Share

044

Penulis: Novisi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mengapa kau memikirkan orang lain di saat kondisimu gawat seperti ini?" Dominic mengernyit heran. Ia duduk di bangku sebelah ranjang pasien.

"Nona Yanata terlihat senang bersama Jenderal."

Dominic berdecak kesal.

"Jangan ulangi lagi berkunjung ke kandang hewan buas selagi aku tidak bersamamu. Singa itu telah ku pindahkan."

Janna menatap suaminya, ingin memahami maksud dibalik kalimat bernada kecemasan itu.

"Aku tahu Jenderal sangat mengkhawatirkan janin dalam kandunganku. Maaf, aku tadi gegabah." Paras Janna berubah sendu, selain mengingat peristiwa lalu, ia pun tersadar kalau Dominic hanya memerhatikan jabang bayi dalam rahimnya.

"Setelah ini, kemana pun kau pergi harus ada yang menemanimu. Ini perintah dan wajib dilaksanakan."

Usai mengatakan hal itu, Dominic keluar dari ruang rawat.

Tinggallah Janna yang membeku dalam kesepian hati.

Tidak lama kemudian, ia mengulas senyum dan memberi sentuhan lembut di perutnya.

"Maafkan Ibu, Nak."

Usai mengurus keperluan Janna, Kana dan Mala masu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Novisi
Terima kasih, Kak
goodnovel comment avatar
Michellyn Ling
lanjut thor, jln ceritanya bagus sekali. semangat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   045

    Janna terpaksa harus berbaring karena kram dan nyeri perut merembet sampai ke kakinya."Saya harap Nyonya bertahan di ruangan untuk pemulihan. Semua untuk kebaikan Nyonya dan bayi dalam kandungan," ingat medikus dengan paras sedikit kesal lantaran menilai Janna keras kepala.Janna mengerti makna raut medikus, ia pun tidak membenarkan diri, sekalipun merasa bukan seratus persen kesalahannya."Baik. Terima kasih," ucapnya pendek.Bak memberi semangat pada janin, Janna mengusap-usap perutnya. Ia tidak ingin terjadi hal buruk pada darah daging yang masih butuh waktu beberapa bulan lagi untuk hadir ke bumi.Dominic masuk ke ruang rawat Janna. "Kau masih harus berada di fasilitas kesehatan sampai waktu yang belum diputuskan medikus."Janna yang berbaring menatap malas pada Dominic. Pria itu tidak menyampaikan perkataan maaf usai menyerang Janna dengan kata-kata kritik."Aku ingin istirahat, Jenderal," pinta Janna setelah beberapa saat suasana hening menyelimuti mereka berdua.Tidak ada nia

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   046

    Usai pertemuan bersama anggota militer, Dominic mengunjungi Janna. Perempuan itu tersentak melihat kehadiran Dominic. Ia tidak menyangka Dominic akan datang lagi di hari yang sama."Aku akan menginap di sini."Kening Janna mengernyit heran, tidak menduga Dominic bermalam bersama dirinya."Aku tidak tertarik membahas tentang Yang Mulia Permaisuri Neha, Jenderal," sahut Janna yang tengah duduk menyender di ranjang pasien.Janna teringat ucapan Dominic yang membela habis-habisan permaisuri Neha dan menyudutkan dirinya. Dominic melirik Janna dari sudut mata."Tidak ada yang ingin membicarakan mengenai hal itu," sanggah Dominic sembari menduduki tempat di samping pembaringan Janna.Perempuan itu menghela napas panjang. Ia melawan perasaan besar hati yang merasuk ke dalam diri, rasa hangat menjalar di wajahnya. Tidak mungkin Dominic bersama demi untuk Janna. Janna terkekeh pelan menertawakan pikiran sendiri yang mulai mengada-ada."Aku minta maaf soal tadi, tidak seharusnya berkata demikia

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   047

    Janna telah diperbolehkan keluar dari fasilitas kesehatan keesokan hari. Betapa riang paras Janna lantaran tidak perlu berlama-lama berbaring di ranjang pasien.Sewaktu ia akan menaiki kereta kuda untuk mengantarkan kembali menuju kediamannya, Dominic turun dari kuda kesayangannya.Semua orang memberi hormat, termasuk Janna."Naiklah," tawar Dominic sembari menggerakkan tangan mempersilakan Janna.Janna menaiki tangga kereta dengan hati-hati, ia tidak ingin terjadi hal yang merugikan diri sendiri.Karena sangat berhati-hati, Janna malah terantuk ke pintu bagian atas. Ia lupa untuk lebih menundukkan kepala.Janna masuk sembari memegang dan mengusap kepala yang sakit.Dominic menyusul, mereka duduk saling berhadapan."Mengapa kau sangat teledor sekali?" tanya Dominic sembari menyentuh tangan Janna yang memegang bagian kepala yang sakit."Hah?"Janna terpaku dengan sikap Dominic yang tiba-tiba menunjukkan sikap perhatian pada dirinya."Aku tidak apa-apa." Akhirnya, Janna mengerti maksud

