Sinopsis.
Hanya karena menjadi tukang cuci piring di hajatan pernikahan, Nayra dihina oleh Dewi dan Angga, yaitu adik tiri dan mantan suaminya.Namun, Nayra hanya tersenyum saja di saat mereka berdua menghinanya.Akan tetapi, sesuatu terjadi di saat Angga dan Dewi menikah dan menyewa Nayra sebagai tukang cuci piring di pesta pernikahan mereka.Kira-kira ada apa ya?Yuk, ikuti kisah selengkapnya...Halo semuanya...Terima kasih untuk para pembaca yang masih setia membaca novel ini, dan Ria mohon untuk season kedua ini agar para pembaca lebih aktif untuk kasih komentar ataupun vote, agar Ria juga lebih bersemangat untuk up setiap harinya, sekali lagi terima kasih banyak...Dan, happy reading (◍•ᴗ•◍)❤"Nayra, ini beneran kamu?" Angga bahkan sampai memiringkan kepalanya demi memastikan seseorang yang ada di hadapannya saat ini memanglah mantan istrinya.Sedangkan Nayra yang saat ini sedang sibuk mencuci piring, ia sejenak mendongakkan kepalanya lalu ia pun menoleh ke arah Angga yang saat ini sedang tertawa terbahak-bahak."Owalah ... aku kira setelah kamu meminta cerai waktu itu, kamu saat ini sudah menjadi orang sukses. Tapi, nggak taunya ternyata sama aja, sama-sama kere kayak dulu, haha ...."Nayra yang mendengar ejekan dari Angga, ia hanya menghela napas panjang, lalu ia pun kembali mengerjakan pekerjaannya di saat Angga sedang sibuk memanggil Dewi."Yank, ... coba kamu lihat, Mbak mu ternyata sekarang hanya jadi tukang cuci piring, haha ... aku kira dia bakalan jadi bos besar saat mengingat bagaimana sombongnya dia di saat dia pergi waktu itu."Angga terus menerus mengungkit hal tersebut sebab harga dirinya benar-benar tercoreng di malam itu.Dewi yang melihat kakak tirinya saa
"Assalamualaikum ....""Wa'alaikumsalam, udah pulang, Nduk? Waduh, bawa apaan itu? Banyak banget.""Iya, Mbok. Ini ada nasi, sayur sama lauk dari tuan rumah yang punya acara, terus yang ini bingkisan dari bos pemilik terop, ada beras, gula, dan sabun cuci baju.""Alhamdulillah ... terus dapat duit berapa kamu?"Nayra tersenyum sembari membuka amplop yang diberikan oleh ketua terop tadi."Dapet tiga ratus ribu, Mbok. Kan aku dua hari kerja.""Alhamdulillah ... lumayan juga ya, kalau begitu kalau ada panggilan kerja seperti ini lagi, lebih baik kamu mau aja.""Iya, Mbok.""Eh! Tapi, emang nggak apa-apa kamu izin nggak masuk toko, terus malah ikut terop?""Nggak apa-apa, Mbok. Aku malah sudah izin langsung sama Bu Aretha, dan beliau kasih cuti libur sehari lagi buat pijet, biar katanya aku nggak kecapean.""Owalah ... baik banget ya Bu Aretha, dia pengertian banget sama kamu.""Oh ya, tadi Mbok udah buatin jenang sum-sum buat kamu, biar badannya nggak sakit semua.""Aduh, Mbok. Sekarang
"Oh ya, Gas. Terus gimana buaya dan cecurut kemarin?"Buaya yang dimaksud Nayra adalah Angga, sedangkan cecurut itu adalah Dewi. Semalam Nayra langsung memberi arahan apa saja yang harus dilakukan Bagas pada Angga dan Dewi."Beres, Mbak. Bahkan mereka mengambil paket eksklusif premium, haha ...."Bagas tertawa puas mengingat kejadian semalam, ia tidak menyangka bahwa ia berhasil membujuk sepasang calon pengantin itu untuk memilih paket yang mahal untuk acara pernikahannya."Wah! Pinter kamu. Pokoknya kalau pembayaran mereka lunas, aku kasih bonus gede buat kamu dan anak-anak.""Wah ... yang bener, Mbak?"Nayra mengangguk, ia memang harus memberi apresiasi plus atas kerja keras Bagas dan yang lainnya, sebab mereka telah berhasil membalas sedikit rasa sakit yang ditorehkan Angga dan Dewi waktu itu."Tapi, gimana bisa mereka ngambil paket eksklusif premium?"Paket eksklusif premium adalah pelayanan super lengkap dari NP Wedding, dan tentu saja semua bahan dan barang adalah yang terbaik d
