Hari pertama KKN.
Dikontrakkan ada tiga kamar-kamar. Kamar pertama ditempati oleh ega dari jurusan matematika, laura dari jurusan ips dan liza dari jurusan biologi.Kamar kedua ditempati oleh dini dari jurusan bahasa inggris, amel dari jurusan pgsd dan siti dari jurusan tafsir hadis.
Kamar ketiga diisi oleh mahasiswa laki-laki. Mereka bersyukur sekali bisa mendapatkan tempat tinggal yang murah, namun sudah dapat fasilitas lengkap. Liza berkata pada teman-temannya,
"Kalian tahu tidak? tadi aku habis mampir ke kontrakan anak-anak kelompok jagapura wetan. Kasihan mereka, harus tidur di aula desa. Mereka tidak menemukan kontrakan kosong disana, mereka tidur hanya beralaskan selimut. Beruntung ya kita, bisa tidur di kasir."
"Ia benar. Kasihan ya mereka. Apa mereka ngga punya uang untuk bayar kontrakan?" tanya ega.
"Bukan ngga mampu, tapi memang warganya jutek tidak ada yang mau mengontrakan. Jadi Kepala desa memberi tempat di aula desa," jawab lisa
Hal yang berkesan di semester enam adalah pengalaman PPL 1. PPL kepanjangan dari praktik pengalaman lapangan. PPL merupakan muara dari semua kegiatan teori dan praktik bagi mahsiswa yang akan meyelesaikan studi diperguruan tinggi khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Kegiatan PPL 1 hanyalan sebatas latihan micro teaching, observasi tempat dan bersilaturahmi pada lembaga pendidikan yang nantinya akan kita tumpangi untuk praktik magang. Tidak lupa di temani oleh Bapak dosen pembimbing yang mengantar kita ke tempat lokasi.Saat micro teaching ini, Dini mendapat giliran pertama untuk praktek mengajar menjadi seorang guru. Namun yang menjadi siswanya adalah teman-teman sekelasnya. Sebelum seorang guru mengajar, tentu saja wajib membuat RPP terlebih dahulu. Di matakuliah PPL 1 ini, Dini di ajarkan tentang cara membuat RPP dan cara mengajar yang baik. Seperti pemberian salam, mengabsen siswa, ice breaking sebelum belajar, penyampaian materi yang menarik dan eval
Momen penting dalam hidupnya pun tiba. Dini akan melaksanakan wisudanya hari ini. Penantian panjangnya selama empat tahun, akhirnya berbuah manis. Hari ini dia akan memakai toga kelulusan dan resmi menjadi sarjana pendidikan.Tepat pukul jam 5 subuh, mother mengundang tukang make up ke istananya. Mother tahu kalau anak gadisnya itu tomboy, jadi tidak akan bisa pakai make up. Wisudakan momen penting, jadi jangan disamakan dengan hari-hari biasa. Mother hanya ingin Dini tampil berbeda.Tok ... Tok ...Terdengar suara ketukan pintu. Ya. Itu tukang rias yang mother sewa untuk mendandani anak gadisnya itu."Eh Ibu Ratih sudah datang, ayo bu silahkan masuk!" ajak mother sambil membukakan pintu istananya yang megah."Terimakasih bu."Perias itu nurut masuk dan mother menggiringnya ke ruang tengah tempat dimana Dini akan dirias.Dini pikir, pas wisuda dia akan pakai baju bebas saja, baju kaos misalnya. Karena dia pikir, pastikan baju sebagus ap
Dini pikir setelah wisuda maka dia sudah merdeka. Namun, itu salah besar. Justru disinilah awal karirnya baru akan dimulai. Ibarat kapal, dia baru akan mulai berlayar. Dan sekarang dia sangat sibuk kesana sini mencari pekerjaan.Dia sudah berusaha melamar ke sekolah-sekolah agar dia bisa cepat jadi ibu guru. Semua itu tidak semudah yang seperti dia bayangkan. Dari 20 surat lamaran kerja yang dia sebar keduapuluh sekolah baik negeri maupun suasta, hasilnya nihil. Dia tidak dapat satupun panggilan kerja.Pagi ini Dini mencoba bersilaturahmi ke tempat dimana dulu ia melaksanakan PPL. Dengan harapan bisa diberi kesempatan untuk magang di sekolah tersebut. Dengan membawa sekeresek buah-buahan dan 1 box bolu jadul.Dengan mengenakan baju batik ala ibu guru sungguhan. Dini pun sampai di sekolah yang dia tuju."Assalamualaikum, Pak ada ibu kepala sekolah ngga yah?" tanya Dini pada penjaga gerbang."Walikumsalam, ada bu. Silahkan masuk! langsung saja ke rua