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   048

    Belum lagi matahari terbit, Janna bangun lalu duduk di tepi ranjang. Ia menoleh ke belakang, menatap gersang Dominic yang tertidur lelap seperti seorang bayi dalam temaram cahaya.Pria yang sekehendak hati bila ingin menghabiskan malam bersamanya. Janna menyentuh perut yang mulai membesar, hentakan kecil bisa dirasakan. Anaknya memberi sinyal bahwa ia baik-baik saja dalam rahim Janna.Perlahan Janna turun dari ranjang agar tidak membangunkan Dominic. Ia memungut pakaian untuk menutupi tubuh yang kedinginan.Langkah kaki Janna menuju jendela, tirai disingkat sedikit hingga sinar rembulan menerpa masuk ke kamarnya. Jauh Janna memandang kedepan dalam kegelapan, yang terbingkai adalah paras Allan Braun, kakak kesayangannya. Terngiang-ngiang ucapan Dominic tentang penculikan Yanata Tan oleh Allan. 'Apa yang kau lakukan, Kak?' Janna hanya bisa mengucapkan itu dalam hati.Janna tahu Allan akan berurusan dengan negara bila mengusik stratum yang lebih tinggi. Dampaknya akan meluas pada pend

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   049

    Janna terbangun tanpa ada Dominic di sampingnya. Usai menyenderkan punggung, pandangan Janna menyapu ke sekeliling ruangan.Sama sekali tidak ada tanda-tanda Dominic ada di sana. Janna mendengkus lalu menarik napas panjang dan membuang perlahan.Apa yang Janna harapkan?Janna turun dari ranjang lalu menggeser pintu sehingga Kana dan Mala yang telah bersiap di balik menghadap pada Janna."Selamat pagi, Nyonya," sapa mereka sembari memberi hormat. "Bantu aku membasuh diri."Kana dan Mala melakukannya dengan senang hati. Bila Janna tidak mengeluarkan suara, Kana dan Mala pun tidak akan bersuara. Apalagi mereka tahu kalau Janna memilih pisah kamar dari suaminya. Bukannya tidak tahu, Jenderal kesayangan semalam baru dari kamar nyonya mereka, tetapi tidaklah sopan menanyakan hal pribadi pada tuan yang dilayani."Apakah Jenderal telah pergi ke markas?" Pertanyaan pertama Janna setelah sedari tadi membisu.Kana dan Mala saling berpandangan sembari tersenyum penuh arti."Sudah, Nyonya," jawa

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   050

    Dominic memperbolehkan Janna pisah kamar dengannya. Pria itu melunak dalam menghadapi istrinya. Nasihat Swayata diikuti Dominic agar hidupnya pun bisa tenang tanpa perlawanan dari Janna."Apakah Nyonya sudah tidur?" tanya Dominic sewaktu berpapasan dengan Mala.Pelayan Janna itu menunduk lalu menjawab sesuai pesan nyonyanya.Dominic berjalan menuju pustaka sekaligus ruang kerjanya. Ia ingin menghabiskan malam mempelajari keadaan persembunyian Royusha yang diperoleh dari sumber yang dipercaya. Berat mata Dominic padahal belum lama ia duduk di ruang kerja. Sewaktu akan berdiri, Dominic terduduk lantaran kantuk yang menyerang.Mengendap-ngendap Janna berjalan menyusuri kediaman Dominic. Ia memakai penutup wajah lembab untuk menghindari terkena gas penyebab rasa kantuk mendera.Janna bisa melihat pelayan dan prajurit tertidur pulas. Sengaja Janna mendatangi kamar kerja Dominic dan ia melihat suami tertidur dalam keadaan duduk.Kesempatan itu digunakan Janna untuk pergi keluar dari kedia

