Bugg. Satu tendangan Umar mendarat di tubuh Arya hingga pria itu terjungkal dan mengerang kesakitan.
“Umar! Cukup! Jangan lakukan lagi, nak!” aku mencoba mengingatkan putra Miranti yang sangat pemberani. Di usianya yang masih remaja, sangat mudah tersulut emosi.
“Hentikan Anak muda! Atau kau siap untuk masuk penjara!” pria bernama Handoyo mengancam umar.
“Aku tak takut dengan ancamanmu! Kalau kau membela papah, aku juga tak segan melakukan hal yang sama terhadapmu!” anak itu tak takut dengan ancaman siapapun. Bahkan dengan beraninya dia mengancam orang seperti Handoyo.
Tapi kenapa justru aku yang merasa takut. Pria seperti Handoyo bukan untuk bermain-main dengan umar. Apalagi kalau dia tahu bahwa umar adalah cucu dari Om Dirwan. Sudah pasti pria itu akan meloloskan ancamannya.
“Ow. Jadi kau anaknya Arya?! Kau cucu dari si keparat
7O. MENGALAH UNTUK MENANGAku benar-benar muak melihat adegan drama yang membuat istriku terluka. Aku harus seGera mengusir Arya beserta komplotannya.“Pergi kalian! atau aku panggil polisi untuk menendang kalian semua dari sini!” ancamku dengan amarah yang membuncah. Aku takkan membiarkan orang yang sudah membuat istriku terluka melenggang begitu saja.“Dan kau Arya. Aku takkan tinggal diam karena penipuan yang kalian lakukan. Tunggu saatnya, aku akan membuatmu membusuk di dalam penjara. Pergi kalian dari hadapanku!” aku menunjuk pintu keluar. Gigiku gemerutuk menahan amarah. Dasar manusia-manusia laknat. Umpatku dalam hati.“Kau yang harus pergi dari rumahku, Fajar! Aku akan memberi waktu kepada kalian selama satu jam untuk mengemasi barang-barang kalian! ingat. Hanya satu jam. Tak lebih!” perintah Arya dengan seenaknya. Jelas saja membuatku gerah.“Tidak! Sampai matipun, aku takkan pergi dari rumah ini!
RUMAH IMPIANMobil yang kukendarai memasuki rumah mewah yang sudah dipersiapkan jauh sebelumnya untuk istriku. Tak mengira jika jodoh yang dipilihkan oleh sang pencipta adalah wanita yang dua puluh tahun lalu mengikat hatiku dengan cintanya.Seluruh konsep sama persis dengan yang Miranti inginkan dahulu. Cat warna putih dipadu dengan kuning emas adalah impiannya jika kelak kami punya hunian pribadi. Rumah tiga lantai bergaya mediterania dengan satu satu kubah besar menjulang tinggi juga sangat di idamkan oleh wanita yang telah resmi aku persunting. Semoga saja dia takkan kecewa dengan kadi istimewa yang kuberikan untuknya.“Ayo, sayang, kita turun.” Mengajak istriku dengan sukacita. Bayangan akan kebahagiaan istri saat mendapat kejutan yang akan kupersembahkan untuknya, membuatku sangat bahagia.Ekor mataku menangkap ekspresi datar dari wanita yang duduk di samping. Tak ada respon apapun yang keluar dari bibir mungilnya
OTAK DI BALIK KEMATIAN SUAMI NINDY“Halo, Boss. Halo ....”Membiarkan panggilan tetap berlangsung tanpa merespon apapun. Aku tak boleh seperti ini. Pasti Tuhan akan memberikan jalan. Yang penting ada di pihak yang benar, aku takkan mundur.“Halo ... halo ....”“I-iya. Aku masih ada di sini. Tapi, bagaimana ini bisa terjadi? Apa dia sakit, atau ...?”tanyaku masih dengan tangan gemetar. Tak menyangka kuasa Tuhan yang begitu cepat membalaskan sakit hati istriku. Memang harus berhati-hati jika menyakiti seseorang.. Do’a orang yang tersakiti sangat mudah di kabulkan. Benar-benar membuat merinding.“Sepertinya dia keracunan. Lebih tepatnya diracuni.”“Yang benar? Bagaimana bisa kalian menyimpulkan seperti itu? Ingat. Jangan berbicara tanpa bukti!”“Dari hasil pemeriksaan di rumah sakit, terdapat racun pada darahnya. Kalau menurut saya, sepertinya
8O. RENCANA BUSUK ARYAAku datang bersama istriku stefani. Benar-benar tak menyangka, orang sekuat pak Handoyo bisa dengan mudah di tangkap polisi. Dia pasti akan memarahiku habis-habisan karena tidak becus bekerja.Jantungku berdebar-debar. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Kalau Handoyo benar-benar diinyatakan bersalah, aku juga bisa kena. Karena akulah yang mencari orang untuk berpura-pura sebagai kurir. Aku pikir dia pintar, tapi ternyata nol besar.Sebenarnya aku ingin lari dan tak mau datang kesini. Tapi bisa-bisa orangtua itu akan menyuruh orang untuk menghabisi nyawaku kalau aku tak memenuhi panggilannya. Uh, serba salah. Pokoknya apapun yang terjadi, tak mau merasakan dinginnya lantai penjara lagi.Aku sudah bediri tak jauh darinya. Kaki gemetar. Untung saja tadi tak memperbolehkan stefani masuk. Kalau tidak, pria gendut itu pasti akan meminta istriku untuk menemaninya.Sebenarnya aku sangat menyesal menerima bantuannya yang p