Beberapa menit kemudian selulur peserta interview digiring masuk ke suatu ruangan yang berAC. Dini langsung meler karena dirinya punya alergi dingin. Kalau kena AC pasti hidungnya langsung meler.Peserta sudah duduk di tempatnya masing-masing dan pimpinan pun memberikan selembaran kertas yang berisi tes tulis. Seperti tes kepribadian. Semoga Dini lolos.Soal aritmatika membuat kepala Dini pusing. Pokoknya dia sangat benci hal-hal yang berbau matematika. Baru mendengar namanya saja Dini sudah pusing, apalagi kalau harus mengerjakannya seperti ini. Rasanya ingin pingsan saja"Ngga usah dihitunglah yah, dari pada aku pingsan disini. Mending ngasal aja, kali aja bener jawabannya," gumamnya dalam hati.Entahlah Dini lolos atau Tidak tes tulis itu. Tapi yang jelas, Dini bisa lanjut ikut tes selanjutnya yaitu tes wawancara. Pertama-tama sebelum dia diwawancarai, penjaga pintu mengukur tinggi badannya dan menimbang berat badannya."Tinggi 155 cm, berat bad
"Kalau sudah kerja dan punya gaji, kamu harus pintar-pintar menghitung pengeluaran dan pemasukan. Berapa gaji yang kamu dapat? berapa kebutuhan yang harus kamu keluarkan selama satu bulan? trus sisanya berapa? kamu kalau ngga dapet hasil alias ngga bisa nabung buat apa kerja. Ya kan?" jelas mothernya."Maksudnya mih?" tanya Dini karena masih bingung."Ya gaji kamu sebulan berapa? Pak supir pribadi itu kan sekali jalan bayarannya lima puluh ribu, belum bensin. Coba dikali tiga puluh hari bisa nyampe kurang lebih satu juta untuk biaya antar jemput kamu aja. Sementara gaji kamu cuma satu juta limaratus. Jadi ya mending pake angkutan umum saja biar lebih hemat dan kamu bisa nabung banyak. Belajarlah hidup prihatin!""Oh gitu ia mih siap, Dini paham!"Dini langsung pamit untuk mandi dan istirahat. Rasanya sedih sekali hidup tanpa penyemangat. Dini benar-benar rindu sosok Candra, cinta pertamanya. Jadi malam ini Dini sengaja mengirim pesan duluan padanya karena
Dini menolehkan kepalanya kebelakang."Rangga?" ucap Dini agak kaget."Nih ambil, kamu pasti haus dan cape yah?""Kamu ngapain disini? makasih yah.""Aku lagi istirahat aja, kan mesin ngga ada yang rusak.""Enak juga kerjaanmu, ngga kaya aku harus full berdiri selama delapan jam," keluhnya.Prit ... prit ... prit ...Lagi-lagi ibu security itu membunyikan pripitannya dan menyuruh mereka kembali bekerja.***Seminggu berlalu. Dini masih tetap menjadi operator dan konflik mulai berdatangan. Itu semua karena ulah Rangga yang makin hari makin menggoda Dini.Caca mengetahui hal ini. Sejak tahu kalau Rangga jatuh cinta pada Dini, sikap Caca mulai berubah lebih dingin. Caca mulai memilih untuk bergaul dengan teman barunya dan Dini jadi tidak punya teman."Ca kamu kenapa sih kok diam terus, biasanya bawel?" tanya Dini.Caca hanya diam membisu dan bersikap dingin.Benar-benar tidak enak rasanya, kerja
Haripun berganti. Dini merubah penampilannya hari ini. Seminggu lalu waktu jadi operator pabrik, dia pakai baju kaos biasa layaknya buruh pabrik pada umumnya. Tapi hari ini, dia gunakan setelan kemeja kantor dan tampil seperti ibu HRD. Mother pun terkaget-kaget melihatnya."Cantiknya anak mamih. Ngomong-ngomong timben kamu pake baju rapih, kaya pegawe bank keliatannya. Biasanya kan cuma pake kaos dan celana panjang biasa. Sepatu juga, pake sepatu senam punya mamih. Kok hari ini pake sepatu pantopel. Kamu mau kemana sih?" tanya mothernya tiada henti mengintrogasi."Ya mau kerja mih," jawabnya singkat."Kerja dimana?""Ya masih tetap di pabrik kaos kaki mih.""Lah terus?""Ya ngga ada terusannya mih hehe. Jadi gini loh mih, allhamdulillah Dini pindah bagian. Sekarang dini udah ngga di bagian operator lagi, tapi di kantor mih," ucapnya sambil menyombongkan diri, mengangkat kerah kemejanya."Widih. Selamat yah! Semangat kerjanya."