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   051

    Tubuh Janna bergetar hebat, sorot mata merah memandang tajam penuh amarah padanya."Ma... ma... af, Jenderal," lirih Janna mengatupkan tangan sembari menggeleng-geleng dengan deraiuair mata."Kau mencoba mengkhianatiku?" Dagu Janna diraih lali dicengkram Dominic.Janna merasakan aura kemarahan Dominic menghukum dirinya saat ini."Permintaanmu aku penuhi bukan agar kau bisa mengelabuiku dan prajurit Pamdos, Janna."Dominic menghempas wajah Janna hingga terlepas dari cekalannya."Katakan sesuatu!" Dominic berteriak tepat di hadapan Janna yang semakin ketakutan."A... aku mohon maaf, Jenderal."Geram rasanya Dominic mendengar permintaan maaf Janna yang diutarakan berkali-kali."Bukan itu yang ingin ku dengar!" hardiknya keras dengan tangan mengepal."Katakan alasanmu menebar gas penidur lalu mengendap-ngendap masuk ke gudang persenjataan."Rasa bersalah menembus hati Janna, ia teringat beberapa permintaan telah dipenuhi Dominic, padahal pria itu biasanya menolak desakan Janna."A... aku

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   52

    Janna gelisah usai mencuri dengar rencana militer Kesultanan Yagondaza akan menyerbu pemberontak Royusha yang menyembunyikan keberadaan Yanata. "Apa yang akan terjadi pada Allan?"Pagi hari itu dilalui Janna dalam kecemasan di dalam kamar, ia sibuk berlalu lalang memikirkan rencana Dominic. Pria itu tidak dapat dihentikan.Namun, Janna masih ingin berjuang untuk kakaknya sekalipun ia telah melakukan kesalahan besar sebelumnya."Kana, Mala, katakan pada prajurit, kita ke markas besar." Janna menemui pelayan di depan kamar.Keduanya memberi hormat lalu melakukan sesuai perintah.Dalam perjalanan, Janna melihat sekumpulan prajurit berjalan menuju keluar dari areal markas. Ia mengamati apakah suaminya ada di sana, ternyata tidak."Percepat kereta!" perintah Janna.Janna gegas turun dari kereta dibantu Kana dan Mala. Sambil mengangkat gaun kebangsawanan stratum Armyasa, Janna masuk menuju ruangan Dominic.Ia meminta Kana dan Mala tidak perlu mengikuti sampai ke dalam.Tiba di pintu dengan

Bab terbaru

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   56

    Dengan anggun, Janna berjalan di acara undangan Sultan Bayezidan. Ia tidak ragu menaruh jemarinya di lengan Dominic. Senyum tak lekang dari paras cantiknya. Busana pilihan Dominic melekat indah pada tubuh ibu berbadan dua yang tak lama lagi akan berjumpa dengan si buah hati."Tanganmu dingin," ucap Dominic menyentuh jemari sang istri. Janna berusaha melepas, akan tetapi Dominic mengenggam dengan erat.Senyum Dominic menandakan kalau pria itu tengah menggoda istrinya, Janna tidak mau jatuh dalam pesona suami yang kerap bersikap sesukanya."Sepertinya ada yang tidak rela," bisik Janna melirik sekilas perempuan yang berdiri di samping sultan.Sultan Bayezidan dan permaisuri menerima ucapan selamat dari para tamu undangan. Namun, sesekali sorotan tajam diarahkan pada Janna dan Dominic. Mereka pun berhadapan lalu memberi hormat pada sultan dan permaisuri. Hanya saja, permaisuri sengaja memalingkan wajah saat Janna tersenyum padanya."Keberhasilan militer Kesultanan Yagondaza pada misi ra

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   55

    Sandama menatap iba pada menantu satu-satunya yang tengah sibuk mengusapi perut besarnya. Ia seorang ibu, sekalipun Janna terlihat baik-baik saja, Sandama tahu Janna menyembunyikan perasaan terdalamnya."Apakah kau cemburu pada Yanata?"Janna tersentak hingga menghentikan elusan pada perutnya. Sedetik kemudian, Janna tersenyum pada Sandama."Ibu, telah ku katakan masih sulit ada perasaan seperti itu di antara kami."Sandama memicing, memikirkan sesuatu yang lain."Alasanmu meninggalkan Dominic setelah melahirkan tidak kuat bagi ibu dengan alasan keselamatan Dominic. Dia kepala militer, bukan orang biasa."Janna menurunkan pandangan, tatapan menyelidik Sandama membuatnya gentar. Namun, ia enggan mengatakan sesuatu. "Janna, perpisahan tidak dibenarkan di kesultanan, kecuali pihak yang meninggalkan bersedia tidak terlibat lagi dalam kehidupan pihak yang ditinggalkan di masa depan. Ibu harap kau tahu konsekuensinya."Janna tertawa kecil mengingat sikap Dominic terhadapnya dari awal perni

