terpesona. "Ha? Tumben banget mas, aku gak lagi ulang tahun bahkan anniversary pernikahan kita masih lama juga," ucap Heni kaget serta terharu sembari menerima buket mawar putih dari Ammar. "Tak perlu hari spesial untuk seseorang yang spesial," jawab Ammar membuat Heni tersipu malu. Setelah itu mereka menuju ruang tengah untuk bersantai ria sambil ditemani beberapa cemilan yang sudah disajikan oleh pembantu rumah tangga atas permintaan Ammar. "Kok sudah ada bany
"Kamu yakin sekarang Ammar sudah ada dalam genggaman? Kok rasanya mustahil ya, bukan aku menganggap mu remeh atau apa, tapi tau sendiri kan bagaimana Ammar itu?" tanya pria itu. "Beneran, aku awalnya curiga tapi memang tidak ada gelagat aneh dari Ammar, tadi aku dikasih buket bunga mawar putih, terus lihat ini, aku diberikan kartu kredit miliknya secara cuma-cuma, gak mungkin dong aku menolaknya? Itu tandanya? Tandanya Ammar sudah mulai ada rasa padaku," jawab Heni dengan begitu percaya dirinya. "Kamu jatuh hati dengannya?" tanya pria itu. "Sedikit.. Habisnya dia loyal banget, tapi tenang aja, gak mungkin aku mengkhianati kamu, beb, setelah harta Ammar aku kuasai maka detik itu juga aku akan pergi dari hidupnya, aku tidak akan melupakan tujuan awal kita, aku mohon kamu sabar ya," jawab Heni dengan suara manjanya. "Oke.. Asalkan jangan sampai aku tau kamu cinta beneran padanya, jika itu terjadi jangan salahkan aku membuka semua kebusukan m
Karena pernyataan Ammar yang bilang sudah menceraikan Heni membuatnya menjadi gelisah, ketika dia sudah tetap dan yakin untuk berpisah kenapa Ammar datang membawa kabar itu? Kemana saja selama ini? Seharusnya dia melakukannya jauh sebelum ia mengajukan gugatan cerai. Terdiam cukup lama membuat Ammar menyadarkan Amalia dengan menepuk bahu, "are you okay?" tanya Ammar memastikan. Amalia hanya mengangguk saja karena ia juga bingung harus berkata apa. Ammar terus menerus meyakinkan Amalia agar kembali bersama, namun Amalia merasa berat untuk melakukannya. "Beri aku waktu, semua tidaklah mudah, hati ini sudah terlanjur patah, butuh waktu yang panjang untukku menyembuhkannya, kejadian demi kejadian yang aku hadapi sungguh membuatku terguncang, kini, biarkan aku tenang sejenak, jangan lupa untuk datang ke Pengadilan," ucap Amalia dengan tegar lalu masuk ke kafe karena sudah ada janji dengan Alan."Kamu mau menemui Alan? Apa sekarang dia yang sudah mengisi hari-
Karena situasi tak kondusif, Amalia berteriak lalu mengancam akan melaporkan ini ke pak rt juga polisi. Barulah Alan juga Ammar berhenti. Ketika Ammar ingin mengatakan sesuatu, ada panggilan masuk dari mamahnya. "Halo, mah, ada apa?" tanya Ammar sedikit kesal, mamahnya telepon di saat yang tidak tepat. "Cepat ke rumah sakit sekarang, Heni masuk UGD," jawab Ina panik. Karena ini keperluan urgent, akhirnya Ammar membiarkan istri juga mantan kekasih nya untuk berduaan, tapi tidak setelahnya. "Kali ini kamu beruntung, andai aku tidak mendapat telfon dari mamah kalau Heni masuk rumah sakit, sudah aku habisi kau!" ucap Ammar kesal lalu pergi meninggalkan Amalia dan Alan. Ammar segera melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, perasaanya mendadak tidak enak ketika tau Heni masuk rumah sakit. Melihat Ammar sangat peduli dan terlihat khawatir ketika tau Heni masuk rumah sakit, Amalia langsung sedih. Dirin
Ketika Ammar ingin menimpali perkataan Ina, ada dokter yang masuk bersama para koas dan juga perawat. Ketika dokter melihat hasil lab Heni, ekspresi dokter malah tersenyum bahagia dan kini ingin menjabat tangan Ammar. Karena bingung, Ammar pun mengikuti saja apa yang dilakukan dokter agar hasil lab segera dibaca dan Ammar segera tau sebenarnya Heni sakit apa karena beberapa jam yang lalu Ammar masih melihat Heni baik-baik saja bahkan sedang bersama selingkuhannya. Rasanya aneh jika tiba-tiba Heni masuk rumah sakit, Ina yang sedari tadi ditanya pun malah membahas yang lain, kini Ammar semakin pusing dengan semuanya. "Jadi Heni sakit apa dok? Kenapa anda malah tersenyum?" tanya Ammar penasaran. "Menurut hasil pemeriksaan yang dilakukan dan juga hasil laboratorium yang sudah keluar, pasien tidak diindikasi sakit apapun, semua sehat dan baik," jawab dokter membuat Ammar semakin bingung. "Jika baik-baik saja mengapa bisa sampai masuk rumah sakit? Apa penyeba
Setelah Ina tau segalanya, kini Heni kesusahan untuk menjalin komunikasi karena Ina menutup semua akses. Kesalahan terbesar bagi Heni karena kurang hati-hati dan menganggap Ammar sudah berada dalam genggamannya, benar kata Lukman, susah sekali menggapai Ammar, rasanya mustahil jika kemarin mantan suaminya melakukan keromantisan itu. Meskipun Ammar sama sekali tidak mau bertemu bahkan komunikasi lagi dengan Heni, rupanya tak serta merta Ammar orang yang kejam. Nyatanya apartemen yang ditinggali Heni masih diizinkan untuk ditempati. Setidaknya kini Heni sedikit lega karena tak perlu susah payah mencari tempat tinggal, Ammar mengizinkan Heni tinggal di apartemennya sampai anak yang ia kandung nanti lahir. "Karena kehadiranmu semua rencana ku jadi berantakan! Aku jatuh miskin lagi! Padahal sebentar lagi aku akan menjadi nyonya besar dengan harta berlimpah!! Kenapa kamu harus hadir disaat seperti ini? Sial-an memang!!!" umpat Heni memukul peru