Pikiran Rangga mulai liar. Dia berniat untuk melampiaskan hasratnya pada Caca, mumpung dia seorang diri di kosan. Kebetulan cuaca sedang hujan saat itu. Jadi Rangga meminta ijin untuk berteduh sebentar di kosannya."Haduh hujan!!! Ca aku numpang neduh dulu ya disini, bolehkan?""Boleh banget dong. Yuk masuk!" sambut Caca penuh kebahagiaan."Kamu ngekos sama siapa disini?""Sendiri.""Udah laha?""Baru 2 minggu lalu. Sejak aku pindah kerja kesini, jadi aku ngekos. Dulukan aku kerja di pabrik kaos kaki Bandung."Hujan bertambah besar. Rangga makin senang, dengan begitu dia bisa berlama-lama bersama Caca. Caca sibuk mempersiapkan minum dan mengambilkan beberapa cemilan untuk Rangga.Kosan Caca hanya ada satu kamar, Jadi Caca tidur dan masak disatu tempat. Hanya ada satu toilet mini berukuran 1 meter di kamar kosannya. Kosannya lumayan bebas, di pinggir jalan.Di dalam ruangan hanya ada satu kasur busa kecil berukuran 120cm
Rangga ingin sekali mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Rara, karena Rangga tahu kalau Rara adalah gadis yang baik. Baginya, Rara adalah gadis spesial beda dari gadis-gadis lainnya. Rara gadis yang sopan terutama dalam perpakaian, sangat sederhana. Tidak seperti Lita, mantan kekasihnya dulu, selalu saja tampil seksi di depan umum. Di kampus, Rangga menjadi cowok populer karena ketampanannya dan ketahirannya. Banyak mahasiswi jatuh hati pada dirinya, tapi tidak dengan Rara. Rara sepertinya tidak jatuh hati pada Rangga. Sekata pun bahkan Rangga tidak pernah mendengar Rara memuji kepopulerannya. Bagi Rara, Rangga biasa saja. Ini yang membuat Rangga jatuh cinta padanya, Rara begitu cuek bahkan tidak peduli kalau Rangga menjadi orang nomor satu di kampus. Setelah pertengkaran itu, Rara pergi meninggalkan Rangga sendiri di depan gedung administrasi. Rasa benci Rara semakin menjadi-jadi karena tahu kalau Rangga benar-benar tidak punya hati, seenaknya saja menuduh Rara s
Dini pergi meninggalkan Rara dan Rara mulai berjalan kaki menuju cafe di sebrang jalan yang sedang membutuhkan pelayan. Rara berharap akan mendapatkan hasil yang baik kali ini.Setelah sampai di depan cafe, Rara membaca papan pengumuman di depan pintu cafe yang bertuliskan "Dibutuhkan!!! pelayan wanita". Pikirnya ternyata Dini benar memang ada lowongan kerja di cafe ini. Melihat gerak gerik Rara yang mencurigakan akhirnya pemilik cafe keluar dan menegur Rara."Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ibu paruh baya dengan setelah baju tuniknya."Maaf mengganggu bu, sebetulnya saya sedang butuh pekerjaan," jawab Rara sopan."Kebetulan sekali, saya sedang mencari pelayan wanita kalau kamu mau, kamu bisa kerja membantu saya di cafe ini.""Tentu saja bu, saya mau," jawab Rara penuh semangat dan senyum bahagia."Perkenalkan Saya Anisa, Saya pemilik cafe ini. Mulai besok kamu boleh bekerja," kata Ibu Anisa sambil menjabat tangan Rara."Say