KABAR BAIKFAJARSedikit bisa bernafas lega. Satu masalah sudah terselesaikan. Aku yakin sekali Arya pasti juga terlibat. Sebentar lagi dia pasti menyusul bos barunya ke penjara. Dengan begitu kehidupan Miranti dan keluarga mertuaku akan aman. Kami bisa menata kembali masa depan yang telah di porakporandakan oleh manusia serakah seperti Arya dan Handoyo.Mobil memasuki pelataran rumah ayah mertuaku. Aku tersenyum melihat Miranti, Ayah dan ibu sedang bermain bersama keempat anak-anak di taman. Mereka terlihat begitu bahagia. Si bungsu terlihat begitu manja kepada mamahnya. Tak ketinggalan pula si kembar dan adiknya yang terlihat iri saat melihat adik yang paling kecil tidur di pangkuan mamahnya. Mereka berebut untuk bisa merapat di pangkuan ibunda tercinta.Bukan Miranti namanya kalau tak bisa mengatasi. Dengan cekatan dia melebarkan tangan dan memeluk para putra. Sungguh pemandangan yang membuatku trenyuh. Tak pernahkah
KENA JEBAKAN“Kejutan.”Tiba-tiba aku dikejutkan oleh mamah, ibu, ayah mertua dan juga anak-anak Miranti. Mereka muncul dari arah dapur.“Apa-apaan sih. Gak lucu tahu’gak” sungutku.“Hey anak nakal. Jangan begitu. Yang sopan sama orangtua!” mamah menjewer kuping hingga aku mengaduh kesakitan.“Lepasin. Mamah nih bikin malu aja.” Aku tak berani melepas tangan Mamah. Seperti inilah kebiasaannya. Mungkin dalam pikirannya aku ini masih bocah ingusan yang suka pipis di celana. Huch. Menyebalkan.“Aku sekarang’kan sudah jadi ayah. Malu sama mereka.” Bisikku di telinga mamah.Wanita yang melahirkanku tersenyum mengejek, lalu mengacak rambutku. Untungnya tanpa harus memintanya lagi, tangannya kini berpindah ke pundak dan mengelus dengan lembut.“Mamah bahagia kalian pulang tepat waktu.” Mengecup keninng dengan lembut. Terlu
masuk kandang macanARYAPlaak. Satu tamparan keras mendarat di pipi saat aku memohon untuk membatalkan rencana jahat Handoyo. Aku bahkan sudah berusaha merendahkan diri dengan mencium kaki Handoyo dan juga istriku. Kalau saja bukan karena keselamatan putraku dan mantan istri yang pernah kusakiti, aku tak sudi untuk mencium kaki manusia tak berperasaan dan juga istri yang tak punya harga diri. Menyesal aku sudah meninggalkan istri sebaik Miranti.“Asal kau tahu, Arya. Aku juga sudah muak denganmu! Kau sudah tidak aku butuhkan lagi! Kini balas dendamku akan terbalaskan. Saat anak dari musuh terbesar sudah berada di genggaman, kau akan kuhabisi setelah mereka! Tapi terlebih dahulu, kau harus menyaksikan penderitaan anak dan mantan istrimu! Mereka semua akan aku habisi di depan matamu! Ha ... ha ....” Handoyo menendang tubuhku. Rasa sakit di sekujur tubuh berusaha kutahan, aku harus tetap memohon kepada iblis yang ada di hadapan.
BANTUAN ARYA“Aw.” Aku mengaduh saat tanpa sengaja menendang sesuatu yang membuat lutut sakit. Pada saat masih kesakitan sembari memegangi lutut, tiba-tiba ada yang menarik kayu di tangan dengan keras hingga membuatku kembali mengaduh.“Aw. Sakit.”“Miranti?! Benar itu dirimu?!”Aku menegakkan kepala. Arya sudah mengetahui keberadaanku. Gigi gemerutuk menahan amarah melihat pria yang tak pantas menyandang sebutan ayah. Tak mungkin hanya berdiam diri. Arya harus merasakan akibat dari perbuatannya.Mundur beberapa langkah sembari tangan menggapai apapun yang bisa kujadikan alat untuk melindungi diri.Krompyang. Suara benda yang berjatuhan saat tanganku berusaha menggapai sesuatu yang ada di sana. Sialnya aku tak tahu kalau di belakang terdapat banyak tumpukan benda. Tempat yang begitu gelap, benar-benar membuatku kesulitan.“Miranti! Kau tidak apa-apa’kan? hati-hati