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   54

    Sembari menyentuh perut yang semakin membesar, Janna duduk di tepi ranjang tidurnya. Ia mengelusi calon bayi yang masih meringkuk di dalam.Air mata tak kunjung berhenti menandakan kesedihan Janna yang tak bisa diungkapkan pada siapa pun.Merasa sendiri dan kesepian menjalani hidup, Janna ingin memutuskan pilihan terbaik buat dirinya di masa depan.Merapikan penampilan, Janna pergi ke markas besar tempat suaminya bekerja, ia ingin mencari tahu informasi tentang kakaknya.Tiba di sana, Janna mencari seseorang yang sempat dilihatnya dalam tugas membebaskan Yanata saat itu. Dia adalah bawahan Dominic."Bisa kau memberitahuku tentang Allan Braun?"Janna masuk ke ruangan perwira tinggi itu."Nyonya?" Pria itu berdiri menyambut kedatangan istri dari alasannya."Silakan duduk," tawarnya."Tidak perlu. Aku hanya sebentar." Janna bersikeras berdiri."Bisa kau beritahukan aku kabar Allan Braun?" Janna butuh informasi yang akurat.Perwira tinggi itu hanya diam menimbang jawaban yang harus disamp

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   53

    Pembebasan Yanata berhasil dilakukan tim prajurit khusus kesultanan. Dominic tidak sampai turun tangan, ia hanya mengirimkan seorang negosiator di antara para prajurit. Yanata langsung di bawa ke pusat fasilitas kesehatan untuk mendapat perawatan. Dominic tiba beberapa waktu kemudian bersama Swayata Tan. Paras sendu seorang ayah menyiratkan kemarahan sekaligus kesedihan. Dominic menepuk pundak Swayata yang menatap putri kesayangan yang sedang tertidur lelap."Bersyukurlah, ia baik-baik saja.""Mengapa kau tidak menyerang pemukiman Royusha? Malah mengirim negosiator?" tanya Swayata tanpa memandang Dominic.Dominic terganggu dengan pertanyaan itu. Ia berdehem untuk menormalkan situasi pikirannya. "Itu bukan urusanmu, Pak Tua. Yang penting, Yanata diselamatkan oleh prajuritku."Selang beberapa waktu, Swayata pamit undur diri. Semakin lama di sana, kesedihan membuatnya ingin murka.Tinggallah Dominic bersama Yanata, ditatapnya dengan lekat wajah teman masa kecilnya itu. Terdapat gores

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   52

    Janna gelisah usai mencuri dengar rencana militer Kesultanan Yagondaza akan menyerbu pemberontak Royusha yang menyembunyikan keberadaan Yanata. "Apa yang akan terjadi pada Allan?"Pagi hari itu dilalui Janna dalam kecemasan di dalam kamar, ia sibuk berlalu lalang memikirkan rencana Dominic. Pria itu tidak dapat dihentikan.Namun, Janna masih ingin berjuang untuk kakaknya sekalipun ia telah melakukan kesalahan besar sebelumnya."Kana, Mala, katakan pada prajurit, kita ke markas besar." Janna menemui pelayan di depan kamar.Keduanya memberi hormat lalu melakukan sesuai perintah.Dalam perjalanan, Janna melihat sekumpulan prajurit berjalan menuju keluar dari areal markas. Ia mengamati apakah suaminya ada di sana, ternyata tidak."Percepat kereta!" perintah Janna.Janna gegas turun dari kereta dibantu Kana dan Mala. Sambil mengangkat gaun kebangsawanan stratum Armyasa, Janna masuk menuju ruangan Dominic.Ia meminta Kana dan Mala tidak perlu mengikuti sampai ke dalam.Tiba di pintu dengan