"Ada anak baru ya, Mas?!""Astaghfirullah ... Nayra! Kamu bikin kaget aja!" sahut Rendi seraya mengusap kepalanya yang terantuk rak gudang saat mengambil stok snack."Hehe ... maaf, Mas. Tapi, nggak apa-apa kan?" balas Nayra sembari meringis sebab merasa bersalah pada Rendi."Iya nggak apa-apa. Maksud kamu tadi Vano ya? Iya, dia baru masuk kemarin, anak Cempaka Ungu.""Owh ... anak rantau. Eh, tapi kan kabupaten Cempaka Ungu bukannya pusatnya Avan Group ya? Tapi, kenapa dia malah ke sini? Apa memang dipindah tugaskan dari toko pusat ya?"Rendi menggelengkan kepalanya. "Katanya sih enggak, emang dia sendiri yang pingin ngelamar kerja di sini."Di saat Rendi dan Nayra sedang mengobrol, tiba-tiba saja ada seseorang yang menyembulkan kepalanya dari pintu gudang tersebut."Mas Rendi, dicari Pak Yono tuh," ujar Agnes dengan wajah yang terlihat menahan kesal, sebab ia melihat Nayra yang berdiri cukup dekat dengan Rendi."Oh, iya. Aku duluan ya, Nay." Sang supervisor itu pun langsung pergi un
"Heh, anak baru, bantuin kita beresin barang yang baru datang!" pinta senior Vano, namun lebih tepatnya nada suaranya bukan seperti orang yang sedang meminta tolong, akan tetapi memaksa.Tanpa menjawab, Vano pun segera mengikuti langkah seniornya, dan ia pun menuruti semua perintah seniornya itu."Yang ini diletakkan di sana, terus yang ini kamu bawa ke situ, dan yang dus-dus snack ini kamu lempar semua ke atas."Vano manggut-manggut, namun ia mulai bingung ketika seniornya malah duduk, bukannya ikut bekerja seperti saat dia mengarahkannya tadi."Lho, ini aku aja yang beresin?" tanya Vano yang langsung ditertawakan oleh para seniornya tersebut."Kenapa? Mau protes? Sudah untung kita kasih tau tempat-tempatnya. Udah sana cepat beresin, jangan banyak bacot!"Vano menghela napas, ia pernah mendengar istilah senioritas di tempat kerja, namun ia tak menyangka akan mengalaminya juga di awal ia bekerja.Berulang kali Vano mencoba melempar kardus-kardus berisi snack itu ke atas, dan walaupun
"Sssttt ... Mama mau ngapain ke sini? Itu kan sudah biasa terjadi di tempat kerja, dan aku kan juga lagi nyamar, bisa-bisa nanti ketahuan deh.""Apanya yang ketahuan? Mama lho mau datang ke sana bukan buat kamu, tapi buat Nayra. Van, Nayra itu kasihan banget, dia harus bekerja keras untuk menghidupi neneknya juga, dan Mama pernah dengar dia juga sedang terlilit hutang, jadi Mama minta tolong ya, tolong jaga Nayra, soalnya kasihan juga sama neneknya kalau sampai terjadi apa-apa sama Nayra."Vano berdecak, ia berpikir kalau Nayra terlilit hutang untuk gaya hidupnya, soalnya kebanyakan wanita berhutang karena iri jika penampilan temannya lebih wah dari dirinya.Vano dan Aretha tidak hanya membahas tentang Nayra, mereka juga membicarakan cabang baru yang akan dibuka di kota lainnya. Hingga waktu istirahat usai dan Vano mengakhiri sambungan teleponnya.Saat keluar dari kamar, Vano melihat Nayra keluar dari kamar juga. Vano yang merasa Nayra sebenarnya orang yang baik, ia berinisiatif untuk
