November sudah hampir usai. Setelah Dini berhasil melewati ujian akhir semester satu, ujian PPTQ, ujian komputer dan ujian Intensip Bahasa Arab. Dini barulah mulai bisa fokus menulis. Awal bulan depan, tepat tanggal satu, Dini akan mulai up lima bab atau lima ribu kata, agar bisa pengajuan kontrak. Setelah itu, beberapa minggu kemudian Dini akan fokus, belajar untuk mengikuti ujian akhir di Ma'had. Sedikit sedih, karena sebentar lagi Dini akan meninggalkan Ma'had ini. Begitu banyak kenangan. Rasanya waktu begitu cepat. Perasaan baru saja kemarin Dini dan anggota chery bawel datang ke Ma'had dan mencari kamar mereka masing-masing. Tapi beberapa minggu lagi, mereka akan melaksanakan kelulusan di Ma'had ini.
Dini masih di Kamar Ma'had, ditemani Mawar yang sedang asik nonton drama korea di laptopnya. Dini mulai membuka buku diary barunya, yang bulan lalu dia dapat dari Candra. Sudah ada outlet disitu, tentang ide yang di berikan Candra pada Dini, untuk menulis tentang persahabata
Done. Tulisan Dini sudah mencapai lima ribu kata. Awal tanggal satu desember, Dini mulai up tulisannya. Duta resminya dipanggil kak minhot gemoy. Nama yang lucu. Dini sedikit penasaran, sebenernya kak minhot itu siapa. Sebab seperti menyembunyikan identitasnya. Berulang kali Dini tanya nama, kak minhot selalu bilang "nama saya minhot gemoy". Dini sudah ikut gabung dengan grup menulis ini sejak bulan november, satu bulan lalu. Namun, baru bisa menyimak, karena masih awam dan ini pemula baginya. Dini belum pernah menulis novel di aplikasi online yang tulisannya mewajibkan ber season-season. Biasanya, Dini hanya mampu menulis cerita pendek. Awal yang berat, tapi Dini yakin bisa melewati tantangan ini. Tantangan menulis enam puluh ribu kata dalam sebulan. Kalau mau dicicil, kira-kira tiap harinya sekitar dua ribu kata. Dua ribu kata itu bisa jadi dua bab. Sekitar delapan halaman kertas hvs.Awalnya Dini masih bingung, tentang nabung bab, tutorial isi kontrak dan berbagai fitur pe
Acara lomba anak band, dimulai jam delapan pagi. Mereka berlima sepakat untuk bermalam di kos an Mawar. Mereka pamit ijin ke Ibu Musrifah, untuk mengikuti lomba dan beruntungnya, Ibu musrifah mengijinkan. Akhirnya, setelah hampir satu semester, personil chery bawel bisa tidur barengan juga. Sangat sempit, karena tempat tidur Mawar hanya berukuran 180 cm x 200 cm. Di tambah dengan kehadiran Rahma embom, yang membuat kasur itu terasa sangat sempit. Mereka berlima terus berlatih bermodalkan panci, ember, gitar safiel milik Dini dan beatbok mulut Dini. Yang bikin personil ngakak guling-gulung. Baru juga mulai intro, Rahma embom selalu tertawa, katanya tidak kuat melihat tabuhan beatbok mulut Dini dan Nia.Dini beatbok meniru suara melody intro pada lagu kotak " masih cinta". Sementara Nia beatbok sebagai bunyi syimbal drum. Karena Nani kan hanya fokus pada tabuhan ember, panci saja tidak ada syimbal. Jadilah bunyi beatbok Nia "cès... cès... cès...". Okeh intro
Gara-gara momen lomba ngeband. Dini jadi inget masa lalunya dulu. Tiga tahun lalu, waktu masih SMP. Dini ikut tampil di acara perpisahan sekolah. Sebelum tampil, guru seni budaya menyeleksi terlebih dahulu, grup band mana saja yang boleh tampil, karena saking banyaknya yang ikut. Jadi Ibu Indri, guru seni budaya sekaligus panitia perpisahan mengadakan seleksi. Sebelum di seleksi tentunya, Dini dan personil lainnya latihan dulu. Ngerental bareng sama grup band Candra. Dulu waktu SMP nama grup band Dini adalah INTIP Band dan grup band Candra namanya Crazy boy. Intip band terdiri dari enam personil cewek cantik. Dan Crazy boy terdiri dari lima personil cowok keren. Bahagianya Dini, sampai-sampai ngerental pun bareng Candra.Awalnya Dini belum bisa mukul drum yang baik dan benar, masih kaku dan kaki berasa cape. Tapi Candra mengajarinya. Dari belakang Candra pegang tangan Dini lembut, seperti ingin memeluk, tapi bukan peluk karena ini sedang berlatih main drum. Dini pegang erat s