"Stop Pak!" kata Rara menyuruh supir angkutan umum untuk menurunkannya di depan kampus negeri. Rara turun dari angkutan umum dan memberikan ongkos kepada supir. Kemudian Rara berlari menuju ruang ujian seleksi penerima beasiswa di kampus negeri. Macetnya jalanan membuat dirinya terlambat datang, sehingga dia harus berlari dan terburu-buru menuju ruang ujian. Saat sampai parkiran kampus, Rara tidak sengaja menabrak cowok sombong dan emosional sehingga terjadi keributan. BRAK!!! "Kamu buta yah?! kalau jalan lihat-lihat dong!" teriak cowok emosional itu. "Maaf kak, saya sedang terburu-buru karena ingin ikut ujian," jawab Rara. "Oh ujian beasiswa bidik misi khusus untuk orang miskin itu? haha dasar gembel yah kamu! Pantas sih kelihatan dari pakaian yang kamu kenakan, kumuh!" ucapnya sambil tertawa terbahak meledek penampilan Rara. Rara kesal sekali dengan perlakuan cowok tengil itu. Rara berjanji di dalam hati untuk tidak akan memaafkannya
Sekuat apapun Dini menyembunyikan. Akhirnya orantuanya tahu juga kalau tentang keberadaan Candra. Sejak Candra kerja di sini, Dini merasa hidupnya jadi penuh mata-mata. Karena setiap Dini jalan dengan Candra pasti saja orangtua nya tahu.Waktu itu misalnya. Orangtua Dini tidak sengaja mampir ke tempat les dan ternyata motor Dini tidak ada. Sejak saat itu orangtuanya selalu curiga dan menyuruh orang-orang kepercayaannya unutk memata-matai anak gadisnya itu.Dini benar-benar merasa risih. Bahkan orangtuanya lupa kalau umur anaknya sudah 26 tahun. Masih saja seperti anak kecil selalu dikekang.Akhirnya saat liburan sekolah tiba. Dini memutuskan untuk pergi dari rumah mencari kebebasan. Dia menuliskan surat di secarik kertas yang bertuliskan,"Maaf yah Mamih Papih. Aku benar-benar sudah tidak sanggup dikekang seperti ini. Tidak apa kalau kalian tidak akan menganggapku anak lagi. Aku akan pergi. Dan jangan pernah salahkan Candra karena dia pun tidak akan tahu
Beda sekolah beda cerita. Di sekolah SMK swasta Dini terkenal paling sukses karirnya. Karena hanya dia yang nyabang di tiga sekolah dan beberapa bulan lalu, dia mendapat tawaran mengajar les bahasa inggris di suatu lembaga. Tentu saja Dini terima.Semua guru melihat Dini selalu banyak penghasilannya. Apalagi ngajar di tempat les honor selalu cair tiap bulan, tidak seperti di sekolah yang cairnya tiga bulan sekali. Mengandalkan dana bos.Waktu awal gajihan pun Dini sempat nangis, karena Di MA hanya dapat upah enam puluh ribu rupiah sebulan dan itu cairnya lama sekali."Mih sedih banget, Dini kuliah mahal-mahal masa honornya segini. Untuk bensin saja mana cukup belum lagi untuk jajan dan beli make up," keluh Dini sambil memamerkan tiga amplop honor dari berbagai sekolah."Dari MA dapet enam puluh ribu, dari SMP dapet seratus lima puluh ribu, dan dari SMK seratus dua puluh ribu," ucap Mamih sambil menghitung hasil kerja keras anaknya.Jelas saja Dini
Entahlah. Orangtuanya sangat tidak mendukung bakat menulis Dini. Katanya, untuk apa menulis seperti orang yang tidak punya masadepan. Dan selalu marah kalau Dini membaca novel. Katanya tidak penting, tidak berkualitas. Lebih baik baca berita.Orangtuanya hanya ingin Dini selalu patuh terhadap semua keputusan mereka. Sedikitpun Dini tidak pernah dikasih kebebasan untuk memilih apa yang dia suka.Hidupnya benar-benar terkekang. Hal apapun yang disukai Dini selalu salah dan tidak pernah didukung. Hati kecilnya selalu berteriak. Ingin menjadi penulis hebat dan karyanya akan ada ditoko buku ini, bahkan di toko buku sedunia.Selama satu jam setengah Dini mematikan ponselnya agar tidak dihubungi Aldi dan dia fokus membaca novel-novel kesukaannya."Rasanya aku ingin mengoleksi semua novel-novel yang aku suka dan aku akan membuat perpustakaan mini dirumah pribadiku nanti. Semoga Candra bisa membantuku untuk mewujudkan semua impianku kelak," rintih Dini pada diriny