Berulang kali Vano menaik turunkan tangannya, ia tampak terlihat ragu untuk mengetuk pintu kamarnya Nayra.Namun, di saat Vano hendak pergi, tiba-tiba saja pintu kamar tersebut terbuka, dan Nayra juga mengatakan, "masuklah!"Meski sedikit ragu, Vano tetap saja mengikuti langkah kaki Nayra memasuki kamar gadis tersebut, namun Vano dibuat tercengang ketika ia melihat isi kamar Nayra."Apakah ruang CCTV sudah dipindahkan ke sini?" tanya Vano heran ketika melihat banyaknya layar CCTV yang menampilkan hampir seluruh isi bangunan Avan Group, bahkan di bagian luar juga."Tidak, ruang CCTV yang banyak diketahui orang masih ada di tempatnya, namun di sini adalah versi lengkapnya."Vano hanya mengangguk, lalu kemudian ia buru-buru mencari rekaman yang terjadi beberapa saat lalu.Nayra yang sebelumnya mendapat pesan dari Rendi, bahwa Vano kemungkinan besar adalah mata-mata yang dikirim oleh bos mereka, dan ia menyuruh Vano untuk mengecek rekaman CCTV yang baru saja terjadi, maka Nayra pun membia
Beberapa hari kemudian...."Mas, besok aku izin ya? Nggak masuk lagi, soalnya ada tawaran untuk cuci piring di hajatan lagi," ujar Nayra pada Rendi yang saat ini sedang menata snack rentengan."Oh ... iya. Eh, tapi ... memangnya kamu nggak capek? Dua hari lalu kan kamu habis kerja di hajatan juga, mana nggak ngambil libur lagi buat istirahat.""Nggak, Mas. Soalnya tamunya juga nggak banyak, kalau besok baru pesta besar-besaran, jadi mungkin aku ambil cuti selama tiga hari."Rendi hanya manggut-manggut, namun ada seseorang yang keberatan setelah mendengar perkataan Nayra."Kamu mau libur lagi ya, Nay?" tanya Pak Yono yang nada suaranya sudah tidak enak didengar."Iya, Pak," sahut Nayra sembari meringis."Kenapa lagi? Mau kerja di hajatan lagi? Eh, Nay! Kamu mentang-mentang dapat kelonggaran dari si Bos, lantas kamu bisa kerja ke sana-sini semaumu ya? Wah, wah, wah ... enak banget jadi kamu, Nay?"Nayra tersenyum tipis, lalu kemudian ia mengatakan, "Sebelumnya maaf ya, Pak. Saya sebenar
[Aku lagi di rumah temenku, memangnya kenapa kok pingin ketemu aku?] [Ih, Kak. Memangnya Kak Nayra nggak lihat postingan teman Kakak, dia kayaknya sengaja pingin jatohin harga diri kamu kak.] [Udah biarin aja, lagi pula sebentar lagi semuanya juga akan terbongkar, jadi kamu tenang aja, kamu cukup tunggu kabar baiknya aja.] Setelah membalas pesan tersebut, Nayra kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya, dan ia sebenarnya juga tidak sabar mengakhiri semua sandiwaranya ini. Lalu setelah mereka semua puas makan rujak, Melisa mengajak teman-temannya keliling, termasuk Nayra. Nayra dan yang lainnya diajak Melisa melihat sawah dan kebun jeruk milik suaminya Melisa. Tidak hanya itu, Melisa juga memamerkan dua lahan kosong milik suaminya, ketika mobil mereka melewati jalanan tersebut, sehingga membuat Nayra semakin yakin dengan dugaannya tentang suaminya Melisa. [Mas, gimana?] [Sudah semuanya Yank. Ini dia sudah dijemput polisi, dan sebentar lagi aku akan jemput k
Sesuai dengan kesepakatan kemarin, hari ini Nayra, Diah, Intan, dan Sari, akan bertemu di rumahnya Melisa."Loh, Yank. Kenapa kamu pakai baju ini? Kamu nggak suka ya, dengan baju yang dibelikan Mama kemarin?" tanya Vano saat melihat Nayra memakai baju bawaannya sendiri, sebuah baju yang warnanya sudah kusam, dan tentunya terkesan bikin mata jadi sepet."Suka Yank. Suka banget malah, tapi hari ini aku mau menghormati orang yang mengundangku, dia kan mau terlihat lebih WOW dari aku, masa iya aku dengan jahatnya ngerusak rencananya itu."Sejenak Vano memahami kata-kata Nayra, lalu kemudian ia mengatakan, "Oh ... sekarang aku jadi lebih paham lagi, kenapa kamu nggak mau pake Rolls-Royce, dan minta antar aku. Kamu masih belum mau nunjukin dirimu yang sekarang ya?""Iya, lagi pula kemarin Melisa udah mamerin semua perhiasannya, dan hari ini dia mau pamerin hartanya yang lainnya lagi, jadi aku harus dukung dia dong, dan jangan sampai buat dia malu."Nayra yang sudah mengetahui watak Melisa,