Ditengah-tengah amukan mother yang sangat murka terhadap Dini. Tiba-tiba Candra datang lagi membawa kedua orang tuanya dan pak ustad yang paham agama untuk melamar Dini. Dini langsung keluar kamar dan menemui mereka. Dini berusaha menenangkan mother kalau Candra ingin berbicara. Mother langsung diam, dan pak ustad mulai menjadi penengah. Mereka menjelaskan pada mother Dini niat kedatangan mereka untuk melamar Dini. Jelas!!! Tanpa pikir panjang, mother langsung menolaknya. Kata mother, Dini harus jadi sarjana dulu dan akan menikah dengan sarjana juga. Yang sederajat. Mother menyarankan Candra untuk menjauhi Dini karena sampai kapanpun, mother dan fathernya Dini tidak akan merestui hubungan mereka berdua. Dini hanya bisa menangis menyaksikan drama ini. Merasa kesal terhadap mother dan kesal terhadap perasaannya sendiri.***Dini tidak mau makan, tidak mau keluar kamar, tidak mau bicara terhadap mother dan Dini berubah jadi pembangkang. Mother masuk ke kamar Dini dan memb
Sambil menikmati makanannya, Candra bertanya pada Dini mengenai buku yang dia berikan bulan lalu yang berjudul "La tahzan" . " Apa kamu sudah membacanya?" Kalau kamu sedih cobalah baca buku itu. Dini menganggut dan sudah dibaca baru beberapa lembar.Candra bertanya lagi, "hal apa yang sudah dibaca?". Dini menceritakan, pengalamannya membaca buku La tahzan. Seperti kebetulan, dirinya tidak sengaja membaca sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan. Dini yakin, mungkin sekarang hubungan mereka sedang rumit. Tapi kalau niat kita baik dan untuk ibadah. Pasti Allah akan mempermudah. Dalam buku itu tertulis, setelah lapar pasti akan ada kenyang. Setelah haus pasti ada kepuasan. Setelah bergadang pasti ada tidur pulas. Setelah sakit pasti akan ada kesembuhan. Setiap hal yang hilang pasti akan ketemu. Dalam kesesaatan pasti akan datang petunjuk. Setiap kegelapan pasti akan datang terang benderang. Dan setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan.Candra makin semangat dan meluruska
Malam kian larut, akhirnya ujian akhir di Ma'had berakhir. Dini sangat lega telah melewati ujian ini. Satu persatu beban perkuliahan terlewati. Semoga hasilnya memuaskan. Semua mahasantri kembali ke kamarnya masing-masing. Mereka menghabiskan malam dengan begadang. Menonton drama korea di laptop sampai subuh. Seperti merasa kebebasan yang luar biasa. Tidak akan ada ta'zir lagi. Tidak akan ada kegiatan sampai larut malam lagi. Mereka akan segera pulang ke rumahnya masing-masing. Berlibur dan meninggalkan Ma'had ini. Rasanya antara sedih dan senang. Sedih karena sebentar lagi Dini akan pulang kerumah dan tidak akan bisa bebas lagi. Senang karena tidak akan dituntut untuk hafalan, tidur malam dan bangun terlalu pagi untuk melaksanakan tadarus dan sholat tahajud lagi. Cherry bawel tidak tidur malam. Selain nonton drama korea. Mereka sibuk membahas tentang penampilan yang akan mereka bawakan, untuk perpisahan Ma'had besok malam. Kali ini, bukan musik tapi tarian. Mawar mengajari semua an