Beruntungnya Dini, karena memiliki orangtua yang sangat peduli terhadapnya. Baru sehari dia jadi pengangguran, dia langsung dapat kerjaan baru. Mother tidak sengaja keceplosan bilang kalau jadi guru honor harus pake uang pelicin. Jadilah Papih meminta Dini untuk menemui kepala sekolah yang bisa bantu Dini untuk menjadi seorang guru honorer."Ayo siap-siap Din, Papih mau ketemu kepala sekolahnya!" perintahnya."Ngga usah Pih, lagian kita kerja itu untuk cari uang, bukan malah buang-buang uang Pih. Sayang uangnya kalau untuk nyogok Pih.""Ngga apa-apa, yang penting kamu bisa jadi guru!"Dini tidak bisa berbuat apa-apa, jadi dia menurut saja, seperti biasanya. Setelah Dini selesai menyiapkan berkas-berkas lamaran, Dini dan Papihnya menuju sekolah yang dituju untuk melamar.Setelah sampai sekolah ternyata Ibu Kepsek tidak ada, jadi Dini meminta nomor ponselnya pada security sekolah dan menghubunginya."Asslamaualaikum bu. Saya Dini bu mahasiswi
Dini menghela nafas panjang, dia yakin dia bisa melewati ujian demi ujian dalam hidupnya. Hampir saja dia ingin berhenti kerja gara-gara tidak nyaman. Tapi sebentar lagi akan gajian, jadi dia tidak ingin kerja kerasnya sia-sia hanya gara-gara gosip-gosip murahan.Gosip Dini sebagai wanita penggoda HRD pun menyebar ke seluruh penjuru gedung-gedung pabrik. Dini seperti artis yang sedang viral. Tiap dirinya berjalan kaki seorang diri, pasti siapapun yang melihatnya mencibir dan mengata-ngatainya."Oh jadi dia cewek yang sok cantik, yang menggoda HRD biar bisa naik jabatan? haha," ledek Ani karyawati pabrik bagian gudang.Semua teman-teman Ani pun tertawa sinis meledek Dini, Tapi Dini tidak peduli dan menganggapnya angin lalu saja.Di tengah kesendiriannya, Dini mulai menulis lagi. Dia ingin sekali menjadi penulis terkenal. Namun orangtuanya tidak pernah mendukungnya. Hanya Candra yang selalu mengerti bakat dan minat Dini. Candra bilang, buat saja dulu novel
Pikiran Rangga mulai liar. Dia berniat untuk melampiaskan hasratnya pada Caca, mumpung dia seorang diri di kosan. Kebetulan cuaca sedang hujan saat itu. Jadi Rangga meminta ijin untuk berteduh sebentar di kosannya."Haduh hujan!!! Ca aku numpang neduh dulu ya disini, bolehkan?""Boleh banget dong. Yuk masuk!" sambut Caca penuh kebahagiaan."Kamu ngekos sama siapa disini?""Sendiri.""Udah laha?""Baru 2 minggu lalu. Sejak aku pindah kerja kesini, jadi aku ngekos. Dulukan aku kerja di pabrik kaos kaki Bandung."Hujan bertambah besar. Rangga makin senang, dengan begitu dia bisa berlama-lama bersama Caca. Caca sibuk mempersiapkan minum dan mengambilkan beberapa cemilan untuk Rangga.Kosan Caca hanya ada satu kamar, Jadi Caca tidur dan masak disatu tempat. Hanya ada satu toilet mini berukuran 1 meter di kamar kosannya. Kosannya lumayan bebas, di pinggir jalan.Di dalam ruangan hanya ada satu kasur busa kecil berukuran 120cm