Setelah puas mengobrol, mereka berdua akhirnya memutuskan pulang."Eh, Nay. Main ke rumahku yuk, kan kamu mumpung ada di sini, nanti kita jalan-jalan juga sama, Intan, Diah, dan Sari.""Lho, mereka juga tinggal di sini?" tanya Nayra yang juga jadi teringat dengan nama-nama teman SMP nya dulu."Iya, mereka juga dapat suami yang berasal dari kota ini, namun kami tinggal di desa yang berbeda.""Baiklah, nanti kamu kabarin aku aja kalau mau ngumpul, aku akan datang ke sana.""Oke, terus kamu ke sini tadi naik apa?" tanya Melisa yang berniat memberi tumpangan untuk Nayra, jika Nayra datangnya dengan jalan kaki, maka Melisa bisa pamer ke Nayra, betapa enaknya naik mobil mahal milik suaminya itu."Naik mobil itu," sahut Nayra sembari menunjuk mobil yang ia tumpangi tadi.Melisa hampir menyemburkan tawa ketika melihat mobil butut milik Nayra, yang berbanding jauh dengan mobil miliknya."Oh, kalau begitu aku duluan ya, itu sopirku udah siap." Melisa menunjuk mobil Alphard yang ditumpanginya ke
"Mas, hari ini aku ingin pergi ke alun-alun, kan katanya di sana ada bazar, aku pingin beli jajan, boleh ya?" tanya Nayra sembari menyuapi Vano, sebab saat ini kedua tangan Vano masih sibuk mengetik di laptopnya."Iya, beli saja apa yang kamu mau, dan kamu boleh pergi ke mana pun, asalkan diantar sama sopir.""Siap, Bos," sahut Nayra sembari memberi hormat, lalu kemudian ia menyuapi Vano lagi.Setelah sarapan mereka habis, Vano kemudian langsung berangkat ke kantor, sedangkan Nayra juga langsung bersiap-siap untuk pergi."Pak, memangnya nggak ada motor ya? Alun-alun kan Deket, masa kita pergi naik mobil ini?" Nayra merasa kurang nyaman saja kalau pergi ke mana-mana harus memakai Rolls-Royce, dan ia juga takut akan jadi pusat perhatian nantinya."Waduh, Bu. Kalau di sini nggak ada motor, dan dari Surabaya saya memang sudah disuruh bawa mobil ini untuk mengantar ke mana pun Bu Nayra pergi."Melihat wajah Nayra berubah murung, lalu sang sopir memiliki ide lain."Kalau Bu Nayra nggak ing
"Aku juga nggak tahu, Ma," sahut Fadil yang juga baru saja mendengar nama itu."Oh, Melisa itu tetangga saya di Melawi," timpal Nayra."Owh ...." sahut semua orang kompak."Iya, wanita itu memang dari Melawi, dan dia menikah dengan salah satu manajer Wangs Food yang ada di kota ini, dan mertuanya juga seorang kepala desa Nglegok, jadi mereka mendapatkan undangan dari kami karena termasuk perangkat desa. Dan, mengenai alasan para staf mengira wanita itu menantunya Pak Davin, karena tadi wanita itu menaiki mobil Alphard," jelas Aryo, yang membuat semua orang mengangguk mengerti.Lalu kemudian mereka berbicara hal lain, hingga kemudian Fadil, Rita, dan Aryo, pamit pulang.Setelah itu, Vano dan Nayra juga pamit pulang ke hotel kembali, namun saat di perjalanan, Vano mengambil jalan yang berbeda dari sebelumnya, sebab ia sekaligus mengajak Nayra mengelilingi sebagian kota Ledok Ombo.Sesampainya di hotel, mereka berdua langsung masuk kamar."Ini, ambillah!" ujar Vano sembari menyodorkan be