Dewi sudah berhasil melewati semester satu. Sekarang dia ada dirumah, sudah tidak di mahad lagi. Dia mulai menikmati libur panjangnya selama satu bulan. Dewi akan mulai fokus untuk menulis. Mother masih menyita HP nya. Entah sampai kapan. Tapi Dewi tidak memperdulikan itu, diam-diam dia kan sudah memiliki HP baru dari Candra, pacarnya itu.Hubungan Mother dengan Dewi mulai membaik. Seperti tidak pernah terjadi pertengkaran masalah cintanya yang tidak mendapat restu. Dewi mencoba mengikuti saja alur ceritanya. Semua terserah sang maha pencipta. Mother mulai masak pindang tongkol kesukaannya. Dan Dewi sangat bahagia. Karena selama di mahad, tidak ada warteg yang memasak pindang tongkol, yang seenak masakan mothernya. Dia makan sangat lahap.Beberapa menit kemudian. Saat Dewi sedang asik melahap makanannya. Datanglah Mpep sodara perempuannya. Mpeb yang punya kisah cinta lebih prematur dibandingnya. Dewi jadi happy, dia penasaran dengan cerita selanjutnya. Setelah kemarin
Masih di kampung Bali. Keluarga mother keliling ke semua spot. Jangan sampai ada yang terlewat. Mumpung masih ada di sini. Mereka selfy kesana kemari tidak merasa lelah sama sekali. Sementara Dewi sudah cape sekali. Kakinya seperti atlet yang habis lari maraton. Mrengkel, pegel-pegel tidak karuan rasanya.Hari sudah mulai sore. Sebentar lagi magrib. Dewi pikir sebentar lagi mereka akan pulang. Om, tante dan ketiga anaknya tampak santai sekali. Berbaring di panggung yang beralaskan kayu. Di atasnya seperti atap dengan design kuno ala Bali. Rebahan menikmati angin sawah yang sejuk semeliwir. Seperti betah dan tidak ingin pulang. Dan ternyata benar. Sampai hari mulai gelap. Lampu-lampu obor di kampung Bali mulai dinyalahkan pun, mereka masih betah berlama-lama.Dewi merengek ngajak pulang. Barulah mereka terbangun dari tidurnya. Om dan tante kaget karena hari tenyata sudah malam. Rupanya dari tadi mereka asyik tidur beneran. Bukan rebahan biasa. Om merasa haus setelah tid
Rangga ingin sekali mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Rara, karena Rangga tahu kalau Rara adalah gadis yang baik. Baginya, Rara adalah gadis spesial beda dari gadis-gadis lainnya. Rara gadis yang sopan terutama dalam perpakaian, sangat sederhana. Tidak seperti Lita, mantan kekasihnya dulu, selalu saja tampil seksi di depan umum. Di kampus, Rangga menjadi cowok populer karena ketampanannya dan ketahirannya. Banyak mahasiswi jatuh hati pada dirinya, tapi tidak dengan Rara. Rara sepertinya tidak jatuh hati pada Rangga. Sekata pun bahkan Rangga tidak pernah mendengar Rara memuji kepopulerannya. Bagi Rara, Rangga biasa saja. Ini yang membuat Rangga jatuh cinta padanya, Rara begitu cuek bahkan tidak peduli kalau Rangga menjadi orang nomor satu di kampus. Setelah pertengkaran itu, Rara pergi meninggalkan Rangga sendiri di depan gedung administrasi. Rasa benci Rara semakin menjadi-jadi karena tahu kalau Rangga benar-benar tidak punya hati, seenaknya saja menuduh Rara s
Dini pergi meninggalkan Rara dan Rara mulai berjalan kaki menuju cafe di sebrang jalan yang sedang membutuhkan pelayan. Rara berharap akan mendapatkan hasil yang baik kali ini.Setelah sampai di depan cafe, Rara membaca papan pengumuman di depan pintu cafe yang bertuliskan "Dibutuhkan!!! pelayan wanita". Pikirnya ternyata Dini benar memang ada lowongan kerja di cafe ini. Melihat gerak gerik Rara yang mencurigakan akhirnya pemilik cafe keluar dan menegur Rara."Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ibu paruh baya dengan setelah baju tuniknya."Maaf mengganggu bu, sebetulnya saya sedang butuh pekerjaan," jawab Rara sopan."Kebetulan sekali, saya sedang mencari pelayan wanita kalau kamu mau, kamu bisa kerja membantu saya di cafe ini.""Tentu saja bu, saya mau," jawab Rara penuh semangat dan senyum bahagia."Perkenalkan Saya Anisa, Saya pemilik cafe ini. Mulai besok kamu boleh bekerja," kata Ibu Anisa sambil menjabat tangan Rara."Say