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   051

    Tubuh Janna bergetar hebat, sorot mata merah memandang tajam penuh amarah padanya."Ma... ma... af, Jenderal," lirih Janna mengatupkan tangan sembari menggeleng-geleng dengan deraiuair mata."Kau mencoba mengkhianatiku?" Dagu Janna diraih lali dicengkram Dominic.Janna merasakan aura kemarahan Dominic menghukum dirinya saat ini."Permintaanmu aku penuhi bukan agar kau bisa mengelabuiku dan prajurit Pamdos, Janna."Dominic menghempas wajah Janna hingga terlepas dari cekalannya."Katakan sesuatu!" Dominic berteriak tepat di hadapan Janna yang semakin ketakutan."A... aku mohon maaf, Jenderal."Geram rasanya Dominic mendengar permintaan maaf Janna yang diutarakan berkali-kali."Bukan itu yang ingin ku dengar!" hardiknya keras dengan tangan mengepal."Katakan alasanmu menebar gas penidur lalu mengendap-ngendap masuk ke gudang persenjataan."Rasa bersalah menembus hati Janna, ia teringat beberapa permintaan telah dipenuhi Dominic, padahal pria itu biasanya menolak desakan Janna."A... aku

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   050

    Dominic memperbolehkan Janna pisah kamar dengannya. Pria itu melunak dalam menghadapi istrinya. Nasihat Swayata diikuti Dominic agar hidupnya pun bisa tenang tanpa perlawanan dari Janna."Apakah Nyonya sudah tidur?" tanya Dominic sewaktu berpapasan dengan Mala.Pelayan Janna itu menunduk lalu menjawab sesuai pesan nyonyanya.Dominic berjalan menuju pustaka sekaligus ruang kerjanya. Ia ingin menghabiskan malam mempelajari keadaan persembunyian Royusha yang diperoleh dari sumber yang dipercaya. Berat mata Dominic padahal belum lama ia duduk di ruang kerja. Sewaktu akan berdiri, Dominic terduduk lantaran kantuk yang menyerang.Mengendap-ngendap Janna berjalan menyusuri kediaman Dominic. Ia memakai penutup wajah lembab untuk menghindari terkena gas penyebab rasa kantuk mendera.Janna bisa melihat pelayan dan prajurit tertidur pulas. Sengaja Janna mendatangi kamar kerja Dominic dan ia melihat suami tertidur dalam keadaan duduk.Kesempatan itu digunakan Janna untuk pergi keluar dari kedia

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   049

    Janna terbangun tanpa ada Dominic di sampingnya. Usai menyenderkan punggung, pandangan Janna menyapu ke sekeliling ruangan.Sama sekali tidak ada tanda-tanda Dominic ada di sana. Janna mendengkus lalu menarik napas panjang dan membuang perlahan.Apa yang Janna harapkan?Janna turun dari ranjang lalu menggeser pintu sehingga Kana dan Mala yang telah bersiap di balik menghadap pada Janna."Selamat pagi, Nyonya," sapa mereka sembari memberi hormat. "Bantu aku membasuh diri."Kana dan Mala melakukannya dengan senang hati. Bila Janna tidak mengeluarkan suara, Kana dan Mala pun tidak akan bersuara. Apalagi mereka tahu kalau Janna memilih pisah kamar dari suaminya. Bukannya tidak tahu, Jenderal kesayangan semalam baru dari kamar nyonya mereka, tetapi tidaklah sopan menanyakan hal pribadi pada tuan yang dilayani."Apakah Jenderal telah pergi ke markas?" Pertanyaan pertama Janna setelah sedari tadi membisu.Kana dan Mala saling berpandangan sembari tersenyum penuh arti."Sudah, Nyonya," jawa

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   048

    Belum lagi matahari terbit, Janna bangun lalu duduk di tepi ranjang. Ia menoleh ke belakang, menatap gersang Dominic yang tertidur lelap seperti seorang bayi dalam temaram cahaya.Pria yang sekehendak hati bila ingin menghabiskan malam bersamanya. Janna menyentuh perut yang mulai membesar, hentakan kecil bisa dirasakan. Anaknya memberi sinyal bahwa ia baik-baik saja dalam rahim Janna.Perlahan Janna turun dari ranjang agar tidak membangunkan Dominic. Ia memungut pakaian untuk menutupi tubuh yang kedinginan.Langkah kaki Janna menuju jendela, tirai disingkat sedikit hingga sinar rembulan menerpa masuk ke kamarnya. Jauh Janna memandang kedepan dalam kegelapan, yang terbingkai adalah paras Allan Braun, kakak kesayangannya. Terngiang-ngiang ucapan Dominic tentang penculikan Yanata Tan oleh Allan. 'Apa yang kau lakukan, Kak?' Janna hanya bisa mengucapkan itu dalam hati.Janna tahu Allan akan berurusan dengan negara bila mengusik stratum yang lebih tinggi. Dampaknya akan meluas pada pend

DMCA.com Protection Status