Para staf itu kemudian langsung bubar dan masuk ke dalam ballroom hotel, mereka hendak membicarakan masalah ini pada Aryo, namun saat ini Aryo sedang memberikan sambutan pada para tamu undangan."Sekali lagi saya memohon maaf untuk para tamu undangan yang sudah hadir, dan terutama untuk Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang ingin berbicara langsung dengan Pak Davin dan Bu Aretha, yang saat ini mereka tidak bisa hadir dalam acara ini dikarenakan putri mereka baru saja mengalami kecelakaan, dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.""Sebenarnya hari ini menantu mereka, Bu Nayra, akan hadir di tengah-tengah kita, namun mungkin Beliau juga memiliki halangan lain, sehingga hari ini juga tidak bisa hadir dalam acara ini. Jadi saya mewakili Queen Hotel, memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih." Lanjut Aryo sembari menatap kursi yang ditata khusus untuk tempat duduk Nayra, namun sudah diduduki oleh wanita lain, jadi Aryo mengira Nayra tidak bisa datang dan para staf menyuruh tamu lain untu
"Eh, Mbaknya mau ke mana?" tanya sang ketua panitia sembari merentangkan tangannya di hadapan Nayra."Itu, mau nyapa tetangga saya," sahut Nayra sembari menunjuk ke arah wanita muda itu."Mel, ... Melisa, ...." teriak Nayra yang akhirnya memanggil anaknya Wati, yaitu tetangganya di Melawi. "Sssttt, jangan teriak-teriak di sini, Mbaknya kalau mau bicara dengan Mbak itu di dalam saja, bawa undangannya kan?""Undangan?" tanya Nayra kebingungan. "Loh, kok tadi suami saya nggak ngasih undangan ya, dan mertua saya juga nggak bilang kalau ada kartu undangannya."Sang ketua panitia pun sontak mendengus. "Kalau begitu Mbaknya nggak boleh masuk, dan jangan manggil tetangga Mbak tadi seperti itu, sebab dia orang penting di sini."Setelah mendengar penjelasan sang ketua panitia, Nayra hanya bisa menganggukkan kepalanya.Sedangkan di sisi lain, Melisa yang mendengar ada orang yang memanggilnya, ia pun menoleh, dan keningnya mengerut setelah memastikan orang yang memanggilnya itu adalah Nayra."Na
Hotel bintang lima di kabupaten Ledok Ombo yang bernama Queen Hotel, tampak begitu ramai karena hari ini sang pemilik hotel tengah mengadakan acara amal untuk korban bencana alam di kabupaten Argopuro.Namun, anehnya sang pemilik acara langsung meninggalkan tempat acara setelah mendapat telepon dari salah satu rekan kerjanya."Ma, ayo sekarang kita pergi ke rumah sakit, anaknya Pak Davin kecelakaan, jadi Beliau dan istrinya tidak bisa hadir ke sini, namun ada menantu mereka yang akan datang mewakilinya," ujar Fadil setelah ia mendapat telepon dari Davin."Baiklah, terus acara di sini bagaimana?""Biar Aryo yang urus. Aryo, aku serahkan acara hari ini padamu, dan tolong sambut menantunya Pak Davin dengan baik, jangan sampai ada orang yang mencoreng nama baik hotel ini di hadapannya!""Baik, Pak," sahut sekretaris Fadil.Fadil tentu lebih mengutamakan menjenguk Vania, sebab orang yang paling berjasa mengantarkan pada kejayaannya hingga puncak saat ini adalah Davin, jadi ia merasa tidak
Setelah sampai di Ledok Ombo, Nayra dan Vano langsung menuju ke rumah sakit tempat Vania dirawat."Kak Vano, sakit ...." rengek Vania saat ia melihat kakak dan kakak iparnya sudah datang."Kamu ini habis ngapain, kok bisa sampai bonyok seperti ini?" tanya Vano sembari memeriksa lutut, siku, dan kening Vania yang diperban."Dia habis belajar naik motor, terus nabrak pohon," sahut Aretha sembari mengupas buah."Loh, kok bisa? Memangnya dia minjem motornya siapa, Ma?""Nggak tau, katanya punya temennya.""Kamu ini ada-ada aja, Nia. Sudah bagus ke mana-mana ada yang nganterin. Eh, malah akal-akalan belajar naik motor," ujar Nayra sembari menggelengkan kepalanya."Ya habisnya aku ingin kayak temen-temenku yang lain, Kak. Bisa nyetir motor dan mobil sendiri.""Tapi, nggak harus belajar dengan orang lain, Nia. Apalagi, ini juga bukan di daerah kita, kamu kan tau sendiri Papa dan Mama datang ke sini karena memenuhi undangan rekan kerja Papa. Eh, kamu malah bikin ulah," gerutu Davin."Ya maaf,