"Stop Pak!" kata Rara menyuruh supir angkutan umum untuk menurunkannya di depan kampus negeri. Rara turun dari angkutan umum dan memberikan ongkos kepada supir. Kemudian Rara berlari menuju ruang ujian seleksi penerima beasiswa di kampus negeri. Macetnya jalanan membuat dirinya terlambat datang, sehingga dia harus berlari dan terburu-buru menuju ruang ujian. Saat sampai parkiran kampus, Rara tidak sengaja menabrak cowok sombong dan emosional sehingga terjadi keributan. BRAK!!! "Kamu buta yah?! kalau jalan lihat-lihat dong!" teriak cowok emosional itu. "Maaf kak, saya sedang terburu-buru karena ingin ikut ujian," jawab Rara. "Oh ujian beasiswa bidik misi khusus untuk orang miskin itu? haha dasar gembel yah kamu! Pantas sih kelihatan dari pakaian yang kamu kenakan, kumuh!" ucapnya sambil tertawa terbahak meledek penampilan Rara. Rara kesal sekali dengan perlakuan cowok tengil itu. Rara berjanji di dalam hati untuk tidak akan memaafkannya
Sekuat apapun Dini menyembunyikan. Akhirnya orantuanya tahu juga kalau tentang keberadaan Candra. Sejak Candra kerja di sini, Dini merasa hidupnya jadi penuh mata-mata. Karena setiap Dini jalan dengan Candra pasti saja orangtua nya tahu.Waktu itu misalnya. Orangtua Dini tidak sengaja mampir ke tempat les dan ternyata motor Dini tidak ada. Sejak saat itu orangtuanya selalu curiga dan menyuruh orang-orang kepercayaannya unutk memata-matai anak gadisnya itu.Dini benar-benar merasa risih. Bahkan orangtuanya lupa kalau umur anaknya sudah 26 tahun. Masih saja seperti anak kecil selalu dikekang.Akhirnya saat liburan sekolah tiba. Dini memutuskan untuk pergi dari rumah mencari kebebasan. Dia menuliskan surat di secarik kertas yang bertuliskan,"Maaf yah Mamih Papih. Aku benar-benar sudah tidak sanggup dikekang seperti ini. Tidak apa kalau kalian tidak akan menganggapku anak lagi. Aku akan pergi. Dan jangan pernah salahkan Candra karena dia pun tidak akan tahu
Beda sekolah beda cerita. Di sekolah SMK swasta Dini terkenal paling sukses karirnya. Karena hanya dia yang nyabang di tiga sekolah dan beberapa bulan lalu, dia mendapat tawaran mengajar les bahasa inggris di suatu lembaga. Tentu saja Dini terima.Semua guru melihat Dini selalu banyak penghasilannya. Apalagi ngajar di tempat les honor selalu cair tiap bulan, tidak seperti di sekolah yang cairnya tiga bulan sekali. Mengandalkan dana bos.Waktu awal gajihan pun Dini sempat nangis, karena Di MA hanya dapat upah enam puluh ribu rupiah sebulan dan itu cairnya lama sekali."Mih sedih banget, Dini kuliah mahal-mahal masa honornya segini. Untuk bensin saja mana cukup belum lagi untuk jajan dan beli make up," keluh Dini sambil memamerkan tiga amplop honor dari berbagai sekolah."Dari MA dapet enam puluh ribu, dari SMP dapet seratus lima puluh ribu, dan dari SMK seratus dua puluh ribu," ucap Mamih sambil menghitung hasil kerja keras anaknya.Jelas saja Dini
Entahlah. Orangtuanya sangat tidak mendukung bakat menulis Dini. Katanya, untuk apa menulis seperti orang yang tidak punya masadepan. Dan selalu marah kalau Dini membaca novel. Katanya tidak penting, tidak berkualitas. Lebih baik baca berita.Orangtuanya hanya ingin Dini selalu patuh terhadap semua keputusan mereka. Sedikitpun Dini tidak pernah dikasih kebebasan untuk memilih apa yang dia suka.Hidupnya benar-benar terkekang. Hal apapun yang disukai Dini selalu salah dan tidak pernah didukung. Hati kecilnya selalu berteriak. Ingin menjadi penulis hebat dan karyanya akan ada ditoko buku ini, bahkan di toko buku sedunia.Selama satu jam setengah Dini mematikan ponselnya agar tidak dihubungi Aldi dan dia fokus membaca novel-novel kesukaannya."Rasanya aku ingin mengoleksi semua novel-novel yang aku suka dan aku akan membuat perpustakaan mini dirumah pribadiku nanti. Semoga Candra bisa membantuku untuk mewujudkan semua impianku kelak," rintih Dini pada diriny
Beruntungnya Dini, karena memiliki orangtua yang sangat peduli terhadapnya. Baru sehari dia jadi pengangguran, dia langsung dapat kerjaan baru. Mother tidak sengaja keceplosan bilang kalau jadi guru honor harus pake uang pelicin. Jadilah Papih meminta Dini untuk menemui kepala sekolah yang bisa bantu Dini untuk menjadi seorang guru honorer."Ayo siap-siap Din, Papih mau ketemu kepala sekolahnya!" perintahnya."Ngga usah Pih, lagian kita kerja itu untuk cari uang, bukan malah buang-buang uang Pih. Sayang uangnya kalau untuk nyogok Pih.""Ngga apa-apa, yang penting kamu bisa jadi guru!"Dini tidak bisa berbuat apa-apa, jadi dia menurut saja, seperti biasanya. Setelah Dini selesai menyiapkan berkas-berkas lamaran, Dini dan Papihnya menuju sekolah yang dituju untuk melamar.Setelah sampai sekolah ternyata Ibu Kepsek tidak ada, jadi Dini meminta nomor ponselnya pada security sekolah dan menghubunginya."Asslamaualaikum bu. Saya Dini bu mahasiswi
Dini menghela nafas panjang, dia yakin dia bisa melewati ujian demi ujian dalam hidupnya. Hampir saja dia ingin berhenti kerja gara-gara tidak nyaman. Tapi sebentar lagi akan gajian, jadi dia tidak ingin kerja kerasnya sia-sia hanya gara-gara gosip-gosip murahan.Gosip Dini sebagai wanita penggoda HRD pun menyebar ke seluruh penjuru gedung-gedung pabrik. Dini seperti artis yang sedang viral. Tiap dirinya berjalan kaki seorang diri, pasti siapapun yang melihatnya mencibir dan mengata-ngatainya."Oh jadi dia cewek yang sok cantik, yang menggoda HRD biar bisa naik jabatan? haha," ledek Ani karyawati pabrik bagian gudang.Semua teman-teman Ani pun tertawa sinis meledek Dini, Tapi Dini tidak peduli dan menganggapnya angin lalu saja.Di tengah kesendiriannya, Dini mulai menulis lagi. Dia ingin sekali menjadi penulis terkenal. Namun orangtuanya tidak pernah mendukungnya. Hanya Candra yang selalu mengerti bakat dan minat Dini. Candra bilang, buat saja dulu novel
Pikiran Rangga mulai liar. Dia berniat untuk melampiaskan hasratnya pada Caca, mumpung dia seorang diri di kosan. Kebetulan cuaca sedang hujan saat itu. Jadi Rangga meminta ijin untuk berteduh sebentar di kosannya."Haduh hujan!!! Ca aku numpang neduh dulu ya disini, bolehkan?""Boleh banget dong. Yuk masuk!" sambut Caca penuh kebahagiaan."Kamu ngekos sama siapa disini?""Sendiri.""Udah laha?""Baru 2 minggu lalu. Sejak aku pindah kerja kesini, jadi aku ngekos. Dulukan aku kerja di pabrik kaos kaki Bandung."Hujan bertambah besar. Rangga makin senang, dengan begitu dia bisa berlama-lama bersama Caca. Caca sibuk mempersiapkan minum dan mengambilkan beberapa cemilan untuk Rangga.Kosan Caca hanya ada satu kamar, Jadi Caca tidur dan masak disatu tempat. Hanya ada satu toilet mini berukuran 1 meter di kamar kosannya. Kosannya lumayan bebas, di pinggir jalan.Di dalam ruangan hanya ada satu kasur busa kecil berukuran 120cm